Anda di halaman 1dari 8

HUTAN MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

1. Tujuan

Membuka lahan yang sudah ditebang yang merupakan hutan Sekunder


agar dapat ditanami kelapa sawit dan membuat jalan, parit dan
infrastruktur lain.

2. Kebijakan

2.1. Hakekat dari teknik penanaman yang baik terutama adalah penetapan
waktu yang tepat dan hal ini dapat dicapai dengan perencanaan seksama
sebelum dilaksanakan. Penanaman kelapa sawit harus dilakukan bertepatan
dengan musim yang paling sesuai karena penyiapan daerah persemaian,
pembibitan dan penanaman harus sinkron terkait dengan tanggal penanaman
sasaran yang dikehendaki.

2.2. Untuk mencapainya, langkah pertama adalah membuat Garis Besar


Program Kerja yang mencantumkan seluruh kegiatan dan tugas yang telah
diantisipasi dari Proyek Penanaman yang memperlihatkan tanggal mulai dan
tanggal selesai yang telah diperkirakan, penjadwalan rinci persyaratan tenaga
kerja yang dibutuhkan, peralatan, jam kerja alat berat dan bahan yang harus
dibeli.

2.3. Spesifikasi Perjanjian Kontrak harus memasukkan klausul mengenai


tanggal penyelesaian beserta dendanya untuk pekerjaan yang
terlambat, karena pengaturan waktu sangat penting bagi keberhasilan
proyek penanaman. Kecakapan dan keandalan kontraktor perlu
dipertimbangkan secara seksama oleh manajemen senior. Penyelidikan atas
pekerjaan mereka sebelumnya dan reputasi kontraktor merupakan prasyarat.
Jadi, persetujuan atas tender terendah belum tentu berarti biaya terendah
pada akhirnya.

2.4. Luas lahan dalam hektar yang harus dibuka dan ditanami pada setiap
tahunnya harus dibagi menjadi blok berukuran sama, yang masing-masing
tidak lebih dari 30 Ha.

2.5. Menerapkan teknik “Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran”.

-1-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
2.6. Pilihan peralatan berat untuk pembukaan lahan harus bertujuan agar
gangguan terhadap dan pemadatan topsoil [lapisan tanah atas] dapat
seminimal mungkin. Penumpukan reruntuhan 2 : 1 (dua baris tanaman : 1
penumpukan )juga harus dilakukan untuk meminimalkan gangguan dan
pemadatan tanah. Penyisiran atau pembajakan harus diminimalkan agar
gangguan terhadap tanah dapat dihindari.

2.7. Seluruh areal rawa atau areal rendahan sebaiknya ditebang terlebih dahulu,
dikeringkan dan dibuka bersama daerah lain dan tidak dibiarkan untuk
tahapan kemudian.

2.8. Di daerah yang seringkali terkena banjir pasang, survei oleh para ahli
drainase dan irigasi harus dilaksanakan sebelumnya, sebaiknya dua tahun
sebelum penanaman.

2.9. Pasar Pikul dan pasar tengah harus dibuka dan diratakan bilamana
memungkinkan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap tanah pada
saat pembukaan lahan untuk memudahkan mekanisasi di masa mendatang.

2.10. Seluruh gulma yang merugikan, terutama Imperata cylindrical (lallang),


harus segera dibersihkan setelah pembukaan lahan melalui penyemprotan
bahan kimia dan dengan secepatnya menanam tanaman penutup tanah (LCC)
yang tepat di atas vegetasi yang telah dikeringkan untuk meminimalkan erosi
tanah, mendorong penguraian yang cepat dan menekan pertumbuhan atau
regenerasi gulma.

2.11. Kegiatan pembukaan lahan hanya boleh dimulai setelah ganti rugi lahan
yang diberikan kepada para penduduk sudah diselesaikan.

2.12. Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pembukaan hutan biasanya


bersifat serius dan seringkali berakibat fatal. Oleh sebab itu, sebagai pemberi
kerja utama, manajemen harus memastikan bahwa semua personil (karyawan
langsung atau tidak langsung) yang bekerja di daerah tersebut memiliki ijin
untuk bekerja dan mendapat asuransi yang cukup terhadap tindakan Hukum
Negara dan terdaftar dengan benar di pihak yang berwenang dalam hal ganti
rugi kepada pekerja sebelum suatu pekerjaan dimulai.

-2-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
3. Panduan dan Prosedur Operasi Standar

3.1. Metoda Manual

Metoda ini dapat dilaksanakan di areal rawa dimana buldozer tidak dapat
digunakan:

i. Memotong Semak-semak [Underbrushing]

Semua tanaman pendek [undergrowth], tumbuhan menjalar [creeper] dan


sapihan [sapling] apapun jenisnya dengan diameter hingga 10 cm harus
dipotong sedekat mungkin dengan tanah.

ii. Penebangan Dengan Chain Saw

Semua pohon lain harus ditebang dengan menggunakan chain saw sesuai
dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Pohon dengan diameter < 35 cm harus dipotong pada ketinggian < 30


cm dari tanah.

b. Pohon dengan diameter > 35 cm harus dipotong setinggi dada dari


permukaan tanah. Tinggi ini dipandang nyaman bagi operator chain
saw dalam bekerja.

c. Batang pohon yang lebih besar dengan banir kipas harus dipotong
pada titik dimana banir bertemu dengan batang pohon dimana chain
saw dapat menyelesaikan potongan penuh.

d. Secara manual, bersihkan saluran drainase alami dari semua


reruntuhan, dengan bantuan chain saw.

Setelah penebangan dengan chain saw, pasar pikul harus dibuat dan
dibersihkan dari kayu secara manual, kemudian barisan tanaman kelapa
sawit ditetapkan dan piringan dibuka berdasarkan jalur ke pasar pikul.
Kacangan ditanam pada kedua sisi pasar pikul dan di sebelah luar
piringan. Metoda ini murah dan telah digunakan secara luas dengan hasil
yang memuaskan, akan tetapi tergantung pada ketersediaan sumber
tenaga kerja. Proses yang sama dapat diterapkan pada daerah berkontur,
pembersihan hanya di jalur penanaman. Jika diperlukan pasar pikul
pengganti dapat dibuat kemudian tetapi pemanenan di areal berkontur

-3-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
biasanya mengikuti jalur. Untuk teras kontur, biasanya menggunakan
bulldozer.

3.2 Pembukaan Semi Mekanis

Dengan menerapkan prinsip yang sama di atas, setelah penebangan secara


manual, pasar pikul dibuat per jalur dengan pancang bendera dari pinggir
jalan sampai ke tengah. Buldozer kemudian digunakan untuk menyingkirkan
kayu dari baris pasar pikul hingga pembukaan kurang lebih 18 meter untuk
dua baris kelapa sawit pada saat yang bersamaan. Kayu dibiarkan membusuk
di jalan alternatif. Hindari gangguan terhadap tanah selama proses ini
berlangsung, sampah tanah harus dipertahankan. Biarkan tunggul besar di
lokasi, bagi sebagian orang mungkin tidak enak dilihat tetapi tidak
membahayakan. Tanamlah kacangan [legume] pada baris yang telah dibuka
dan di sepanjang kayu yang telah dimasukkan ke jalan alternatif, maka
tanaman tersebut dengan cepat akan menutupnya dan membantu proses
pembusukan.

FAKTOR KUNCI : PEMANCANGAN YANG AKURAT PADA


PASAR PIKUL

Ini akan meminimalkan kerusakan tanah, kehilangan unsur hara dan erosi

3.3. Penyiapan Lahan Secara Mekanis untuk penanaman

i). Membersihkan Potongan Kayu

Seluruh kayu yang telah ditebang dan reruntuhan lain yang jatuh
melintas atau masuk ke aliran sungai, saluran drainase dan ke jalan harus
diangkat dan ditumpuk di interline dengan biaya kontraktor.

ii). Penumpukan (mekanis)

Seluruh kayu yang tersisa harus ditumpuk dengan menggunakan


buldozer dalam tumpukan baris yang berselang-seling, yaitu: dua baris
kelapa sawit pada interval antara tumpukan yang terpisah tidak kurang
dari 18 meter. Apabila kemiringan lahan lebih dari 10 o, maka seluruh
tumpukan harus ditumpuk pada kontur.

-4-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
Hal ini membutuhkan keahlian sebagaimana garis-garis kontur
penanaman ditetapkan dalam waktu yang bersamaan dan sebaiknya baris
penanaman dikosongkan. Jika kemiringan lebih dari 15º, maka harus
dibiarkan dalam keadaan tidak tertumpuk dan bergerak seiring dengan
berkembangnya teras ke posisi yang secara kasar berada pada kontur di
sepanjang teras.

Pembukaan baris ganda dari hutan sekunder yang ditebang.

iii).Daerah berawa

Jika tidak dibiarkan sebagai zona penyangga aliran, zona lingkungan,


dst., maka daerah tersebut harus dibuka dan dikeringkan bersama daerah
lain, dan tidak “dilimpahkan” ke tahap kemudian.

3.4. Sistem Jalan

Simak bab mengenai tata-letak sistem jalan.

-5-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
3.5. Manajemen Air

Simak bab mengenai manajemen air pada kelapa sawit.

3.6. Kerapatan Penanaman

Simak bab mengenai kerapatan penanaman.

3.7. Konservasi Tanah dan Air

Simak konservasi tanah dan air.

3.8. Penanaman Tanaman Pemutup Tanah

Simak penanaman tanaman penutup tanah.

3.9. Prosedur dan Dokumentasi Yang Diperlukan dalam Membuka


Perkebunan Baru di Indonesia

1. Perencanaan

Departemen DO akan menangani semua urusan lahan dan akan


bertanggungjawab atas perolehan lahan.

2. Dokumentasi

I. Perolehan Lahan Dari Pemerintah Tingkat II, I Dan Pusat

II. KEHUTANAN
 Survey Kehutanan Tingkat I dan Instansi terkait
 Pertimbangan teknis Kanwil (Kepala Kantor Wilayah)
Kehutanan.
 Rekomendasi Gubernur.
 Izin Prinsip Pelepasan Hutan dari Menhut (Menteri Kehutanan)
 SK (Surat Keputusan) Pelepasan Hutan

III BADAN PERTANAHAN NASIONAL


 Ukur keliling
 Inventarisasi Okupasi

-6-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
 Aspek TGT ( Tata guna tanah)
 Pembebasan lahan okupasi
 Panitia B
 SK HGU (Hak Guna Usaha)
- Wajib Tahunan
- Kas Negara
- Reformasi Lahan
 Sertifikat HGU

Setelah Departemen Kehutanan memberikan persetujuan prinsip atas


pelepasan lahan untuk penanaman dan para penghuni mendapat ganti rugi
atas lahan mereka, maka kegiatan berikut dapat dimulai:

 Memilih dan menetapkan lokasi pembibitan,


 Membangun jalan batas keliling untuk mencegah penyusupan ilegal,
 Melaksanakan survei kesesuaian tanah untuk penanaman kelapa sawit,
dan
 Memulai penebangan di dalam batas keliling yang telah diidentifikasi.

4. Lingkungan

Terapkan metoda pembukaan lahan tanpa pembakaran yang menghasilkan


emisi CO2 yang lebih kecil dan membantu mengkonservasi bahan organik
topsoil [lapisan tanah atas] tropis yang berharga.

Pertahankan daerah hutan di sepanjang tanggul sungai utama. Ini merupakan


persyaratan peraturan perundang-undangan lingkungan, biasanya 20 meter
dari jalan air tetap.

Jangan mencemarkan jalan air dengan bahan bakar atau pelumas.

5. Keselamatan dan Kesehatan

Sejauh ini, angka kecelakaan tertinggi terjadi selama pelaksanaan


pembukaan dan persiapan lahan; oleh karena itu, diperlukan kesadaran,
pelatihan dan kehati-hatian ekstra.

Pisau dan alat pemotong tajam lainnya harus dilindungi, digunakan dengan
hati-hati, dan dirawat dengan baik.

-7-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
Pastikan operator sudah mendapat pelatihan yang benar dalam hal
penggunaan buldozer dan chain saw rantai dengan aman.

6. Sosial

Tidak ada

7. Mutu dan Standar

Penanaman yang sudah ditetapkan dengan baik harus dapat diakses dengan
baik dan memiliki tingkat hambatan minimal terhadap pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit.

8. Parameter Produktivitas

Simak Lampiran A

9. Catatan

Simak Lampiran 1

-8-
Kode Referensi: OP/C2/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai