1. Tujuan
2. Kebijakan
2.3 Metoda manajemen gulma yang tepat harus diterapkan dan tanaman yang
menguntungkan ditanam di lokasi strategis untuk mendorong datangnya
predator alami. Rumput lunak harus didukung di interline dan jangan
menghancurkan gulma lunak yang tidak perlu atau melakukan penyemprotan
dengan bahan kimia secara membabi-buta (yaitu: kebijakan mengenai tanah
gundul) terutama di daerah yang sudah pernah mengalami wabah.
-1–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
2.6 Di daerah dimana penyakit Ganoderma tidak menyebar luas atau mencolok (≤
20%), seluruh kelapa sawit atau bahan kelapa sawit yang terserang
Ganoderma harus segera digali sesuai panduan pengendalian. Proses
peracunan kelapa sawit yang terkena Ganoderma boleh dilaksanakan
sebelum penebangan karena patogen antagonistic yang berfaedah dapat
mengkolonisasi sebelum akar dari tanaman baru mendekatinya. Kacangan
dapat juga mendorong mempercepat proses pelapukan.
Ulat jenis lain kadang dapat berada pada wabah yang terlokalisir.
Ulat Kantong adalah hama serius pada kelapa sawit. Ulat ini memakan
jaringan daun dan jika terdapat dalam jumlah besar praktis dapat meniadakan
daun kelapa sawit. Wabah yang mencakup 500 – 1000 ha sudah lazim di
Malaysia / Indonesia. Bilamana terlihat adanya serangan, laksanakan
penilaian segera atas sebaran dan kerusakannya. JANGAN MELAKUKAN
PENYEMPROTAN INSEKTISIDA SECARA MEMBABI-BUTA.
-2–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
3.1.1 Pengendalian
-3–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
3.3. Belalang
(Valanga nigricornis)
Hama ini biasanya dijumpai pada tanaman muda dan kadang dapat
bertambah hingga tahapan menimbulkan kerugian ekonomi. Telur diletakkan
di tanah dan nimfa muda memakan kacang-kacangan dan vegetasi tanah
lainnya tetapi nimfa yang tua dan dewasa dapat memakan daun kelapa sawit.
3.3.1 Pengendalian
3.4.1 Persemaian
Lokasi penangkaran (kayu kelapa sawit, tunggul, tandan buah kosong yang
berlebihan, kotoran sapi, dan bahan organik pembusuk lainnya) tidak boleh
dijumpai dekat persemaian. Dengan demikian tempayak tidak mungkin
berkembang-biak yang nantinya dapat menjadi kumbang dewasa.
ii. Untuk bibit berumur kurang dari 9 bulan – semprotkan salah satu dari
insektisida berikut ke spear, daun kelapa sawit basal dan wilayah
bonggol dengan interval setiap 2 minggu: cypermethrin (5 %) pada 0,1
% bahan aktif (100 ml per 10 liter air) (misalnya: Karate 2,5 EC pada
400 ml per 10 liter air).
iii. Untuk bibit berumur lebih dari 9 bulan (misalnya: persemaian APM),
beri salah satu dari insektisida yang diberikan pada butir (ii) di atas
atau beri butiran carbofuran (3 %), misalnya: Furadan 3 G pada 15 gm
per kelapa sawit dengan interval 15 hari.
-4–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Munculnya Tirathaba mundella pada tahap serius dapat terjadi pada tanaman
muda terutama di daerah kelapa sawit untuk pertama-kalinya. Wabah kronis
terus-menerus dari serangan Tirathaba seringkali terjadi dalam dua tahun
pertama panen, tetapi setelah itu tampak mengalami penurunan.
Tahap pertama kegiatan hama dapat dideteksi dengan adanya bekas goresan
dan menutupi permukaan buah dan perkembangan pusat berongga di dalam
buah, dua gejala berupa hancurnya inti. Bilamana terlihat dua gejala ini,
maka pemeriksaan secara lebih seksama atas perbungaan yang lebih rentan
harus dilakukan.
-5–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
3.6.1 Tikus adalah hama paling persisten pada kelapa sawit dan dapat
menimbulkan kerusakan yang besar pada tanaman menghasilkan maupun
tanaman belum menghasilkan.
3.6.2 Pada kelapa sawit persemaian, jaringan apical meristematic akan dimakan,
yang akan menghambat atau mengakibatkan kematian pada bibit.
3.6.3 Pada tanaman yang belum menghasilkan, tikus biasanya akan menggigit
dasar tangkai yang akan menyebabkan penampakan daun kelapa sawit yang
layu. Kadang mereka bahkan dapat mengunyah pucuk dari kelapa sawit,
sehingga membuat kelapa sawit mati.
3.6.4 Kerusakan akibat tikus biasanya paling jelas dan serius pada tanaman yang
sudah menghasilkan. Buah yang sudah masak dan belum masak turut
dimakan. Selain itu, brondolan dibawa ke tempat yang tersembunyi dan
tumpukan daun kelapa sawit dan dengan demikian tidak dapat dipulihkan
dengan mudah. Buah tersebut, meskipun seringkali hanya sebagian yang
dimakan, sama sekali hilang karena tidak dapat dikutip.
3.6.6 Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan besar pada daun dengan
mengoyak lembar daun untuk digunakan sebagai bahan bersarang.
3.6.7. Jika dibiarkan tanpa kendali, tikus dengan cepat dapat bertambah dari tingkat
yang dapat ditolerir yaitu maksimal 60 ekor per hektar hingga 300 ekor per
hektar dalam jangka waktu enam bulan atau kurang. Dalam situasi ini, 5-
15% hasil dapat hilang akibat serangan. Pada tahap ini, tingkat tikus
mengalami lonjakan eksponensial hingga mencapai kepadatan 600 – 1500
ekor per hektar, yang mengakibatkan kerugian hingga 30% atau lebih dari
areal yang terserang.
-6–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Tiga spesies utama tikus, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus diardii dan Rattus
argentiventer dijumpai pada kelapa sawit. Informasi yang bermanfaat terkait
dengan setiap spesies adalah sebagai berikut:
1. Rattus tiomanicus
2. Rattus diardii
-7–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Panduan identifikasi
Plate 1( c ), 2 (d ) : H&B dewasa 150-190 mm dengan ekor 95-
115% dari H&B. Bulu punggung coklat atau
coklat pucat, dengan sejumlah bulu. Ekor
gelap merata.
Habitat khusus dan
Status hama : Tikus ini umum dijumpai di lapangan terbuka
tetapi telah dijumpai berkolonisasi di kelapa
sawit yaitu 5-10 tahun pertama setelah
ditanam. Bila berada di lapangan ini, maka
jumlahnya dapat menjadi sangat banyak, yang
akan menyebabkan kerusakan serius pada
Tandan Buah Segar (FFB).
3.6.9.1 Dinamika populasi tikus harus dipantau agar pengumpanan tepat waktu
dapat dilakukan bila kerusakan melampaui ambang nilai ekonomi.
3.6.9.2 Pada umumnya, tikus menjadi matang secara seksual sesudah berumur 3-4
bulan. Akibatnya dari cepatnya laju reproduksi ini, kewaspadaan terus-
menerus untuk melokalisir kerusakan akibat tikus dan penerapan tepat waktu
dari langkah-langkah pengendalian yang tepat menjadi sangat penting.
3.6.9.3 Oleh sebab itu, sensus kerusakan akibat tikus harus dilakukan pada interval
setiap 3 bulan di lapangan yang telah dibagi menjadi blok kurang lebih 30
ha. Intensitas sensus harus 1 baris dalam setiap 10 baris dan pokok kelapa
sawit yang memiliki buah, baik pada tandan yang sudah matang maupun
yang belum matang, yang baru saja mengalami kerusakan harus dicatat
sebagai titik ‘kerusakan baru’. Di dataran rendah, mungkin perlu dilakukan
pekerjaan sensus selama musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi
dimana permukaan air yang tinggi atau banjir dapat mengusir tikus ke
mahkota kelapa sawit.
3.6.9.4 Langkah pengendalian harus dimulai bila tingkat kerusakan baru melampaui
5 %.
-8–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Jika masih terdapat kehilangan yang tinggi setelah rotasi keempat tetapi
tidak terlihat adanya kerusakan baru, maka pengumpanan selanjutnya tidak
dilakukan. Serangga, keong, dan hewan lain dapat berperan pada
penggantian umpan yang tinggi. Selain itu, selama musim hujan, hancurnya
umpan dapat terjadi lebih sering.
-9–
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
juga diperlukan. Karena hal ini tidak mudah dikelola, maka praktek
pengumpanan setiap 6 bulan harus dipertimbangkan sesuai dengan situasi di
lapangan.
Tabel 1: Bahan Kimia dan Umpan Yang Tersedia untuk Pengendalian Tikus di
Kelapa Sawit
- 10 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kendali biologi atas populasi tikus
dapat dicapai secara bertahap selama bertahun-tahun dengan memasukkan
barn owls di perkebunan. Di perkebunan dimana barn owl telah dimasukkan,
sistem pengumpanan tikus rutin sebagaimana dibahas di atas tidak dapat
diterapkan dan ‘sistem pendeteksian dan pengumpanan’ harus diterapkan.
3.7.1 Ada kasus-kasus serangan ulat api di kelapa sawit yang berulang meskipun
hampir setiap bulan penyemprotan insektisida dilakukan untuk jangka waktu
yang sangat panjang. Situasi ini jelas menunjukkan bahwa penggunaan
insektisida yang tinggi telah menghancurkan keseimbangan musuh alami di
lingkungan kelapa sawit yang terpengaruh. Dalam upaya memulihkan
keseimbangan musuh alami, penggunaan insektisida konvensional
selanjutnya harus ditiadakan. Yang diperlukan adalah penggunaan
insektisida biologi selektif Bacillus thuringiensis (B.t.) untuk hama.
3.7.3 Sewaktu menggunakan formulasi B.t, kondisi berikut harus ditaati untuk
mencapai efektivitas maksimal:
i. Hanya persediaan baru biosida yang boleh digunakan (produk yang
sudah lengket tidak boleh digunakan).
ii. Tutupan utuh kelapa sawit sangat penting. Untuk kelapa sawit dengan
tinggi batang kurang dari 3 m, sebaiknya penyemprotan diberikan
dengan Turbo Mist sprayer. Untuk kelapa sawit dengan tinggi batang
lebih dari 3 m, penggunaan turbo Mist sprayer sangat penting bagi
keberhasilan penanganan.
iii. Penyemprotan harus dilaksanakan agar bertepatan dengan kemunculan
larva maksimal.
iv. Air bersih harus digunakan. B.t. harus dicampur dengan air sebelum
disemprot.
- 11 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
3.8.1 Basal Stem Rot (BSR) akibat Ganoderma spp. telah menjadi masalah serius
pada kelapa sawit terutama di daerah pantai dimana kehilangan dapat
mencapai 80% selama 12 tahun pertama setelah penanaman. Di daerah
pedalaman, terjadi peningkatan kejadian dalam beberapa tahun terakhir. Saat
ini satu-satunya metoda yang dikenal untuk mengurangi laju infeksi pada
kelapa sawit muda dan kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit adalah
menerapkan praktek budidaya yang tepat.
BSR pada kelapa sawit muda terjadi terutama pada penanaman-ulang kelapa
sawit dengan kelapa sawit.
3.8.2.1 Gejala
i) Gali kelapa sawit yang terinfeksi dan seluruh bonggol serta akar. Potong,
pisahkan bahan yang terinfeksi dan bakar bila memungkinkan atau
singkirkan dari lapangan. Sisa dan bagian dari jaringan yang membusuk
atau terinfeksi tidak boleh ditanam di dalam tanah.
- 12 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
ii) Jika dipandang ekonomis dan layak, dalam situasi beresiko tinggi
misalnya daerah tanah alluvial, tanam-ulang atau bilamana tingkat
infeksi di lapangan cukup tinggi, bakar jaringan yang sakit dan telah
mengering.
iii) Gali parit bujursangkar dengan sisi 1,5 m dan dalam 90 cm untuk
menyingkirkan jaringan dan akar yang terinfeksi sebanyak
mungkin(biarkan terbuka selama setahun).
iv) Isi parit dengan tanah dari antar-baris untuk menanam dengan kelapa
sawit sisipan.
vi) Tanam bibit dan isi parit dengan menggunakan tanah baru dari antar-
baris (Jangan gunakan tanah yang sama yang diambil dari parit).
3.8.3.1. Gejala
i) Gejala paling awal terjadi pada daun. Gejala daun pertama adalah adanya
daun tombak (spear) yang tidak terbuka dalam jumlah berlebihan
(serupa dengan gejala stres kelembaban). Kelapa sawit yang sehat
biasanya memiliki kurang lebih 2 hingga 3 daun tombak (spear).
ii) Chlorosis (penguningan) canopy juga dapat terjadi.
iii) Necrosis daun kelapa sawit tua mengakibatkan keringnya daun kelapa
sawit.
iv) Daun kelapa sawit yang mati jatuh di titik tambatan pada batang atau
retak di titik tertentu di sepanjang rachis dan turun melingkari batang
membentuk "skirt".
v) Badan yang berbuah dari Ganoderma dapat dilihat pada dasar batang.
vi) Pada tahap lanjut, batang dari kelapa sawit yang terinfeksi mengalami
retak pada dasar dan kelapa sawit tumbang. Jaringan yang sakit dari
bonggol tetap berada di bawah permukaan tanah.
- 13 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
3.8.3.2. Penanganan
Sensus harus dilakukan bila BSR terdeteksi dan harus dilakukan setiap enam
bulan, bahkan setelah kelapa sawit mencapai umur lebih dari 10 tahun, untuk
memantau sebaran penyakit. Di daerah beresiko tinggi (dengan tingkat
kejadian Ganoderma yang tinggi dalam tegakan sebelumnya, katakanlah ≥
10%), sensus harus dilakukan lebih sering, yaitu pada interval setiap kuartal
jika sumberdaya tersedia. Seluruh kelapa sawit yang terinfeksi harus ditandai
dengan jelas untuk diangkat sesegera mungkin dan sisipan dilakukan
bilamana kemungkinan besar akan menguntungkan. Seperti sebelumnya,
potong, pisahkan bahan yang terinfeksi dan bakar bila memungkinkan atau
singkirkan dari lapangan
4. Lingkungan
Lihat saran yang tercantum pada label produk dan kebijakan perusahaan
dalam hal panduan mengenai penanganan, penyimpanan dan pembuangan
bahan kimia.
Jangan biarkan jalan air dan daerah yang tidak menjadi target tercemar
insektisida.
- 14 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006
AGRO PLANTATIONS
Jangan gunakan wadah insektisida kosong untuk menyimpan air minum atau
makanan.
Strategi IPM adalah metoda yang dipandang baik untuk mengendalikan
karena dapat meminimalkan paparan personil dan lingkungan terhadap
bahan kimia.
6. Sosial
Tidak ada
8. Parameter Produktivitas
Lihat Lampiran A.
9. Catatan
Lihat Lampiran 1
Diterjemahkan dari naskah bahasa Inggris oleh Kintawati Purnomo, S.Pd., penerjemah resmi dan
bersumpah yang diangkat oleh Gubernur KDKI Jakarta dengan SK No. 5226/1998.
- 15 –
Kode Referensi: OP/C21/06/01 Tanggal Penerbitan: 1 Juni 2006