BAHAN AJAR
“PERSIAPAN LAHAN”
KELAS XII
PAKET KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN SAYURAN
SMKN 1 SINGGAH
Definisi
Tradisional
Peralatan Pengolahan
Lahan
Modern
Sanitasi lahan
Minimum
TOT
Pola Tepi
Pola Pengolahan
Pola Keliling Tengah
Pengolahan pertama
Teknik pengolahan lahan
Pengolahan kedua
Pembuatan bedengan
Bedengan
Pembuatan saluran irigasi
B. Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari bahan ajar dan sumber belajar yang lain serta peralatan yang memadai,
maka siswa mampu menerapkan teknik pengolahan lahan dan melaksanakan persiapan lahan
tanaman pangan sesuai prosedur.
• DEFINISI
Pengolahan lahan adalah suatu acara meperbaiki struktur tanah dengan menggunakan
alat sepeti bajak , cangkul , atau garu yang ditarik dengan banyak sekali sumber tenaga ,
menyerupai tenaga insan , tenaga hewan , dan mesin pertanian (traktor) sehingga tanah
menjadi gembur , lembek , aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik.
Tujuan pengolahan lahan antara lain yaitu :
1. Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik
2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
3. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi berjalan dengan baik
4. Menurunkan laju erosi
5. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan
6. Menyatukan pupuk dengan tanah
7. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi
• PERALATAN PENGOLAHAN LAHAN
1. Menggunakan bajak secara tradisional
Sistem ini menggunakan peralatan pertanian tradisional dengan alat
pengolahan tanah seperti bajak dan cangkul. Penggunaan alat sederhana dengan cangkul
dalam menimbun sisa-sisa tanaman dan vegetasi memerlukan 40-80 hari kerja/ha.
Gambar 1. a. Pengolahan lahan dengan cangkul, b. Pengolahan lahan dengan alat yang
ditarik ternak (Anonymous, 2018)
a. b
c. d.
Gambar 3. a. Bajak singkal, b. Bajak rotari, c. Garu (gebeleg), d. Roda sangkar.
- Prinsip kerja trakator
Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan
menggunakan tenaga penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel.
Sebagai mesin pengolah tanah, traktor digunakan untuk menarik peralatan
pengolahan tanah, seperti bajak piring, garu piring dan lain-lain. Selanjutnya,
persyaratan penggunaan peralatan ini adalah beban yang ditarik (bajak, garu, rotari,
gerobak) masih dalam batas kemampuan daya tarik dari traktor, sesuaikan jenis roda
yang dipakai dengan kebutuhan operasi di lapangan, untuk pengolahan tanah di
lahan sawah, gunakan roda sangkar, sedangkan untuk operasi di lahan kering atau di
jalan untuk transportasi dapat digunakan roda ban karet.
- Kegunaan traktor
Kegunaan traktor tangan di bidang pertanian adalah untuk menarik
peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, dan garu, juga
alat transportasi seperti gerobak. Untuk menggerakkan peralatan stasioner, seperti
generator listrik,mesin pompa air, mesin penggilingan gabah, dan lain-lain. Traktor
tangan sebagai bagian utama dari mesin pengolah tanah yang harus dilengkapi
dengan peralatan pengolah tanah, seperti bajak dan garu.
b. Traktor roda 4
Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi
dengan peralatan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak piring, garu
piring, dll. Secara umum traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga
penggerak dari motor diesel dengan didukung empat buah roda. Traktor ini
dirancang untuk bekerja di lahan kering, bukan untuk lahan sawah. Berdasarkan
ukurannya dibedakan menjadi traktor mini, menengah, dan traktor besar.
a b
. .
Gambar 4. a. Traktor roda 4, b. Bajak singkal traktor roda 4 (Anonymous, 2018)
Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas tempat
duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolahtanah dipasangkan atau
disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point atau
penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dankanan, sedangkan satu
tuas lainnya berada dibagian atas system penyambungan titik tiga, disebut top link
(tuas penyambung bagian atas). Dengan menggunakan sistem penyambungan ini
pengaturan posisi peralatan (bajak, dan lain-lain.) yang diinginkan dapat diatur
dengan memanjangkan atau memendekkan tuas penyambung atas. Selanjutnya
untukmengamankan agar traktor tidak terangkat pada saat dioperasikan untuk
pengolahan tanah, maka traktor perlu disetimbangkan dengan memasang beban
tambahan pada bagian depan traktor. Dengan melakukan persiapan seperti ini, maka
traktor telah siap dioperasikan
untuk pengolahan tanah
Persyaratan penggunaan traktor roda empat dalam pengolahan tanah
adalah:
a. Atur posisi sudut bajak (peralatan yang lain) dengan permukaan
tanah disesuaikan dengan kondisi tanahnya (tanah berat atau ringan),
b. Pengaturan posisi sudut bajak dilakukan melalui tuas penyambungan
titik tiga,
c. Pasangkan beban penyeimbang dibagian depan traktor, dan
d. Traktor siap dioperasikan untuk mengolah tanah.
Traktor roda empat merupakan mesin yang berfungsi untuk penghela atau penarik
peralatan. Untuk dapat digunakan sebagai mesin pengolahan tanah, maka harus
dilengkapi dengan perlengkapan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak pirang,
garu piring, alat penyemprot hama dan penyakit tanaman, dan lain-lain.
• SANITASI LAHAN
Sanitasi adalah pembersihan lahan dari hal – hal yang menggangu pertumbuhan
tanaman seperti gulma, sisa tanaman, dan bebatuan. Selain lahan yang dibudidayakan
galengan sawah dibersihkan dari rerumputan , diperbaiki , dan dibuat agak tinggi.
Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar
tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan
kebutuhan air selama ada tanaman padi .
Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut
bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang
terbawa masuk ke dalam petakan . Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah
dibersihkan sebelum tanah diolah. Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke
tempat lain untuk pakan ternak, atau dijadikan pupuk kompos, atau bahan bakar.
Pembersihan sisa – sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan , cangkul atau
linggis.
• SISTEM PENGOLAHAN TANAH
1. No tillage (Tanpa Olah Tanah / TOT)
Pengolahan lahan no tillage atau TOT merupakan sistem pengolahan tanah yang
merupakan adopsi sistem perladangan dengan memasukkan konsep pertanian
modern. Tanah dibiarkan tidak terganggu, kecuali alur kecil atau lubang untuk
penempatan benih atau bibit. Sebelum tanam sisa tanaman atau gulma dikendalikan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit tersebut.
Seresah tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan tanah ini dapat berperan
sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat
memperbaiki sifat dan tata air tanah.
Pada sistem tanpa olah tanah (TOT), erosi tanah dapat diperkecil dari
17.2ton/ha/tahun menjadi 1 ton/ha/tahun dan aliran permukaan ditekan 30 – 45%.
Keuntungan lain yang di dapat pada sistim tanpa olah tanah yaitu adanya kepadatan
perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air tersedia bagi tanaman
makin banyak.
2. Minimum tillage (pengolahan lahan secara minimal)
Pengolahan minimum (minimum tillage) merupakan suatu pengolahan lahan yang
dilakukan seperlunya saja (seminim mungkin), disesuaikan dengan kebutuhan
pertanaman dan kondisi tanah. Pengolahan minimum bertujuan agar tanah tidak
mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan tanah sakit (sick soil) dan menjaga
struktur tanah. Selain itu, dengan pengolahan minimum dapat menghemat biaya
produksi.
Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang diolah hanya pada spot-spot tertentu
dimana tanaman yang akan dibudidayakan tersebut ditanam. Pengolahan tanah
biasanya dilakukan pada bagian perakaran tanaman saja (sesuai kebutuhan tanaman),
sehingga bagian tanah yang tidak diolah akan terjaga struktur tanahnya karena
agregat tanah tidak rusak dan mikroorganisme tanah berkembang dengan baik.
Pada pengolahan minimum, tidak semua lahan tidak diolah sehingga ada spot-spot
dari lahan tersebut yang diistirahatkan. Hal tersebut dapat memperbaiki struktur
tanah karena dalam lahan yang diistirahatkan, mikroorganisme tanah akan melakukan
dekomposisi bahan-bahan organik. Selain itu, mikroorganisme akan
mengimmobilisasi logam-logam berat sisa pemupukan yang ada dalam tanah sperti
Al, Fe dan Mn.
3. Maximum tillage (pengolahan lahan secara maksimal)
Pengolahan lahan secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara intensif
yaang dilakukan pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama pengolahan lahan
maksimal ini antara lain adalah membabat bersih, membakar atau menyingkirkan sisa
tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal penanaman serta melalukan
pengolahan tanah lebih dari satu kali baru ditanamai.
a b
. .
Gambar 5. a. Pola pengolahan tengah, b. Pola pengolahan dilahan.
a b
. .
Gambar 6. a. Pola pengolahan tepi, b. Pola pengolahan tepi
Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Yaitu alur bajakan yang
saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak tertutup
oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan
lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.
- Pola Keliling Tengah
Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan sejajar sisi
lahan, sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal
pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokan traktor.
Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas.
Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak
terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak
terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
• BEDENGAN
Kata bedengan berasal dari bahasa Inggris “bed” yang berarti tempat tidur, dalam hal
ini tentu saja tempat tidur tanaman, sehingga dapat diartikan bedengan adalah
sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Bedengan adalah tempat tumbuhnya tanaman
budidaya dengan cara meninggikan tanah dan memberikan perlakuan khusus dengan
menambahkan pupuk dasar berupa pupuk organik, pupuk kandang atau kompos.
Kata drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang berarti pembuangan air
sehingga saluran drainase dapat diartikan sebagai saluran pembuangan air, dalam hal
ini saluran pembuanagan air diantara bedengan untuk kemudian ke tempat yang lebih
rendah. Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau
buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini
dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Irigasi dan drainase merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air
di bidang pertanian maupun tata ruang. Drainase terbagi menjadi 4 yaitu: drainase
utama, drainase sekuder, drainase tersier, drainase laut.
Tujuan utama pembuatan saluran drainase adalah untuk mencegah genangan dengan
mengalirkan air aliran permukaan, sehingga kekuatan air mengalir tidak merusak
tanah, tanaman, dan/atau bangunan konservasi lainnya. Di areal rawan longsor,
pembuatan saluran drainase ditujukan untuk mengurangi laju infiltrasi dan perkolasi,
sehingga tanah.
Petakan bedengan
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak
tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm.Lebar bedangan
bayam satu meter dan tinggi 20-30 cm sedangkan panjangnya mengikuti kondisi
lahan. Jarak antar bedengan 30 cm. Sebaiknya bedengan membujur dari timur-barat
untuk mendapatkan pencahayaan yang maksimal. Bedengan tanaman sawi yang
digunakan sebaiknya berukuran lebar 100-120 cm dan tinggi 30 cm. Jarak baris dalam
bedengan 15 cm dan jarak tanam dalam bedengan 10-15 cm.
UJI KOMPETENSI
Ariesman. 2012. Mempelajari Pola Pengolahan Tanah Pada Lahan Kering Menggunakan
Traktor Tangan Dengan Bajak Rotari [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Kementerian Pertanian. 2015. Modul Traktor Roda Dua. Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian.
Singh, A. dan Kaur, J. 2012. Impact of conservation tillage on soil properties in ricewheat
cropping system. Agricultural Science Research. (2) 1: 30–41
Suryana, Rachmat. 2004. Tanah dan Teknologi Pengelolaannya. Jawa Barat : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtamat)