All Subcont
( Safety Officer ) ( Kabag. Produksi ) ( Project Manager)
1. TUJUAN
2. RUANG LINGKUP
Procedure ini menerangkan proses pembersihan lahan dan pengelolaan tanah
( land clearing and soil management) mulai dari rencana produksi, pembuatan
desain, stake out, original joint survey, pembersihan lahan, pengupasan,
pengumpulan dan penyimpanan sampai penghamparan tanah bersambung.
Adapun ruang lingkup Standard Operation Procedure ini meliputi : Customer,
Devisi Engineering dan Devisi Produksi.
3. Rujukan :
Undang-undang No. 1 Thn 1970 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.
Kepmen No. 555 K / 26 / M.PE /1995 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pertambangan umum
4. DEFINISI
1. Land Clearing
1
Adalah proses pembersihan lahan atau lokasi kerja dari vegetasi atau
pepohonan dan alang- alang, yang mana lokasi kerja tersebut dipersiapkan
untuk lahan tambang, rencana konstruksi jalan, atau bangunan. Tahapan
dalam land clearing adalah :
2. Brushing
Adalah tahap awal dari proses land clearing yaitu membersihkan lebih
dahulu daerah kerja dari alang-alang dan pepohonan yang berdiameter kecil
atau sesuai persyaratan customer.
3. Cutting
Adalah tahap selanjutnya setelah brushing yaitu dengan membersihkan
daerah kerja dari pepohonan yang berdiameter besar, atau sesuai
persyaratan customer, dan nantinya dikumpulkan pada logyard yang telah
ditentukan.
4. Grubbing
Adalah pencabutan sisa-sisa akar dari tunggul yang telah dipotong.
5. Soil
Adalah tanah yang berasal dari batuan yang mengalami pelapukan, terletak
dekat atau dipermukaan serta bersentuhan langsung dengan udara,
berwarna kuning hingga coklat dan mengandung zat organik.
6. Topsoil
Adalah bagian atas dari lapisan tanah, yang mengandung materi organik
(humus), berwarna coklat tua hingga coklat muda, ketebalan +/- 1 m atau
tergantung isopach dari customer. Lapisan ini sangat berguna untuk proses
revegetasi.
7. Subsoil
Adalah bagian bawah dari lapisan tanah dan bagian lebih bawah dari
topsoil, yang sedikit mengandung materi organik (humus), berwarna kuning,
ketebalan +/- 3 m. Dasar lapisan subsoil biasanya dibatasi oleh lapisan
lempung yang keras atau overburden.
8. Soil Management
2
Adalah proses pengelolaan tanah guna program restorasi lahan atau
rehabilitasi tambang, yang mencakup recoveri yang maksimal, dan
memastikan kwalitas tanah tetap terjaga pada saat penggalian hingga
penggunaannya.
9. Soil Stripping
Adalah aktivitas pengupasan tanah dengan menggunakan eksavator lalu
dimuat ke alat angkut, atau jika lapisan tanah tipis (< 0.5 m) maka tanah
didorong dan dikumpulkan dengan buldozer lalu dimuat oleh eksavator
ke alat angkut untuk dibuang atau disimpan di tempat yang telah
ditentukan.
12. Customer
Adalah perusahaan yang didalam aktivitasnya memerlukan jasa PT. CMS,
terutama dalam aktivitas penambangan.
Adalah garis batas lahan yang akan dibersihkan ( land clearing).
12 Mine Design
Adalah gambar rencana atau rancang bangun tambang dan disposal dalam
periode tertentu.
3
15.Work Order (WO)
Adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Engineering Dept. yang isinya
merupakan rincian kerja yang harus dilakukan oleh departemen terkait
selama periode waktu satu minggu.Pada akhir periode tersebut, departemen
terkait mengisi laporan pelaksanaan terhadap order yang ada dalam WO.
17.Stake Out
Adalah aktivitas penentuan titik di lapangan oleh tim survey sesuai dengan
design atau peta.
19. Skidding
Adalah aktivitas penarikan kayu oleh buldozer dengan alat bantu kawat baja
(winch) dalam rangka pemindahan kayu ke logyard.
20. Piling
Adalah aktivitas pengumpulan dan penumpukan kayu ekonomis.
22. Stockpile
Adalah tempat penyimpanan tanah yang bersifat sementara sebelum
digunakan untuk rehabilitasi lahan.
23.Hauling
Adalah aktivitas pengangkutan material ke tempat yang ditentukan.
4
5. KEBIJAKAN
6. PROSEDUR
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan
1. Alat berat (Dozer atau Excavator) yang akan digunakan land clearing
harus dilakukan P2H terlebih dahulu.
2. Jika menggunakan Excavator buatlah jalan melingkar mengelilingi bukit
dan gunakan bucket untu menumbangan pohon.
3. Jika menggunaan Dozer usahakan bergerak dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah.
4. Waspada terhadap arah tumbangnya pohon yang besar.
5. Waspada terhadap bahaya lain (orang lain, sarang lebah dan lain-lain)
5
6. Untuk daerah tambang setelah di land clearing, pastikan pengangkutan
top soil atau sub soil ke disposal area ditempatkan sesuai dengan design
7. Kalau tidak tersedia lokasi pembuangan top soil atau sub soil, maka
material tersebut harus disimpan distock area.
8. Untuk daerah disposal, pisahkan antara tumpukan tanaman dan tumpukan
top soil atau sub soil.
9. Daerah yang mempunyai daya dukung lemah, misalnya lembah atau rawa,
maka pekerjaan hanya dilakukan sebatas tepi dari bidang lemah
tersebut, selanjutnya digunakan excavator unutk mengambil lumpurnya.
C. Tahap Akhir