Anda di halaman 1dari 8

MANFAAT MULSA PLASTIK

Budi daya udang dengan metode mulsa plastik, mulai dikembangkan di sejumah tambak rakyat. Manfaat
mulsa plastik merupakan bagian dari program revitalisasi tambak udang di pantai utara Jawa.
Metode plastik adalah merevitalisasi tambak udang intensif dengan menggunakan plastik mulsa. Salah satu
budidaya udang yang berhasil dikembangkan dengan metode plastik mulsa adalah tambak.
Manfaat mulsa plastik pada tambak diantaranya :
dapat mengeliminasi porositas serta kebocoran air tambak
menangani permasalahan kwalitas tanah
mengurangi pengikisan tanggul serta dasar tambak tanah oleh arus kincir
menghindar terjadinya air koloid
mempermudah terkumpulnya limbah tambak hingga feeding ruang lebih bersih.
Diluar itu, pemakaian plastik mulsa pada tambak bakal didapat beberapa faedah lain yaitu :
dapat meningkatkan produktivitas
menghemat pemakaian air serta kincir lantaran respirasi mikroorganisme rendah
biaya investasi relatif murah
pemasangan gampang serta cepat (sekitaran dua hari untuk tambak 3. 000 m2)
walau plastik mulsa terlihat tidak tebal, namun ulet serta tahan pelapukan walau terkena cahaya matahari.
Sebelumnya dilapis plastik mulsa, tempat butuh disiapkan lebih dahulu untuk menghindari lepasnya gas
beracun hasil pembusukan dasar tambak. Dalam menyiapkan tempat tambak sebelumnya memakai plastik
mulsa yaitu seperti berikut :
pembuangan lumpur limbah
pengeringan lahan
pengapuran
perataan tanah
Selain manfaat mulsa plastik di atas yang sudah di jabarkan, ada manfaat lain dari mulsa plastik di
http://www.mulsa99.com/
Membudidayakan udang memakai plastik mulsa telah terbukti bahwa produksi udang akan meninggkat dan
menekan serangan bakteri. Dan juga dengan menggunakan plastik mulsa untuk tambak, petambak bisa
mengurangi kemungkinan bocornya air tambak sehingga penggunaan air lebih hemat dan kualitas air bisa
terjaga secara stabil. Selain daripada itu, karena tanah yang terlapisi oleh plastik mulsa, pengikisan tanah
dan tanggul karena kincir air bisa diminimalisirkan. Dengan biaya yang relative lebih murah, petambak bisa
mendapatkan hasil yang nyata dengan menggunakan plastik mulsa untuk tambak.
Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan
yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru
dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih
rendah hingga sedang, Kondisi yang terlihat diawal masa usaha tersebut pada umumnya diikuti dengan
ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang selalu berakhir dengan penurunan produktivitas yang
berulang- ulang dengan pemecahan masalah jangka pendek.
Cara budidaya tambak bisa di lihat www.youtube.com

Pada awal tahun 90an, kematian udang dipetak pembesaran terjadi tanpa penyebab yang jelas, dan nanti
pada pertengahan tahun 90an penyebab utama kematian disepakati sebagai akibat infeksi virus. Secara
alami diketahui bahwa laju infeksi penyakit virus ini disebabkan oleh diabaikannya faktor- faktor utama
sanitasi lingkungan dan sebagai akibat kemunduran kualitas lingkungan internal dan eksternal.
Tata letak tambak, jenis tanah setempat, kesalahan desain, dan teknologi pengelolaannya adalah faktorfaktor yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak, seperti ukuran udang yang cenderung
sulit berkembang serta respon tambak yang negative terhadap pertumbuhan fitoplankton. Dilain pihak
terdapat kesalah pahaman dalam memandang organisme lain selain udang windu seperti ikan dan
tumbuhan setempat yang selalu disarankan untuk dieliminasi. Pada kenyatannya masing- masing
komponen biota tersebut akhirnya digunakan kembali setelah terbukti berperan dalam memutus rantai
penyakit, pemasokan prabiotika serta sat- sat bioaktif serta mineralisasi dampak toksik dari berbagai polutan
buatan manusia.
Dalam waktu dekat, hampir semua komoditas perdagangan dunia dan lokal seperti udang akan dikenakan
persyaratan ramah lingkungan. Persyaratan ini ternyata tetap harus dilaksanakan walaupun tanpa
permintaan dunia internasional karena telah terbukti berpengaruh positif pada hasil budidaya udang
diberbagai tempat di Indonesia.
Persyaratan lokasi
Berdasarkan kebiasaan hidup, tingkah laku dan sifat udang atau ikan itu sendiri, maka dalam memilih lokasi
tambak baik dalam rangka membuat tambak baru maupun dalam perbaikan tambak yang sudah ada,
sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
-

Memiliki sumber air yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun
atau setidaknya 10 bulan dalam setahun, tetapi bukan daerah banjir
Memiliki saluran saluran air yang lancar, baik untuk pengisian waktu pasang maupun
membuang air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran.
Kadar garam air berkisar 10-25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8.5
Tanah dasar tambak terdiri dari Lumpur berpasir dengan ketentuan kandungan pasirnya tidak
lebih dari 20%

Desain tambak
Desain suatu petakan tambak merupakan salah satu kunci utama keberhasilan budidaya. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kandungan berbagai polutan (mangrove). Kecenderungan positif seperti ini akan terus
dikembangkan hingga diperoleh sebuah standar desain dan teknologi budidaya yang baru dan lebih ramah
lingkungan.
Pada model ini, dalam satu unit tambak terdapat lima petakan yaitu : (i) petak bio filter, (ii) petak steril air (iii)
petak pengendali hama penyakit (iv) petak pentokolan dan (v) petak pembesaran, dengan perbandingan
luas masing- masing petakan yaitu 5:5:5:10:75. jadi jika luas tambak satu hektar, maka luas petakan
masing- masing 5are, 5are. 5 are, 10 are dan 75 are. Ukuran ini tergantung dari kondisi keadaan setempat.
Pembuatan petakan- petakan ini dimaksudkan, selain unutk memudahkan pengelolaan juga diharapkan
agar kualitas air dan lingkungan tetap terjaga, sehingga produksi tambak meningkat dan berkualitas.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam setiap petakan yaitu :
1. Petak biofilter

- Organisme : kerang bakau, tiram, dan vegetasi bakau


- Kerang bakau, ukuran cangkang 4-5 cm dan kepadatan 6-8 ekor/m
- Tiram, ukuran cangkang 5-7 cm dengan kepadatan 0.75 kg/m (28 ekor/ m), ditempatkan dalam rak
bambu pada kedalaman 10 cm
2.

Petak steril air

- Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm unutk air keruh dan 3 ppm untuk air jernih), dengan
proses netralisasi 3 jam.
- Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50 kg/ha, dan jika kedalaman air 60 cm sebesar
18-25 kg/ha.
3.

Petak pengendali hama penyakit

- Menggunakan ikan- ikan, misalnya ikan banding, ikan kakap putih, dll
- Luas petak ini yaitu 5-10% dari luas petakan seluruhnya
4.

Petak pentokolan

- Kedalaman tambak 0.75-1.2 meter


- Luas petakan sekitar 0.25 hektar
- Hapa 15 m (5x3x1 m)
- Padat tebar 3000 ekor/m (PL 11-17)
- Sanitasi air 25-30 ppm
- Masa pemeliharaan 45 hari
- Pemberian pakan 15-30 %/BB/hari
- Pada musim kemarau sebaiknya pentokolan sistem hapa sedangkan pada musim penghujan sebaiknya
sistem bak
Teknik pemeliharaan
Tahap kegiatan persiapan tambak bervariasi sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan
maupun kondisi lahan yang digunakan. Secara umum tahapan- tahapan kegiatan budidaya tambak adalah :
1. Persiapan Tambak

Pengeringan Dasar Tambak


Semua tingkat teknologi budidaya tambak menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang
dapat dilakukan pada periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa
senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, memungkinkan
terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan
untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih
ikan liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut.
Pengeringan tambak berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak
terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik untuk pertumbuhan klekap.
Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak
sedalam 10-20 cm. sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh didasar
tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini akan menyebabkan kelekap
mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan ini mencemari tambak. Untuk mengetahui
tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah
dasar yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan sudah
dianggap cukup.
Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak
lebih dari 30 cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan
plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis berpengaruh terhadap kehidupan udang
didasar tambak. Pengolahan tanah dasar dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah
lama beroperasi, dan dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah
dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak ditraktor, kemudian
dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya
direndam air (10 20) selama 7 hari, lalu dikeringkan kembali.
2. Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi
perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
-

Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan
kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan
bertambah.
Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang
membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.

Pada tanah masam dengan pH<5, pengapuran dilakukan sesudah diadakan reklamasi sehingga pH tanah
tidak terjadi perubahan yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7 tidak dilakukan
pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang sedikit sebgai desinfectan saja (poernomo 1992).
Pengapuran dilakukan pada saat tanah dasar tambak dalam keadaan lembab dan juga dilakukan pada saat
pengolahan atau pembalikan tanah dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan
selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.
3. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama trisipan, kepiting dan udang / ikan liar) yang paling efektif adalah melalui
pengeringan tambak secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan kapur hidrat dan
kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat berfungsi untuk memberantas hama udang liar (Mustafa 1991).
Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana keampuhannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yaitu salinitas <20 ppm

sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30kg/ha dan dilakukan pada siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm,
saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 kg/ha.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan
pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing
tanah dasar tambak. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil, dan ini
merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan (andarias 1991).
Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berupa fitoplankton maupun
yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan
ikan ditambak. Pemupukan tambak dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami yang
diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan. Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu
kali masa panen dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
- Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk
yang diperlukan dalam setiap hektar adalah : pupuk kandang dicampur dengan dedak halus dengan dosis
1-2 ton/ha, kemudian disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea 100-150 kg/ha
dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air ke
dalam tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan menggunakan saringan dan biarkan
menguap selama 2 minggu. Bila keadaan air dipermukaan telah menjadi jernih sedang dasar tambak telah
tampak hijau ditumbuhi klekap, maka air didalam tambak ditambah secara bertahap sampai mencapai
kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.

- Pemupukan Susulan
Jika diperkirakan makanan alami ditambak hamper habis (masa pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu
dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha
dan SP36 5-10 kg/ha.Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan
setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan
pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dilakukan
pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan
batu kapur dimuka pintu-pintu air.
5. Persiapan Air untuk Penebaran
Air dimasukkan kedalam petakan tendon yang telah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan tendon
dilakukan sama dengan persiapan petak pembesaran, hanya tidak dilakukan pemupukan. Apabila tambak
tidak memakai petakan tendon, maka tambak sebaiknya diberi kaporit 5 ppm sebelum ditebari udang dan
tidak boleh ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang telh ditampung dikapuri secara rutin dn dialirkn ke petak
pembesaran dengan pergantian air dipetak pembesaran sebnyak 20-30 % pertiga hari.
6. Penebaran Tokolan
Tokolan PL 57-60 ditebar dipetak pembesaran dengan kepadatan disesuaikan dengan luas lahan.
Dibandingkan dengan Pl 11-17 , tokolan udang lebih toleran terhadap fluktuasi salinitas yang lebar sehingga
membutuhkan wktu yang singkat dalam proses aklimatisasi. Penebaran sebaiknya dilakukan pada waktu
suhu udara dingin, yaitu pada jam 06.00 08.00 pagi atau jam 17.00 sore-22.00 malam. Hindari penebaran
benur yang terkumpul disatu tempat. Benur ditebar setelah air tidak berbau kaporit dan air sudah berwarna
coklat muda. Padat tebar 5 ekor/m2 atau 50.000 ekor/ha. Berikan gilingan ikan segar/cumi-cumi 5 kg/ha
dipinggirtambak atau disekitar benur ditebar. Jangan diberikan daging, udang/rebon atau rajungan, dan juga
berikan 1 kg pellet halus/ha/hari selama 3 hari berturut-turut, dengan cara ini kehidupan udang biasa
mencapai > 70 %.
Dalam penebaran benih pada budidaya campuran (udang dan banding) tidak boleh dilakukan secara
bersamaa, tetapi tebarkanlah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan udang

beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Penebaran banding dilakukan setelah udang berada dalam
tambak lebih kurang dua atau tiga minggu.
7. Pemeliharaan
Keberhasilan usaha budidaya tambak tidak hanya ditentukan oleh konstruksi tambak, desain dan tata letak
tambak, pengolahan tanah dan pengadan benih saja, tetapi juga ditentukan oleh proses pemeliharaan sejak
penebaran sampai pemungutan hasil (panen). Kegiatan kegiatan yang diperlu dilaksanakan selama
periode pemelihran berlangsung adalah :
- Pemberian Makanan Tambahan
Meskipun makanan alami yang berupa plankton, klekap dan lumut tersedia cukup, namun dalam usaha
budidaya ini masih membutuhkan makanan tambahan berupa pellet atau dedak halus terutama pada petak
pembesaran. Pemberian makanan tambahan ini diberikan setelah satu bulan sesudah penebaran sampai
menjelang panen. Makanan tambahan yang diberikan mengandung protein 30 % dengan dosis pemberian,
yaitu pada teknologi intensif (15-20 ekor/m2) dan semi intensif (6-14 ekor/m2) diberikan pakan dengan dosis
3-5 %/BB/hari. Budidaya udang tradisional dengan kepadatan 1-2 ekor/m2 memerlukan pertumbuhan pakan
alami yang baik, tanpa pemberian pakan komersil, namun pada budidaya udang tradisional plus (3-5
ekor/m2) disamping pakan alami juga memerlukan pakan komersil pada pemelihraan 2 bulan terakhir.
Pemberian makanan tamabahan ini menggunakan anco, caranya meletakkan makanan sesuai dosis dalam
beberapa anco, kemudian tempatkan anco tersebut pada beberpa tempat secara merata sehingga
makanan dapat dimanfatkan oleh udang dan banding. Pemberian dengan cara ini selalu menghemat
makanan tambahan juga sebagai wadah pengamatan.
- Pengelolaan Air Tambak
Pemberian makanan tambahan dalam jumlah yang cukup banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisasisa yang apabila membusuk akan berpengaruh terhadap kualitas air. Oleh karena itu pergantian air dengan
frekuensi yang lebih banyak mutlak diperlukan. Pergantian air ditambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap
2 minggu sekali sebanyak 25 %. Setelah pergantian air maka langsung diberi kapurkaptan sebanyak 50-100
kg/ha, dan pupuk kalau perlu yaitu maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha, dengan kecerahan air
tetap terjaga yaitu 25-40 cm. Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada
plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka segera
diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak.
Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi
kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.
PANEN DAN PASCA PANEN
1. Panen
Panen udang atau ikan dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 3-4 bulan. Pada umur demikian ukuran
udang berkisar antara 30-40 gram/ekor dan banding berkisar 500 gram/ekor. Pemanenan ikan atau udang
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : panen sebagian (selektif) dan panen total. Dalam pelaksanaan
panen baik dilaksanakan panen total ataupun selektif, sebaiknya ikan dipanen terlebih dahulu kemudian
udang.
a. Panen Selektif
Pada panen ini hanya udang atau ikan yang telah memenuhi syarat ukuran konsumsi (pemasaran) yang
ditangkap. Caranya :
-

Menggunakan alat tangkap berupa jarring atau jala lempar dengan ukuran mata jaring yang
lebih besar, sehingga memungkinkan udang atau ikan yang masih kecil lolos.

Masukkan air yang baru, sehingga udang atau ikan berkumpul dipintu air, lalu gunakan serok/seser untuk
menangkapnya. Bila ada udang atau ikan yang tertangkap dapat dilepaskan kembali.

b. Panen Total

Panen ini semua udang atau ikan yang dipelihara ditangkap sehingga pengelolaan tambak untuk penebaran
berikutnya dapat dilakukan lagi caranya :
-

Keluarkan air secara perlahan-lahan pada malam hari, sehingga dinihari air ditambak tinggl
yang berada dalam caren (saluran).
Udang atau ikan digiring menyusuri caren menuju pintu air, kemudian dikurung dengan kere
bamboo agar ruang geraknya sempit.
Setelah udang atau ikan terkumpul, lakukan penangkapan dengan jala, seser atau
menggunkan tangan.

2. Pasca Panen
Setelah pemanenan selesai, maka hasil panen harus ditangani secepatnya agar kualitas dan kesegaran
udang atau ikan tetap baik hingga ke pasar atau konsumen. Penanganan ikan relative lebih sederhana
dibanding dengan penanganan udang, karena banding tidak sepeka udang yang mudah cacat. Cara
penanganan banding sebelum sampai kekonsumen adalah :
- Setelah ditangkap, ikan atau udang disortir sesuai ukuran (gambar 8), kemudian dicuci beberapa kali
dengan air bersih atau air es.
- Masukkan kedalam keranjang yang telah dilapisi daun pisang dan serpihan es batu dengan perbandingan
1 kg es untuk 2 kg ikan banding.
Penanganan udang hasil panen harus dilakukan dengan cepat karena kualitas udang cepat menurun
setelah dipanen. Keterlambatan dalam penanganan udang mengakibatkan udang tidak dapat diterima di
pasaran sebagai komoditas ekspor.

Cara penanganan udang adalah :


- Udang hasil panen disortir sesuai ukuran dan dipisahkan
- Udang dibersihkan dan masukkan dalam keranjang plastic tersebut diletakkan pada tempat yang dialiri air.
- Udang dicuci dengan air es dengan cara mencelupkan keranjang berisi udang kedalam air es beberapa
kali.
- Udang ditiriskan
- Untuk mempertahankan kesegaran udang, es batu yang digunakan dengan perbandingan 1 kg es untuk 1
kg udang.
KESIMPULAN
- Teknologi pentokolan dan pembesaran udang sistem tendon dan bofilter dalam suatu hamparan tambak
dapat menciptakan suatu ekosistem tambak modern alami menuju suatu sistem budidaya udang yang
berwawasan lingkungan.

- Pembukaan hutan mangrove untuk tambak selayaknya memperhatikan dari fungsi mangrove itu sendiri,
sehingga tercipta keseimbangan antara pemanfaatan dan konservasi dalam suatu tatanan yang
menguntungkan secara maksimal dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai