Anda di halaman 1dari 11

MATERI PEMBELAJARAN

BAHAN AJAR MATERI PERSIAPAN LAHAN PRODUKSI TANAMAN BUAH

A. Pengertian Pengolahan Lahan


Pengolahan tanah adalah usaha atau kegiatan untuk mengubah keadaan lahan pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki
oleh tanaman. Mengolah tanah adalah membalik dan menggemburkan struktur tanah agar
menjadi gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk ke dalam tanah dan
memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara. Setiap upaya pengolahan lahan akan
menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi
sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat
pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka,
terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses
iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah.

B. Tujuan Pengolahan Lahan


Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan
tanah olah yang siap tanam baik secara fisik, khemis dan biologis tanah menjadi lebih baik,
membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan, menempatkan sisa-sisa tanaman
(seresah) pada tempat yang sesuai agar dekomposisi berjalan dengan baik, menurunkan
laju erosi, meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, mencampur dan
meratakan pupuk dengan tanah, dan mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase,
sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik.

C. Metode Pengolahan Tanah


Cara pengolahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode yaitu secara tradisional
(konvensional), dan secara modern.

1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional


Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan
yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan
di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya
sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Alat-alat yang digunakan dalam
system pengolahan ini antara lain cangkul, sekop, bajak, garu, untuk yang dua terakhir
penggunaannya dibantu dan digerakkan oleh hewan. Kelebihan dari metode ini yaitu
tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan
biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system
ini banyak mengalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama
dalam pengerjaannya.

2. Pengolahan Lahan Secara Mekanis


Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman
perkebunan atau pengelolaannya secara besar dan memiliki lahan yang luas.
a) Kelebihan pengolahan lahan secara mekanis
Pengolahan lahan dengan secara mekanis ini memiliki kelebihan kelebihan antara
lain sebagai berikut :
- Secara Teknis Pekerjaan pengolahan tanah khususnya lahan yang luas
memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga
kerja. Dengan tenaga yang besar, dengan menggunakan peralatan mekanis,
pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah
secara mekanis dapat lebih dalam.
- Secara Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per
hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan
tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini
tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.
- Keuntungan Waktu
Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan
secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah,
akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa
tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan
untuk melakukan budidaya lagi.
b) Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis antara lain sebagai berikut:
- Faktor Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih
banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan
alat pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja
alat.Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan
traktor.Selain itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
- Faktor ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian mempengaruhi pengembangan
pengolahan tanah secara mekanis khususnya para petani di pedesaan.
- Faktor Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan
keterampilan.Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan tanah.Tingkat
pendidikan petani di Indonesia pada umumnya masih rendah.
c) Persyaratan lahan siap diolah
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara
mekanis, yaitu :
- Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor
roda empat sebaiknya jangan melebihi 20°. Apabila lahan terlalu miring,
traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh
terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras
sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu,
traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk
memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak
dibahas dalam modul ini.
- Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat
implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif.
Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin
rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar
tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga
susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindakan
dari lahan atau dihancurkan.Vegetasi tersebut bisa dibabat dengan
parang/arit.Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor.
Namun cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
- Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat
merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan bisa pecah, sedangkan
pisau mesin rotari bisa patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih
dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau
digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk
disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat disingkirkan
setelah lahan diolah.
- Kadar air tanah
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri.
- Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila
diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang
sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan
berpariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga
menimbulkan debu yang berterbangan.
- Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan
berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan
digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah).
Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi
ini sering dinamakan pengolahan tanah kering.
- Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan
lengket di implemen dan roda traktor. Hasil pengolahan tidak akan sempurna
(tidak efektif). Sementara putaran roda traktor mudah slip. Tanah dalam
kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga traktor yang
memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah.
- Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan
lengket lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan
pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan
tanah basah.
d) Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis meliputi:
1) Pengolahan pertama sedalam ± 30 cm dengan traktor yang dilengkapi bajak
piringan berdiameter 71 cm, ada yang dilakukan pembajakan ulang dilakukan
4 minggu setelah pembajakan pertama dengan arah 45º dari pembajakan
pertama. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan pertama antara lain:
- Bajak Singkal (moldboard plow)
- Bajak Piring (disk plow)
- Bajak Pisau berputar (rotary plow)
- Bajak Chisel (chisel plow)
- Bajak Subsoil (subsoil plow)
- Bajak Raksasa (giant plow)
Cara pengolahan pertama antara lain sebagai berikut:
- Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila
diperlukan
- Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuai dengan pola yang
diinginkan. Ada beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan
dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan, yaitu : pola tengah, pola
tepi, pola keliling, pola tengah, pola keliling tepi, dan pola bolak balik
rapat.
- Atur gas dan posisi gigi persneling yang direkomendasikan oleh pabrik.
Untuk itu sangat disarankan agar operator membaca buku petunjuk
pengoperasian (manual).
- Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat
kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam. Pada
saat berbelok, implemen diangkat.
- Pembajakan selanjutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu
roda ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam.
- Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar
kerja alat bajak), head land mulai dibajak.
2) Pengolahan kedua yaitu Penggaruan satu kali dilakukan setelah 3-4 minggu
dari pembajakan dengan traktor yang dilengkapi garu. Beberapa jenis garu
yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah :
- Garu Piring (disk harrow)
- Garu Palcu (splice tooth harrow)
- Garu Pegas (spring tooth harrow)
- Garu Rotari, dan
- Garu Khusus (special harrow)
Cara pengolahan kedua antara lain sebagai berikut :
Setelah dilakukan pengolahan tanah pertama, kondisi tanah masih berbentuk
bongkahan besar dan keras, maka perlu dilakukan penggemburan dengan
menggunakan bajak rotary yang ditarik dengan traktor (apabila pengolahannya
menggunakan alat mekanis), dan menggunakan garu atau cangkul apabila
dilakukan secara tradisional, adapun langkah-langkah sebagai berikut :
- Melakukan pencangkulan/pengolahan dengan rotary/garu, pada tanah yang
telah dibajak.
- Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan sampai menjadi gembur dan
halus.
- Pada saat melakukan penggemburan tanah sekaligus membuang gulma dan
seresah-seresah yang tertinggal dengan cara mengambilnya atau
membenamkan ke dalam tanah.
- Setelah tanah digemburkan kemudian diratakan dan dibentuk
petakan/bedengan sehingga memudahkan dalam pekerjaan berikutnya.

D. Sistem Pengolahan Tanah


Berdasarkan sistem pengolahan tanah atau dilihat dari tingkat intensifitasnya ada beberapa
pengolahan tanah antara lain:
1) Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT).
Pengolahan lahan pada sistem ini hanya meliputi penyemprotan untuk membunuh atau
menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu hingga gulma mati dan lahan
siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sistim tajuk dalam
proses penanamannya, kalau dilahan sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih
dulu dilakukan penaburan benih kedelai untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
2) Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage).
Bagian tanah yang diolah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan
suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pada pengolahan
tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan seperti penanaman
semangka lahan yang diolah hanya untuk bagian sepanjang tanaman, hamparan lahan
yang lainnya tidak diolah. Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah
dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara
ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi
berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah
dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik.Pengolahan
tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada
tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.
Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah
gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan
atau pemberian pupuk hijau/ pupuk kandang/ kompos dari bahan organik yang lain
secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu
disertai pemberian mulsa.
a) Keuntungan Minimum Tillage:
- Menghindari kerusakan struktur tanah
- Mengurangi aliran permukaan dan erosi
- Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara dalam
bahan-bahan organik lebih berkelanjutan.
- Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga
mengurangi biaya produksi.
- Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini
mungkin tidak dapat diolah.
b) Kelemahan Minimum Tillage:
- Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan
yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti
jagung dan ubi.
- Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.
- Lebih cocok untuk tanah yang gembur.
- Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus.
- Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak
dilakukan secara manual / mekanis.
3) Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage).
Pengolahan hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman
tebu). Hamparan lahan lebih banyak diolah tetapi hanya pada tempat tanaman saja
mengingat populasi tanamannya relatif banyak
4) Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage).
Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan
tanah rata. Disebut juga pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan
yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan
hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, rotary, pembedengan atau
pembuatan saluran drainase, dan pemupukan dasar.

E. Langkah-langkah Pengolahan Lahan Agribisnis Tanaman Buah Semangka


Kegiatan persiapan lahan ini berbeda-beda tergantung pada: jenis tanah yang akan
diusahakan, sistem budidaya yang akan diterapkan serta produksi tanaman yang
diinginkan. Pengolahan lahan pada semangka termasuk menggunakan sistem olah tanah
minimum (minimum tillage) dan secara umum kegiatan persiapan lahannya meliputi
kegiatan pembersihan lahan, pembedengan, dan pemupukan dasar.

1) Pembersihan lahan
Lahan yang banyak sisa-sisa tanaman dari kegiatan produksi sebelumnya atau
rerumputan dan semak yang tumbuh pada lahan tersebut, pertama kali haruslah
dibersihkan untuk memudahkan kegiatan pengolahan tanah. Pembersihan lahan ini
dapat dilakukan dengan pembabatan, penggunaan herbisida , dan pencabutan. Cara
pembersihan lahan yang paling cepat untuk dilakukan adalah dengan cara membabat
sisa tanaman, lalu tanaman tersebut dikumpulkan disuatu tempat untuk dijadikan
kompos, dan kompos tersebut bisa dikembalikan ke lahan tersebut dalam bentuk
pupuk. Kompos yang diberikan akan meningkatkan mutu tanah dengan meningkatnya
kandungan bahan organik, maka bahaya kerusakan tanah dapat ditekan.
2) Pengukuran Lahan
Kegiatan pengukuran lahan ini bisa dilakukan sebelum kegiatan pembersihan lahan
maupun sesudahnya. Tujuan dari kegiatan lahan ini adalah untuk memastikan seberapa
luas lahan yang digunakan dalam kegiatan agribisnis tersebut. Dengan luas yang sudah
diketahui maka dapat dibuat perencanaan sesuai peruntukannya antara lain: tempat
gudang sarana produksi tanaman (Saprotan), tempat untuk keamanan, tempat
pembibitan, yang lebih penting berapa luasan tanaman yang akan ditanam dapat segera
diketahui sehingga perencanaan kebutuhan tenaga dan saprotannyadapat ditentukan.
3) Pembentukan Bedengan
Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung didalam
tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Pembentukan
bedengan dalam budidaya tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: sistem
irigasi, kelembaban tanah, musim tanam, ketahanan akar tanaman terhadap kondisi
jenuh air serta sifat tanah.
Untuk tanaman yang memiliki perakaran dangkal seperti semangka, timun suri, blewah
pada tanah dengan tingkat atau laju perkolasi yang tinggi (tanah dengan tekstur
berpasir) dan sistem irigasi leb (penggenangan) atau sistem irigasi alur (penggenangan
pada parit), dimana air merembes pada ke daerah perakaran berdasarkan gravitasi dan
penyebaran air secara horizontal maka tinggi bedengan yang dibuat perlu
dipertimbangkan agar tanaman dapat memperoleh air yang cukup serta biaya
pengairan dapat efisien.
Berikut ini kriteria bedengan menurut tipe pertanamannya :
a. Bedengan dengan penanaman tunggal
Bentuk penanaman tunggal artinya penanaman satu baris tanaman pada bedengan
penanaman menuju ke satu arah. Ukuran bedengan sistem penanaman tunggal
sebagai berikut:
Panjang bedengan maksimum 12 – 15 m

Tinggi bedengan 30 – 50 cm

Lebar bedengan 85 – 100 cm

Lebar petakan tempat cabang tanaman menjalar 2,15 – 2,50 cm

Lebar parit 50 cm

Kedalaman parit 20 – 25 cm

Jarak antar bedengan 3,0 – 3,5 cm

Gambar 1. Bedengan dengan tipe penanaman tunggal


Keuntungan dari model penanaman tunggal yaitu mudah dalam perawatan karena
cabang-cabang atau batang tanaman mempunyai sedikit resiko untuk terinjak-injak
pada saat pemeliharaan tanaman. Kerugiannya banyak tanah yang tidak terpakai
untuk penanaman karena model ini memerlukan banyak parit. Akibatnya biaya
yang diperlukan untuk tenaga kerja lebih banyak. Populasi tanamannya hanya
mencapai 3.000 tanaman per hektar (termasuk semangka berbiji).
b. Bedengan dengan sistem penanaman ganda
Sistem penanaman ganda merupakan penanaman pada dua baris bedengan yang
berhadap-hadapan. Percabangan antar tanaman dapat saling bertemu karena
penanamannya tidak searah. Keuntungan dari sistem penanaman ini adalah lebih
efisien lahan karena jumlah parit praktis berkurang sehingga populasi tanaman pun
dapat ditingkatkan sampai 3.500 tanaman/ha (termasuk semangka berbiji). Biaya
pembentukan bedengan juga dapat ditekan dengan lebih sedikitnya parit. Kerugian
sistem ini karena batang cabang antartanaman yang berhadapan bertemu
mengakibatkan sering terinjak-injak pada saat pemeliharaan tanaman. Model lahan
penanaman tempat menjalarnya percabangan dibuat agak miring ke dalam atau
cekung, kemudian tepat di tengah-tengahnya dibuat parit kecil tempat pembuangan
air bila ada hujan. Ukuran bedengan sistem penanaman ganda sebagai berikut:
Panjang bedengan 12 – 15 m

Tinggi bedengan 30 – 50 cm

Lebar bedengan 85 – 100 cm

Lebar petakan tempat cabang tanaman menjalar 2,15 – 2,50 cm

Lebar parit 50 cm

Kedalaman parit 20 – 25 cm

Jarak bedengan berhadapan 6–7m

Lebar parit tengah antar bedengan 25 cm


Gambar 2. Bedengan dengan tipe penanaman ganda

4) Pengapuran
Kegiatan yang tidak kalah penting sebelum dilakukan penanaman adalah mengukur
pH calon tanah yang akan ditanami. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu: colorimetris dan electrometris. Alat yang sering
digunakan secara praktis adalah pH tester dan universal indikator/kertas lakmus.
Tujuan dari kegiatan ini adalah dapat menentukan apakah tanah yang akan ditanami
tersebut bersifat alkalis, netral, atau masam. Untuk pertumbuhan tanaman semangka
membutuhkan pH tanah netral, namun tidak sedikit tanah-tanah dalam kondisi alkalis
seperti pada lahan-lahan yang sering tergenang dan kemudian digunakan sebagai lahan
pertanian, tetapi pada umumnya tanah yang sering digunakan untuk budidaya tanaman
relatif kecil kemungkinannya kekurangan belerang. Yang sering menjadi masalah
adalah tingkat kemasaman yang rendah sehingga kita harus perlakukan khusus dengan
penambahan kapur.
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang semula masam menjadi
mendekati netral. selain itu, pengapuran juga menambah unsur hara kalsium (Ca)
maupun unsur magnesium (Mg) yang sangat diperlukan tanaman. Kapur pertanian
yang beredar di Indonesia pada dasarnya terdiri dari kapur kalsit/kaptan (CaCO3) dan
dolomit (CaCO3/ MgCO3). Pemilihan kedua jenis kapur pertanian tersebut tergantung
keperluan dan ketersediannya di suatu daerah. Apabila pH tanah sangat rendah maka
pengapuran sebaiknya menggunakan kalsit/kaptan. Apabila pH tanah mendekati netral
maka dapat dipakai dolomite. Brikut ini disajikan hubungan antara pH tanah, reaksi
tanah, dosis penggunaan kapur karbonat/kalsit/kaptan, dan dolomit.
Tabel 1. Penggunaan Kapur (kg/Ha)
Kapur Carbonat/ Dolomit
Derajat Keasaman (pH) Reaksi Tanah
Kalsit/ Kaptan
4.0 Paling asam 1640 1610

4.5 Sangat asam 1500 1430

5.0 Asam 1130 1050

5.5 Asam 750 720

6.0 Agak asam 380 340

6.5 Netral - -

Sumber : Oisca

Penggunaan dolomit selain menambah unsur kalsium juga mengandung unsur


magnesium yang fungsinya untuk pembentukan zat hijau daun (khlorofil) yang sangat
penting dalam proses fotosintesis, sedangkan penggunaan kalsit hanya menambah
unsur kalsium (Ca) saja. Waktu pemberian kapur/sulpur dapat dilakukan pada saat
pengolahan tanah dengan maksud unsur hara tersebut tercampur secara homogen
dengan tanah hasil olahan , juga dapat diberikan pada saat bersama-sama melakukan
pembuatan bedengan atau sebelum pemupukan dasar.
5) Pemupukan Dasar
Pemupukan Dasar adalah pemberian pupuk pada saat sebelum tanam, tujuannya adalah
memberi atau menyiapkan unsur hara atau cadangan unsur hara untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman semangka, biasanya dilakukan:
a. Pada saat atau bersama-sama kegiatan pengolahan tanah (apabila kegiatan budidaya
dilakukan dilahan tegalan atau tanah non sawah, karena pengolahan pertama dan
kedua dilakukan).
b. Pada saat pembuatan bedengan berlangsung atau setelah pembuatan bedengan
secara kasar selesai, sehingga pada saat penghalusan bedengan pupuk sudah
ditebarkan. Penempatan pupuk selain ditebarkan juga bisa diberikan pada tempat
calon tanaman, caranya membuat lubang selebar cangkul ± 20 cm, kedalaman ± 20
cm kemudian pupuk ditebarkan dilubang dan diaduk sampai tanah dan pupuk
tercampur merata. Pemupukan dasar ini dapat dilakukan baik yang memakai
ataupun yang tidak memakai mulsa plastik hitam perak (MPHP).
Dosis pemupukan dasar untuk tanaman semangka sangat bervariasi dari daerah satu
dengan daerah yang lainnya, untuk yang menggunakan MPHP sebaiknya pemupukan
dasar diberikan sebanyak ± 90 % dari total pupuk yang diberikan, dan sisanya diberikan
pada pemupukan susulan. Untuk tanaman semangka yang tanpa MPHP diberikan
secara bertahap. Pupuk dasar yang dipakai adalah pupuk organik/kandang dan pupuk
buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan
sapi/ kerbau/ ayam dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang
berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur. Pupuk buatan
yang dipakai ZA, Urea, SP 36, KCl. Apabila bedengan sudah dilakukan pemupukan
dan lahan sudah dirapikan selanjutnya lahan siap dilakukan pemasangan mulsa plastik.

Anda mungkin juga menyukai