Anda di halaman 1dari 13

NAMA : KHAIRUL HADI

NPM : 184310041
MATKUL : Rekayasa Budidaya Perairan
Resume Minggu Pertama

Akuakultur Engineering

Rekayasa akuakultur adalah cabang ilmu yang mempelajari kegiatan

budidaya spesies air bernilai ekonomis penting dan sistem produksi yang

digunakan. Aspek rekayasa teknik budidaya bertujuan untuk menerapkan teori

matematis dan konsep rekayasa untuk pengembangan sistem produksi yang

efektif dengan penekanan pada penggunaan simulasi untuk kontrol kualitas air

dan kegiatan produksi. Kondisi lingkungan, pakan dan pemupukan merupakan

komponen penting dari produksi. Sistem rekayasa pada umumnya menggunakan

operasi pengolahan air untuk menjamin kualitas lingkungan yang baik bagi

kultivan. Sistem resirkulasi air juga merupakan aspek penting dari usaha

ini,dengan penekanan pada kualitas air, kadar oksigen, dan jumlah pakan

(Anonim, 2011).

Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketepatan

pemilihan lokasi-lokasi tambak/ kolam harus menjanjikan masa depan yang baik

untuk budidaya secara berkelanjutan dan lestari. Lokasi budidaya erat kaitannya

dengan kualitas lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap proses

produksi. Di dalam memilih lokasi yang akandigunakan dalam usaha budidaya

yang perlu diperhatikan adalah faktor teknis dan faktor nonteknis.

1
Sistem budidaya dikolam/ tambak

Syarat-syarat pemilihan lokasi kolam/ tambak yaitu memiliki sumber air

yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun atau

setidaknya 10 bulan dalam setahun, tetapi bukan daerah banjir. Memiliki saluran

saluran air yang lancar, baik untuk pengisian waktu pasang maupun membuang

air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran. tambak

harus tetap dibangun di atas ketinggian permukaan air surut tertinggi karena jika

tidak maka tambak akan terus menerus tergenang, sedangkan pengeringan secara

berkala mutlak diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tambak.

Kadar garam air berkisar 10-25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar 7

– 8,5. Tanah dasar tambak terdiri dari Lumpur berpasir dengan ketentuan

kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%. Perlu di pertimbangkan tentang

topografi areal pantai, sifat fisik dan kimiawi tanah (kesuburan), kondisi vegetasi

mangrove, dan keadaan prasarana (jalan atau sungai) untuk mengangkut barang-

barang kebutuhan operasional tambak dan pemasaran hasil.

Tujuan mendesain kolam/ tambak adalah Agar kita dapat mengetahui

tentang pola tata guna tanah serta kesesuaian lahan yang disesuaikan dengan

potensi wilayahnya sebagai tempat media pembuatan tambak nantinya. Agar kita

dapat menentukan tipe tambak yang menguntungkan bagi usaha pembudidayaan.

Agar kita dapat mendesain bentuk tambak yang layak untuk proses

pembudidayaan.

2
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh

terhadap konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional

pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang arus diperhatikan antara lain adalah :

1. Elevasi

Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi kolam terhadap

permukaan laut. Untuk kolam budidaya air tawar, elevasi dibutuhkan

untuk mengetahui tingkat aliran air serta konstruksi kolam yang akan

dibangun. Kemiringan lahan yang paling baik untuk lokasi perkolaman

adalah berkisar antara 3 – 5%, artinya setiap 100 meter panjang perbedaan

tingginya sekitar 3 – 5 meter.

2. Jenis Tanah

Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi

dengan tembok, sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih

lokasi tambak yang baik. Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan

air atau kedap air sehingga tambak yang akan dibuat tidak bocor. Tanah

dasar dan pematang harus dapat menahan air atau tidak porous, untuk itu

tekstur tanahnya harus lempung berpasir (sandy loam), liat (clay),

lempung berliat (clay loam), atau lempung berdebu (silty loam) dan

plastisitasnya cukup tinggi.

Jenis tanah yang baik untuk tambak adalah campuran tanah liat dan

endapan lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat

berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis

tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara

manual. Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin

3
mamanjang. Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya

akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.

Jenis tanah liat saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak,

karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau

becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini

bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang

dan kemampuan memegang airnya lebih besar.

3. Kesuburan Tanah

Tanah yang dipilih untuk lokasi budidaya ikan sebaiknya tanah

yang subur, yaitu tanah yang lapisan atasnya cukup tebal, karena tanah

lapisan atas merupakan bagian tanah yang paling subur. Kesuburan tanah

mempengaruhi produksi pakan alami pada budidaya ikan.

4. Kualitas Air

Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara

ikan di tambak atau kolam harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang

baik, maka ikan akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

SISTEM BUDIDAYA DI KOLAM

Sistem Budidaya Ikan di Kolam

Di dalam membudidayakan ikan, ada beberapa hal yang sangat perlu

diperhatikan. Salah satunya adalah sistem budidaya ikan apa yang akan kita

pergunakan untuk pembudidayaan ikan tersebut. Ada tiga jenis sistem budidaya

ikan sesuai dengan macam kolam untuk budidaya ikan yang biasa dilakukan,

yaitu:

4
1. Budidaya Tradisional/ Ekstensif

Sistem budidaya yang dilakukan dengan memanfaatkan pakan alami yang

ada di kolam tersebut, tanpa ada penambahan pakan buatan sama sekali. Ikan di

tebar di kolam alami (kolam tanah) dan dibiarkan begitu saja hingga ikan tersebut

siap dipanen.

kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan

bagian kolamnya terbuat dari tanah. Pembudidaya ikan melakukan budidaya

dengan kondisi dasar kolam dan dinding pematangnya berupa tanah. Biasanya

biaya produksi yang diperlukan untuk budiya dengan sistem ekstensif ini tidak

tinggi, karena pembudidaya hanya memerlukan biaya awal untuk membeli benih

ikan (jika langsung dibudidayakan) atau hanya membeli indukkan ikan yang

langsung disebar dan dibiarkan memijah secara alami dengan sendirinya (tanpa

campur tangan manusia/perlakuan/teknologi tertentu). Akan tetapi sistem

budidaya ini memiliki banyak kelemahan, dimana hasil panen sedikit (kurang

optimal) dengan kemungkinan tingkat kematian yang tinggi.

Gambar 1. Kolam tanah

  Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional

sangat sederhana, dan padat penebaran yang rendah. Di air tawar, petani ikan

5
menangkap berbagai jenis ikan di perairan umum (sungai, danau, waduk, atau

rawa-rawa), kemudian dipelihara di berbagai wadah pembesaran (kolam,

karamba, sangkar, dan lain-lain).

Biota yang ditebar terdiri atas berbagai jenis dan padat penebaran yang

rendah. Pertumbuhan ikan bergantung pada kesuburan perairan. Sewaktu-waktu

petani memberi makanan tambahan berupa sisa-sisa dapur pada ikan

peliharannya. Karena produktivitas yang rendah, maka dilakukanlah perbaikan

pengelolaan. Perbaikan kolam dan tambak pemeliharaan dilakukan sehingga

sehingga memungkinkan pergantian air yang lebih baik.

Sebelum dilakukan penebaran benih, dilakukan pengolahan tanah, seperti

pembajakan, pengapuran, dan pemupukan untuk meningkatkan jumlah pakan

alami. Pengelolaan budidaya sistem ekstensif plus atau tradisional plus adalah

perbaikan dari sistem ekstensif. Pada sistem ekstensif, biota budidaya yang

dipelihara dalam kolam, tambak, atau wadah lainnya bergantung sepenuhnya pada

pakan alami.

Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pembudidaya setelah menebar

atau memasukkan benih ke dalam wadah pemeliharaan. Pada sistem ekstensif

plus, sekalipun biota budidaya masih bergantung pada pakan alami.

2. Budidaya Semi Intensif

Sistem budidaya ini merupakan sistem budidaya peralihan, antara

budidaya alami (esktensif) dan budidaya intensif (buatan/perlakuan khusus).

kolam yang digunakan untuk budidaya ikan adalah kolam yang bagian dinding

pematang kolam terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah
6
Gambar 2. Kolam semi intensif

Pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensif merupakan

perbaikan dari pola eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang

diperbaiki. Sistem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budi daya yang

dianggap cocok untuk budi daya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya

terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana

produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok

dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha

dalam jangka waktu yang lebih lama.

Manajemen pengelolaan tambak semi-intensif tidak serumit tambak

intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan

kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan

kualitas air juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari

penumpukan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang.

Sisa-sisa dan kotoran semakin menumpuk sejalan dengan aktifitas budidaya.

namun, pada tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa dipertahankan dalam

kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.

7
3. Budidaya Intensif

Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air

mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA.

Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya

perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada

budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah

lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian lahan maupun

karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya

dukung lingkungan.

Budidaya udang di negara-negara di Asia telah menimbulkan kerusakan

ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang parah karena

penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang

ditimbulkannya. Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah

tambak yang dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara

ekstensif dan semi-intensif masih dapat berproduksi.

Tambak intensif menghasilkan limbah yang “luar biasa” berasal dari

pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai 60% alokasi biaya oprasional

tambak intensif adalah pemasok terbesar bahan organik di tambak. Pakan yang

sebagian besar berupa bahan organik (terutama organik C dan N) akan membanjiri

tambak dengan bahan organik berupa senyawa nitogen sebesar 93%.

Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik yang terakumulasi di

dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran serta

berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Biasanya kolam yang digunakan


8
untuk budidaya ikan sistem intensif adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam

terdiri dari tembok.

Gambar 3. Kolam intensif

SISTEM BUDIDAYA DI TAMBAK

Sistem budidaya perairan lain yang sedang mengalami ledakan

perkembangan adalah budidaya tambak. Sistem ini biasanya dibangun di wilayah

yang berdekatan dengan daerah pesisir pantai. Sumber air yang digunakan untuk

tambak kebanyakan merupakan air asin, sehingga organisme yang dapat

dibudidayakan dengan sistem ini pun terbatas pada organisme air asin atau air

payau (campuran air asin/laut dengan air tawar/sungai) saja seperti udang, kakap,

dan bandeng.

Berdasarkan luasan tambak dan kepadatan oganisme yang dipelihara maka

terdapat tiga jenis tambak yaitu tambak tradisional (ekstensif), tambak semi

intensif dan tambak intensif. Usaha budidaya dengan sistem tambak apabila

dilakukan dengan cara yang benar, maka akan memberikan banyak keuntungan

khususnya bagi pengelola, maupun bagi masyarakat sekitarnya, seperti :

9
1. Organisme yang dibudidayakan dalam tambak umumnya berupa

organisme dengan harga jual yang tinggi, sehingga usaha tambak jelas

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, terutama untuk tambak intensif.

2. Dengan adanya usaha tambak di suatu lingkungan pantai, maka

diharapkan dapat membuka lahan kerja baru bagi masyarakat di

sekitarnya.

3. Pengontrolan organisme yang dibudidayakan menjadi lebih mudah, karena

lingkungan pemeliharaannya yang terbatas.

Secara teknis ketiga jenis tambak tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam

pengoperasiannya. Letak perbedaan tersebut antara lain adalah :

A. Tambak Tradisional (Tambak Ekstensif)

Tambak sistem ini biasanya dibangun pada lahan pasang surut yang pada

umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan

rerumputan. Luas tambak berkisar antara 1-3 ha dengan satu pintu air di setiap

petak. Pengisian dan pembuangan air bergantung sepenuhnya pada daya gravitasi

pasang surutnya air laut. Tambak ekstensif sangat bergantung pada keberadaan

pakan alami yang ditumbuhkan di dasar tambak yang telah disiapkan dengan

pemupukan, kedalaman air sekitar 0,5-0,6 m dan tidak digunakan kincir air,

sedangkan pompa air masih digunakan untuk proses penggantian air.

10
Gambar 4. Tambak tradisional

Kepadatan organisme yang dipelihara sangat rendah misalnya untuk udang

windu (Penaeus monodon) hanya sekitar 3-10 ekor/m2.

B. Tambak Semi Intensif

Tambak ini umumnya tidak seluas tambak ekstensif, yaitu hanya berkisar antara

0,5-1 ha. Pengisian dan pembuangan air dilakukan melalui saluran yang berbeda.

Tambak dengan luas petakan 0,5 ha, berbentuk bujur sangkar, pintu pembuangan air

diletakkan di tengah lantai dasar tambak yang miring ke arah tengah. Pada tambak semi

intensif selain penggunaan pompa juga sudah digunakan kincir air yang berfungsi

sebagai aerator.

11
Gambar 5. Tambak semi intensif

Kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak lebih tinggi

dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar

10-25 ekor/m2 dan pakan buatan sudah mulai digunakan sebagai pakan tambahan.

C. Tambak Intensif

Luas petak pemeliharaan yang digunakan untuk tambak intensif adalah yang

terkecil dibandingkan dengan kedua tipe tambak lainnya yaitu sekitar 0,3-0,5 ha.

Biasanya tambak intensif sudah dilengkapi dengan pintu pembuangan di tengah dan

pintu panen model monik yang diletakkan di pematang saluran buangan. Untuk tambak

air payau, percampuran air tawar dan air laut dilakukan dalam bak pencampur.

12
Gambar 6. Tambak intensif

Dalam tambak intensif penggunaan kincir dan pompa sudah optimal,

kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak sangat tinggi dibandingkan

dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 30-40

ekor/m2 dan penggunaan pakan buatan merupakan unsur yang sangat penting

dalam proses pemeliharaan. Budidaya dengan sistem tambak intensif biasanya

dilakukan secara besar-besaran dan hanya dilakukan oleh para pengusaha yang

bermodal besar.

13

Anda mungkin juga menyukai