Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LAND CLEARING

Oleh:
SOFIAN
NIM: 2127040

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pasir Pengaraian, April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHSAN ................................................................................... 3


A. Land clearing ........................................................................................ 3
B. Syarat Land Clearing yang Harus Dipatuhi ......................................... 4
C. Land Clearing yang Harus Dipatuhi ......................................................... 4
D. Sistem Pembukaan Lahan .................................................................... 4
E. Macam-Macam Land Clearing ............................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12


A. Kesimpulan .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKNG
Berkembangan teknologi informasi saat ini telah sangat berperan dalam
kehidupan terutama didalam pekerjaan pembangunan. Masyarakat maupun
kontraktor sekarang sudah mulai menyadari dan memamahami tentang pentingnya
waktu dan tenaga sesuai dengan kebutuhan dan keadaan untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam pembersihan/pembongkaran lahan dengan menggunakan alat-
alat berat yang tepat Jenis alat berat yang paling banyak digunakan dan dibutuhkan
oleh kontraktor maupun masyarakat adalah alat berat yang untuk pekerjaan
pembersihan dan pembongkaran lahan yaitu alat berat land clearing.
Land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum menggunakan lahan
untuk berbagai aktifitasyang diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu
pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya. Jadi
land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan
yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Variabel yang
mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu pepohonan yang tumbuh kondisi dan
daya dukung tanah topografi hujan dan perubahan cuaca .
Selain para kontraktor yang membutuhkan alat berat land clearing untuk
membersihkan dan meratakan lahan yang akan dibangun proyek, membangun
irigasi atau membuka jalan untuk dapat mengakses daerah tertentu. Pada umunnya
masyarakat yang ingin membuka lahan baru untuk kebutuhan pertanian dan
membuka jalan untuk dapat mengakses daerah tertentu akibat terjadinya bencana
alam seperti longsor, banjir bandang atau pohon tumbang membutuhkan alat berat
landclearing untuk membersihkan lahan dari pepohonan hutan yang sangat besar
hingga keakarnya dan meratakan dataran lahan yang tidak rata. Dengan ukuran
lahan yang luasdan ukuran pepohonan yang terlalu besar tidak memungkinkan
untuk dikerjakan secara tradisional atauagar mendapatkasn hasil optimal.Selain
itu, peralatan berat yang cukup canggih dan modern sangat efektif dan efisien
dalam membantu pekerjaan di areal perbukitan, di lembah, maupun di tempat
lainnya yang sulit dijangkau.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumsuan masalah dari maklah ini yaitu
apa yang dimaksud land clearing di indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan pada makalah ini
yaitu untuk mengetahui pengertian dan macam macam land clearing

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LAND CLEARING


Land Clearing adalah proses pembersihan atau pembukaan lahan sebelum
dapat digunakan untuk berbagai aktivitas. Mulai dari bangun rumah, infrastruktur,
sampai ke persiapan lahan untuk perkebunan dan pertambangan. Jadi, bisa
dikatakan proses ini sangat penting dalam pembangunan mulai dari skala kecil
sampai besar yang mana akan berpengaruh pada hasil akhir. Land clearing juga
masuk dalam kategori pekerjaan tanah.
Pembukaan lahan (Landclearing) adalah salah satu langkah awal untuk
bercocok tanam, pada suatu areal atau lahan hutan yang sebelumnya banyak
ditumbuhi oleh pepohonan, gulma dan keanekaragaman hayati di dalamnya,
pembukaan lahan di lakukan untuk keperluan seperti lahan perkebunan,
pertanian, transmigrasi, dan keperluan lainnya. Namun lahan dan atau hutan di
negara ini sekarang berada pada pusat perhatian dunia, karena kerusakan yang
merajalela pada sumber daya alam yang besar.
World Wild Life Fund (WWF) Indonesia mengkritisi fenomena kebakaran
hutan dan lahan atau Karhutla di berbagai provinsi di Indonesia. Menurut WWF
Indonesia, status darurat sudah cocok disematkan dalam bencana yang tengah
dialami jantung dunia saat ini .karena sudah menyebabkan kerugian yang nyata bagi
rakyat dan bangsa Indonesia, gangguan kesehatan, gangguan sosial, dan gangguan
ekologi yakni hilangnya habitat tempat keanekaragaman hayati flora dan fauna,
juga gangguan ekonomi. Penyebab kebakaran hutan cukup kompleks karena tak
hanya cuaca dan kondisi alam yang menjadi penyebabnya akan tetapi lemahnya
pengawasan juga ulah manusia baik korporasi/individu, alasan paling dominan
adalah mencari keuntungan komersil lewat praktik pembukaan lahan dengan
metode mudah dan murah. Salah adalah pembakaran yang digunakan masyarakat
sekitar hutan untuk membuka atau membersikan lahan pertanian atau perkebunan

2.2 Syarat Land Clearing yang Harus Dipatuhi

3
Dalam usaha pembukaan lahan, beberapa syarat yang perlu dipenuhi
diantaranya yaitu:
1. Lahan yang akan dibuka bukan areal yang terlindungi atau bukan termasuk
areal konservasi.
2. Perlu memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
3. Perlu kajian komprehensif dari berbagai kajian keilmuan seerti agronomi,
meteorologi, dan hidrologi untuk menghindari terjadinya erosi atau
longsor.

2.3 Sistem Pembukaan Lahan


1. Manual: terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian tenaga
sangat banyak.
2. Mekanis: Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara
ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat
dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja
traktor).
3. Chemis: Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu
(untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif. Dibutuhkan
air untuk pelarut herbisida.

2.4 Tahap Pekerjaan


a. Membabat / Imas
• Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
• Menggunakan parang dan kampak
• Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan
serendah mungkin atau dekat dengan tanah
• Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan
pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas,
langsung dilakukan perun mekanis

b. Menumbang

4
• Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur
• Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.


> 10 – 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 – 30 cm 25 cm
31 – 75 cm 50 cm
76 – 150 cm 100 cm
> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat
dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :


• Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
• Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah
tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
• Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai
pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
• Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai
pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan
tanah.
c. Merencek
• Memotong batang, cabang dan ranting
• Pedoman panjang potongan kayu :
Diameter (cm) Panjang Potongan (m)
10 - 30 1,5 – 3
30 - 75 2–4
> 75 4-5
d. Merumpuk
• Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi
barisan yang teratur
• Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar
• Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.
Mekanismenya

5
o Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan
berada di gawangan mati
o Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat
oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu
sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
o Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
o Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau
perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius
pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
o Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi
pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
e. Membersihkan areal
• Membersihkan sisa-sisa potongan untuk
dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem
mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator
merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada
gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
f. Perun mekanis
• Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan
kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati
sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
• Jenis alat berat untuk perun mekanis :

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu


Buldozer Hutan sekunder, Gelombang, 4:1 Sedang – rendah
semak belukar darat, datar
Buldozer Hutan primer Datar, 2:1 Tinggi – sedang
gelombang
Buldozer & Hutan primer, Bukit, Antar teras Tinggi – rendah
Excavator sekunder, semak gelombang
belukar
Excavator Hutan primer, Rendahan, 2:1 Tinggi - rendah
sekunder, semak gambut
belukar

6
Pancang jalur rumpukan
• Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan
berada di gawangan mati
• Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera
putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat.
Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu
sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam
jaluran
• Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA)
dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan
kontrol dengan lebar ± 4 m.
Pelaksanaan perun mekanis
•Posisi alat berat berada di gawangan hidup,
kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu
diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m
dari radius pohon sawit dan harus diletakkan
rata di permukaan tanah
• Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi
pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

g. Cincang Jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
• Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong
kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
• Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara
selatan harus bebas dari kayu
• Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :
o Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
o Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
o Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

7
• Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu
yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di
jalur rumpukan
• Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan
manajemen

3. Perhitungan Waktu
Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :
• Survey/mengukur areal : ± 1 bulan
• Babat/imas : 2 – 3 bulan
• Menumbang : 2 – 3 bulan
• Merencek dan merumpuk : 1 – 2 bulan
• Membersihkan areal : 2 – 3 bulan
• Pemberantasan lalang : 2 – 3 bulan
• Jalan + saluran air : 2 – 3 bulan
• Penanaman kacangan : 1 – 2 bulan
• Memancang : 2 bulan
• Teras, benteng : 2 – 3 bulan
• Melubang : ± 2 bulan
• Menanam : ± 2 bulan
Perencanaan dibuat dalam suatu barchart. Pembukaan lahan dilakukan saat musim
kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah/musim hujan. Perlu
diingat bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat
saling tumpang tindih.

4. Perhitungan Kebutuhan Traktor


Kapasitas traktor dengan beberapa implement

Jenis Pekerjaan Implement Lebar Kecepatan Efisiensi Kapasitas JKT/ha


Potongan (m) (km/jam) (%) (ha)
Membabat JD 307 1,8 4,0 70 0,50 2,00
Membajak I JD SA 234, 4 1,0 5,0 70 0,35 2,86
Plow 28 inch
Membajak II JD SA 234, 4 1,0 5,0 80 0,40 2,50
Plow 28 inch

8
Menggaru I JD Integral 2,8 5,0 80 1,12 2,89
disc harrow
9,5 inch
Menggaru II JD Integral 2,8 5,0 80 1,12 0,8
disc harrow
9,5 inch
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung


sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia.

5. Pedoman Pelaksanaan
Hutan Primer
• Cara yang digunakan : Manual atau mekanis
• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :
Uraian Manual Mekanis
Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT
Babat/Imas Parang panjang 20-25 Parang 20-25 HK
Menumbang Gergaji rantai, 30-60 Buldozer 10-14 JKT
kampak
Merencek Parang + 40-50 Gergaji rantai 40-50
kampak, gergaji
Merumpuk - 10-15 Buldozer 7-9 JKT
Membersihkan Cangkul 20 Buldozer 8 JKT
jalur
Jumlah 120-160 HK (60-75 HK) + (25-32 JKT)
• HK : Hari Kerja
• JKT : Jam Kerja Traktor
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Hutan Sekunder
• Cara yang digunakan : manual atau mekanis
• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :
Uraian Manual Mekanis
Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT
Babat/Imas Parang 15-20 Parang 15-20 HK
Menumbang Gergaji rantai 25-35 Buldozer 8-12 JKT
Merencek Parang + gergaji 20-30 Gergaji rantai 20-30
Merumpuk - 10-12 Buldozer 4-6 JKT

9
Membersihkan Cangkul 15-20 Buldozer 6 JKT
areal
Jumlah 85 - 117 HK (35-55 HK) + (18-24 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Semak Belukar
• Cara yang digunakan : manual atau mekanis
• Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :
Uraian Manual Mekanis
Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT
Babat/Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK
Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK
Merumpuk - 10-15
Membersihkan Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT
jalur/areal
Jumlah 65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Sistem land clearing dengan membakar sekarang dilarang.

2.5 Macam-Macam Land Clearing


1. Usaha Land Clearing untuk Bangun Rumah
2. Land Clearing untuk Usaha Budi Daya
3. Land Clearing untuk Pembangunan Jalan
4. Land Clearing untuk Pembangunan

10
2.6. Land Clearing yang Ramah Lingkungan
Land clearing dapat dilakukan dengan ramah lingkungan sehingga tidak
merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar area yang
dibersihkan. Berikut cara-caranya: Menghindari penggunaan bahan kimia
berbahaya: Hindari penggunaan bahan kimia yang berbahaya seperti herbisida,
pestisida, dan fungisida yang dapat merusak ekosistem lokal. Sebagai gantinya,
pilihlah metode manual seperti mencabut tumbuhan atau menggali akar tanaman
agar tidak tumbuh lagi. Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle): Dalam
proses land clearing, upayakan untuk mengurangi limbah yang dihasilkan dan
memanfaatkan kembali bahan-bahan yang masih dapat digunakan. Bahan yang
tidak dapat digunakan dapat didaur ulang atau dibuang dengan benar.
Mengikuti peraturan dan standar yang berlaku: Pastikan untuk mengikuti
peraturan dan standar yang berlaku dalam proses land clearing seperti izin dari
pemerintah dan regulasi lingkungan. Hal ini akan membantu memastikan bahwa
proses land clearing dilakukan dengan aman dan ramah lingkungan.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Land clearing atau pembukaan lahan menjadi kebutuhan di tengah
meningkatnya jumlah penduduk dunia. Beberapa hutan dialih fungsikan oleh
masyarakat sekitar untuk dijadikan tempat tinggal mereka. Di sisi lain, pembukaan
lahan juga digunakan sebagai salah satu alternatif untuk kebutuhan ekonomi.
Perkebunan sawit menjadi contoh nyata bagaimana banyak hutan produktif dialih
fungsikan demi kebutuhan ekonomi. Di samping itu, pertambangan juga menjadi
salah satu faktor dalam aktivitas pembukaan lahan. Namun, setelah proses
pertambangan selesai, perusahaan akan melakukan upaya pasca tambang untuk
mengembalikan lahan ke rona awalnya

12
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4499/Raymon%20Dart%
20Pakpahan.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://agincourtresources.com/id/2022/03/18/sudahkan-anda-mengetahui-land-
clearing/
Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan.
Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 2008. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas
Pertanian UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan.
Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.

13

Anda mungkin juga menyukai