Anda di halaman 1dari 22

‘’ALAT OLEH TANAH MESIN/MOTOR/TENAGA/OLAH TANAH DAN

MEKANISME OLAH TANAH PRIMER”

Disusun Oleh :

1. Chika Kurnia Wardani (1710401073)


2. Ananda Dwika Permata (1710401075)
3. Reva Irvanusi Cahyana (1710401086)

Kelompok 6/Agroteknologi C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mempersiapkan penanaman untuk pengolahan tanah telah ada yang melakukan


sejak 7000 tahun yang lalu tujuannya untuk meningkatkan produksI pertanian.
Pengolahan tanah dapat merubah atau memperbaiki struktur tanah,memberantas gulma.
Pengolahan tanah terdapat dua jenis yaitu pengolahan tanah primer (pembajakan) dan
pengolahan tanah sekunder(penggaruan).

Melakukan pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu


dengan tenaga (misalnya :sapi,kerbau atau kuda). Kendala dari pengolahan tanah secara
tradisional salah satunya kapasitas kerja hewan yang terbatas. Pengolahan tanah dengan
cara mekanis menggunakan tenaga mesin misalnya(traktor). Menggunakan tenaga
mesin(traktor) kapasitas kerja mesin dapat diukur dengan penyesuaian luas lahan yang
akan diolah sehingga jadwal tanam tidak terganggu.

Aplikasi alsintan yang paling sering digunakan pada tanaman pangan terutama
padi adalah alat pengolah tanah dan panen yang perkembangannya sangat pesat sejak
dekade ’80-an hingga sekarang (Elmer, 1987)

Namun demikian, penggunaan alsintan ditingkat petani masih terbatas. Petani


umumnya masih menggunakan cara-cara manual dan sederhana dalam mengolah produk
pertaniannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
kesiapan petani dalam penyerapan dan penerapan teknologi mekanisasi. Sebuah alat
mesin pengolah tanah sangat penting dilakukan, hal ini untuk mengetahui kemampuan
alat mesin tersebut dalam rangka meningkatkan ketepatan waktu, mulai dari kegiatan
tanam hingga pasca panen.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai macam-macam alat
pertanian dalam pengolahan tanah primer atau pertama yang mampu digunakan oleh
petani sehingga mempermudah kerja petani.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah ialah proses menyiapkan tanah untuk penanaman dan
mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari OPT (Organisme
Penggangu Tanaman) selama pertumbuhan tanaman di budidaya. Tujuan utama dari
pengolahan tanah dibagi ke dalam 3 fase :
(1) Mempersiapkan bedengan benih yang sesuai
(2) Memberantas OPT pesaing
(3) Meningkatkan kondisi fisik tanah
Pengolahan tanah merupakan penyiapan lahan sehingga siap ditanami.
Pengolahan tanah secara umum dibedakan menjadi pengolahan tanah primer
(pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah
kedua). Perbedaan pengolahan primer dan sekunder biasanya didasarkan pada
kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya
memiliki kedalaman olah yang lebih dari 15 cm dengan bongkah tanah hasil
pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih
dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang
relatif rata (AAK, 1983) Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan
meremahkan tanah sampai suatu kedalaman 6-36 inchi (15,2 sampai 91,4 cm) yang
dikenal dengan alat pengolah tanah primer.
Penggunaan alat-alat pertanian saat ini sudah menjadi kebutuhan utama petani
untuk mengolah tanah, mengingat pengolahan tanah dengan tenaga buruh dianggap
menjadi semakin mahal seiring dengan kurangnya ketersediaan tenaga kerja karena
telah beralih profesi ke non pertanian serta meningkatnya upah buruh disamping
lamanya waktu pengolahan tanah. Kekurangan tenaga kerja yang disertai dengan
naiknya upah tersebut mendorong petani untuk menggunakan alat dan tenaga maupun
mesin pertanian (Sudirman, 2013) .
Masuknya alsintan menyebabkan pemanfaatan lahan untuk usahatani semakin
luas, dengan demikian intensitas tanam semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan alat pengolahan tanah (traktor) dapat merubah sistem kerja tanam,
menyeragamkan waktu tanam dan dapat menekan waktu kerja (peningkatan efisiensi)
juga membuka lahan yang lebih luas. Khususnya meningkatkan efisiensi pada
penggunaan traktor tangan di lahan pasang surut cukup tinggi sekitar 76-80 % (Umar
dan Noor, 2007)

2.2 Alat Pengolah Tanah Primer


1. Bajak Singkal
Bajak singkal merupakan alat yang sering digunakan oleh petani, khususnya di
Indonesia untuk melakukan pengolahan tanah secara primer. Bajak singkal ini dapat
digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik
tanah. Tipe bajak singkal secara umum terdapat 2 yaitu (Harris dan Lambert, 1996) :
- Bajak singkal satu arah, yaitu bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan
pengolahan tanah akan membalik tanah hanya dalam satu arah .

- Bajak singkal Dua Arah, bajak ini dinamakan dua arah karena memiliki telapak
kanan dan kiri sehingga mampu melempar potongan ke alur sebelah kanan dan kiri.
Bajak dua arah ini digunakan untuk membajak lahan-lahan yang diairi serta membuka
tanah tanpa meninggalkan alur mati seperti lereng-lereng perbukitan, lahan
sengkedan, dan lahan yang tak beraturan bentuknya.
2. Bajak Piringan
Bajak piringan digunakan untuk mengurangi gesekan dengan menciptakan
telapak bajak menggelinding, bukan meluncur sepanjang paliran. Hasil penggunaan
bajak piringan menunjukkan bahwa bajak piringan telah disesuaikan dengan kondisi-
kondisi singkal tidak dapat bekerja seperti hal-hal berikut (Harris dan Lambert, 1996):
a. tanah lekat, berlilin, tanah debu, yang tidak meluncur pada singkal dan tanah-tanah
yang mempunyai lapis keras di bawah telapak bajak.
b. tanah kering dan keras yang tidak dapat dihancurkan oleh bajak singkal
c. tanah kasar, berbatu, dimana piringan akan berjalan diatas batuan-batuan tersebut.
d. lahan bergambut dan banyak seresah, dimana bajak singkal tidak dapat membalik
potongan tanah.
e. Pembajakan yang dalam

3. Bajak Rotari (putar)


Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Bajak
rotari ini berbeda dengan bajak singkal maupun bajak piringan, karena memliki desain
yang berbeda dimana bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul dan
dipasang pada suatu poros berputar. Bajak ini banyak ditemukan pada pengolahan
tanah sawah untuk menanam padi. Namun, bajak rotari ini jarang digunakan karena
kurangnya minat serta tingginya biaya dan kebutuhan daya (Harris dan Lambert,
1996).
4. Bajak Brujul
Bajak tipe brujul merupakan alat dengan tangkai yang kaku melengkung
dengan ujung sekop yang relatif sempit. Bajak ini dapat diberi istilah kultivator dalam
dengan tugas yang berat. Bajak tipe brujul digunakan untuk pekerjaan tanah dengan
mulsa unggul jerami atau pengolahan tanah di bawah permukaan. Tipe bajak ini juga
berguna dalam memecah lapisan tanah yang keras yang terdapat langsung di bawah
kedalaman pembajakan biasa. Dalam tipe bajak ini juga bisa dilengkapi dengan
perlengkapan tambahan untuk menanam benih (Harris dan Lambert, 1996).

5. Bajak Tanah Bawah


Bajak bawah tanah dibuat lebih kuat daripada bajak-bajak brujul, karena bajak
ini digunakan untuk menembus sampai kedalaman 50,8-91,4 cm. Traktor yang
digunakan pun dengan 60-85 daya kuda diperlukan untuk melakukan satu kali
standar tarikan yang dapat merobek tanah keras sampai kedalaman 3 kaki (91,4 cm).

2.3 Mesin/Motor/Tenaga Olah Tanah


Keberadaan hand tractor,pedal thresher,penyemprot hama merupakan
komponen yang diciptakan dan mengembangkannya secara lokal. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Dinas Pertanian,1997) yang mengemukakan bahwa
‘’Pengembangan alsintan dapat membantu penciptaan lapangan kerja baru bagi
masyarakat/petani, dalam bidang pendapatan untuk pemilik atau pengusaha alat,
operator dan bengkel-bengkel pengrajin.’’
Traktor dalam suatu desa menunjukkan bahwa petani di desa tersebut telah
memasuki era pertanian modern. Hal ini mengakibatkan kehidupan petani di desa
dengan pertanian modern akan lebih baik dan lebih maju dibandingkan desa yang
pertaniannya masih sederhana dan belum menerapkan teknologi alsintan (alat dan
mesin pertanian). (Hardjosentono dkk,2000)
Dapat memperoleh manfaat penggunaan alsintan adalah penurunan upah
tenaga kerja yang merupakan komponen biaya produksi yang cukup besar,
peningkatan produktifitas lahan dengan tercapainya pengolahan tanah yang lebih
sempurna, percepatan waktu dalam penanaman. Dapat menggantikan sumber tenaga
tradisional lainnya seperti tenaga kuda, kerbau maupun manusia yang memakan
waktu cukup lama dalam pengerjaan suatu lahan pertanian. Namun masih banyak pula
petani yg masih mengandalkan tenaga hewan ataupun tenaga manusia dalam
pengolahan tanah mengingat harga dan perawatan traktor yang cukup tinggi serta
lahan yang tidak terlalu luas.
Mesin Pengolahan Tanah (Traktor)

(a) (b)

Gambar 1. Mesin Pengolahan Tanah dengan Traktor (a) Pembajakan (b) Pengaruan.

Menggunakan traktor untuk berbagai keperluan. Penggunaan yang paling


banyak pengolahan tanah, karena memang pekerjaan pengolahan tanah , pekerjaan
pertanian yang relatif membutuhkan daya yang besar dibanding pekerjaan lainnya.
Smenggunakan traktor untuk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar
pompa irigasi, untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), untuk memutar
perontok padi, serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai
hasil pertanian.
Setelah pembajakan melakukan pengolahan tanah kedua. Dengan pengolahan
tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, memperbaiki tata air, menghancurkan
sia-sisa tanaman dan tumbuhan pegganggu dan mencampurkan dengan lapisan tanah
atas, kadang-kadang memberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan
membuat alur untuk pertanaman.
1. Bajak Piring
Piringan dari bajak mengikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing),
sehingga pada saat beroperasi tertarik oleh traktor maka piringannya dapat
berputar. Dengan berputaraya piringan, dapat mengurangi gesekan dan tahanan
tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau
berada di bawah rangka. Bagian-bagian dari bajak piring dapat dilihat pada
Gambar 23, sedangkan hasil pembajakannya dapat dilihat pada Gambar

Gambar 1. Bagian-bagian Bajak Piring

2. Bajak Rotari / Pisau Berputar


Bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar merupakan bajak rotari.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, bajaknya dari
pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar
karena menggerakannya oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada
pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.
Bajak rotari memiliki 3 jenis yang biasa dipergunakan. Jenis pertama dengan
tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini
terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya

ditarik oleh traktor (Gambar 2)


Gambar 2. Bajak Rotari Tipe Vertikal
Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off
driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik
gandeng (three point hitch). Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun
berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat
pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor

melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga
disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak.
Gambar 3. Bajak Rotari Tipe Tarik Berpenggerak PTO

Gambar 4. Bajak Rotari Tipe Kebun Berpenggerak Sendiri

3. Bajak Subsoil
Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya bentuknya lebih besar dan
digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat
memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci.
Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah
(hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah.

Gambar 5. Bajak Subsoi


2.4 Mekanisme Olah Tanah Primer
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan
yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut dikenal ada
beberapa macam, yaitu :
1. bajak singkal (moldboard plow)
2. bajak piring (disk plow)
3. bajak pisau berputar (rotary plow)
4. bajak chisel (chisel plow)
5. bajak tanah bawah
1. Bajak Singkal
Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan
sangat baik untuk membalik tanah.Bagian dari bajak singkal yang memotong dan
membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih.
Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 1) singkal (moldboard), 2)
pisau (share), dan 3) penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat
pada bagian yang disebut pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka
(frame) melalui batang penarik (beam). Bagian-bagian dari bajak singkal satu bottom
secara terperinci dapat dilihat pada gambar 1 (Harris dan Lambert, 1996).

Gambar 1. Bagian Bajak Singkal Satu Bottom

Pada saat bajak bergerak maju, maka pisau (share) memotong tanah dan.
mengarahkan potongan/keratan tanah (furrow slice) tersebut ke bagian
singkal.Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka
potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk
kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan dan pemecahan tanah
yang baik.
Penahan samping adalah bagian yang berfungsi untuk menahan tekanan
samping dari keratan tanah pada singkal, disamping sekaligus menjaga kestabilan
jalannya bajak sewaktu bekerja. Bagian yang paling banyak bersinggungan dengan
tanah dari bagian ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel). Untuk
menjaga keausan karena gesekan dengan tanah, bagian tumit ini dalam pembuatannya
diperkeras.
Selain dari bagian-bagian diatas, bajak singkal diperlengkapi dengan alat yang
disebut pisau pemotong (coulter). Bagian ini berfungsi untuk membelah tanah atau
tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau bajak memotong
tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan diatas tanah dapat dibalik dengan baik
dan memperingan pekerjaan pisau bajak. Ada dua bentuk pisau pemotong, yaitu pisau
pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau pemotong berputar (rolling coulter)
seperti terhhat pada Gambar 2.

Stationary knife Rolling colter


Gambar 2. Beberapa Jenis dari Pisau Pemotong (Coulter)
Ukuran bajak adalah lebar bajak, dinyatakan dalam satuan panjang. Ukuran
dari satu bajak adalah dengan mengukur jarak dari sayap (wing) sampai penahan
samping. Secara teoritis ukuran ini dapat dianggap sebagai lebar pembajakan atau
lebar pemotong tanah.
Bajak singkal apabila dilihat dari atas atau samping akan terlihat suatu rongga
atau hisapan (suction). Suction ini perlu untuk mencapai kedalaman atau lebar
potongan bajak. Besarnya suction ini beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci. Ukuran ini
disebut juga celah (clearance). Tempat dari suction ini berbeda untuk bajak yang
mempunyai roda belakang (real furrow wheel) dan tanpa roda belakang (Gambar 20
dan 21). Disamping untuk pemotongan tanah, hisapan (suction) ini berperan juga
dalam menstabilkan jalannya bajak.
Hisapan Kebawah (Down suction) atau celah vertikal (vertical clearance)
beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci pada bajak tanpa roda belakang tergantung dari
jenis alat dan jenis tanah. Pada bajak dengan roda belakang, hisapan kebawah (down
suction) sebesar 1/4 sampai 1/2 inci.

Down suction Side suction


Gambar 3. Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang mempunyai Roda Belakang
(Rear Furrow Wheel).

Down suction Side suction


Gambar 4. Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang tidak Mempunyai Roda
Belakang.
Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik tanah maka akan
terbentuk alur yang disebut furrow. Bagian tanah yang diangkat dan diletakkan
kesamping, disebut keratan tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah
areal secara bolak-balik dan arah perputaran ke kanan, maka akan berbentuk alur
balik (Back furrow) (Gambar 5). Bila pekerjaan bolak balik dimulai dari tengah dan
arah perputaran ke kiri, maka akan terbentuk alur mati (Dead furrow). Pembalikan
tanah umumnya kekanan.
Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak tarik (trailing
moldboard plow) dan bajak yang dapat diangkat secara hidrolik (mounted moldboard
plow). Dilihat dari hasil kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way)
dan bajak dua arah (two way). Menggunakan bajak dua arah memberikan keuntungan
dalam menghindari terbentuknya alur balik (back furrow).

Gambar 5. Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Singkal


2. Bajak Piring
Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing),
sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar.
Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan
tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau
berada di bawah rangka. Bagian-bagian dari bajak piring dapat dilihat pada Gambar 6,
sedangkan hasil pembajakannya dapat dilihat pada Gambar 7.
Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk
(scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan,
juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping
yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur
belakang (rear furrow wheel).
Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah :
a. Dapat bekerja ditanah keras dan kering
b. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket
c. Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu
d. Dapat untuk tanah-tanah berakar
e. Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.
Gambar 6. Bagian-bagian Bajak Piring

Gambar 7. Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Piring (Disk Plow).

Ada tiga jenis bajak piring yang ditarik dengan traktor, yaitu ; tipe tarik
(trailing), tipe hubungan langsung (direct-connected), dan tipe diangkat sepenuhnya
(integral mounted).

Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah (one-way).
Reguler trailing disk plow ditarik di belakang traktor. Alat ini dilengkapi dengan roda
yaitu 2 buah roda alur (furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel). Kedua
roda alur (furrow wheel),berperan untuk menstabilkan jalannya bajak. Pada tanah-
tanah berat digunakan heavy way disk plow untuk mendapatkan pengolahan yang
dalam. One way disk plow adalah piring bajak yang di susun dalam satu gang melalui
suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8 sampai 10 inci. Jumlah piringan dapat
beragam dari 2 sampai 35 buah dengan ukuran diameter piring dari 20 sampai 26 inci.

Tipe hubungan langsung atau disebut juga semi mounted disk plow di bagian
depannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor sehingga memudahkan
alat sewaktu berputar. Alat ini dapat berputar pada areal yang sempit dan juga dapat
mundur.
Tipe diangkat sepenuhnya ditarik dibelakang traktor dipasang pada tiga titik
gandeng dan keseluruhannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor,
sehingga sangat mudah dalam transportasi. Tipe one way disk plow yang kecil dapat
juga termasuk Integral mounted., bila dapat diangkat keseluruhannya dengan hidrolik
traktor.

3. Bajak Rotari / Pisau Berputar


Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda
dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari
pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar
karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah
sawah untuk pertanaman padi.

Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang
disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada
jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya
ditarik oleh traktor (Gambar 8).

Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off
driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng
(three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor
(gambar 9).

Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled
garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari
digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga
langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga
berfungsi sebagai penggerak (gambar 10).

Gambar 8. Bajak Rotari Tipe Vertikal


Gambar 9. Bajak Rotari Tipe Tarik Berpenggerak PTOGambar 26. Bajak Rotari Tipe
Tarik Berpenggerak PTO.

Gambar 10. Bajak Rotari Tipe Kebun Berpenggerak Sendiri

Prinsip kerja Bajak Rotary

Pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar hingga beban terhadap


mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Pada waktu rotor berputar
dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam
sekali pemotongan tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju.

Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari motor
yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor tersebut.
Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang digerakkan dengan traktor
tangan biasanya menggunakan sistem hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk
bajak putar ukuran besar yang digerakkan dengan traktor besar, biasanya
menggunakan universal joint.

Bagian-Bagian Bajak Rotary

a. Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah pada waktu pengolahan tanah dengan bajak
putar dilakukan. Pisau ini juga cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah,
namun tidak dapat menutupnya dengan tanah secara baik seperti bila menggunakan
bajak singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan dengan
daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam hubungannya
dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah dapat dilihat pada gambar.
b. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.
c. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar.
d. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah.
e. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah.

Sistem pemasangan pisau, Pemasangan pisau dengan jumlah yang lebih


sedikit akan memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan
pisau dapat masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur dengan
tanah. Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah
yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih besar.

Tipe tanah, Pada tanah berat kandungan lempung lebih banyak, sehingga
kohesi partikel tanah cukup besar hingga kemungkinan hasil pengerjaan tanah dapat
bervariasi dari halus sampai kasar.

Kecepatan perputaran pisau, Pada kecepatan maju tetap, makin cepat


perputaran pisau akan diperoleh pemotongan yang semakin halus; makin lambat
perputaran pisau maka hasil pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah,
kemungkinan penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannyya
yang besar akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umr pemakaian pisau.

Posisi penutup (rear shield), Adanya penutup akan memungkinkan tanah lebih
hancur karena tanah yang terlempar dari pisau terbentur pada penutup. Posisi dari
penutup akan mempengaruhi benturan tanah terhadap pentup. Posisi yang
memungkinkan adanya benturan yang lebih keras akan menghasilkan penghancuran
tanah yang lebih besar.

Kandungan air tanah, Bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan
partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus.

4. Bajak Chisel
Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk
memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi
dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman
pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak
membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering
digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai (Gambar 11).

Gambar 11. Bajak Chisel

Bajak Chisel dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan


menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata
pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau batang
yang biasa disebut bar. Bar ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu:

1. kaku, adalah konstruksi yang berat


Jenis batang ini terbuat dari baja dengan kadar karbon tinggi. Batang ini mungkin
berbentuk lurus mungkin juga berbentuk lengkung.
2. lentur (flexible)
Ukurannya biasanya lebih panjang dan lebih ramping. Terbuat dari baja yang
dicampur dengan nikel. Bekerja seperti aksi dari per. Batang (bar) ini dipasang
pada kerangka yang mana jarak bar yang satu dengan yang lain masing-masing
30 cm, dapat juga antara (30 – 60) cm untuk ukuran bajak pahat yang besar.
Bajak pahat ini dapat dipergunakan untuk pembajakan dangkal maupun
dipergunakan untuk pembajakan dalam sampai kedalaman 45 cm, tergantung
pada keperluan dan jenis mata pahatnya.

5. Bajak Tanah Bawah


Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan
konstruksi yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak
pahat, namun dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih
dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm.

Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah


dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan
daya (60 – 85) HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih,
biasanya dipergunakan untuk pekerjaan yang lebih dangkal.

Gambar 12. Bajak Tanah Bawah

Kadangkalan pada bajak tanah bawah ini di bagian belakangnya dilengkapi dengan
alat lain diantaranya:

1. Perlengkapan mole (mole attachment)


Alat ini digandengkan di belakang bajak tanah bawah. Alat ini berbentuk oval
berdiameter (7,5 – 20) cm. Hasilnya akan meninggalkan bekas seperti
terowongan. Terowongan ini dimaksudkan untuk perbaikan drainase, kalau
keadaan ideal akan tahan sampai 7 tahun.
2. Perlengkapan pemupukan (fertilizer attachment)
Penggandengan alat ini pada bajak tanah bawah dimaksudkan untuk sekaligus
mengadakan pemupukan dengan kedalaman tertentu. Dalam kenyataannya, cara
pemupukan dengan sistem ini mendapatkan hasil yang menggembirakan. Jarak
alur biasanya 120 cm, tapi jarak ini dapat divariasikan menurut keadaan dan
keperluannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai suatu proses menyiapkan tanah
untuk penanaman dan mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari OPT
(Organisme Penggangu Tanaman) selama pertumbuhan tanaman di budidaya. Tujuan
utama dari pengolahan tanah dibagi ke dalam 3 fase yaitu : (1) Mempersiapkan
bedengan benih yang sesuai, (2) Memberantas OPT pesaing, (3) Meningkatkan
kondisi fisik tanah. Kegiatan pengolahan tanah dibagi dalam dua tahap yaitu
pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder.
Alat pengolahan tanah primer (pertama) adalah alat-alat yang pertama sekali
digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Macam alat-alat
pengolah tanah pertama yang umumnya sering digunakan antara lain, yaitu: (1). bajak
singkal (moldboard plow), (2). bajak piring (disk plow), (3). bajak pisau berputar
(rotary plow), (4). bajak chisel (chisel plow), (5). bajak tanah bawah

3.2 Saran
Dari makalah yang kami susun diharapkan dapat menjadi referensi kepada pembaca
mengenai permasalahan terkait alat olah tanah primer, mesin/motor/ tenaga olah tanah primer
dan mekanisme alat olah tanah primer. Pembaca dalam mengaplikasikan ilmunya juga perlu
memperhatikan keadaan dalam penggunaan alat olah tanah primer dan mekanismenya secara
baik dan tepat guna.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kanisius.

Dinas Pertanian Tk.I Sumut, 1997. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen.
Makalah Rapat Teknis Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).

Elmer.L. Cooper, 1987. Agricultural Mechanics, Fundamentals and Aplications. Delmar


Publisher Inc, Albany, NY. USA.

Hardjosentono, M., Wijanto, E. Rachlan, I.W. Badra, R.D. Tarmana, 2000. Mesin-Mesin
Pertanian. Penerbit Bumi Aksara, Jakartaumatera, Medan, 24 Juli 1997.

Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm Pertanian. 2015. Traktor
Roda Dua (Hand Tractor).

Koga, Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Tsukuba International Agricultural Training Centre.
JICA.

Smith H.P dan Wilkes L.H. 1996. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh: Anggota IKAPI. Yogyakarta: UGM Press.

Sudirman. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Alsintan untuk Mendukung Usahatani Padi
di Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian. ISSN 1858-2419. Vol. 8 No. 2

Umar S, Noor HD (2007). Dukungan alsin dan teknologi produksi terhadap hasil padi di
lahan pasang surut Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi
Pertanian. BBP Mektan. Badan Litbang Pertanian, Deptan. Bogor, 29-30 Nov. p. 393-
402.

Anda mungkin juga menyukai