Anda di halaman 1dari 9

AGRO PLANTATIONS

PENGENDALIAN GULMA DI AREAL TANAMAN


MENGHASILKAN

1. Tujuan

Membebaskan piringan/gawangan dan tempat pengumpulan hasil (TPH)dari


gulma agar memudahkan perolehan hasil panen yang efisien dan untuk
meminimalkan persaingan hara, kelembaban dan sinar matahari, dan untuk
mengendalikan gulma yang merugikan yang pada akhirnya dapat
menghambat kegiatan untuk operasi lapangan yang efektif.

2. Kebijakan

2.1 Seluruh blok harus diperiksa terlebih dahulu oleh pelaksana perkebunan sebelum
dilakukan penyemprotan agar pemilihan Herbisida dan peralatan yang tepat
sesuai dengan kondisi lapangan dapat dilakukan.

2.2 Piringan/gawangan dan TPH harus dijaga agar relatif bebas dari gulma (tutupan
gulma lunak <30%) dan pasar pikul setiap saat dengan mudah dapat dilalui.
Seluruh gulma yang merugikan harus ditiadakan.

2.3 Mintalah saran dari Penasihat Agronomi untuk penggunaan setiap Herbisida
baru yang terus-menerus bermunculan di pasaran.

2.4 Semua kacangan harus dipelihara setiap saat. Pengendalian gulma selektif secara
manual digalakkan di areal yang kondisi gulma berbahaya yang jarang-
jarang. Pengendalian gulma yang berlebihan harus dihindari. Jangan
menciptakan kondisi tanah yang gundul yang tidak diperlukan dengan
penyemprotan berlebihan.

2.5 Piringan harus dijaga agar tetap bersih dengan menggaruk-piringan sekurang-
kurangnya setahun sekali dan harus dilaksanakan setelah pruning.

3. Panduan dan Prosedur Operasi Standar

3.1 Pengendalian Gulma

3.1.1 Piringan harus dipelihara relatif bebas dari gulma (tutupan gulma <20%
sepanjang waktu) untuk memudahkan kutip brondolan.

-1–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.1.2 Pada umumnya, jari-jari piringan TIDAK LEBIH DARI 2,5 m, yang memanjang
dari pokok kelapa sawit ke ujung daun. Piringan yang lebar berlebihan harus
dihindari.

3.1.3 Pasar pikul dengan lebar satu meter (disemprot sekali jalan dengan nozel flood
jet atau CDA) harus dipertahankan secara rutin untuk menjamin akses yang
mudah sepanjang waktu dengan menggunakan campuran herbisida yang
tepat. Untuk areal datar hingga bergelombang dengan akses yang baik,
sebaiknya menggunakan rotor-slashing.

3.1.4 Pembersihan gulma secara selektif harus dilaksanakan secara rutin maksimum
dengan interval tidak lebih dari 6 bulan. Tanaman nectariferous yang
menguntungkan yang meningkatkan populasi predator alami hama pemakan
daun (misalnya Mahasena corbetti, Setora nitens, dll.) harus diupayakan
bilamana dipandang memungkinkan.

3.1.5 Seluruh batang kelapa sawit harus dijaga agar bebas dari kayu yang tidak
diinginkan atau epiphytes seperti Ficus spp, Clidemia spp dll. Pengendalian
dapat dicapai dengan mengoles tangkai epiphytes dengan campuran yang
sesuai seperti Garlon dalam solar (1:18).

3.1.6 Bilamana vegetasi tanah jarang, maka batang kelapa sawit tidak boleh disemprot
dalam upaya meminimalkan resiko kemungkinan munculnya hama serangga.

3.1.7 Tidak ada satu jenis herbisida yang dapat mematikan seluruh spesies gulma.
Agar dapat memilih campuran herbisida yang paling sesuai untuk mencapai
efektivitas yang dikehendaki dari segi biaya, maka sifat campuran herbisida
dan modus serta spektrum gulma perlu dipahami.

3.1.8 Untuk mencapai kendali efektif atas penyemprotan selektif, maka penyemprotan
perlu dilakukan pada waktu dan cuaca yang tepat dan dengan volume
semprotan yang tepat pula untuk mencapai cakupan yang merata
sebagaimana yang disyaratkan.

3.1.9 Surfaktan yang umum dikenal sebagai bahan pembasah hanya boleh
ditambahkan pada campuran untuk gulma tertentu guna meningkatkan kerja
herbisida sehingga akan meningkatkan efektivitas pemberian herbisida. Jika
tidak demikian, umumnya tidak diperlukan.

3.1.10 Surfaktan tidak hanya mengurangi stres permukaan untuk memperbesar daerah
kontak antara tetes semprotan dan permukaan daun tetapi juga yang
tercantum di bawah ini perlu diperhatikan:

-2–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

 Surfaktan yang keliru dapat memecah emulsi atau menggumpalkan


emulsi.
 Adjuvant harus ditambahkan untuk meningkatkan khasiat bahan kimia
dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyerap ke jaringan
tanaman tetapi biasanya lebih mahal dari pada surfaktan.

3.1.11 Sebagai panduan umum, herbisida / campuran yang disarankan untuk gulma
yang menjadi target beserta laju pemberian terkait terangkum pada Tabel 2,
Tabel 3.

3.2 Keamanan Tanaman dan Fitotoksisitas Weedicide

Penyemprotan berkabut berlebihan dengan herbisida hormonal seperti 2,4-D


amina dan tricloxpyr dapat berpengaruh pada pertumbuhan normal kelapa
sawit. Herbisida ini dikenal memicu parthenocarpy dan bahkan membuat
tandan gugur pada tahap pertumbuhan kemudian. Keamanan atas tanaman
berarti bahwa herbisida yang digunakan tidak memiliki efek fitotoksik
terhadap kelapa sawit. Sebagian dari gejala fitotoksisitas adalah:

i. Terbakarnya daun kelapa sawit bawah pada kelapa sawit muda.


ii. Disorientasi spiral daun kelapa sawit.
iii. Runtuhnya kanopi kelapa sawit muda
iv. Terpilinnya dan tertekuknya daun kelapa sawit.
v. Patahnya daun kelapa sawit
vi. Terhambatnya pertumbuhan daun tombak.

3.3 Penyemprotan: Kalibrasi

3.3.1 Untuk menjamin penggunaan herbisida secara ekonomis dan efektif, volume
semprotan harus diperiksa secara rutin. SETIAP HARI DI AWAL
PEKERJAAN, jadikan itu sesuatu yang rutin.

3.3.2 Dengan teknik yang lebih baru, yaitu penyemprotan ULV dengan CDA,
kalibrasi yang tepat menjadi sangat penting mengingat tingginya konsentrasi
bahan kimia yang digunakan. Kesalahan kecil dalam pemberian akan terasa
besar dampaknya yang dapat mengakibatkan kelebihan atau kekurangan
dosis herbisida yang mengakibatkan herbisida terbuang sia-sia atau
gulmanya tidak mati sempurna.

3.3.3 Oleh sebab itu yang perlu diperhatikan adalah tiga variabel yang menentukan
volume semprotan yang diberikan pada daerah yang dimaksud, yaitu lebar
semprotan (swathe), kecepatan berjalannya operator dan tekanan
penyemprotan (laju aliran).

-3–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.4 Swathe (atau Lebar Semprotan)

3.4.1 Biasanya penyemprotan herbisida memerlukan pemberian semprotan yang


merata pada lajur selebar 1,0 - 1,2 meter dari gulma dengan sekali jalan.

3.4.2 Lebar lajur yang biasanya ditangani bergantung pada sudut semprotan yang
dilepas dari nozel, sudut proyeksi ke depan dari semprotan ke tanah dan
ketinggian nozel.

3.4.3 Tabel 1 memperlihatkan dampak dari sudut penyemprotan dan ketinggian nozel
40 cm dari tanah dan dengan sudut semprotan 120, maka lebar semprotan
(swathe) adalah 1,39 m. Tekanan operasi normal harus dipertahankan untuk
conventional knapsack sprayer (CKS).

Tabel 1

Sudut Semprotan Jarak dari orifice nozel (cm)


20 40 60 80
Lebar Semprotan Teoritis (cm)
65% 25 51 76 102
80% 43 67 101 134
95% 44 87 131 175
120% 69 139 208 277

3.5 Kecepatan

3.5.1 Kecepatan berjalannya operator bergantung pada areal, kerapatan vegetasi dan
laju volume yang diperlukan.

3.5.2 Operator dapat mempertahankan kecepatan berjalan sejauh 2 kilometer dalam


satu jam di sebagian besar situasi perkebunan.

3.5.3 Pemeriksaan secara cepat atas kecepatan berjalannya operator dapat dilakukan
dengan mengukur jarak yang disemprot dalam 10 detik. Kecepatan berjalan
ini harus dijaga tetap konstan selama penyemprotan berlangsung. Katakanlah
0,8 m per detik atau 48 m / menit.

-4–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.6 Laju Aliran

3.6.1 Laju aliran bergantung pada tekanan penyemprotan dan / atau ukuran orifice
nozel.

3.6.2 Karena keluaran sebanding dengan akar kuadrat tekanan, maka hanya perubahan
terbatas pada keluaran yang dapat dicapai dengan variasi kecil pada tekanan
pompa.

3.6.3 Nozel harus diganti apabila menghasilkan pola semprotan yang tidak rata,
karena keluarannya akan berbeda secara signifikan dari keluaran yang sudah
di’rate’ dari nozel baru.

3.6.4 Untuk pompa CKS, dengan mengambil asumsi larutan 18 liter dihabiskan dalam
20 menit, maka laju aliran menjadi 0,9 liter / menit.

3.6.5 Jadi, dalam menghitung Volume Semprotan yang diperlukan, EMPAT faktor
harus dipertimbangkan:

 LAJU ALIRAN (f): LITER PER MENIT


 LEBAR SEMPROTAN (W): METER
 KECEPATAN BERJALAN (s): METER PER MENIT
 KONSTANTA (c): 10.000

Laju aliran (Ltr/menit) x Konstanta


Volume Semprotan = -----------------------------------
Swathe (m) x Kecepatan (m/menit)

0,90 x 10.000
= -------------------------------
1,39 x Kecepatan (m/menit)

= 135 liter / ha atau 7,5 pompa / ha

-5–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.7 Kendali Penyemprotan

3.7.1 Perencanaan penyemprotan akan menghasilkan kendali yang lebih baik atas
biaya dan efektivitas.

3.7.2 Sebelum menyemprot lapangan, penilaian atas gulma utama harus dilakukan dan
jenis herbisida yang digunakan serta cara pemberian harus ditetapkan.

3.7.3 Kebutuhan jumlah bahan kimia, air dan tenaga kerja dapat ditentukan
sebelumnya dan informasi ini harus digunakan untuk memantau operasi
lapangan yang sebenarnya.

3.7.4 Penetapan biaya harian dan pemeriksaan lapangan rutin atas operator
penyemprotan sangat penting.

Tabel 2: Herbisida Umum Yang Digunakan dan Karakteristiknya

Nama Dagang Bahan Aktif Modus Kerja Gulma Yang Menjadi


Sasaran
Gramoxone Parakuat diklorida Kontak Spektrum Lebar
2.4-D Amina Garam 2,4-D Kontak / Sistemik Gulma Daun Lebar
dimetilamina
Ally 20 DF Metsulfuon metil Sistemik Gulma daun lebar
Yams, Wild ginger
Round Up Glysophate 41 % w/w Sistemik Spektrum Lebar
Fusilade Fluazifop - butil Sistemik Rumput Selektif
Paspalum, Eleusine
Starane 200 Fluroxypyr Sistemik Gulma daun lebar
Garlon Triclopyr Sistemik Semak, pohon dan
gulma daun lebar
Basta 15 Glufosinat aluminium Penghambat synthetase Spektrum Lebar
glutamina kontak dan
setengah- Sistemik

-6–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

Tabel 3: Campuran Herbisida

Campuran Dosis / Ha Volume dalam 15 liter air Gulma Sasaran


Herbisida (450 Ltr)

Starane 0,38 Liter 13 ml Starane + 50 ml Daun lebar dan rumput


+ + glyphosate
Glyphosate 1,5 Liter

Ally 20 DF 75 gm 2.5 gm Ally + 60 ml Gulma umum, rumput dan kacang-


+ glyphosate. kacangan
Glyphosate 1,5 liter Gulma kayu clidemia, melastoma,
Eupatorium
Fern – Dicranopteris, Nephrolepis,
Stenochlaena, Adiantum
Wild ginger
Wild yam

Ally 20 DF 75 gm 2.5 gm Ally + 50 ml paraquat Gulma umum, rumput dan kacang-


+ kacangan
Paraquat 1,5 liter Gulma kayu Clidemia, melastoma,
Eupatorium
Fern – Dicranopteris, Nephrolepis,
Stenochlaena, Adiantum
Wild ginger
Wild yam

Glyphosate 1,5 liter 50 ml Glyphosate Golongan rumput-rumputan, teki-


tekian

-7–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

4. Lingkungan

Jangan membuang kelebihan campuran, bahan kimia, atau wadah di


lapangan. Lihat saran pada label dan kebijakan perusahaan mengenai
panduan dalam hal penanganan, penyimpanan dan pembuangan. Gunakan
Herbisida dan Pestisida bila mutlak diperlukan dan dengan bijak mengenai
hama yang menjadi sasaran.

Lihat panduan Perusahaan mengenai Kebijakan Lingkungan.

5. Keselamatan dan Kesehatan

Pakaian pelindung yang tepat harus dikenakan selama operasi penyemprotan


berlangsung (misalnya: perisai wajah, masker, apron, sarung tangan
pengaman),

Bacalah label produk dan instruksi sebelum menggunakan pestisida,


misalnya: herbisida / pestisida, dan

Cuci tangan setelah menyemprot pestisida, misalnya: herbisida, pestisida,


dll.

Lihat panduan Perusahaan mengenai Kebijakan Kesehatan dan Keamanan.

6. Sosial

Tidak ada

7. Mutu dan Standar

Piringan/gawangan dan TPH dijaga agar bebas dari gulma (penutupan gulma
<30%) sepanjang waktu dan tidak ada gulma yang merugikan. Kondisi tanah
gundul harus dihindari, kacangan harus dipelihara dan rumput lunak
dianjurkan berada di interline dan pasar pikul. Pasar pikul harus dijaga agar
dapat dilalui sepanjang waktu.

-8–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

8. Parameter Produktivitas

Lihat Lampiran A

9. Catatan

Lihat Lampiran B.

Diterjemahkan dari naskah bahasa Inggris oleh Kintawati Purnomo, S.Pd., penerjemah resmi dan
bersumpah yang diangkat oleh Gubernur KDKI Jakarta dengan SK No. 5226/1998.

-9–
Kode Referensi: OP/C20/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai