Anda di halaman 1dari 39

AINUN HABIBI HRP (150304065)

YUSNITA FARIDA (150304085)

FANNY NAMIRA (150304088)

AGRIBISNIS – 2 FP USU

Penanggulangan Hama, Penyakit,


Gulma Fase TBM dan TM
Kelapa Sawit
HAMA
HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)

ULAT API ULAT KANTONG


disebut ulat api disebut ulat kantong
karena ulat ini memiliki bulu karena ulat ini hidup
yang berfungsi sebagai senjata. didalam kantong
Ulat ini akan memberikan yang dia buat.
rasa panas spesies ulat ini antaranya:
bagi yang menyentuhnya. Mahasena corbetti, Metisa plana,
spesies ulat ini antaranya : Pteroma pendula
Setora nitens, Setothosea assigna,
Darna trima, Darna diducta
HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)

POTENSI PERUSAKAN

● Gejala serangan dari ulat api atau ulat kantong saat stadia ulat masih muda hanya memakan atau
mengikis epidermis atas daun, kikisan daun akan berubah warna menjadi coklat dan berlubang.

● Ulat stadia menengah memakan jaringan daun sehingga mengakibatkan daun berlubang menyerupai
lubang tembakan “shot holes”

● Ulat stadia besar cenderung menggigit dari ujung daun

● Ketiga kerusakan di atas akan menyatu sehingga daun nekrosis dan akhirnya hanya meninggalkan
tulang daun saja (lidi)

● Kesan serangan hama ulat daun berupa bekas gigitan yang rapi dari ujung daun, sedangkan ulat
kantong cenderung meninggalkan bekas gigitan yang tidak beraturan

● Penyebaran hama yaitu dengan cara merangkak dari satu pelepah atau daun ke pelepah lain

● Ulat kantong memliki benang sehingga dapat bergelantungan dan pindah dengan bantuan angin

● Penyebaran ulat api juga tergantung dari peletakan telur oleh induknya, dimana induk ulat api dapat
terbang dan dapat memilih lokasi yang dia inginkan. sedangkan induk ulat kantong tidak dapat terbang
sehingga telur atau calon ulat dapat dijumpai di daerah dimana terjadi serangan ulat kantong
HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)
HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)

PENANGGULANGAN

Parasitoid dan Predator

PARASITOID PREDATOR

Apanteles sp., Sicanus dichotomous,


Pediobius sp., Eucanthecona sp.
Spinaria spinator, dan
Trichogramma, Cosmolestes picticeps
Chaetexorista javana

Patogen

Mikroorganisme seperti virus MNPV (Mono nuclear polyhedral virus)


dimanfaatkan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada hama ulat api
jenis Thosea asigna dan Setora nitens.
HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)

PENANGGULANGAN

Penggunaan Insektisida Kimia Sintetik


HAMA ULAT PEMAKAN DAUN KELAPA SAWIT (UPDKS)
HAMA TIKUS

POTENSI PERUSAKAN

● Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Adanya keratan baru berwarna putih kekuningan pada pangkal pelepah
● Tanaman Menghasilkan (TM)
Dalam satu pokok terdapat 5 atau lebih buah kelapa sawit dari beberapa TBS dengan
keratan baru yang terjadi 2 – 3 hari sebelumnya. Buah dengan serangan baru tersebut
masih dapat berada di tandan dan atau telah membrondol.

PENANGGULANGAN

● Tanaman Belum Menghasilkan (umur 0 – 12 bulan)


a. Penanaman
Umumnya pada areal tanaman baru banyak dijumpai serangan hama tikus. Kampanye
pengumpanan harus segera dilakukan setelah penanaman bibit
HAMA TIKUS

PENANGGULANGAN

b. Tanah Gambut, Rendahan dan Rawa‐rawa


Pada umumnya pada tanah gambut, rendahan, dan rawa‐rawa serta areal banjir rutin
berpotensi tingkat serangan tikus tinggi. Kampanye pengumpanan dilakukan setiap tiga
bulan tanpa harus melakukan sensus
c. Areal Datar
Pada umumnya pada areal datar tingkat serangan tikus rendah. Setelah penanaman,
lakukan kampanye pengumpanan satu rotasi. Apabila ditemukan 1 pokok tanaman
terserang, maka harus lakukan “deteksi dan aplikasi” dengan tahapan sebagai berikut :
- Letakkan 3 butir racun tikus/pokok, terhadap tanaman yang menunjukkan gejala serangan
baru dan ditambah 6 pokok disekelilingnya, masing‐masing 3 butir racun tikus
- Apabila dalam pengumpanan dijumpai ≥ 4 pokok terserang baru/ha maka lakukan
kampanye pengumpanan pada areal tersebut.
HAMA TIKUS

PENANGGULANGAN

● Tanaman Belum Menghasilkan (umur 13 – 24 bulan)


a. Pengendalian hama tikus dilakukan pada semua jenis areal
b. Pada tanaman berumur ≥ 12 bulan lakukan “deteksi dan aplikasi”
c. Untuk tanaman sisipan berumur < 1 tahun, letakkan 3 butir racun tikus
● Tanaman Menghasilkan ( > 24 Bulan)
a. Burung hantu Tyto alba merupakan predator hama tikus yang potensial.
b. Pemberian racun tikus digunakan, apabila populasi burung hantu < 1 pasang burung hantu/ha.
c. Sistem pengendalian hama tikus pada TM dapat berupa Response Baiting dan Routine Baiting.
1) Response Baiting
- Diterapkan pada areal dengan serangan rendah sampai dengan sedang
- Pengumpanan hama tikus dilakukan berdasarkan hasil sensus sebagai berikut :
• Lakukan sensus terhadap pokok terserang baru, sebelum panen dilaksanakan
• Apabila hasil sensus menujukkan pokok terserang baru > 5 %, kampanye pengumpanan dapat dimulai
• Kampanye pengumpanan hanya dilakukan pada blok yang terserang
2) Routine Baiting
- Diterapkan pada areal serangan hama tikus yang kronik dan persisten
- Pengumpanan dilakukan secara rutin dengan interval 4 – 6 bulan per tahun
HAMA TIKUS

PENANGGULANGAN

Racun Tikus

Berdasarkan cara kerjanya, racun tikus digolongkan dalam dua kelompok, yaitu
yang bersifat acute (mematikan) dan chronic (bersifat antikoagulan yang menyebabkan
pendarahan terus‐menerus). Contoh racun tikus yang bersifat acute adalah : Phosphide,
Endrin, dan Bidrin.
HAMA RAYAP Coptotermes curvignathus

POTENSI PERUSAKAN

Lokasi dan Potensi Serangan


a. Merupakan hama rayap yang sangat merugikan pada tanaman kelapa sawit di lahan gambut
b. Serangan hama rayap dapat terjadi mulai dari pembibitan sampai dengan tanaman menghasilkan
c. Serangan hama ini dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat bahkan dapat mematikan

PENANGGULANGAN

a. TBM
- Seluruh jalur rayap berupa tanah yang menempel di pangkal pelepah harus dihancurkan dan dibersihkan

- Setelah bersih, disemprot larutan pestisida secara merata dengan volume 1 – 2 liter formula
aplikasi/pokok

- Kemudian siramkan lagi 2 liter formula aplikasi/pokok di sekitar pokok pada radius 30 cm

- Untuk tindakan pencegahan, siramkan 2 liter formula aplikasi/pokok pada radius 30 cm, untuk 6 pokok di
sekeliling tanaman terserang.

- Setelah 2 minggu aplikasi harus dilakukan pengamatan untuk memastikan efektifitas pestisida tersebut

- Ulangi perlakuan tersebut jika belum efektif.


HAMA RAYAP Coptotermes curvignathus

PENANGGULANGAN

b. TM
- Seluruh jalur rayap berupa tanah yang menempel di pangkal pelepah harus dihancurkan
dan dibersihkan,
- Setelah bersih, disemprot larutan pestisida secara merata dengan volume 1 – 2 liter formula
aplikasi/pokok,
- Kemudian siramkan lagi 3 liter formula aplikasi/pokok di sekitar pokok pada radius 30 cm
- Untuk tindakan pencegahan, siramkan 3 liter formula aplikasi/pokok pada radius 30 cm,
untuk 6 pokok di sekeliling tanaman terserang,
- Setelah 2 minggu aplikasi harus dilakukan pengamatan untuk memastikan efektifitas
pestisida tersebut,
- Ulangi perlakuan tersebut jika belum efektif.
HAMA RAYAP Coptotermes curvignathus

PENGENDALIAN

PESTISIDA
HAMA Oryctes

POTENSI PERUSAKAN

Cara Berkembangbiak dan Gejala Serangan

a. Hama Oryctes akan menjadi masalah yang serius terutama pada TBM, apabila dekat dengan sumber
inokulum dan atau tersedia tempat berkembangbiaknya seperti tumpukan TKS, kandang sapi dan kerbau,
serta pohon kelapa
b. Kumbang aktif menyerang pokok kelapa sawit pada malam hari
c. Mula‐mula kumbang akan menggerek pangkal pelepah bagian atas,
kemudian meneruskan ke bagian bawahnya, bahkan sampai ke titik tumbuh dan akhirnya tanaman mati
d. Pupus yang terserang baru dapat dilihat apabila pupus membuka, tanda serangan tersebut berupa
potongan simetris di kedua sisi pelepah daun.

PENGENDALIAN

Pencegahan

a. Menanam kacangan penutup tanah agar kayu yang melapuk dapat


segera tertutup
b. Menghancurkan batang kelapa sawit dengan menggunakan alat berat
Backhoe, yang bucket diganti dengan pisau tajam
c. Aplikasi TKS hanya diperkenankan satu lapis.
Hama Apogonia dan Adoretus

POTENSI PERUSAKAN

Umumnya menyerang di bibitan, namun serangan dapat juga terjadi pada areal tanaman yang
baru ditanam. Kumbang Apogonia biasanya bersembunyi pada siang hari dengan cara masuk ke dalam
tanah. Serangan Apogonia umumnya terjadi pada malam hari. Kumbang Apogonia mulai menyerang dari
bagian pinggir dan membuat robekan besar pada pinggir helai daun. Sedangkan kumbang Adoretus
memakan daun, dimulai dari bagian tengah pada permukaan daun bagian bawah, dengan meninggalkan
tulang – tulang daun.

PENGENDALIAN

a. Kimia
- Pestisida kontak disemprotkan pada waktu menjelang malam hari (pukul 17.00 – 19.00
WIB)
- Pestisida kontak yang dapat digunakan adalah Sipermetrin, Deltametrin dan Lambda
sihalotrin dengan cara sebagai berikut : (a) dengan Knapsack Sprayer : konsentrasi pestisida
0,3 % setara dengan 1.050 cc pestisida dalam 350 liter air per ha, dan (b) dengan
Mistblower : konsentrasi pestisida 0,6 % setara dengan 1.050 cc pestisida dalam 175 liter air
per ha.
b. Fisik
Dengan menggunakan light trap, berupa berupa lampu petromak yang dipasang dari pukul
18.00 – 23.00 WIB.
Hama Tirathaba

POTENSI PERUSAKAN
Gejala Serangan
a. Dicirikan adanya bekas gerekan berbentuk cincin atau alur‐ alur pada permukaan buah.
b. Adanya campuran kotoran yang menutupi permukaan tandan buah.
- Serangan baru : kotoran berwarna kemerahan (larva aktif)
- Serangan lama : kotoran berwarna coklat gelap kehitaman (larva tidak aktif/ berkepompong). Pokok yang
dikategorikan terserang apabila kotoran baru (segar) ditemukan pada permukaan tandan, satu atau lebih
tandan per pokok.

PENGENDALIAN
● Tanaman Belum Menghasilkan
Dalam keadaan normal kebijaksanaan kastrasi dan sanitasi yang dilakukan tepat waktu akan dapat mencegah meningkatnya
populasi Tirathaba. Apabila serangan Tirathaba dijumpai pada saat melakukanrotasi kastrasi, tindakan yang dianjurkan adalah :
a. Semua bunga atau tandan yang dipotong dari semua pokok di daerah terserang harus dikeluarkan dari blok dan dikumpulkan
di tepi jalan, kemudian dihancurkan dengan membakarnya, atau semua bunga atau tandan yang dipotong dari semua pokok di
daerah terserang diletakkan di gawangan, kemudian disemprot dengan Regent 50 SC dengan konsentrasi 0,5 ml/liter air
ditambah 2,5 ml Teepol atau Lissapol.
b. Untuk menekan peningkatan populasi Tirathaba pada tanaman muda, dilakukan dua rotasi penyemprotan untuk semua areal
yang akan masuk periode tanaman menghasilkan.
- Rotasi I : Dilakukan 2 – 3 bulan sebelum panen
- Rotasi II : Dilakukan 2 – 3 minggu setelah rotasi I
Penyemprotan dibatasi pada pokok terserang saja yaitu dengan menyemprot secara merata semua bunga dan tandan termasuk
bunga jantan, buah yang tidak terserang, dan tandan yang sudah busuk.
Hama Tirathaba

PENGENDALIAN

● Tanaman Menghasilkan
a. Sensus Hama
Sensus hama Tirathaba mengikuti pedoman teknis pemantauan hama daun, tikus dan Tirathaba
b. Penyemprotan Kuratif
Pada tanaman menghasilkan tindakan penyemprotan kuratif harus dilakukan apabila tingkat serangan
baru pada tanaman ≥ 5 % Pestisida dan dosis yang digunakan seperti pada rekomendasi tanaman
belum menghasilkan
c. Teknik Penyemprotan
- Penyemprotan menggunakan alat knapsack sprayer dengan nozzel solid cone volume rendah
- Pada kondisi normal (serangan ringan), penyemprotan harus dibatasi pada pokok dengan serangan
baru. Pokok dengan bekas serangan lama atau pokok sehat tidak disemprot/dihindari.
- Pada serangan berat, penyemprotan hanya dilakukan di daerah terserang, pada seluruh bunga dan
tandan, pada pokok terserang
d. Waktu dan Frekuensi Penyemprotan - Oleh karena siklus hidupnya yang pendek, sering terjadi
generasi yang tumpang tindih sehingga diperlukan penyemprotan lebih dari satu rotasi (biasanya 2
rotasi)
- Sensus harus segera dilakukan dalam selang waktu 2 minggu setelah penyemprotan rotasi I, dengan
tujuan untuk mengetahui apakah perlu dilakukan penyemprotan berikutnya.
Hama Tungau Oligonychus

Tungau merah (Oligonychus) yang panjangnya 0,5 mm


hidup di sepanjang tulang anak daun
sambil mengisap cairan daun.
Hama ini membahayakan dan berkembang pesat dalam
keadaan cuaca kering di musim kemarau.
Hama Tungau Oligonychus

POTENSI PERUSAKAN

- Daun yang diserang berubah warna dari hijau menjadi


perunggu mengkilat (bronz)
- Persemaian atau pembibitan mengalami kerusakan

PENGENDALIAN

Penyemprotan dengan akarisida yang mengandung bahan aktif


tetradifon 75,2 g/l. Contoh akarisida tersebut adalah Tedion 75 EC
yang disemprotkan dengan konsentrasi 0,1 – 0,2 %.
PENYAKIT
TANAMAN
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal Steam Rot)

Potensi Kerusakan
a. Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit yang terpenting di perkebunan kelapa sawit
di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Dilaporkan pada kelapa sawit berumur 15 tahun ke atas
di Sumatra Utara tingkat serangannya dapat mencapai > 80 %
b. Pada generasi penanaman kelapa sawit yang lebih lanjut, serangannya semakin cepat dan banyak

Gejala Serangan
a. Gejala ringan : daun muda lebih tegak dan berwarna pucat kusam,
badan buah jamur (basidiocarp) dapat ditemukan di pangkal batang
b. Gejala sedang : daun pupus >3, daun muda atau seluruh daun tampak pucat,
badan buah jamur dapat ditemukan di pangkal batang.
c. Gejala berat : daun pupus >3, seluruh daun pucat, daun bagian bawah mengering dimulai dari
ujung helai daun, baik ada atau tidak ada daun tua yang patah, dapat ditemukan badan buah jamur
di pangkal batang.
d. Gejala berat sekali/mati : pada pangkal batangnya terjadi pembusukan + 90%, dan ditemukan
badan buah jamur

Penyebab Penyakit
a. Penyebabnya adalah jamur Ganoderma boninense. Patogen ini mempunyai kisaran inang yang
Luas terutama dari famili palma (Palmae)
b. Infeksi dan penyebaran penyakit pada tanaman muda terjadi kontak antar akar sehat dengan
akar sakit, sedangkan pada tanaman tua terjadi kontak akar dengan spora.
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal Steam Rot)

Pengendalian
Membersihkan sumber infeksi
Khususnya pada areal bekas tanaman kelapa sawit dan kebun kelapa harus dibebaskan dari
sumber infeksi (Ganoderma)
Mencegah penyebaran penyakit dalam kebun
a. Sensus Pokok
Sensus dilakukan terhadap tanaman umur ≥ 4 tahun. Pokok yang terserang penyakit ditandai dengan
cat, sedangkan yang sakit berat harus segera ditumbang dengan diberi tanda Ganoderma tumbang
(GT)
b. Pembongkaran Pokok
1) Tanaman dengan tanda GT sebelum ditumbang batang dilubangi dengan kampak + 60 cm dari
permukaan tanah dan dipilih batang yang belum busuk agar cepat bereaksi, kemudian berikan 100 ml
Gramoxone/pokok
2) Pembongkaran pokok dilakukan apabila semua daun telah mengering. Cara pembongkaran pokok
adalah sebagai berikut :
- Korek dan putuskan akar di sekitar pokok dengan radius 0,5 m dengan kedalaman + 60 cm, arah
korekan harus tegak lurus dengan pokok
- Jika diperkirakan pokok sudah mulai goyah, maka pengorekan dihentikan dan dilanjutkan dengan
mendorong pokok sampai tumbang
- Lubang galian pangkal batang (bole) harus diperlebar sampai berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm
baik pada TBM maupun TM
- Batang digulingkan di tengah‐tengah gawangan, semua pelepah daun dipotong dan ditumpuk
di atas batang tersebut
- Tanam 2‐3 stek kacangan di sekitar lubang, agar nantinya dapat menekan pertumbuhan gulma
- Prestasi kerja pembongkaran pokok adalah 3‐4 pokok/HK.
Pengendalian dengan fungisida
Fungisida yang telah teruji dapat menghambat laju intensitas serangan pada pokok yang sakit pada
tahap ringan, adalah Bayfidan 250 EC dengan cara trunk injection dengan dosis 15 ml
Bayfidan 250 EC /pokok.
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal Steam Rot)
Penyakit Busuk Tandan Buah (Marasmius)

Potensi Kerusakan
a. Serangan yang paling besar terjadi di Indonesia adalah di daerah pengembangan
kelapa sawit yang dapat mencapai 25% (4‐5 tandan/pokok pada tanaman muda)
b. Tandan buah yang terserang tidak sempat matang dan buah busuk, dan bila diolah
kadar asam lemak bebas meningkat.
Gejala Serangan
a. Gejala awal dari infeksi penyakit terlihat dengan adanya benang jamur (miselium) yang
berwarna putih mengkilat yang meluas di permukaan kulit buah dan tandan.
Pada tahap ini cendawan belum menimbulkan kerugian
b. Pada tahapan lebih lanjut, cendawan menetrasi ke dalam bagian buah (mesokarp), s
elanjutnya buah berwarna coklat muda dan akhirnya busuk. Pada tahap ini kadar
asam lemak bebas sudah tinggi
c. Apabila buah yang sakit tidak dipanen, miselium dapat meluas dalam tajuk tanaman
dan mengakibatkan tandan – tandan lain diserang.
Penyebab Penyakit
a. Penyebabnya cendawan Marasmius palmivorus yakni suatu cendawan saprofit yang umum
hidup pada bermacam‐macam bahan mati/sisa‐sisa makanan
b. Apabila terdapat sumber makanan yang cukup banyak dengan kelembaban mikro
yang tinggi, cendawan mampu mengadakan infeksi pada jaringan hidup dan
berubah menjadi parasit.
Penyakit Busuk Tandan Buah (Marasmius)

Pengendalian
Secara Kultur Teknis
a. Jarak tanam harus sesuai dengan jenis tanaman dan kesesuaian lahannya
b. Sanitasi dengan membuang seluruh bunga betina pada waktu kastrasi yaitu 12 bulan
setelah tanam atau 50% pokok sudah mengeluarkan bunga betina. Hasil sanitasi harus
dibawa ke TPH untuk dimusnahkan
c. Setelah kastrasi, jika bunga yang baru berkembang masih terinfeksi Marasmius maka
harus dilakukan sanitasi berikutnya dengan membuang seluruh buah yang terinfeksi,
termasuk buah yang terlalu masak. Hasil sanitasi harus dibawa ke TPH untuk dimusnahkan
d. Membuang semua bunga dan buah yang busuk, serta menunas pelepah daun di sekitar
pangkal batang baik sebelum maupun sesudah panen secara teratur
e. TBS yang terlalu masak (over ripe) jangan dibiarkan tetap berada di pokok.
TBS yang sudah matang panen harus dipotong walaupun PKS belum ada.
Secara Kimiawi
a. Jika secara kultur teknis tidak dapat diatasi, maka gunakan Kaptafol dengan dosis 0,7 liter
Fungisida Difolatan/ha dengan volume semprot 150 liter/ha dan dengan interval 2 minggu
b. Fungisida yang direkomendasikan untuk pengendalian Marasmius antara lain
2g Antracol 70WP/liter, 2,5g Derosal/liter, 3g Dithane M-45/liter, 3g Daconil 75WP/liter,
dan 2,5g Bayleton 250EC/liter
c. Aplikasi fungisida tidak akan efektif jika perlakuan sanitasi tidak dikerjakan secara benar.
Penyakit Busuk Tandan Buah (Marasmius)
Penyakit Busuk Pucuk (Spear Rot)

Potensi Kerusakan
Penyakit busuk pucuk biasa dijumpai pada hampir semua tanaman kelapa sawit, baik di pembibitan
maupun tanaman di lapangan. Di lapangan, serangan penyakit ini sering dijumpai menyerang sendiri
atau bersama-sama dengan penyakit lain. Umumnya tanaman yang terserang berat akan mengalami
kematian karena titik tumbuhnya busuk.
Gejala Serangan
a. Gejala awal daun pupus menjadi kering berwarna abu-abu, kemudian pada pangkalnya patah. Dalam
keadaan demikian, jaringan pada pangkal pupus telah busuk dan mudah dicabut
b. Penyakit ini menyerang titik tumbuh. Gejala lanjut pada tanaman yang terserang berat, titik tumbuhnya
rusak dan batangnya akan mengeluarkan banyak cairan berwarna kuning dan berbau busuk jika dibor.
Pada keadaan ini sebagian besar daun menjadi kering dan tanaman akhirnya mati.
Penyebab Penyakit
a. Sampai saat ini penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti, tetapi pada pokok yang sakit
ditemukan beberapa organisme yaitu, jamur Fusarium spp., serangga, dan bakteri
b. Diduga serangan terjadi karena melemahnya ketahanan tanaman, salah satu penyebabnya adalah
defisiensi boron. Penyebaran penyakit ini tidak mempunyai pola tertentu, tetapi tersebar secara sporadi
s di lapangan.
Pengendalian
a. Sebelum titik tumbuhnya busuk lakukan hal berikut : siram dan oles dengan fungisida sistemik dengan
dosis 5 g Binomil/pokok pada bagian yang telah dipotong
b. Pokok yang terserang berat dimana titik tumbuhnya sudah busuk harus segera dibongkar, dengan
tahapan kerja sebagai berikut : racun pokok yang sakit dengan cara seperti pengendalian Ganoderma,
kemudian lakukan pembongkaran tanaman
Penyakit Busuk Pucuk (Spear Rot)
Penyakit Busuk Arang (Charcoal Base Rot)

Gejala Serangan
Penyakit ini disebabkan oleh Ustulina deusta yang menyerang pada tanaman
peralihan dari TBM ke TM. Gejala serangan berupa busuk arang di pangkal
batang, pangkal batang mengeras berwarna hitam, akar menjadi rapuh,
tanaman mati kemudian tumbang. Biasanya gejala serangan ini sering dijumpai
pada tanaman yang kurang terawat.
Pengendalian
Bersihkan pangkal batang dari akar tanaman yang berwarna hitam,
piringan dari gulma dan berikan pupuk N, P, K, dan Mg pada piringan.
GULMA
Gulma

Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan


menjadi pesaing bagi tanaman utama seperti kelapa sawit,
yang dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi
produktivitas kelapa sawit. Jenis gulma dapat dikelompokkan
sebagai berikut : rumput‐rumputan, berdaun lebar,
berkayu, pakisan, keladi, pisang, bambu, dan teki‐tekian.

Pengendalian Gulma
a. Pengendalian gulma dengan cara :
‐ Memusnahkan gulma berbahaya (noxious weed), seperti
Chromolaena odorata dan Imperata cilindrica
‐ Mengendalikan pertumbuhan gulma lunak
b. Pengelolaan gulma terpadu (integrated weed management,
IWM) dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian,
meliputi cara kultur teknis, biologis, mekanis, dan kimiawi.
Lalang
• Pengendalian Lalang
a. Pengendalian lalang dengan cara kimia menggunakan
berbagai herbisida.
b. Pada areal pertumbuhan lalang tebal dan kecepatan
angin kencang gunakan Medium Volume (MV = 450 – 600
liter/ha).
c. Pada areal rendahan atau gambut yang kondisinya
lembab dan sedikit berair, gunakan herbisida Assault 250
AS.

• Pengendalian Lalang Sporadis dan Lalang Kontrol


a. Lalang sporadis (terpencar ‐ pencar) dikendalikan dengan
metode spot spraying
b. Lalang kontrol (kondisi lalangnya normal) dikendalikan
dengan carawiping (daun lalang diusap dengan larutan
herbisida yang telah dicampur air)
c. Sebelum wiping rumpun lalang dibersihkan dari sampah – sampah di
sekitar pangkalnya dengan menggunakan arit kecil (guris)

d. Hindarkan batang/daun lalang pecah, putus atau tercabut sewaktu wiping


atau pembersihan sampah

e. Teknik wiping lalang : balutkan pada tiga jari tangan kain katun yang
berukuran 3 cm x 12 cm (tidak dibenarkan menggunakan kaos kaki
atau sarung tangan). Kemudian celupkan pada campuran 1,0 – 1,3 %
Eagle 480 AS atau Roundup + 0,5 % surfaktan atau 0,5 – 0,7 % Assault
250 AS+ 0,5 % surfaktan, dan peras agar tidak menetes. Penyapuan
(wiping) dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daun secara merata
dan basah, dan dilakukan per helai daun lalang

f. Agar tidak terjadi lalang yang tidak diwiping, maka ujung lalang yang telah
diwiping harus diputus ± 1 cm sebagai tanda bahwa lalang tersebut telah
diwiping.
Gulma berkayu
Pengendalian Gulma Berkayu
Jenis gulma berkayu yang ada di perkebunan kelapa sawit adalah
sebagai berikut :
a. Chromolaena odorata (Eupatorium odoratum)
b. Melastoma malabathricum
c. Lantana camara
d. Clidemia hirta

• Teknik pengendalian manual dapat dilakukan dengan


mengunakan alat cados (cangkul kecil dengan lebar ± 14 cm)
dengan cara membongkar gulma sampai akarnya. Tidak
dibenarkan dibabat (slashing).
Pakisan
Beberapa jenis pakisan yang merugikan adalah sebagai
berikut :
- Dicrapnoteris linearis - Pteridium osculentum
- Stenochlaena palustris - Lygodium flexuosum
Teknik pengendalian manual dapat dilakukan dengan
mengunakan alat cados (cangkul kecil dengan lebar ± 14 cm)
dengan cara membongkar gulma sampai akarnya. Tidak
dibenarkan dibabat (slashing).

Keladi (Colocasia sp dan Caladium sp)

• Umumnya keladi liar tumbuh di areal rendahan, yang sulit


dikendalikan, karena daunnya berlilin. Pengendalinya dengan cara
menyemprotkan campuran 0,03 % Ally 20 WDG + 0,2 % Agristick
dengan alat CP‐15 atau Solo, bernozzel cone.
Pisang (Musa sp)
Cara pengendalian pisang dapat dilakukan dengan :
a. Merendam tusuk gigi yang terbuat dari kayu dalam larutan 2,4 D
dimetil amina selama 24 jam. Kemudian tusukkan pada batang
pisang dengan ketinggian ± 10 cm dari permukaan tanah
b. Pengendalian dengan cara menebang batang pisang pada
ketinggian ± 10 cm dari tanah dan langsung diolesi bagian atasnya
dengan larutan 5 g Ally 20 WDG + 2 ml Agristik dalam 1 liter air.

Bambu (Bambosa sp)


Cara pegendalian bambu dapat dilakukan dengan :
a. Mengunakan 20% NaClO3 (sodium chlorate) dengan cara
mencampurkan 200 g NaClO3 dalam 1 liter air atau menggunakan
campuran 10 liter Glyfosat/ha + 75 g Metil Metsulfuron/ha blanket
b. Bahan/campuran herbisida semprotkan secara merata pada rumpun
bambu. Apabila bambu sudah tinggi mengikuti cara kerja berikut :
- Rumpun bambu yang sudah tinggi (≥ 1,5 meter) harus dibabat
- Setelah 1 – 1,5 bulan semprotkan campuran herbisida tersebut
secara merata
- Penyemprotan diulang setelah 2 – 3 bulan
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai