Anda di halaman 1dari 7

STANDARD OPERATION PROCEDURE

LAND CLEARING di LAHAN MINERAL


Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 1 dari 7

UMUM
Faktor lain yang menentukan kuantitas – produksi sesudah jenis tanah dan kualitas bibit
adalah kultur teknis pembukaan lahan. Kualitas dan ketepatan persiapan lahan akan
mempengaruhi beberapa hal, antara lain :
- Biaya pembukaan atau persiapan lahan itu sendiri
- Biaya, kemudahan dan mutu penanaman kelapa sawit
- Masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) atau Immature
- Produksi TBS, CPO, Inti Sawit yang akan diperoleh

TUJUAN
Mempersiapkan lahan untuk kemudahan penanaman kelapa sawit dengan batasan
kriteria kultur teknis persiapan serta di saat penanamannya, sehingga kelapa sawit tertanam
sesuai dengan standard penanaman dibutuhkan (mata lima, tidak ada tegakan di hamparan
penanaman/ clearing, hamparan tanam tertutup cover crop).

MEKANISME
Survey Areal
Pekerjaan pertama yang harus dilakukan dalam persiapan pembukaan lahan adalah ”
survey areal ” sekaligus men – ” design block ”.
Berhasil tidaknya melaksanakan pekerjaan penyiapan lahan perkebunan secara keseluruhan,
tergantung dari persiapan awal yang cermat.
Tujuan survey areal untuk mengetahui keadaan vegetasi, menentukan klasifikasi hutan
(berat, sedang atau ringan) dan menggambarkan topografi areal (datar, bergelombang, berbukit)
yang kesemuanya akan dipakai sebagai dasar ukuran perhitungan biaya operational yang
diterapkan.
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 2 dari 7

Jenis-jenis vegetasi hubungannya dengan penetapan ukuran biaya operational


- Hutan primer (hutan lebat) yi hutan yang belum pernah dikelola manusia dimana
vegetasinya masih padat ~ biaya operational tinggi.
- Hutan sekunder yi hutan yang pernah dikelola manusia dimana kerapatan pohon tidak
begitu padat ~ operational sedang.
- Semak belukar (bawas) yi campuran semak belukar dengan pohon kayu kecil atau bekas
perladangan yang ditinggal ~ biaya operational rendah, tetapi ada kondisi ganti rugi.
- Areal Lalang yi areal bekas perladangan yang telah ditinggal dan ditumbuhi lalang ~
biaya operational rendah.

Block Design
Luas satu block tanaman yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah ± 30 Ha.
Bentuk block
- Dibuat empat persegi panjang dengan ukuran 1000 m x 300 m untuk luasan 30 Ha.
- Panjang jalan 1000 m arahnya ke Utara - Selatan yang merupakan jalan koleksi dan lebar
300 m arah Timur - Barat merupakan jalan produksi; sehingga jalan koleksi yang lebih
sempit dan bila tidak memungkinkan untuk diperkeras akan mendapat penyinaran
matahari sepanjang hari.
- Lebar block dibuat 300 m didasarkan atas kemampuan rata-rata pemanen mengangkut
buah dari dalam blok (rintis tengah) sampai ke TPH sepanjang ± 150 m ( ±16 pokok
dalam 1 baris).

Metode pembukaan lahan


Metode pembukaan lahan yang sudah dikenal di perkebunan kelapa sawit ada beberapa
cara, masing-masing tergantung pada banyak faktor a.l tenaga kerja tersedia, alat yang dipakai,
tehnik pembukaan lahan, bentuk permukaan lahan (terrain), keadaan alam (curah hujan, iklim)
dan lainnya.
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 3 dari 7

Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh nyata terhadap biaya per satuan (Rp./Ha) dari
pembukaan lahan tersebut.

Pembukaan lahan untuk tanaman baru (new planting)


New planting umumnya berasal dari hutan primer, sekunder atau hamparan lalang dengan
kondisi fisik yang tidak selalu sama dengan tempat lain spt topografi, kerapatan hutan,
infrastruktur dan lainnya.

Teknik pembukaan dibagi menjadi beberapa tahapan yang sistematis yi.


1. Imas (underbrushing)
Semua pohon/ tanaman yang berdiameter kurang dari 10 cm, semak dan tanaman
merambat harus ditebas rapat sampai ke permukaan tanah.
2. Tumbang/ Tebang (felling)
Setelah areal selesai diimas dilanjutkan dengan pekerjaan tumbang atau penebangan
pohon yang berdiameter > 10 cm langsung dapat dikerjakan dengan memakai gergaji
rantai (chain-saw).
Tumbang pohon dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tumbang 1 dan tumbang 2
- Tumbang 1 dilaksanakan setelah pekerjaan imas selesai, yaitu memotong/
menumbang pohon/ kayu yang berdiameter 10 – 30 cm. Untuk kondisi diameter ini
pekerjaan menumbang memakai chain-saw dapat digantikan dengan Buldozer
(mendorong sampai tumbang).
- Tumbang 2 ditujukan pada pemotongan/ penumbangan pohon/ kayu berdiameter >
30 cm menggunakan chain-saw dan tidak dapat didorong/ ditumbang oleh Buldozer.

Sisa tumbangan atau tinggi tunggul maksimum dari permukaan tanah yang boleh ditinggalkan,
mengikuti ketentuan sebagai berikut
Max. tinggi tunggul (cm) Kondisi tumbangan
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 4 dari 7

Diameter pohon (cm) dng memakai chain-saw dng memakai Buldozer


11 – 20 30 ( tercabut dg akarnya )
21 – 30 40 ( tercabut dg akarnya )
31 – 40 45 ( tercabut dg akarnya )
41 – 50 50 ( tidak bisa dg buldozer )
> 50 75 ( tidak bisa dg buldozer )

Ketentuan lain dalam penumbangan


- Kayu bekas tumbangan tidak boleh menggantung pada tunggul (sengkleh) tetapi
harus jatuh ke tanah .
- Pada waktu penumbangan harus diupayakan agar pohon yang ditebang tidak jatuh ke
arah sungai, parit atau jalan untuk mencegah terganggunya aliran air
- Arah tumbangan pohon harus satu arah, sejajar dengan rencana barisan tanaman
untuk memudahkan pemerunan.
- Pada areal lereng (kemiringan >37 % – 21 derajat) arah tumbangan dibuat searah.

3. Membuat / menentukan pancang jalur tanam


Jalur tanam dibuat menurut ukuran jarak antar barisan tanaman (gawangan), pekerjaan
ini dimaksudkan untuk memberi tanda sehingga memudahkan pengerjaan pembersihan
jalur tanam (spesifikasi - sketsa & matrix).
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 5 dari 7

Pola Tanam – SPH 143 Garis II


As jalan transport
Garis II
di atas tanah mineral.
U

x x x x
Tampak atas

9.00 m
4.29 m

7.79 m 7.00 m
Garis I
x x x
6m
3.75 m

0.75 m

As jalan koleksi 2.25 m


3,9 m
6.00 m
2.25 m

0.75 m

Saluran drainase 3.75 m

Garis I
x X x

Tabel Jarak antar Jalur Perun/ rumpukan


Kerapatan Populasi Vegetasi
Jenis Areal
Jarang Sedang Rapat
Area Darat 6 – 8 baris 4 – 6 baris 2 baris
Area Rawa 2 baris 2 baris 2 baris

Kondisi areal yang tidak memerlukan imas, langsung dilakukan pekerjaan tumbang & stacking.

Memerun,merumpuk dan pembersihan jalur tanam (stacking)


Manual
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 6 dari 7

Perun
Adalah pekerjaan mencincang atau memotong kayu bulat bekas tebangan berdiameter >
10 cm dan panjangnya > 4 m, menjadi kayu-kayu yang panjangnya < 4m sehingga mudah
dikumpulkan dan dirapihkan.
Pada saat yang bersamaan apabila ditemukan pohon mati yang masih tegak-berdiri
(antena) harus ditumbang.
Merumpuk atau pembersihan jalur tanam
Hasil cincangan ditempatkan pada lahan diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter kiri
– kanan pancang. Jalur jalan pikul secara manual juga harus dibersihkan dari kayu-kayu
dengan lebar 1,5 m.
Memudahkan pemeriksaan block /lapangan, merawat dan melangsir pupuk dibuat jalan -
kontrol (rintis malang) selebar 1,5 mtr melintang di tengah-tengah block arah Barat-
Timur dengan jarak 150 m dari collection road, jalan kontrol harus dibersihkan dari
segala potongan kayu termasuk tunggul harus dipotong kandas.

Mekanis (Stacking)
Pembersihan jalur tanam mekanis (stacking) dilakukan dengan menggunakan alat berat
(Buldozer atau Excavator).
Ketentuan dalam perun mekanis (stacking) sebagai berikut :
1. Kayu-kayu yang sudah digusur lalu dikumpulkan pada tempat yang sudah ditentukan
(jalur rumpukan).
2. Untuk area yang vegetasi kayu rapat dimana berkemungkinan adanya hasil
tumbangan/gusuran yang panjang > 6 m, maka kayu harus dicincang untuk menjaga
kualitas perun.
3. Jalur rumpukan pertama terletak pada gawangan kedua atau setelah dua baris tanaman
dari sisi transport road. Jalur rumpukan harus berada di jalur gawangan mati, lebar
STANDARD OPERATION PROCEDURE
LAND CLEARING di LAHAN MINERAL
Disusun Disetujui
No.Dokumen: 007/IAU/TAP/2007

Tgl. Berlaku :
Triputra Agro Persada
Group Suheri Rianto H. Arif Rachmat Toddy M. Sugoto Halaman : 7 dari 7

rumpukan kayu maksimum dibuat 4,0 m dan tinggi rumpukan yang diperbolehkan
maks.3,0 m.
4. Arah rumpukan membujur dari Utara-Selatan. Rumpukan pertama dimulai dari sebelah
utara atau selatan (pada jarak ± 6 mtr dari tepi Collection road) atau sesuai pancang
rumpukan yang telah dibuat.

Untuk areal rendahan (rawa atau gambut) maka pelaksanaan land clearing dikerjakan
menggunakan excavator dengan jarak antara rumpukan yang satu dengan rumpukan yang lain
adalah 2 (dua) baris tanaman.
Jalur rumpukan kayu yang panjangnya ± 300 m harus diputus selebar 4 m pada setiap jarak
150 m, sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman / pasar kontrol.

Anda mungkin juga menyukai