Anda di halaman 1dari 7

PEKERJAAN CLEARING

Disusun untuk memenuhi tugas pemindahan tanah mekanis

Dosen Pengampu :

Ir. Agung Sutarto, M. T.

Drs. Bambang Sugiyarto, M. T.

Disusun Oleh :

Naufal Helmi Rafi (5101419008)

Pend. Teknik Bangunan

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mengerjakan sebuah proyek konstruksi, tidaklah hanya memerlukan kesia-
pan finansial tetapi kesiapan dalam pelaksanaanya. Setiap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi tidak hanya pada tempat yang mudah dijangkau dan peralatan bisa masuk
dengan mudahnya, ada juga tempat yang aksesnya sulit dijangkau. Kadangkala tem-
pat yang akan dijadikan pelaksaan proyek itu sendiri berada pada hutan yang dengan
pelaksanaannya harus dilakukan beberapa pembersihan dahulu (land clearing).
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian land clearing?
 Apa saja metode land clearing?

1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian land clearing
 Mengetahui metode land clearing

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Land Clearing atau pembukaan lahan adalah proses pembersihan lahan sebelum
dimulainya kegiatan tambang, pertanian, perkebunan, atau penambangan/pem-
bangunan suatu proyek konstruksi. Sebelum melakukan kegiatan pembukaan lahan,
terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:
 Lahan yang akan dibuka bukan areal yang terlindungi atau termasuk area kon-
servasi,
 Perlu memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
 Dilakukan kajian komprehensif dari berbagai kajian keilmuan untuk menghindari
terjadi nya erosi, longsor, dan bencana lainnya.

2.2 Metode Land Clearing


Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembukaan dan pengolahan la-
han, yaitu:
a. Teknik tebas bakar (slash and burn).

Metode ini sudah umum dan telah lama diaplikasikan secara luas dalam pem-
bukaan lahan. Salah satu keuntungan dari metode pembukaan lahan ini adalah
karena dianggap lebih murah, cepat dan praktis dibandingkan dengan metode zero
burn (tanpa pembakaran). Namun, di sisi lain, metode slash and burn ini akan
berdampak pada menurunnya kandungan bahan organik.
Pola umum pembukaan lahan dengan teknik slash and burn yaitu:
 Penebangan dan penebasan seluruh vegetasi,
 Tanaman yang sudah ditebangi, selanjutnya dikeringkan secara alami
(mengandalkan musim kemarau),
 Setelah kering baru dilanjutkan dengan pembakaran. Pembakaran dilakukan
setelah vegetasi dianggap sudah kering.
 Setelah semua biomassa tersebut terbakar barulah lahan tersebut digunakan,
baik untuk pemukiman maupun untuk lahan produksi pertanian.
b. Mekanis, tanpa bakar (zero burn)

Land clearing secara mekanis artinya pembukaan lahan dengan menggunakan


perlengkapan dan peralatan modern, tanpa dilakukan proses pembakaran lahan.
Land clearing dengan cara mekanis dapat menggunakan alat bantu seperti :
 Bulldozer atau excavator, alat yang berfungsi untuk pembuatan jalan rintisan,
perobohan pohon, dan pengumpulan kayu.
 Chainsaw. alat yang berfungsi untuk penebangan, pemotongan, perencekan
pohon.
 Traktor, alat yang berfungsi untuk merumpuk cabang dan ranting yang
dipotong, serta untuk pegolahan tanah.
Penerapan land clearing dengan cara mekanis, zero burn ini, memiliki dua
kegiatan utama yaitu penebangan dan penumpukkan atau pemadatan. Teknik zero
burn memiliki banyak kelebihan, terutama untuk menjaga kualitas lahan atau
tanah di masa yang akan datang. Berikut kelebihan lainnya yaitu:
 Mampu melindungi lapisan humus dan mulsa
 Mempertahankan kelembaban tanah
 Meningkatnya kesuburan tanah karena kandungan bahan organik tanah yang
juga meningkat
 Tidak menyebabkan timbulnya polusi udara akibat asap.
 Menjaga level pH tanah.

2.3 Prosedur dan Tahapan Pelaksanaan Land Clearing


Agar tujuan dalam penyiapan atau pembukaan lahan, baik untuk pertanian, perke-
bunanan, ataupun untuk proyek bangunan maka pelaksanaannya harus memper-
hatikan beberapa prosedur dan tahapan proses pelaksanaan land clearing.
Berikut merupakan prosedur yang harus diperhatikan pihak terkait dalam tu-
gasnya :
 Land clearing harus sesuai dengan peta yang telah direncanakan. Hindari pem-
bukaan lahan yang dapat menyebabkan kehidupan liar terganggu.
 Tim Legal melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dengan baik dan
memberitahukan bahwa di sekitar lokasi mereka akan dilakukan land clearing.
 Tim Legal dengan masyarakat sekitar dan pihak desa harus menghasilkan suatu
keputusan yang berupa surat pernyataan atau perjanjian. Hasil ini harus disam-
paikan dan dipresentasikan kepada Manajemen Konstruksi (MK) land clearing.
 Kegiatan land clearing yang dilakukan oleh Tim Legal dan kontraktor harus dil-
akukan blok per blok
 Pengukuran harus menggunakan GPS dan dipetakan menggunakan koordinat.
 Tim Legal harus mempunyai kemampuan negosiasi yang baik dengan masyara-
kat.
 Tim Legal menjelaskan bahwa proses ganti rugi tanah sesuai prosedur yang ada
 Lahan yang telah dilakukan land clearing harus dalam kondisi aman dan Tim legal
harus membuat pernyataan tersebut
 Identifikasi areal perumahan dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) serta lakukan pen-
gukuran, isolasi areal tersebut agar tidak ditumbang
Dalam pelaksanaan land clearing ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
antara lain:

a. Survei Tata Batas


Survei tata batas dilakukan sesuai dengan rencana (program) kerja perusahaan.
Pelaksanaan survey tata batas ini bertujuan untuk:
 Mengetahui batas lahan satu dengan lainnya karena diperlukan batas-batas
yang jelas.
 Mendesain peta areal yang akan dikelola dan dikerjakan oleh perusahaan untuk
proses land clearing.
 Menentukan tata batas konsesi (izin pembukaan lahan)
 Mengetahui ukuran luas areal konsesi
 Pencatatan atau inventarisasi terkait tata guna tanah di sekitar tata batas, ter-
masuk bentang alam (parit dan sungai) .
b. Penyusunan Tata Ruang.
Tata ruang disusun berdasarkan hasil survei lahan semi detil yang mencakup:
 Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi.
 Rencana pembagian blok.
 Luas setiap blok.
 Penentuan TR (Transport Road) dan CR (Collection Road).
 Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya.
 Lokasi sumber material penimbunan dan pengerasan jalan.
c. Blocking.
Sebelum dilakukan blocking biasanya ditentukan terlebih dahulu Start Awal
pembukaan (T-0). Kemudian kegiatan blocking dilakukan, yaitu membentuk atau
membuat layout lahan ke dalam blok-blok dengan ukuran yang disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
d. Membuat Bentuk Jalan dan Jembatan.
Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan transportasi alat land clearing.
Sebenarnya dalam kegiatan blocking sudah dilakukan, namun pada tahapan ini
lebih ditujukan untuk peningkatan kualitas jalan agar jalan tersebut dapat dilalui.
Pada saat pembentukan jalan jika diperlukan pembuatan jembatan dapat dilang-
sungkan.

e. Imas dan Tumbang


Imas adalah kegiatan melakukan penebangan pohon atau hutan sekunder
dengan diameter antara 7,5 s.d 15 cm. Hal ini dilakukan agar memudahkan
kegiatan penumbangan pohon.
Tumbang adalah pekerjaan menumbang pohon dengan diameter diatas 15 cm
dengan tinggi sisa tumbangan 60 cm.
Kedua kegiatan diatas dilakukan agar saat pelaksanaan stacking atau merumpuk
tidak mengalami kesulitan
f. Stacking/Merumpuk (Pembersihan Lahan)
Adalah pekerjaan untuk menyusun sampah hasil imas tumbang kedalam
rumpukan agar areal siap untuk dimanfaatkan sebagai proyek bangunan ataupun
untuk ditanami. Dalam proses pengerjannya dapat menggunakan bulldozer atau-
pun excavator.
Kemudian limbah hasil land clearing dengan zero burn dapat dimanfaatkan,
seperti limbah berupa kayu berdiameter batang besar yang dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku kayu lapis atau sebagai peralatan rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai