Anda di halaman 1dari 15

AGRO PLANTATIONS

MANAJEMEN HAMA & PENYAKIT

1. Tujuan

Mencegah munculnya Hama dan Penyakit (P&D) di dalam perkebunan


dengan menerapkan praktek pertanian yang baik, secara aktif memantau
munculnya hama dan penyakit dan jika diperlukan, melaksanakan langkah-
langkah kendali efektif untuk meminimalkan kemungkinan hilangnya hasil
panen sehubungan dengan wabah ini.

2. Kebijakan

2.1 Manajemen Perkebunan perlu membangkitkan kesadaran akan pentingnya


pendeteksian sedini mungkin atas munculnya hama dan penyakit dan secara
aktif mempromosikan praktek pertanian yang baik sebelum diperlukan
langkah pengendalian skala besar.

2.2 Pengawasan secara rutin terhadap kemungkinan munculnya hama dan


penyakit harus dilakukan oleh personil yang bersangkutan di perkebunan
(hanya dibutuhkan apabila terjadi hama dan penyakit) bahkan di daerah
dimana sebelumnya diketahui tidak pernah terjadi wabah tersebut.

2.3 Metoda manajemen gulma yang tepat harus diterapkan dan tanaman yang
menguntungkan ditanam di lokasi strategis untuk mendorong datangnya
predator alami. Rumput lunak harus didukung di interline dan jangan
menghancurkan gulma lunak yang tidak perlu atau melakukan penyemprotan
dengan bahan kimia secara membabi-buta (yaitu: kebijakan mengenai tanah
gundul) terutama di daerah yang sudah pernah mengalami wabah.

2.4 Prinsip-prinsip Manajemen Hama Terpadu (IPM) harus diterapkan dalam


merumuskan strategi kendali hama dan penyakit yang dikehendaki dan
bahan kendali biologi seperti Burung Hantu, Elang, Rajawali, dll. perlu
digalakkan.

2.5 Teknik penanaman kembali “Tanpa Pembakaran” harus diterapkan di daerah


yang tidak dijangkiti hama dan penyakit, tetapi teknik underplanting tidak
boleh diterapkan dalam situasi normal. Seluruh jaringan lama, terutama
bonggol titik kosong sebelumnya (titik yang terinfeksi penyakit atau bukan)
harus digali dan dipaparkan sebelum operasi penebangan berlangsung.

-1–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

2.6 Di daerah dimana penyakit Ganoderma tidak menyebar luas atau mencolok (≤
20%), seluruh kelapa sawit atau bahan kelapa sawit yang terserang
Ganoderma harus segera digali sesuai panduan pengendalian. Proses
peracunan kelapa sawit yang terkena Ganoderma boleh dilaksanakan
sebelum penebangan karena patogen antagonistic yang berfaedah dapat
mengkolonisasi sebelum akar dari tanaman baru mendekatinya. Kacangan
dapat juga mendorong mempercepat proses pelapukan.

3. Panduan dan Prosedur Operasi Standar

Ulat pemakan daun yang umum adalah:-


ULAT KANTONG misalnya: Mahasena corbetti
misalnya: Metisa plana
misalnya: Pteroma pendula
ULAT API misalnya: Setora nitens
misalnya: Darna diducta
misalnya: Darna trima
ULAT BULU misalnya: Amathusia phidhipus
misalnya: Dasychira horsfieldi
misalnya: Dasychira mendosa

Ulat jenis lain kadang dapat berada pada wabah yang terlokalisir.

3.1 Bagworm (Ulat Kantong)

(Metisa plana, cremastopsyche pendula, Mahesana corbetti)

Ulat Kantong adalah hama serius pada kelapa sawit. Ulat ini memakan
jaringan daun dan jika terdapat dalam jumlah besar praktis dapat meniadakan
daun kelapa sawit. Wabah yang mencakup 500 – 1000 ha sudah lazim di
Malaysia / Indonesia. Bilamana terlihat adanya serangan, laksanakan
penilaian segera atas sebaran dan kerusakannya. JANGAN MELAKUKAN
PENYEMPROTAN INSEKTISIDA SECARA MEMBABI-BUTA.

-2–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.1.1 Pengendalian

Berdasarkan atas hasil sensus, setelah keputusan dicapai untuk


melaksanakan penanganan, areal yang terkena harus ditangani sepenuhnya
dalam kerangka waktu sebagai berikut:

i. Penyemprotan dalam waktu (tidak lebih dari) 7 hari.


ii. Penyuntikan batang: diselesaikan dalam waktu (tidak lebih dari) 21 hari
jika hama berada pada tahap “kecil” atau dalam waktu (tidak lebih
dari) 14 hari jika hama berada pada tahap “sedang”, tetapi pada
umumnya penanganan memberi hasil terbaik pada tahap kecil.
Penyuntikan batang dengan Azodrin (monocrotophos) / Tamaron
khusus (methamidophos) pada 10 ml murni per pokok. Untuk
penyuntikan batang, chainsaw dengan tambahan bor sangat penting.

Lubang dengan kedalaman 15 cm (diameter 15 mm) dengan kemiringan


sekitar 45 harus dibor pada 60-90 cm dari dasar kelapa sawit. Bahan kimia
kemudian disuntik ke dalam lubang dengan menggunakan penyuntik. Sisi
lubang selanjutnya harus disumbat dengan aspal bitumen atau lempung.

3.2. Ulat Api

3.2.1 (Setora nitens, Darna trima, Darna deducta)

Warnanya terang, memiliki tulang belakang yang menyengat dan memakan


daun kelapa sawit. Kerusakan serius dapat mengakibatkan hilangnya daun
secara keseluruhan. Pengendalian dengan bahan kimia disarankan bilamana
tingkat serangan sudah melampaui 5 larva aktif per daun kelapa sawit.

3.2.2 Pengendalian – Seperti pada Ulat Kantong

Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia harus dilaksanakan hanya


pada tahap larva dari hama. Pada tahap pupa, pengendalian dengan bahan
kimia tidak akan efektif. Dalam situasi ini, pengendalian dengan bahan kimia
harus dimulai bilamana generasi berikutnya dari larva telah muncul
(biasanya kurang lebih 4 minggu kemudian).

-3–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.3. Belalang
(Valanga nigricornis)

Hama ini biasanya dijumpai pada tanaman muda dan kadang dapat
bertambah hingga tahapan menimbulkan kerugian ekonomi. Telur diletakkan
di tanah dan nimfa muda memakan kacang-kacangan dan vegetasi tanah
lainnya tetapi nimfa yang tua dan dewasa dapat memakan daun kelapa sawit.

3.3.1 Pengendalian

Dalam hal populasi yang tinggi, penyemprotan dengan Tamaron khusus


pada 40 ml / 10 liter akan bermanfaat. Pengendalian akan lebih efektif
selama tahap nimfa.

3.4 Kumbang Tanduk (Rhinoceros)


(Oryctes rhinoceros)

3.4.1 Persemaian

Lokasi penangkaran (kayu kelapa sawit, tunggul, tandan buah kosong yang
berlebihan, kotoran sapi, dan bahan organik pembusuk lainnya) tidak boleh
dijumpai dekat persemaian. Dengan demikian tempayak tidak mungkin
berkembang-biak yang nantinya dapat menjadi kumbang dewasa.

Bila terdeteksi adanya kerusakan, maka langkah berikut disarankan untuk


diambil:-
i. Cari lokasi penangkaran dan hancurkan termasuk setiap tempayak dan
kumbang yang dijumpai.

ii. Untuk bibit berumur kurang dari 9 bulan – semprotkan salah satu dari
insektisida berikut ke spear, daun kelapa sawit basal dan wilayah
bonggol dengan interval setiap 2 minggu: cypermethrin (5 %) pada 0,1
% bahan aktif (100 ml per 10 liter air) (misalnya: Karate 2,5 EC pada
400 ml per 10 liter air).

iii. Untuk bibit berumur lebih dari 9 bulan (misalnya: persemaian APM),
beri salah satu dari insektisida yang diberikan pada butir (ii) di atas
atau beri butiran carbofuran (3 %), misalnya: Furadan 3 G pada 15 gm
per kelapa sawit dengan interval 15 hari.

-4–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.4.2 Tanaman Menghasilkan (TM)

Di daerah dimana serangan cukup signifikan (kerusakan serius > 5 %),


penanganan dengan bahan kimia harus dilakukan. Penanganan dengan bahan
kimia dilakukan dengan menyemprot larutan Unicide dan Karate berganti-
ganti.

Dosis yang disarankan: Unicide pada 10 ml / liter larutan air


Karate pada 3 ml / liter larutan air.

Penangkapan massal dengan menggunakan perangkap (vane trap) yang


diumpan dengan Sime RB Pheromone untuk tanaman menghasilkan di
sebelah lapangan yang ditanam kembali sangat efektif dalam mengurangi
terjadinya kerusakan pada spear dan daun kelapa sawit. Pasang perangkap
pada 16 kelapa sawit atau 141 m terpisah dengan satu garis di sepanjang
batas dan garis sejajar pada jarak yang sama ke dalam.

3.5 Ulat Tandan


(Tirathaba Mundella)

Munculnya Tirathaba mundella pada tahap serius dapat terjadi pada tanaman
muda terutama di daerah kelapa sawit untuk pertama-kalinya. Wabah kronis
terus-menerus dari serangan Tirathaba seringkali terjadi dalam dua tahun
pertama panen, tetapi setelah itu tampak mengalami penurunan.

Gejala serangan dan kerusakan – Ulat T.mundella diketahui menyerang


perbungaan (baik jantan maupun betina) dan tandan di semua tahap
perkembangan buah. Hama tampaknya lebih menyukai perbungaan jantan
dan betina serta tandan muda antara 4 hingga 6 minggu setelah anthesis.

Tahap pertama kegiatan hama dapat dideteksi dengan adanya bekas goresan
dan menutupi permukaan buah dan perkembangan pusat berongga di dalam
buah, dua gejala berupa hancurnya inti. Bilamana terlihat dua gejala ini,
maka pemeriksaan secara lebih seksama atas perbungaan yang lebih rentan
harus dilakukan.

Keberadaan frass kemerahan butiran (kotoran) di atas permukaan


perbungaan / tandan yang terserang menunjukkan kegiatan hama yang
terakhir. Putusnya tandan dapat berakibat pada serangan serius terhadap
perbungaan.

-5–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.6 Hama Tikus (Tikus)

3.6.1 Tikus adalah hama paling persisten pada kelapa sawit dan dapat
menimbulkan kerusakan yang besar pada tanaman menghasilkan maupun
tanaman belum menghasilkan.

3.6.2 Pada kelapa sawit persemaian, jaringan apical meristematic akan dimakan,
yang akan menghambat atau mengakibatkan kematian pada bibit.

3.6.3 Pada tanaman yang belum menghasilkan, tikus biasanya akan menggigit
dasar tangkai yang akan menyebabkan penampakan daun kelapa sawit yang
layu. Kadang mereka bahkan dapat mengunyah pucuk dari kelapa sawit,
sehingga membuat kelapa sawit mati.

3.6.4 Kerusakan akibat tikus biasanya paling jelas dan serius pada tanaman yang
sudah menghasilkan. Buah yang sudah masak dan belum masak turut
dimakan. Selain itu, brondolan dibawa ke tempat yang tersembunyi dan
tumpukan daun kelapa sawit dan dengan demikian tidak dapat dipulihkan
dengan mudah. Buah tersebut, meskipun seringkali hanya sebagian yang
dimakan, sama sekali hilang karena tidak dapat dikutip.

3.6.5 Masuknya kumbang penggerek penyerbuk, Elaeidobius kamerunicus ke


negara ini juga telah memberikan kontribusi pada situasi yang lebih kondusif
bagi proliferasi tikus. Hama siap memakan tempayak penyerbuk yang
bertumbuh di perbungaan jantan anthesis masa lalu, meningkatnya diet
protein terlihat menghasilkan populasi tikus yang lebih kuat. Selain itu,
dalam situasi serangan yang dahsyat, tempayak kumbang penggerek juga
dapat dimakan sehingga populasi penyerbuk dapat berkurang hingga tingkat
dimana sejumlah buah juga terpengaruh.

3.6.6 Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan besar pada daun dengan
mengoyak lembar daun untuk digunakan sebagai bahan bersarang.

3.6.7. Jika dibiarkan tanpa kendali, tikus dengan cepat dapat bertambah dari tingkat
yang dapat ditolerir yaitu maksimal 60 ekor per hektar hingga 300 ekor per
hektar dalam jangka waktu enam bulan atau kurang. Dalam situasi ini, 5-
15% hasil dapat hilang akibat serangan. Pada tahap ini, tingkat tikus
mengalami lonjakan eksponensial hingga mencapai kepadatan 600 – 1500
ekor per hektar, yang mengakibatkan kerugian hingga 30% atau lebih dari
areal yang terserang.

-6–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.6.8 Identifikasi Tikus

Tiga spesies utama tikus, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus diardii dan Rattus
argentiventer dijumpai pada kelapa sawit. Informasi yang bermanfaat terkait
dengan setiap spesies adalah sebagai berikut:

1. Rattus tiomanicus

Nama umum : Tikus kayu atau tikus lapangan


Panduan identifikasi
Plate 1 (b ), 2 b ) : Kepala dan tubuh (H&B) dewasa panjang 140-
175 mm. Ekor 85-115% dari H&B. Bulu
punggungnya coklat beludru dengan putih
bersih, kadang kekuningan. Ekor gelap merata.
Habitat khusus
dan status hama : Tikus ini umumnya dijumpai di hutan dan
perkebunan dan merupakan spesies utama
yang menyerang kelapa sawit.

2. Rattus diardii

Nama umum : Tikus rumah


Panduan identifikasi
Plate 1 (a),2 (a) : Panjang H&B dewasa 140-115% dari H&B.
Bulu punggung, kasar, coklat tetapi warnanya
sering bervariasi. Perubahan warna pada perut
abu-abu muda hingga coklat kemerahan tanpa
adanya panggul. Ekor gelap merata.
Habitat khusus dan
Status hama : Tikus ini biasanya paling umum ada di tempat
kediaman manusia tetapi sekarang makin
banyak dijumpai di perkebunan, terutama yang
berada di pantai. Bilamana mereka telah
menggantikan R. tiomanicus, maka spesies ini
terbukti lebih sulit dikendalikan.

-7–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3. Rattus argentiventer : Tikus sawah.

Panduan identifikasi
Plate 1( c ), 2 (d ) : H&B dewasa 150-190 mm dengan ekor 95-
115% dari H&B. Bulu punggung coklat atau
coklat pucat, dengan sejumlah bulu. Ekor
gelap merata.
Habitat khusus dan
Status hama : Tikus ini umum dijumpai di lapangan terbuka
tetapi telah dijumpai berkolonisasi di kelapa
sawit yaitu 5-10 tahun pertama setelah
ditanam. Bila berada di lapangan ini, maka
jumlahnya dapat menjadi sangat banyak, yang
akan menyebabkan kerusakan serius pada
Tandan Buah Segar (FFB).

3.6.9 Pendeteksian kerusakan akibat Tikus

3.6.9.1 Dinamika populasi tikus harus dipantau agar pengumpanan tepat waktu
dapat dilakukan bila kerusakan melampaui ambang nilai ekonomi.

3.6.9.2 Pada umumnya, tikus menjadi matang secara seksual sesudah berumur 3-4
bulan. Akibatnya dari cepatnya laju reproduksi ini, kewaspadaan terus-
menerus untuk melokalisir kerusakan akibat tikus dan penerapan tepat waktu
dari langkah-langkah pengendalian yang tepat menjadi sangat penting.

3.6.9.3 Oleh sebab itu, sensus kerusakan akibat tikus harus dilakukan pada interval
setiap 3 bulan di lapangan yang telah dibagi menjadi blok kurang lebih 30
ha. Intensitas sensus harus 1 baris dalam setiap 10 baris dan pokok kelapa
sawit yang memiliki buah, baik pada tandan yang sudah matang maupun
yang belum matang, yang baru saja mengalami kerusakan harus dicatat
sebagai titik ‘kerusakan baru’. Di dataran rendah, mungkin perlu dilakukan
pekerjaan sensus selama musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi
dimana permukaan air yang tinggi atau banjir dapat mengusir tikus ke
mahkota kelapa sawit.

3.6.9.4 Langkah pengendalian harus dimulai bila tingkat kerusakan baru melampaui
5 %.

3.6.9.5 Penanganan rutin secara umum tidak memuaskan tetapi pengecualian


terhadap hal ini dapat dipertimbangkan dalam situasi serangan kronis.

-8–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.6.10 Pilihan Atas Pengendalian

Langkah pengendalian harus dimulai bilamana tingkat kerusakan baru


melampaui 5%.

Strategi mengumpan racun berikut harus diterapkan:


i. Tempatkan satu umpan dalam piringan yang gulmanya telah
dibersihkan dari setiap kelapa sawit di daerah yang terkena.
ii. Ganti umpan yang sudah hilang pada interval 3-4 hari hingga tingkat
penerimaan turun di bawah 20% dan tidak ada bukti kerusakan baru.
Untuk yang terakhir ini, sensus-ulang yang cepat di blok atau lapangan
yang terkena pada interval setiap bulan setelah dimulainya
pengumpanan sewaktu dan bilamana diperlukan harus dapat memberi
indikasi yang diperlukan.
iii. Dengan tidak mengindahkan yang tersebut di atas, minimal tiga rotasi
pengumpanan harus diselesaikan untuk setiap program pengendalian
tikus.

Biasanya pengendalian yang memadai dicapai pada rotasi keempat dari


pengumpanan.

Jika masih terdapat kehilangan yang tinggi setelah rotasi keempat tetapi
tidak terlihat adanya kerusakan baru, maka pengumpanan selanjutnya tidak
dilakukan. Serangga, keong, dan hewan lain dapat berperan pada
penggantian umpan yang tinggi. Selain itu, selama musim hujan, hancurnya
umpan dapat terjadi lebih sering.

Sebaliknya, jika penggantian umpan yang tinggi setelah rotasi keempat


disertai dengan bukti adanya kerusakan baru akibat tikus, maka penggantian
umpan harus dilanjutkan hingga penggantian turun di bawah 20%, dimana
pada tingkat ini penggantian umpan selanjutnya tidak diperlukan.

Program pengendalian harus dilakukan hingga tahap dimana pengendalian


yang memadai dapat dicapai. Upaya yang tidak menentu dan tidak tuntas
tidak bermanfaat dan merugikan.

Dengan teknik pengendalian yang baik, serangan ulang yang signifikan


biasanya tidak akan terjadi hingga 6-8 bulan kemudian. Namun, semakin
banyak situasi dimana serangan ulang tetap terjadi meskipun strategi deteksi-
dan-penanganan di atas telah dilakukan, sehingga diperlukan upaya
pengumpanan yang lebih sering. Dengan sendirinya, peningkatan sensus

-9–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

juga diperlukan. Karena hal ini tidak mudah dikelola, maka praktek
pengumpanan setiap 6 bulan harus dipertimbangkan sesuai dengan situasi di
lapangan.

Bila dilaksanakan, maka pengumpanan setiap 6 bulan harus dipertahankan


hingga upaya menghasilkan penggantian umpan di bawah 20% pada rotasi
ke-4 setelah pengumpanan. Sesudahnya, strategi pendeteksian dan
penanganan konvensional harus dimulai kembali.

Tabel 1: Bahan Kimia dan Umpan Yang Tersedia untuk Pengendalian Tikus di
Kelapa Sawit

Formulasi Bahan Aktif % Bahan Aktif dari Catatan


Rodentisida Formulasi
PTAI (1) Warfarin 0,05 w/w Racun yang paling umum digunakan
( wax cube ) di negara ini. Harus menjadi umpan
pilihan pertama karena relatif aman
untuk Burung Hantu.

PTAI (2) Coumatetrelyl 0,04 w/w Antikoagulan generasi kedua. Racun


(wax cube) ini merupakan alternatif yang sangat
efektif bila antikoagulan generasi
pertama (misalnya warfarin) gagal
menghasilkan kendali yang
memuaskan atas tikus.

Matikus Brodifacoum 0,003w/w Antikoagulan generasi kedua. Racun


(CCM BIOSCIENCE) (wax pellet ) sejauh ini paling efektif dari
antikoagulan yang saat ini ada di
pasaran dan dijumpai paling efektif
bila rodentisida lain gagal
mengendalikan hama. Bila umpan
tersebut digunakan, maka laju
penggantian adalah pada interval 7-8
hari dan bukan 3-4 hari.

- 10 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.6.11. Pengendalian Biologi atas Populasi Tikus

Studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kendali biologi atas populasi tikus
dapat dicapai secara bertahap selama bertahun-tahun dengan memasukkan
barn owls di perkebunan. Di perkebunan dimana barn owl telah dimasukkan,
sistem pengumpanan tikus rutin sebagaimana dibahas di atas tidak dapat
diterapkan dan ‘sistem pendeteksian dan pengumpanan’ harus diterapkan.

3.7 Pengendalian Biologi Atas Hama Serangga Kelapa Sawit Umum -


Penggunaan Bacillus Thuringiensis Untuk Mengendalikan Serangan
Ulat Api Yang Berulang

3.7.1 Ada kasus-kasus serangan ulat api di kelapa sawit yang berulang meskipun
hampir setiap bulan penyemprotan insektisida dilakukan untuk jangka waktu
yang sangat panjang. Situasi ini jelas menunjukkan bahwa penggunaan
insektisida yang tinggi telah menghancurkan keseimbangan musuh alami di
lingkungan kelapa sawit yang terpengaruh. Dalam upaya memulihkan
keseimbangan musuh alami, penggunaan insektisida konvensional
selanjutnya harus ditiadakan. Yang diperlukan adalah penggunaan
insektisida biologi selektif Bacillus thuringiensis (B.t.) untuk hama.

3.7.2 Dosis penggunaan B.t. adalah:

i. 650 g dalam 175 liter air / ha untuk mist blower.


ii. 650 g dalam 250 liter air / ha untuk Turbo misting.

3.7.3 Sewaktu menggunakan formulasi B.t, kondisi berikut harus ditaati untuk
mencapai efektivitas maksimal:
i. Hanya persediaan baru biosida yang boleh digunakan (produk yang
sudah lengket tidak boleh digunakan).
ii. Tutupan utuh kelapa sawit sangat penting. Untuk kelapa sawit dengan
tinggi batang kurang dari 3 m, sebaiknya penyemprotan diberikan
dengan Turbo Mist sprayer. Untuk kelapa sawit dengan tinggi batang
lebih dari 3 m, penggunaan turbo Mist sprayer sangat penting bagi
keberhasilan penanganan.
iii. Penyemprotan harus dilaksanakan agar bertepatan dengan kemunculan
larva maksimal.
iv. Air bersih harus digunakan. B.t. harus dicampur dengan air sebelum
disemprot.

- 11 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.8 Pengendalian Pembusukan Dasar [Basal] Akar (Ganoderma)

3.8.1 Basal Stem Rot (BSR) akibat Ganoderma spp. telah menjadi masalah serius
pada kelapa sawit terutama di daerah pantai dimana kehilangan dapat
mencapai 80% selama 12 tahun pertama setelah penanaman. Di daerah
pedalaman, terjadi peningkatan kejadian dalam beberapa tahun terakhir. Saat
ini satu-satunya metoda yang dikenal untuk mengurangi laju infeksi pada
kelapa sawit muda dan kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit adalah
menerapkan praktek budidaya yang tepat.

3.8.2. Kelapa Sawit Berumur < 7 Tahun

BSR pada kelapa sawit muda terjadi terutama pada penanaman-ulang kelapa
sawit dengan kelapa sawit.

3.8.2.1 Gejala

i) Pada awalnya, gejala tampak serupa dengan kekurangan nitrogen tetapi


penguningan dapat terfokus pada satu sisi mahkota sementara daun
kelapa sawit lainnya tetap berwarna hijau tua.
ii) Pertumbuhan kelapa sawit biasanya terpengaruh dan ukuran daun kelapa
sawit yang baru muncul berkurang dibandingkan dengan kelapa sawit
yang tidak terpengaruh.
iii) Dalam situasi lanjut, mengeringnya daun kelapa sawit terjadi pada daun
kelapa sawit kuning.
iv) Kelapa sawit yang terinfeksi dengan mudah dapat rontok dan
memperlihatkan jaringan bonggol yang membusuk.
v) Badan buah jamur jarang terlihat.

3.8.2.2 Penanganan Penanganan

Kelapa sawit yang terinfeksi harus diganti sesegera mungkin. Departemen


Penelitian & Agronomi dapat membantu mengidentifikasi kelapa sawit yang
terinfeksi.

i) Gali kelapa sawit yang terinfeksi dan seluruh bonggol serta akar. Potong,
pisahkan bahan yang terinfeksi dan bakar bila memungkinkan atau
singkirkan dari lapangan. Sisa dan bagian dari jaringan yang membusuk
atau terinfeksi tidak boleh ditanam di dalam tanah.

- 12 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

ii) Jika dipandang ekonomis dan layak, dalam situasi beresiko tinggi
misalnya daerah tanah alluvial, tanam-ulang atau bilamana tingkat
infeksi di lapangan cukup tinggi, bakar jaringan yang sakit dan telah
mengering.

iii) Gali parit bujursangkar dengan sisi 1,5 m dan dalam 90 cm untuk
menyingkirkan jaringan dan akar yang terinfeksi sebanyak
mungkin(biarkan terbuka selama setahun).

iv) Isi parit dengan tanah dari antar-baris untuk menanam dengan kelapa
sawit sisipan.

v) Berikan 0,5 kg rock fosfat pada parit.

vi) Tanam bibit dan isi parit dengan menggunakan tanah baru dari antar-
baris (Jangan gunakan tanah yang sama yang diambil dari parit).

3.8.3. Kelapa Sawit Berumur > 7 Tahun

3.8.3.1. Gejala

i) Gejala paling awal terjadi pada daun. Gejala daun pertama adalah adanya
daun tombak (spear) yang tidak terbuka dalam jumlah berlebihan
(serupa dengan gejala stres kelembaban). Kelapa sawit yang sehat
biasanya memiliki kurang lebih 2 hingga 3 daun tombak (spear).
ii) Chlorosis (penguningan) canopy juga dapat terjadi.
iii) Necrosis daun kelapa sawit tua mengakibatkan keringnya daun kelapa
sawit.
iv) Daun kelapa sawit yang mati jatuh di titik tambatan pada batang atau
retak di titik tertentu di sepanjang rachis dan turun melingkari batang
membentuk "skirt".
v) Badan yang berbuah dari Ganoderma dapat dilihat pada dasar batang.
vi) Pada tahap lanjut, batang dari kelapa sawit yang terinfeksi mengalami
retak pada dasar dan kelapa sawit tumbang. Jaringan yang sakit dari
bonggol tetap berada di bawah permukaan tanah.

vii) Dalam kondisi pertumbuhan yang menguntungkan, gejala daun mungkin


tidak jelas pada sebagian kelapa sawit. Canopy dapat terlihat sehat tetapi
badan buah (jamur) dapat terlihat pada dasar kelapa sawit.

- 13 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

3.8.3.2. Penanganan

a) Kelapa sawit berumur < 10 tahun

Sensus harus dilakukan bila BSR terdeteksi dan harus dilakukan setiap enam
bulan, bahkan setelah kelapa sawit mencapai umur lebih dari 10 tahun, untuk
memantau sebaran penyakit. Di daerah beresiko tinggi (dengan tingkat
kejadian Ganoderma yang tinggi dalam tegakan sebelumnya, katakanlah ≥
10%), sensus harus dilakukan lebih sering, yaitu pada interval setiap kuartal
jika sumberdaya tersedia. Seluruh kelapa sawit yang terinfeksi harus ditandai
dengan jelas untuk diangkat sesegera mungkin dan sisipan dilakukan
bilamana kemungkinan besar akan menguntungkan. Seperti sebelumnya,
potong, pisahkan bahan yang terinfeksi dan bakar bila memungkinkan atau
singkirkan dari lapangan

Bilamana sisipan masih dianggap laik, maka prosedur penanaman-ulang


sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya harus diikuti. Bilamana
sisipan kelapa sawit tampaknya tidak tepat, maka Head of Plantation harus
diajak berunding untuk mencari alternatifnya.

4. Lingkungan

Pestisida harus digunakan dengan bijak dan hanya untuk mengendalikan


hama yang menjadi sasaran.

Jangan membuang kelebihan campuran pestisida atau wadah bahan kimia


secara sembarangan di lapangan.

Lihat saran yang tercantum pada label produk dan kebijakan perusahaan
dalam hal panduan mengenai penanganan, penyimpanan dan pembuangan
bahan kimia.

Jangan biarkan jalan air dan daerah yang tidak menjadi target tercemar
insektisida.

5. Keselamatan dan Kesehatan

Ikuti selalu saran yang tercantum pada label produk.

- 14 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS

Jangan gunakan wadah insektisida kosong untuk menyimpan air minum atau
makanan.
Strategi IPM adalah metoda yang dipandang baik untuk mengendalikan
karena dapat meminimalkan paparan personil dan lingkungan terhadap
bahan kimia.

6. Sosial

Tidak ada

7. Mutu dan Standar

Praktek pertanian yang baik diberlakukan dan tidak terjadi kemunculan


hama dan penyakit skala-besar.

8. Parameter Produktivitas

Lihat Lampiran A.

9. Catatan

Lihat Lampiran 1

Diterjemahkan dari naskah bahasa Inggris oleh Kintawati Purnomo, S.Pd., penerjemah resmi dan
bersumpah yang diangkat oleh Gubernur KDKI Jakarta dengan SK No. 5226/1998.

- 15 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai