PENDAHULUAN
2. Benching System
Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah
digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan
menggunakan Bucket Wheel Exavator (BWE).
4. Drag Scraper System
Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah
tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlabih
dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk
tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas(loose).
Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai.
Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada
permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan
daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan
mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada
didaerah penambangan. Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan
Buldozer.
Soil Management adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah
ditentukan yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.
Soil Stockpilling : Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan dan
bersifat Sementara.
Pada pengerjaan proses land clearing hal yang umumnya dilakukan adalah meliputi
pekerjaan sebagai berikut :
Underbrushing
Felling/Cutting
Pilling
Kegiatan yang bertujuan untuk menumpuk kayu kayu atau tumpukan kayu pada
jarak jarak tertentu. Yang diperlu diperhatikan adalah tumpukan kayu harus searah
dengan angin yang berhembus.
Burning
Adalah pembakaran kayu kayu yang telah mengering atau tumbang dengan tidak
melalaikan kayu yang dapat dimanafaaatkan , Pembakaran diharuskan untuk
mendapatkan abu abu sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan dari
tanah disketiranya.
Metode kerja atau cara pengerjaan yang tepat dan benar akan sangat berpengaruh
terhadapa produktivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat
tergantung banyak faktor seperti volume / spefikasi proyek dengan volume besar
sedangakan waktu yang terdsedia relatif singkat , maka buldozer meruakan alat
yang efisien sehingga dengan demikian pembahasan mengenai cara pengerjaan
(metode kerja) selanjutnya lebih dititik beratkan pada penggunaan buldozer.
Metode Perimeter
Metode ini cocok diterapkan pada real yang rata. Setelah plot areal yang akan
dibuka telah ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan
pohon, dari luar menuju ke dalam, mengelilingi plot areal dengan arah gerak
bulldozer berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 4-2.A.). Penumbangan
dilakukan sedemikian rupa, sehingga arah tumbangnya pohon tidak mengganggu
pohon-pohon yang belum tumbang, melainkan jatuh di areal yang telah dikerjakan
(Gambar 4-2.B.).
Sama seperti metode perimeter, metode out crop cocok diterapkan untuk areal yang
rata. Perbedaannya terletak pada arah gerak bulldozer. Pada metode ini
penebasan/penumbangan dimulai dari tengah-tengah plot areal menuju keluar
dengan gerak bulldozer searah jarum jam seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3 A
dan Gambar 4.3.B.
Metode Contour
Metode ini umumnya diterapkan pada areal yang berbukit. Bulldozer menebas /
menumbangkan dari atas bukit ke bawah pada daerah dengan ketinggian yang
sama (contour yang sama) seperti ditunjukkan pada Gambar 4-4.
3.2 Metode Penumpukan (pilling)
3.3 Metode Pembakaran
Jalur timbunana yang dibuat harus sesempit dan setinggi mungkin untuk mengurang
jumlah tanah yang terbakar, karena dalam pembakaran humus tanah akan ikut
terbakar sehingga mengurangi kesuburan.
3.4 Metode Harrowing
Dewasa ini terkenal dengan metode harowing. Salah satu metode yang memiliki
efisiensi kerja yang tinggi adalah “metode lompat kijang”(gambar 3.4). Berdasarkan
data dan pengalaman metode ini memilikin efisiensi kerja sebesar 98,8%.
Bulldozer yang
dipasangkan pada traktor
Bilah kusus yang dipasang
pada traktor
Garu yang dipasangkan pada traktor
Rantai dan kabel baja yang dipasangkan oleh traktor
Terdapat dua jenis bilah khusus yang di gunakan untuk menumbangkan pohon, di
mana keduanya di pasang pada ujung depan traktor yaitu bilah menyudut-tunggal
dengan penusuk menonjol pada sisi depan, memanjang di depan bilah sehinnga
penusuk tersebut dapat di paksa masuk ke dalam atau menembus pohon untuk
membelah atau melemahkannya.jadi jika pohon tersebut terlalu besar untuk di
tumbangkan dalam satu passing, batangnya akan terbelah dan hanya sebagian
yang di tumbangkan.Juga, tractor tersebut dapat melakukan passing mengitari
sebatang pohon dengan penusuk yang memasuki tanah untuk memotong akar akar
mendatar utamanya.Dapat juga di gunakan untuk menyingkirkan tanggul tanggul
dan menumpuk bahan untuk pembakaran.Jenis bilah khusus lainnya adalah bilah
berbentuk V , dengan penusuk yang mencuat di ujung depannya (Gambar4-9) yang
mempunyai keuntungan bilah tersebut memungkinkan bergeser sepanjang
permukaan tanah,dengan demikian dapat melakukan pemotongan tumbuhan rata
dengan permukaan.Namun demikian, bilah tersebut dapat juga di turunkan ke
bawah permukaan untuk menyingkirkan tunggul pohon.Juga bilah tersebut dapat di
naikkan untuk memungkinkan penusuk bersangkutan bila menusuk pohon di atas
permukaan tanah.
Dilakukan dengan menempatkan sebuah rantai kuat yang ditarik oleh dua buah
traktor. Ini sangat efektif untuk menumbangkan pepohonan dan membabat belukar
yang agak tandus. Keefektifan rantai ini dapat ditingkatnkan degan menyertakan
potongan-potongan baja misalnya potongan-potongan rel pendek pada mata rantai
yang dipasang tegak lurus terhadap mata rantai pada rantai tersebut. Berat
tambahan ini akan membuat rantai lebih dekat ke permukaan tanah dan lebih
banyak menyingkirkan belukar dan tumbuhan yang lebih rendah. Passing kedua
pada daerah yang beberapa bulan sebelumnya telah di rantai tarik dengan arah
yang berlawanan dengan passing pertama, akan mengurangi tetumbuhan yang
masih bertahan hidup.
Disamping kehilangan sebagian hara akibat hilangnya biomassa hutan, ada dua
pengaruh langsung pembukaan hutan terhadap sifat kimia tanah yaitu hilangnya
masukan bahan organik secara reguler dan pengaruh pembakaran terhadap
tanaman dan hara tanah. Pada hutan tropis di Suriname, diperkirakan rata-rata
biomassa akar yang dihasilkan adalah 109,5 t/ha yang terdiri dari 857 kg N/ha; 58
kg P/ha; 380 kg K/ha, 445 kg Ca/ha dan 79 kg Mg/ha (Ross, 1998).
Pada penelitian Wasis (2003) di Kalimantan tengah, Riau dan Garut tentang
pembukaan lahan dengan cara pembakaran lahan secara disengaja, pada tanah
gambut dan mineral menyebabkan terjadi peningkatan kandungan hara seperti N,
P, K, Ca, Mg dan Na serta bahan organic.
Perubahan iklim mikro tanah terutama peningkatan temperatur tanah dan penurunan
kelembaban tanah akan mengganggu organisme tanah yang membutuhkan
kelembaban untuk pergerakan, pernafasan, penguraian dan reproduksi. Pemadatan
tanah akibat penggunaan alat mekanis untuk pembukaan hutan, menurunkan
penetrasi akar dan aktivitas mikroba melalui tahanan fisik tanah dan pengurangan
aerasi.
Tutupan tanaman hutan, kanopi tanaman dan serasah daun melindungi permukaan
tanah dari erosi. Ketika bahan-bahan tersebut dihilangkan selama pembukaan hutan
permukaan tanah menjadi rentan terhadap pukulan energi kinetik butir hujan dan
akhirnya butiran tanah menjadi terdispersi dan terangkut. Pukulan air hujan dan
penguraian bahan organik setelah pembukaan hutan menyebabkan kerusakan
agregat tanah permukaan, menyumbat pori mikro, mengurangi infiltrasi dan akhirnya
meningkatkan aliran permukaan. Sifat-sifat permukaan tanah seperti lapisan kedap
kaya liat, lapisan permukaan yang mengeras (crusting) bahkan pada kelerengan
yang rendah akan menyebabkan aliran dipermukaan tanah lebih banyak dibanding
infiltrasi sehingga akhirnya akan mendorong laju erosi.
Pembukaan hutan akan menyebabkan erosi setempat seperti erosi percik (splash),
erosi lembar (sheet) dan erosi parit (rill) maupun erosi dengan skala lebih besar
seperti erosi lembah (gully). Besarnya erosi akibat pembukaan hutan sangat
bervariasi tergantung metoda pembukaan hutan, sifat tanah dan derajat kemiringan
lereng. Penelitian Wiersum, 1984 dalam Ross, 1998) pada 80 lokasi hutan tropis
dan sistem agroforestri menunjukkan bahwa hutan alami mengalami erosi paling
ringan yaitu 0,03 – 6,2 t/ha/thn sedang erosi terbesar terjadi pada tanaman hutan
bebas gulma dan pada hutan dengan serasah yang dihilangkan yaitu masing-
masing 1,2 – 183 dan 5,9 – 105 t/ha/thn. Kehilangan bahan organik dan hara
tanaman akibat erosi ini akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan kembali (re-
establishment) vegetasi menjadi terhambat akibat tanah yang tidak subur dan
kekeringan.
Ada 2 faktor yang yang mempengaruhi erosi tanah dan kehilangan hara yaitu derajat
kemiringan lereng dan penutupan vegetasi. Penelitian Lal (1976 dalam Ross, 1998)
di Nigeria, kehilangan bahan organik akibat erosi meningkat dari 416-3780 kg/ha/thn
dengan peningkatan kemiringan lereng dari 1 menjadi 15 %. Jumlah tersebut setara
dengan kehilangan N masing-masing 36,7 dan 313,5 kg/ha/thn. Jumlah ini lebih
tinggi dari jumlah pupuk N yang diberikan pada pertanian intensip. Jumlah bahan
organik dan hara yang hilang akibat erosi ini tergantung pada tingkat kesuburan
tanahnya. Pada tanah hutan berpasir dan tidak subur di utara Brasil, kehilangan
bahan organik sebanyak 203-386 kg/ha/thn hanya mengandung N sebanyak 3-12,5
kg/ha/thn. Hasil tersebut diamati pada 6 bulan pertama setelah pembukaan hutan.