Anda di halaman 1dari 26

PENGOLAHAN TANAH MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA

DENGAN IMPLEMEN BAJAK SINGKAL

LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN

Oleh:
Kelompok C01
Mega Ayu Widya Putri NIM. 191710201029
Gilang Cahya Aji Pratama NIM. 191710201035
Berlianto Luthfiansyah NIM. 191710201079

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang untuk memproduksi
hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya seperti penyebaran
benih (penanaman bibit), pemupukan, perlindungan tanaman dan panen.
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land preparation)
yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
Pengolahan primer (primary tillage) biasanya dilakukan dengan menggunakan
mesin bajak, sehingga sering disebut dengan pembajakan.Tujuan dari pengolahan
primer yaitu untuk membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan
tanah.
Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang
paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimun mungkin.
Selama ini tujuan tersebut seringkali dicapai dengan mengaplikasikan cara cut and
try baik dalam mengembangkan metoda pengolahan tanah maupun
mengembangkan atau memperbaiki desain peralatan pengolahan tanah yang sudah
ada.
Pada situasi seperti ini maka diperlukan pengetahuan mengenai proses
pengolahan tanah sehingga memungkinkan untuk memprediksi biaya dan hasil
pengolahan tanah secara jelas dan efisien. Dengan demikian dapat dikembangkan
metode untuk memprediksi apakah bentuk proses dapat berlaku atau tidak, dan
bahkan dapat memprediksi informasi mengenai bentuk proses secara kuantitatif
(prediksi). Selain pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan traktor.
Traktor berfungsi untuk membalik tanah atau untuk meratakan tanah. Traktor
sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah yang menggunakan tenaga mesin.
Alat dapat mengurangi waktu dan biaya operasional yang diperlukan (Al Hadi,
dkk., 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penulisan laporan
praktikum ini adalah:
a. Bagaimana prinsip pengolahan tanah pertama menggunakan traktor roda
dua dengan implemen bajak singkal?
b. Bagaimana besar slip roda traksi pada pengolahan tanah pertama?
c. Bagaimana lebar kerja dan kedalaman kerja pengolahan tanah pertama?
d. Bagaimana kecepatan kerja pengolahan tanah pertama?
e. Bagaimana kapasitas lapang teoritik (KLT), kapasitas lapang efektif
(KLE), dan efisiensi lapang pengolahan tanah (Eff)?
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah:
a. Memahami teknik dan prinsip pengolahan tanah pertama menggunakan
traktor roda dua dengan implemen bajak singkal.
b. Mengetahui besar slip roda pada pengolahan tanah pertama.
c. Mengetahui lebar kerja dan kedalaman kerja pengolahan tanah pertama.
d. Mengetahui kecepatan kerja pengolahan tanah pertama.
e. Mengetahiu besar kapasitas lapang teoritik (KLT), kapasitas lapang efektif
(KLE), dan efisiensi lapang (Eff)
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum dan penulisan laporan ini adalah:
a. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan tentang penyusunan laporan untuk
memahami teknik dan prinsip pengolahan tanah pertama dengan
menggunakan traktor roda dua dan implemen bajak singkal.
b. Untuk mengetahui cara menghitung slip roda, lebar keja, kedalaman kerja,
kecepatan kerja, serta besar kapasitas lapang teoritik, kapasitas lapang
efektif dan efisiensi lapang pengolahan tanah pertama.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Tanah Pertama
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land
preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan
menggunakan bajak atau garu yang ditarik dengan menggunakan sumber tenaga.
Pengolahan tanah sangat diperlukan di dalam budidaya tanaman dengan
menggunakan media tanam tanah. Tanah dapat berfungsi sebagai tempat
berkembangnya akar, penyedia unsur hara, dan penyimpan air bagi tanaman.
Pengolahan tanah dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan tanah pertama dan
pengolahan tanah kedua. Pengolahan tanah pertama bertujuan memotong,
membalikkan tanah, dan membunuh gulma. Pengolahan tanah kedua bertujuan
meratakan tanah.
Pola atau tipe yang digunakan dalam pengolahan tanah pertanian
bermacam – macam. Adapun macam-macam pola pengolahan tanah pertanian
sebagai berikut:
1. Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua
pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan
membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya
dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan
panjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua ujung lahan.
Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan
terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara
manual (dengan cangkul).

Gambar 1. Pola tengah


Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow), yaitu alur
bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi
penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi
lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan.

Gambar 2. Tanah setelah dibajak dengan pola tengah


2. Pola Tepi
Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil
pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan
pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah
sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke
tengah lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit.
Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung
lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir.
Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual
(dengan cangkul).

Gambar 3. Pola tepi


Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Yaitu bajakan
yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak
tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi
lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.
Gambar 4. Tanah setelah dibajak dengan pola tepi
3. Pola Keliling Tengah
Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan
sejajar sisi lahan, sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan kea rah dalam
lahan. Pada awal pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokkan
traktor.

Gambar 5. Pola keliling tengah


Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar dan lahan tidak
terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan
yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa
lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual menggunakan cangkul.
4. Pola Keliling Tepi

Gambar 6. Pola keliling tepi


Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke
kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah
luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokkan
traktor. Pola ono cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar dan lahan
tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan.
Lahan yang tidak terbjaka, diolah dengan cara manual menggunakan cangkul.
5. Pola Lompat Kijang
Pengolahan dilakukan dari tepi salah satu sisi lahan dengan arah membujur.
Arah lemparan hasil pembajakan ke luar. Setelah sampai ujung lahan,
pembajakan kedua dilakukan berimpit. Arah lemparan hasil pembajakan kedua
dibalik sehingga akan mengisi alur hasil pembajakan pertama. Pembajakan
dilakukan secara bolak – balik sampai sisi seberang.
Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang
tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan
yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual dengan
cangkul pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah
lemparan pembajakannya. Untuk mesin rotate cara ini juga dapat dilakukan.
Karena hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke samping.

Gambar 7. Pola lompat kijang


6. Pola Alfa

Gambar 8. Pola alfa


Mesin mengolah tanah diawali dari tepi seperti bentuk alfa dan berakhir di
tengah lahan. Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat dirubah
arah lemparan pembajakan, sedangkan kekurangannya adalah efisiensinya
rendah, makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, hasil pembajakan
terlempar keluar,sehingga tidak menumpuk di dalam lahan.pola ini dapat
menghasilkan alur mati (dead furrow). Pola ini sangat cocok untuk lahan yang
sempit karena berawal dari tengah.
2.2 Traktor Roda Dua
Traktor roda dua adalah mesin pertanian yang dapat di gunakan untuk
mengelolah tanah dan pekerjaan lainnya dengan alat pengolah tanah yang di pasang
di bagian belakang mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi,karena
pemotongan dan pembalikan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang
bersamaan.mesin ini merupakan mesin serba guna karena dapat juga berfungsi
sebagai tenaga penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat processing,
trailer, dan lain-lain (Hardjosentono,2000:63). Menurut Sembiring, 1998:28,
traktor adalah suatu mesin traksi yang pertamanya dirancang dan dinyatakan
sebagai penyedia tenaga bagi peralatan pertanian dan perlengkapan usaha tani.
Traktor tangan merupakan salah satu mesin yang digunakan petani untuk
mengolah tanah. Sebagai mesin pengolah tanah, traktor harus dilengkapi dengan
peralatan pengolah tanahnya seperti bajak singkal, garu, ataupun rotari. Untuk
mengenal traktor sebagai mesin pengolah tanah, maka perlu dipahami prinsip kerja
serta persyaratan kondisi kerja, perlengkapan, serta kegunaanya (Sinar Tani, 2010).
Pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-
19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan. Sementara itu penelitian untuk
membuat motor bakar internal di mulai sekitar tahun 1800. Antara tahun 1800 dan
1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi tidak ada satupun yang
memuaskan. Beau de Rochas, insinyur perancis memberikan sumbangan pemikiran
yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Pada tahun 1862 ahli
tersebut mengemukakan teori untuk mendapatkan motor bakar internal yang
efisien, dimana harus memenuhi 4 syarat yaitu:
1. Volume silinder sebesar mungkin dengan luas permukaan sekecil
mungkin.
2. Kecepatan torak sebesar mungkin.
3. Tekanan sebesar mungkin pada permulaan ekspansi.
4. Ekspansi sebesar mungkin.
Beau de Rochas menambahkan harus ada 4 langkah dari torak di dalam
silinder yaitu langkah pemasukan, pemampatan, penyaluran daya dan pembuangan.
N.A. Otto pada tahun 1876 dari Jerman berdasarkan teori Beau de Rochas berhasil
menciptakan hak paten untuk motor bakar internal bensin. Selanjutnya pada tahun
1898, Rudolph Diesel yang juga berasal dari Jerman berhasil membuat motor
diesel.
Secara kronologis perkembangan traktor pertanian adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1858: Traktor motor uap beroda besi oleh J.W. Fawkes dengan alat
luku 8 singkal dan kecepatan 4,5 km/jam.
2. Tahun 1868: Standisk Steam Plow dengan bajak berputar dan alat tanam.
3. Tahun 1873: Traktor beroda rantai yang pertama dari parvin.
4. Tahun 1876: N.A. Otto mendapatkan paten untuk motor bakar intenal
(bensin).
5. Tahun 1889: Paling sedikit ada satu perusahaan di Amerika Serikat yang
memproduksi traktor dengan motor bakar internal.
6. Tahun 1910-1919: Ada 5 sampai 6 perusahaan yang memperoduksi traktor
di Amerika Serikat. Traktor pertanian dilengkapi dengan gigi (gear) yang
tertutup dan bearing anti gesekan. Traktor kecil dan ringan diperkenalkan.
Traktor tanpa kerangka landasan dibuat pertama kali. Introduksi dari P.T.O.
(Power Take Off) dan Undang-undang pengujian traktor di Nebraska.
7. Tahun 1920-1924: Penggunaan traktor serba guna (all purpose traktor).
8. Tahun 1930-1937: Penggunaan motor diesel pada traktor berukuran besar.
Penggunaan ban karet pada traktor dengan kecepatan yang lebih besar.
9. Tahun 1937-1949: Penggunaan tiga titik ganden (three point linkage/hitch)
dan kontrol hidrolik pada alat-alat yang ditarik. Sistem penyundutan dengan
sumber daya baterai mulai populer. Penggunaan P.T.O. yang hidup mulai
digunakan dan penggunaan traktor tangan dan kebun mulai berkembang
pesat.
10. Tahun 1950-1960: Traktor dengan daya lebih besar berkembang pesat.
Traktor dengan motor diesel berkembang dan menggantikan traktor dengan
motor bensin. Traktor dengan power steering transmisi otomatis dengan
gigi (gears) lebih banyak tersedia.
11. Tahun 1961-1970: Daya traktor lebih besar meningkatkan pemakaiannya.
Semua traktor yang berukuran besar telah menggunakan motor diesel.
Penyempurnaan desain dan peningkatan efisiensi serta usaha-usaha
penyeragaman (standardization). Perkembangan traktor ke arah
kenyamanan dan keamanan.
12. Tahun 1971-1979: Penggunaan “turbo charger” pada motor diesel dengan
pendingin sendiri. Penggunaan “Cab” pada traktor-traktor berukuran besar.
Penggunaan traktor “4 wheel drive” meningkat.
Perkembangan selanjutnya adalah ke arah kenyamanan, keamanan serta
pengontrolan jarak jauh. Traktor dikembangkan tanpa operator dengan
pengendalian ultrasonic echo ranging steer dan penggunaan sel-sel listrik yang
menyadap sinar matahari sebagai sumber daya untuk traktor akibat krisis bahan
bakar. Di indonesia sendiri penggunaan traktor kecil dan besar pada tahun 1970-an
mulai berkembang. Traktor tersebut semuanya masih diimpor. Pada periode 1980-
an ada beberapa perusahaan di Indonesia mulai memproduksi traktor tangan dengan
konstruksi sederhana dan harga yang murah dengan desain yang dicontoh dari
Jepang maupun IRRI di Philipina.
Komponen utama traktor tangan terdiri dari beberapa unit utama yaitu:
a. Tenaga penggerak/ engine
Tenaga penggerak selalu menggunakan internal combustion engine yang
dapat dibedakan terutama dari bahan bakarnya, yaitu :
- Motor bensin
- Motor diesel
- Motor minyak tanah
- Motor bensin campur
Tenaga penggerak ini dipakai untuk menggerakkan/ menarik peralatan
pengolah tanah. Biasanya, motor yang digunakan mempunyai satu silinder.
b. Gigi transimsi
Gigi berfungsi memindahkan tenaga/ putaran dari motor ke bagian/ alat-alat lain
yang bergerak. Putaran gigi dapat diubah dengan menggunakan kopling dan
perubahan putaran (gas), dan lain-lain.
c. Bagian-bagian yang bergerak
Bagian-bagian ini terdiri atas roda-roda/ ban dan bagian lain untuk menjalankan
traktor roda dua tersebut. Roda besi dipergunakan untuk mengolah tanah di tanah
yangt berair/ sawah. Untuk tanah-tanah yang lebih lunak lagi, lebih baik
menggunakan roda besi aping (floating wheel) yang diameternya lebih besar.
Hal ini untuk mencegah terbenamnya traktor di sawah.
d. Unit kontrol
Unit control adalah alat-alat control yang dipasang pada traktor, seperti alat
untuk menghidupkan, mematikan motor, mengubah putaran motor, mengubah
gigi dan lain-lain.
e. Unit rem
Traktor dilengkapi dengan unit rem untuk keselamatan kerja. Unit rem biasanya
merupakan rangkaian dari kopling.
f. Perlengkapan kerja/ implement traktor roda dua
Traktor roda dua selalu dilengkapi dengan alat-alat/implement untuk mengolah
tanah seperti:
1. Bajak (plow)
2. Bajak berputar (rotary)
3. Garu (harrow)
4. Papan perata (leveller)
5. Roda besi, dll.
Mesin traktor roda dua mempunyai efesiensi tinggi, karena pembalikan dan
pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua
merupakan mesin serbaguna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga penggerak
untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer).
2.3 Implemen Pengolahan Tanah Pertama
Macam alat pengolah tanah pertama yang umum digunakan adalah
cangkul, bajak singkal (Moldboard plow), bajak piring (Disc plow) dan bajak
putar (Chisel plow).
a. Bajak Singkal
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia,
bajak singkal merupakan peralatan pertanian untuk pengolahan tanah
yang digandengkan dengan sumber tenaga penggerak/ penarik. Penarik
seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian.
Bajak singkal dirancang dalam beberapa bentuk untuk tujuan agar
diperoleh kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan.
Aneka ragam memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta
pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk
tahapan kegiatan pengolahan tanah pertama rancangan yang dijumpai
selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian perlengkapannya.

