Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB X. PEMELIHARAAN TM

No. Dokumen : SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM

Dilarang menggandakan atau memperbanyak dokumen ini dalam bentuk


apapun tanpa ijin tertulis dari PT. DINAMIKAPRIMA ARTHA

SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


10.1. SENSUS POHON
Sensus pohon dengan menggunakan stiple card dimulai pada TM 1 (paling lambat umur 36
bulan) dan diulangi setiap 5 tahun.
Hasil sensus pohon dicatat dalam form stiple card dan diupdate setiap kali ada perubahan.
Pada TM muda selain sensus jumlah pohon, masih dilakukan juga sensus pohon abnormal
secara visual dan jika ditemukan di lapangan harus dibongkar dan disisip.

Giant Giant

Gambar 71. Contoh pohon non produktif yang terdapat di lapangan

10.2. PERAWATAN PIRINGAN, JALAN PIKUL DAN JALAN KONTROL


Pemeliharaan akses ke dalam blok dan tanaman dilakukan untuk mempermudah
pemanenan, pemupukan, penunasan dan pengawasan. Pemeliharaan akses dimaksudkan
pula untuk mengurangi kompetisi antara tanaman dengan gulma dalam penyerapan hara,
air dan cahaya matahari sehingga pertumbuhan bisa optimal.
Ketentuan :
a. Piringan, jalan pikul dan jalan kontrol bebas dari semua gulma.
b. Lebar piringan dengan jari-jari 2 m.
c. Perawatan piringan, jalan pikul, jalan kontrol dan TPH harus dilakukan dalam satu
paket.
d. Perawatan Piringan, Jalan pikul dan Jalan kontrol di sempadan sungai mengikuti SOP
yang berlaku.

10.3. PERAWATAN GAWANGAN


Penjelasan mengenai jenis dan cara pembasmian gulma lihat butir 6.3.

SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


10.4. PEMBERANTASAN LALANG
Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah sedikit,
tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping. Penjelasan cara pengendalian
lalang lihat butir 6.3.
10.5. RAWAT JALAN, PARIT DAN JEMBATAN
Penjelasan lihat Bab 4.
10.6. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Penjelasan lihat Bab 6.
10.7. PENUNASAN DAN PENYUSUNAN PELEPAH

10.7.1. Penunasan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar
penyerbukan.
Pada waktu penunasan pelepah yang mati dan hampir mati serta pelepah yang tidak lagi
memiliki daun harus dipotong. Ketentuan dalam penunasan:
a. Setiap pekerja harus dilengkapi alat kerja yang baik dan sesuai serta dipastikan
sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.
b. Pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon + 15 cm agar brondolan tidak
tersangkut.
c. Jumlah pelepah yang dipertahankan :
Mulai panen sampai ketinggian pohon 90 cm dari buah matang terendah pemanen
tidak dibenarkan memotong pelepah sewaktu memanen. Sesudah rata-rata
mencapai ketinggian ini harus segera dilakukan penunasan pertama dengan system
songgo 2 (dua) dan seterusnya hingga pohon mencapai umur 10 tahun.
d. Apabila tidak terdapat tandan yang matang atau kondisi pohon hanya mempunyai
bunga jantan untuk sementara, maka penunasan harus tetap mempertahankan
jumlah pelepah sesuai Tabel 10.7.1.
Tabel 67. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan
Umur Lingkaran pelepah Jumlah Rotasi/tahun
tanaman pelepah/pohon
(tahun)
≤3 Tidak diperbolehkan memotong pelepah, kecuali pelepah kering pada
saat dilakukan tunas buah pasir
4–7 6–7 48 – 56 (songgo 3) 1,0
8 – 14 5–6 40 – 48 (songgo 2) 1,3
> 15 4 32 – 36 (songgo 1) 1,3

SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali tenaga kerja
cukup. Pelepah hasil tunasan harus disusun sesuai ketentuan pada butir 10.7.2.
Selama musim produksi rendah harus diperhatikan untuk tidak melakukan penunasan
berlebihan karena biasanya tandan terendah terletak dekat dengan mahkota.

10.7.2. Penyusunan Pelepah


Tujuan penyusunan pelepah untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban, memudahkan
kegiatan operasional (perawatan dan panen), menekan pertumbuhan gulma dan
merangsang pertumbuhan akar dan sumber hara.
Cara penyusunan pelepah :
a. Pastikan setiap pekerja sudah menggunakan APD.
b. Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Penyebaran
pelepah tidak boleh mengganggu jalan pikul dan piringan.
c. Susunan pelepah berbentuk L (lihat Gambar 72), untuk memudahkan pelaksanaan di
lapangan, maka penyusunan pelepah harus diatur bergantian, misalnya pada tahun
pertama di susun membujur di gawangan mati, maka tahun berikutnya disusun
melintang di antara pohon.
d. Pelepah yang akan diletakkan di antara pohon dalam barisan, pangkal pelepah harus
diletakkan ke arah gawangan mati dan pucuk daun ke arah jalan pikul.
e. Pada areal yang curam dengan kemiringan <30, peletakan pelepah mengikuti jalan
kontur untuk menahan air.

Gambar 72. Cara penyusunan pelepah

SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


10.8. PEMUPUKAN
Penjelasan, lihat Bab 7.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 02 Januari 2021

Arief Prasetiyono
Chief Operational Officer

SOP/DPA/EST/X-PEMELIHARAAN TM No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021

Anda mungkin juga menyukai