Anda di halaman 1dari 11

Nama: Natanael Bangun

Npm : 221310072

PRODY : argoteknologi B

STUDY: MEKANISASI

Kebutuhan daya dalam pengunaan alat mesin pengelohan tanah


Untuk kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis, traktor pada
umumnyamerupakan daya penggerak utama (prime mover) untuk menarik atau
menggerakkan alat danmesin pengolah tanah. Dalam hal ini, disamping daya yang dihasilkan
traktor dipergunakanuntuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah,
sebagian dayanya dibutuhkanuntuk dapat menggerakkan traktornya sendiri dalam rangka
usahanya untuk menarik ataumenggerakkan alat dan mesin pengolah tanah tersebut.

Dengan demikian dalammemperhitungkan besarnya daya yang harus tersedia pada


traktor harus diperhitungkan besarnyadaya untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin
pengolah tanah (HP1) dan besarnya dayauntuk menggerakkan traktornya sendiri (HP2), yang
berupa daya untuk mengatasi gaya tahananguling (rolling resistance).

Besarnya HP1 akan ditentukan oleh besarnya gaya pada pengolahan tanah dan
kecepatankerja dari pengolahan, sedang besarnya HP2 akan ditentukan oleh berat traktor,
besar koefisientanahan guling (coefficient rolling resistance) dan kecepatan kerja traktor
tersebut

Besar daya keseluruhan dari traktor


Besarnya daya keseluruhan dari traktor untuk pengolahan tanah akan dipengaruhi
olehfaktor yang mempengaruhi gaya reaksi tanah terhadap perubahan sifat mekanis tanah
seperti:kelengasan tanah, khususnya dalam kaitannya dengan konsistensi tanah; tekstur,
struktur,kandungan koloid maupun bahan pengikat tanah yang lain; vegetasi yang tumbuh di
atas tanahyang diolah; dan faktor yang berkaitan dengan rancangan dan ukuran traktor
maupunperalatannya; serta kecepatan kerja pengolah tanah.

Untuk faktor keamanan dalam memperhitungkan besarnya daya traktor untuk


menarikatau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah harus diperhatikan efisiensi
penerusan dayabaik ke alat atau mesinnya, maupun efisiensi penerusan daya ke roda
penggerak traktornyasendiri. Disamping itu perlu diperhitungkan adanya toleransi kebutuhan
daya, guna mengatasikelerengan lahan serta keadaan lain yang tak terduga pada waktu
bekerja di lapangan.

Kapasitas kerja pengelolahan tanah


Ukuran dan bentuk petakan: Ukuran dan atau bentuk petakan sangatmempengaruhi
efisiensi kerja dari pengolahan tanah yang dilakukan dengantenaga tarik hewan ataupun
dengan traktor. Dengan pengaruhnya terhadappencangkulan tidak begitu besar. Ukuran
petakan yang sempit akanmempersulit beloknya hewan penarik atau traktor, sehingga
efisiensi kerjadan kapasitas kerjanya rendah. Untuk mencapai efisiensi kerja dan
kapasitasyang tinggi, maka ukuran luas petakan harus disesuaikan dengan tenagapenarik
yang digunakan.

Topografi wilayah: Keadaan topografi wilayah meliputi keadaanpermukaan tanah


dalam wilayah secara keseluruhan. Misalnya keadaanpermukaan wilayah tersebut datar atau
berbukit atau bergelombang. Keadaanini diukur dengan tingkat kemiringan dari permukaan
tanah yang dinyatakandalam (%). Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan
dantraktor dalam pengolahan tanah adalah sampai 3 persen (relatif datar).

Kemirngan tanah yang lebih dari 3 persen yang masih bisa dikerjakan traktoradalah 3
sampai 8 persen dimana pengolahan tanahnya dilakukan danganmengikuti garis ketinggian
(contour farming system ). Bagi daerah yangberbukit-burkit diamana bentuk petakan yang
tidak teratur dan luasnya yangkecil, maka cangkul sangat cocok untuk daerah ini. Pola terahir
ini disebutdengan sistem penterasan, dimana sawah-sawah berbentuk teras-teras
yangmengikuti garis ketinggian. Bentuk petakan teratur akan memudahkanpekerjaan
pekerjaan pengolahan tanah sehingga efisiensinya akan lebih tinggidibandingkan dengan
yang tidak teratur.

3. Keadaan traktor: Keadaan traktor juga akan dipengaruhi kapasitas kerjapengolahan


tanah. Keadaan traktor disini berarti apakah traktor masih baruatau sudah lama. Jadi
menyangkut umur ekonomi traktor itu sendiri. Traktor-traktor sudah lama dipakai berarti
umur ekonominya sudah habis atau malahsudah terlewatkan, sehingga sudah banyak bagian
traktor yang sudah aussehingga sering timbul kerusakan. Kerusakan–kerusakan akan
menyangkutmasalah waktu, tenaga serta biaya. Sehingga pekerjaan tidak akan efisienlagi.

4. Keadaan vegetasi: Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah jugadapat


mempengaruhi efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan.Tumbuhan semak atau
alang-alang memungkinkan kemacetan akibatpenggumpalan pada alat karena tertarik atau
tidak terpotong. Pengolahantanah pada alang-alang atau bersemak akan lebih efektif bila
digunakan bajakpiringan atau garu piring. Karena bajak atau garu ini memiliki
konstruksiyang berupa piringan dan dapat berputar sehingga kecil kemungkinan untukmacet.

5. Keadaan tanah: Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik tanah, yaitu keadaanbasah
(sawah), kering, berlempung, liat atau keras. Keadaan ini menentukanjenis alat dan tenaga
penarik yang digunakan. Disamping itu jugamempengaruhi kapasitas kerja dari pengolahan
tanah. Tanah yang basahmemberikan tahanan tanah terhadap tenaga penarik relatif lebih
rendahdibanding dengan tanah kering. Akan tetapi pada tanah basah (sawah)memungkinkan
terjadi slip yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah kering.

Penggunaan traktor tanah pada tanah sawah dan tanah kering biasanyadigunakan
roda besi tambahan pada kedua rodanya agar dapat memperkecilslip roda yang terjadi. Akhir-
akhir ini IRRI Filipina (International RiceResearch Institute ) telah mengembangkan traktor
dengan kedua rodanyaterbuat dari besi yang terdiri dari lempeng-lempeng besi yang
khususdirancang untuk pengolahan tanah sawah. Demikian juga traktor 4 roda, biladigunakan
pada tanah sawah kedua roda belakangnya dipasang roda besitambahan guna memperkecil
slip rodanya. Bajak piring atau garu piring lebihefektif bekerja pada tanah kering dibanding
pada tanah basah.

Sedangkanbajak singkal lebih efektif bila digunakan pada tanah yang basah, agak
liatdibanding pada tanah kering.

6. Tingkat keterampilan operator: operator yang berpengalaman dan terampilakan


memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibandingoperator yang belum
terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itudalam penggunaan traktor untuk
pengolahan tanah, perlu terlebih dahulumemberikan latihan terampil kepada operator yang
menjalankannya. Usahaini untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih
efektif.

7. Pola pengolahan tanah: Pola pengolahan tanah erat hubungannya denganwaktu yang
hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahanharus dipilih dengan tujuan
untuk memperkecil sebanyak mungkinpengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat
itu tidak bekerja. Olehkarena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama
waktuoperasi dilapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok,makin rendah
efisiensi kerjanya. Pola pengolahan tanah yang banyak dikenaldan dilakukan adalah pola
spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa (pada

Tujuan dari pengelolahan tanah


Lebih efisien

a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah
diangkat) sesedikit mungkin

b. Lahan yang diolah tidak diolah lagi Sehinggadiharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa
lebihefisien. . Lebih efektiHasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan)bisa merata.
Bagian lahan yang diangkat tanahnyaakan ditimbun kembali dari alur berikutnya

pola pengelolahan tanah ( pembajakan) dengan traktor tangan


1) Pola Tengah

Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan, kemudian pembajakan kedua


dilakukan pada sebalah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak
rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke
kanan sampai ke tepi lahan. 

Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok
(head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak 2 atau
3 pembajakan terakhir. Ujung lahan yang tidak terbajak diolah dengan cara manual (di
cangkul)  

Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow), yaitu alur bajakan yang saling
berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi penumpukkan lemparan hasil pembajakan
memanjang di tengah jalan. Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh
lemparan hasil pembajakan.  

Pola Tepi

Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil pembajakan ke arah luar
lahan. Pembajakan kedua pada sisi seberang pembajakan pertama. Traktor diputar ke kiri dan
membajak dari tepi lahan dengan arah sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara
berputar ke kiri sampai ke tengah lahan.  
Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk
berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut,
dibajak 2 atau 3 pembajakan terakhir. Ujung lahan yang tidak terbajak diolah dengan cara
manual (di cangkul).

Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow), yaitu alur bajakan yang
saling berdampingan satu sama lain, sehingga akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh
lemparan tanah hasil pembajakan dan memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan
hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan

Pola Keliling Tengah

Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan, berputar sejajar sisi lahan sampai ke
tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal pengolahan operator akan
mengalami kesulitan dalam membelokkan traktor.

  

Pola pengolahan ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangka dan lahan tidak
terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan.lahan yang tidak
terbajak tersebut, dibajak pada  2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak,
diolah dengan cara manual dengan cangkul.

4) Pola Keliling Tepi

Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan, berputar ke kiri sejajar sisi
lahan sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan,
operator akan kesulitan dalam membelokkan traktor Pola pengolahan ini cocok untuk lahan
yang berbentuk bujur sangkar dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok
pada kedua diagonal lahan.lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4
pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual dengan
cangkul.

5) Pola Bolak Balik Rapat

Pengolahan dilakukan dari tepi salah satu sisi lahan dengan arah membujur. Arah
lemparan hasil pembajakan ke luar. Setelah sampai ujung lahan, pembajakan kedua dilakukan
berimpit dengan pembajakan pertama. Arah lemparan hasil pembajakan kedua dibalik,
sehingga akan mengisi alur hasil pembajakan pertama. Pembajakan dilakukan secara bolak
balik sampai sisi lahan.  

Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit, diperlukan lahan untuk
berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut,
dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan),
diolah dengan cara manual dengan cangkul.

Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan
pembajakan. Pola ini dapat juga dilakukan untuk pengolahan tanah kedua dengan mesin
rotari, karena hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke samping.

Catatan :Pola 1 sampai 4 digunakan untuk jenis bajak yang hasil lemparan tanahnya ke
kanan. Apabila jenis bajak yang digunakan hasil lemparan tanahnya ke kiri, maka arah
putaran pembajakan dibalik.  

Mengeloha tanah pertama


Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan
dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga,
seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini,
kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan
meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering
menyebabkan kesuburannya berkurang

Pengolahan tanah yang lebih dalam dan lebih teliti diklasifikasikan sebagai
pengolahan primer, dan pengolahan tanah yang lebih dangkal dan kadang-kadang lebih
selektif lokasi adalah pengolahan sekunder. Pengolahan tanah primer seperti pembajakan
cenderung menghasilkan permukaan akhir yang kasar, sedangkan pengolahan sekunder
cenderung menghasilkan permukaan akhir yang lebih halus, seperti yang diperlukan untuk
membuat persemaian yang baik untuk banyak tanaman. Harrowing dan rototilling sering
menggabungkan pengolahan tanah primer dan sekunder menjadi satu proses.

Mengolah Tanah Pertama

1.Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila diperlukan

2. Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuaipola yang diinginkan.


3. Atur gas dan posisi gigi yang direkomendasikanoleh pabrik. Untuk itu, sangat
disarankan agaroperator membaca buku petunjuk pengoperasian(manual).

4. Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat kedua roda
traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam

5. Khusus untuk mesin rotari, kedalaman pengolahan dapat diatur dengan memutar tangkai
pengendali roda belakang. Untuk bajak singkal ada juga yang dilengkapi dengan tuas
pengatur posisi singkal yang berpengaruh terhadap kedalaman pengolahan tanah.

6. Pada saat berbelok, implemen diangkat.

7. Pembajakan berikutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu roda dimasukkan
ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam.

8. Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak),
head land mulai dibajak.

Kapasitas kerja pengelolahan tanah


berikut ini diberikan beberapa kasus kapasitas kerja pengolahan tanahmenurut jenis alat
penarik. Satuan kapasitas kerja pada Tabel ini adalahhektar per jam per Hp traktor untuk
tenaga penarik dan hektar per musimuntuk tenaga ternak

Dengan menggunakan angka kapasitas kerja (Ha/Jam/Hp) dapat ditentukan kapasitaskerja


dari suatu traktor yang diketahui tenaga mesinnya. Misalnya terdapat suatu unittraktor tangan
dengan tenaga mesinnya 8 HP dan bajaknya adalah bajak rotary. Jikatraktor ini mengolah
tanah sawah sebanyak 2 kali bajak sampai siap tanam, makakapasitas kerja (Ha/jam)
adalah :8 Hp x 0,007 Ha/jam Hp = 0,056 Ha/jam
Perhitungan keperluan daya dalam pengunaan alat dan mesin
pengelolahan tanah
Dalam memperhitungkan besarnya daya yang harus tersedia pada traktor harus
diperhitungkan

- besarnya daya untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah (HP1)

- besarnya daya untuk menggerakkan traktornyasendiri (HP2), yang berupa daya untuk
mengatasi gaya tahanan guling (rolling resistance)

Untuk memperhitungkan besarnya ukuran dayatraktor dipergunakan rumus-rumus sebagai

berikut:

1. Daya yang diperlukan untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah

a. Untuk bajak singkal, bajak piringan, bajak pahat dan bajak tanah dalam

b. Untuk bajak putar

c. Untuk garu

d. untuk garu
Dimana:

HP1 = daya untuk menarik/menggerakkan alatdan mesin pengolah tanah, (HP)

dsp = draft spesifik pembajakan, (kg/cm2)

tsp = torsi spesifik pembajakan, (kg m/cm2)

dg = draft penggaruan, (kg/m)

l = lebar pembajakan (cm)

d = kedalaman pemotongan tanah, (cm)

lg = lebar penggaruan, (m)

rpm = jumlah putaran pisau rotari per menit,

(…/menit)

V = kecepatan pengolahan tanah, (m/dt)

dc = draft cultivator per masa cultivator,

(kg/bh)

n = jumlah mata cultivator, (bh)

ŋ1 = efisiensi penerusan daya ke alat dan

mesin pengolah tanah, (%)

2. Daya untuk menggerakkan traktornya sendiri

[15.07, 14/4/2022] Tasya: Dimana:

HP
2

= daya untuk menggerakkan menggerakkan traktor, traktor, (HP)

W = berat traktor, (kg)

V = kecepatan kerja, (m/det)

ktg = koefisien tanahan guling

ŋ2 = efiesiensi peneruusan daya ke roda

penggerak traktor, (%)

3. Dengan memperhitungkan adanya toleransi (tlr) guna mengatasi kelerengan lahan serta
keadaan lain yang tak terduga dalam operasi lapang, besarnya ukuran daya traktor dapat
dihitung dengan rumus dibawah in

[15.10, 14/4/2022] Tasya: Dimana:

HP = besar ukuran daya traktor, (HP)

HP1 = daya untuk menarik/menggerakkan alat

dan mesin pengolah tanah, (HP)

HP2 = daya untuk menggerakkan traktor, (HP)

tlr = toleransi penggunaan daya, (%)

Besarnya (tlr) dapat diambil sekitar (25 – 30)%

dari kebutuhan daya teoritis.

Kapasitas kerja pengolahan tanahKapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa


hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu. Satuannya adalah
hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktorKapasitas kerja
pengolahan tanah dipengaruhi:

a. Ukuran dan bentuk petakan

b. Topografi wilayah : datar, bergelombang atau berbukit

c. Keadaan traktor : lama dan baru


d.Keadaan vegetasi (tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah : alang-alang atau semak
belukar

e. Keadaan tanah : kering, basah, atau lembap, liat atau berlempung, atau keras

f. Tingkat keterampilan operator : sudah berpengalaman, terampil atau belum berpengalaman

g. Pola pengolahan tanah : pola spiral, pola tepi, pola tengah, dan pola alfd.

Misalnya terdapat suatu unit traktor tangandengan tenaga mesinnya 8 HP dan bajaknyaadalah
bajak rotary. Jika traktor ini mengolahtanah sawah sebanyak 2 kali bajak sampai siaptanam,
maka kapasitas kerja (Ha/jam) adalah :8 Hp x 0,007 Ha/jam Hp = 0,056 Ha/jam

Anda mungkin juga menyukai