Gambar 9. Bajak singkal


b. Bajak Piringan
Bajak piringan berbentuk piring, yaitu bulat dan cekung menyerupai
alat penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60 sampai 80 cm.
Bajak jenis ini hanya bisa ditarik oleh traktor besar empat roda saja,
jumlahnya antara 3 sampai 8 bajak piring tergantung pada tenaga traktornya.

Gambar 10. Bajak piringan


c. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat digunakan untuk merobek dan
menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau
ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini
terletak pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar.

Gambar 11. Bajak Pahat (chisel plow)


2.4 Bajak Singkal
Bajak singkal secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
bajak singkal satu arah dan dua arah. Bajak singkal satu arah (one way moldboard
plow), adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan
tanah akan melempar dan membalik tanah hanya dalam satu arah. Lemparan atau
pembalikan tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan. Bajak singkal dua arah (
two way / reversible moldboard plow), adalah jenis bajak singkal dimana pada
waktu mengerjakan pengolahan tanah, arah pelemparan atau pembalikan tanahnya
dapat diatur dua arah yaitu ke kiri maupun ke arah kanan. Jenis bajak ini
mempunyai mata bajak yang kedudukannya dirancang untuk dapat diputar ke
kanan ataupun ke kiri dengan cepat, sesuai dengan arah pelemparan ataupun
pembalikan tanah yang dikehendaki.
Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut
bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih. Bottom ini dibangun
dari bagian-bagian utama, yaitu: singkal (moldboard), pisau (share), dan penahan
samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat pada bagian yang disebut
pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang
penarik (beam).
2.5 Slip Roda Traksi Pengolahan Tanah

Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran


roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip
akan membuat traktor sukar untuk melaju, kemampuan laju berkurang, jarak
tempuh lebih sedikit, dan waktu pembajakan menjadi lebih lama

Menurut Sembiring dkk (1990), menyatakan bahwa slip roda dapat terjadi
pada kondisi tanah yang kering ataupun basah dengan adanya beban traktor dan
kondisi tanah itu sendiri. Selain itu, dipengaruhi oleh keadaan vegetasi yang dapat
menghambat atau terjadi kemacetan. pada laju traktor akibat bajak Disc plow
terhambat oleh semak-semak atau alang-alang yang terdapat pada lahan tersebut.

2.6 Efisiensi Pengolahan Tanah


Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses.
Semakin hemat penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin
efisien. Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi
lebih murah dan cepat (Harry, 2010). Efisiensi kinerja ialah suatu ukuran efektivitas
fungsional suatu mesin, misalnya persentase perolehan produk bermanfaat dari
penggunaan sebuah mesin pemanen.
Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Ef = (KLT)/(KLE) x 100 %
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua dengan
implemen bajak singkal dilakukan di lahan percobaan Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember pada tanggal 05 November 2019.
Sedangkan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin
Pertanian FTP Universitas Jember pada tanggal 07 November 2019.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 1 unit traktor roda
dua, 1 unit bajak singkal, 1 unit stopwatch, 1 buah rollmeter, 4 buah patok dan tali
rafia sepanjang 100 m, manual praktikum dan alat tulis, dan 1 unit kamera
dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain
lahan percobaan pengolahan tanah seluas 10 × 20 m dan bahan bakar minyak
(biosolar) 10 L.
3.3 Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1.
3.3.1 Studi literatur
Tahap ini memiliki tujuan dalam meninjau korelasi teori yang memiliki
relevansi terhadap penjabaran ide yang diangkat pada kegiatan praktikum.
Pustaka yang dirujuk berasal dari buku, jurnal ilmiah, internet, manual standar,
dan media lain yang memiliki relevansi.
3.3.2 Persiapan peralatan dan bahan
Persiapan peralatan dan bahan penunjang dilakukan dengan membuat
daftar kebutuhan bahan habis pakai, peralatan dan fasilitas pendukung yang
digunakan selama kegaitan praktikum kemudian mengupayakan pengadaan/
pembelian dan peminjamannya.
Mulai

Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Lokasi

Pengambilan Data

Lebar Kerja dan Kecepatan Kerja dan KLT,KLE,dan EFF


Slip Roda
Kedalaman Kerja Pengolahan Tanah Pengolahan Tanah

Pengolahan Data

Analisis Data

Selesai

Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum

3.3.3 Persiapan lokasi


Persiapan lokasi dilakukan dengan mengukur lahan yang akan dilakukan
pengolahan tanah 10 x 20 m. Kemudian diberi patok dan tali raffia sebagai
pembatas area pengolahan tanah. Lahan percobaan pengolahan tanah
merupakan tanah kering dengan vegetasi rumput liar.
3.3.4 Pengambilan data dan pengolahan data
Alur pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua dengan implemen
bajak singkal dilakukan menggunakan alur tepi. Pengambilan data pengolahan
tanah terdiri atas:

P4 B P3

T...
T6

T4
T2 T1

T3

T5
T7

P1 A P2

Gambar 3.2 Alur pengolahan tanah pertama

a. Slip roda pembajakan


Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat
pengolahan tanah dengan jarak tempuh traktor tanpa beban (tidak
mengolah tanah) dalam putaran roda traksi yang sama. Slip roda dapat
ditentukan dari 5 kali putaran roda. Untuk menghitung slip roda traksi
dipergunakan persamaan berikut:

Dimana SI = Slip roda traksi (%) dalam 5 putaran roda


Sb = Jarak tempuh tractor dengan beban pada 5 putaran roda traksi (m)
So = Jarak tempuh tractor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
b. Lebar kerja dan kedalaman kerja
Lebar kerja diperoleh dengan mengukur lebar furrow yang terbajak
menggunakan mistar. Sedangkan kedalaman olah diukur panjang atau
tinggi antara dasar tanah terbajak dengan permukaan tanah rata Gambar
3.3.

Gambar 3.3 Pengukuran lebar dan kedalaman furrow (Smith et al, 1994)
c. Kecepatan kerja pengolahan tanah
Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan mencatat
jarak/panjang dan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan
kerja sejauh dari Tepi A ke Tepi B (Gambar3.4). Panjang lintasan dan
waktu tempuh diukur di tiap track. Kecepata kerja dihitung menggunakan
persamaan 3.2. Kecepatan kerja pengolahan tanah diperoleh dari
menghitung rata-rata kecepatan kerja pada semua track.

Keterangan: v = Kecepatan kerja (m/det)


s = Jarak lintasan kerja antar tepi A dan tepi B (meter)
t = Waktu tempuh (detik)

A B
s (m)

t (detik)

Gambar 3.4 Lintasan kerja pengolahan tanah


d. Kapasitas lapang teoritik (KLT)
Kapasitas lapang teoritis dari sebuah implemen adalah jumlah
luasan kerja yang diperoleh jika mesin beroperasi pada 100% dari lebar
implemennya. Perhitungan KLT (ha/jam) menggunakan parameter
kecepatan kerja (v, m/detik) dan lebar implemen (LB, meter) dari hasil
pengukuran adalah dengan persamaan 3.3:

e. Kapasitas lapang efektif (KLE)


Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif (KLE) merupakan
perhitungan kapasitas lapang dengan mengukur luasan lahan yang diolah
dalam setiap satuan waktu. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung KLE adalah sebagai berikut:

Keterangan: KLE = Kapasitas lapang efektif (ha/jam)


A = Luas lahan yang diolah (m2)
tK = Total waktu pengolahan tanah (detik)
f. Efisiensi lapang pengolahan tanah (Eff)
Efisiensi Lapang Pengolahan tanah (Eff, %) diperoleh dari
perbandingan nilai KLE dengan nilai KLT. Nilai Eff dihitung
menggunakan persamaan 3.5.

3.3.5 Analisis Data


Dari hasil pengolahan data dan perhitungan menggunakan persamaan
empiris, data kemudian disajikan dalam tabulasi. Lalu dianalisis secara
deskriptif dengan melihat kecenderungan data dan didukung dengan teori dan
keadaan lapangan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Pengolahan Tanah Pertama menggunakan Traktor Roda Dua


dengan Implemen Bajak Singkal
Pengolahan tanah pertama bertujuan untuk memotong, membalik tanah, dan
menenggelamkan gulma. Pada praktikum ini, bertujuan untuk mengetahui efisiensi
kerja yang maksimal. Pada praktikum ini kami menggunakan traktor tangan
berukuran sedang dengan tenaga penggerak 5-7 Hp. Traktor yang kami gunakan
memakai roda karet dan diberi implement bajak singkal. Pembajakan ini kami
lakukan pada tanah yang agak berbatu serta banyak sampah. Tipe pembajakan yang
kami terapkan yaitu pola tepi. Banyaknya jalur yang terbentuk pada praktik
pembajakan ini sebanyak 26 track. Dilakukan juga penghitungan slip roda, lebar
kerja dan kedalaman kerja, kecepatan kerja, dan menghitung KLT, KLE, dan Eff
kerja. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini akan dijelaskan secara rinci pada
sub bab berikutnya. Hasil akhir yang didapat, yaitu efisiensi kerja pada jalur
pertama.
4.2 Slip Roda Traksi pada Pengolahan Tanah Pertama
Dari hasil kegiatan praktikum, didapat data slip roda traksi sebagai berikut :
So (m) Sb (m) Slip (%)
Pengulangan
Ka Ki Ka Ki Ka Ki
1 9,48 9,21 8,73 8,75 791% 499%
Tabel 4.2. Data slip roda traksi pengolahan tanah pertama
Berdasarkan pengolahan tanah yang dilakukan, dapat diperoleh hasil bahwa
kapasitas slip yang terjadi pada percobaan dengan menggunakan traktor roda dua
dan dengan menggunakan dua kali percobaan, pertama menggunakan beban dan
tanpa menggunakan beban. Dari data tersebut didapat hasil yang berbeda, dapat
dilihat bahwa nilai slip tertinggi terjadi pada roda sebelah kanan, yaitu sebesar
7,91% dan terendah terjadi pada ban sebelah kiri sebesar 4,99%.
4.3 Lebar Kerja dan Kedalaman Kerja Pengolahan Tanah Pertama
Dari praktikum didapat hasil data lebar kerja dan kedalaman kerja sebagai
berikut :
Kedalaman olah
Track Lebar olah (mm)
(mm)
T1 126,7 68,3
T2 126,7 65,6
T3 110 63,3
T4 125 60,3
T5 116,7 61,6
T6 111,7 60
T7 111,7 58,3
T8 125 55
T9 143,3 71,6
T10 106,7 65
T11 103,3 48,3
T12 138,3 76,6
T13 126,7 55
T14 133,3 62,6
T15 143,3 78,6
T16 126,7 71
T17 103,3 55
T18 120 62,6
T19 150 76
T20 105 61,3
T21 140 64,3
T22 130 63,3
T23 123,3 70
T24 126,7 68,3
T25 120 62,6
T26 140 77
Rata-rata 124,36 64,67
Tabel 4.3. Tabel lebar dan kedalaman kerja
Berdasarkan hasil operasional traktor tangan di lapang sebanyak 26 track
pembajakan, didapatkan hasil rata-rata lebar kerja olah 124,36 mm dan kedalaman
kerja olah 64.67 mm. Dengan kata lain lebar kerja olah dua kali lebih panjang dari
kedalaman kerja olah. Traktor yang digunakan adalah traktor tangan dengan
implemen bajak singkal yang memiliki lebar kerja teoritis sebesar 0,27. Tekanan
yang diberikan pada bajak singkal akan mempengaruhi kedalaman olah tanah itu
sendiri, semakin menekan ke bawah kedalamannya pun akan semakin dalam. Tabel
4.3 menunjukan hasil lebar kerja dan kedalaman kerja pada pengelolaan tanah yang
di lakukan dengan 26 track pembajakan. Hasil kedalaman pembajakan yang ideal
ialah 10-15 cm. Sementara hasil yang diperoleh rata-rata hanya 64, 67 mm. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh tekstur tanah yang agak berbatu serta banyak sisa-
sisa tumbuhan atau karena kurangnya keterampilan membajak oleh operator.
4.4 Bagaimana Kecepatan Kerja Pengolahan Tanah Pertama
Dari praktikum didapat hasil data kecepatan kerja pada pengolahan tanah
pertama sebagai berikut :

Track Panjang lintasan (m) Waktu tempuh (detik) Kecepatan (m/s)


T1 11 54 0,20
T2 10 45 0,22
T3 9,93 65 0,15
T4 9,74 45 0,22
T5 11,9 60 0,20
T6 9,98 44 0,23
T7 10,3 48 0,21
T8 9,47 47 0,20
T9 11,2 52 0,22
T10 9,8 51 0,19
T11 9,82 66 0,15
T12 11,2 62 0,18
T13 9,99 34 0,29
T14 11,5 42 0,27
T15 11 58 0,19
T16 10,2 40 0,26
T17 11 60 0,18
T18 10 49 0,20
T19 10,3 60 0,17
T20 10,9 56 0,19
T21 9,85 67 0,15
T22 9,86 49 0,20
T23 9,91 54 0,18
T24 10,4 44 0,24
T25 9,94 58 0,17
T26 9,89 52 0,19
Rata-rata 10,35 52,38 0,20
Tabel 4.4. Tabel kecepatan kerja
Dari tabel 4.4 dapat di lihat kecepatan tertinggi ada pada pengelolaan tanah ke-
13 yaitu 0.29 m/s, sedangkan untuk kecepatan yang terendah ada pada pengelolaan
tanah ke-3 dan ke-11. Rata-rata panjang lintasan pengelolaan tanah pertama yaitu
10,35 m , rata-rata waktu tempuh pengelolaan tanah pertama yaitu 52,38 s dan
kecepatan rata-rata dari semua track pembajakan yaitu 0,20 m/s. Kecepatan kerja
pengelolaan tanah setiap track berbeda, faktor yang mempengaruhi perbedaan yaitu
panjang lintasan yang di olah dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pembajakan pada masing-masing lintasan.
4.5 Kapasitas Lapang Teoritik (KLT), Kapasitas Lapang Efektif (KLE), dan
Efisiensi Lapang (Eff) Pengolahan Tanah
Dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan, didapatkan data pengukuran
Kapasitas Lapang Teoritik (KLT), Kapasitas Lapang Efektif (KLE), dan Efisiensi
Lapang (Eff) pengolahan tanah.
Kapasitas Lapang Teoritik (KLT) diperoleh menggunakan rumus pada
persamaan (3.3), kemudian dikonversikan ke dalam Ha/jam sehingga diperoleh
nilai KLT sebesar 0,01872 Ha/jam.
Sedangkan, Kapasitas Lapang Efektif (KLE) diperoleh menggunakan rumus
pada persamaan (3.4). Berdasarkan hasil pengukuran, untuk melakukan
pengolahan tanah I menggunakan bajak singkal pada lahan seluas 0,0108 Ha,
traktor tangan membutuhkan waktu sebesar 0,652 jam atau setara dengan 39 menit
49 detik. Jadi, besarnya Kapasitas Lapang Efektif berdasarkan hasil pengamatan
pada tanah yang diolah adalah 0.0165 Ha/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas
Lapang Efektif, diperoleh efisiensi kerja traktor tangan sebesar 88,26%. Efisiensi
ini merupakan perbandingan Kapasitas Lapang Efektif dengan Kapasitas Lapang
Teoritis seperti pada persamaan (3.5).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
a. Penggunaan traktor tangan dengan implement bajak singkal dalam proses
pengolahan tanah pertama bisa efektif apabila dilakukan dengan cara dan teknik
yang benar.
b. Hasil penghitungan slip roda traksi yang diperoleh dari lintasan pertama ialah
7,91% untuk roda kanan sedangkan roda kiri 4,99%.
c. Hasil penghitungan lebar kerja dan kedalaman kerja 26 lintasan, rata-rata lebar
kerja yaitu 124,36 mm. Sedangkan rata-rata dari kedalaman pembajakan 64, 67
mm.
d. Hasil yang diperoleh dari penghitungan kecepatan kerja rata-rata dari semua
track pembajakan yaitu 0,20 m/s.
e. Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran Kapasitas
Lapang Teoritik (KLT) sebesar 0,01872 Ha/jam, Kapasitas Lapang Efektif (KLE)
sebesar 0.0165 Ha/jam, dan Efisiensi Lapang (Eff) pengolahan tanah sebesar
88,26%.
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
a. Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih teratur dan tertib agar hasil
yang dicapai dalam praktikum menjadi maksimal.
b. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan lebih terperinci dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunda
dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, 2012. Bajak Singkal. Institut Pertanian Bogor. LTAS Mekanisasi dan
Teknologi Hasil Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. Bogor.

Frans J. Daywin, Moeljarno D dan R.G. Sitompul: Motor Bakar Internal dan
Tenaga di Bidang Pertanian, 1991 IPB Bogor.

Santoso, Andasuryani, Rinaldi S, Dede P. 2007. Modifikasi Rotary Tiller sebagai


Implement pada Traktor Tangan. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 5. No.
1: 66.

Smith, D. W., B. G. Sims, dan D. H. O’Niell. 1994. Testing and Evaluation of


Agricultural Machinery and Equipment: Principles and Practices. Roma:
Food and Agriculture Organization.

Smith, H.P., Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani (terjemahan Tri
Purwadi). Yogyakarta: UGM Press.

Suhardi, Sutedja. 2001. Pengelolaan Tanah Pertanian. Bogor: Indoraya.

Anda mungkin juga menyukai