69
ABSTRAK
P enggunaan pestisida dengan volume tinggi dan interval aplikasi penyemprotan yang
pendek berakibat meningkatkan biaya produksi usahatani, meningkatkan pencemaran
terhadap lingkungan, mempercepat terjadinya resistensi organisme pengganggu tanaman
(opt) terhadap pestisida, kematian pada musuh-musuh alami dan residu pestisida pada tanaman
dan lingkungan. Program pengendalian opt secara terpadu (PHT) dan falsafah penggunaan
pestisida sebagai alternatif terakhir dan memilih pestisida yang lebih selektif, efektif tetapi
kurang persisten, efisien dan aman bagi lingkungan. Selektivitas pestisida dapat diciptakan
antara lain dengan perbaikan teknik penyemprotan, yaitu menurunkan volume larutan pestisida
yang digunakan. Flat spray nozzle atau spuyer kipas dapat digunakan untuk menekan volume
larutan pestisida yang digunakan minimal 30%, sehingga biaya produksi usahatani dapat
ditekan, pendapatan petani dapat ditingkatkan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup
dapat dipelihara lebih baik.
yang harus diketahui oleh petani adalah, dengan cara menurunkan biaya
bahwa pestisida itu beracun bukan saja pestisida.
terhadap opt tetapi juga berbahaya bagi Alokasi biaya yang dibutuhkan
manusia dan hewan ternak lainnya. Dari petani untuk pestisida dalam suatu
hasil pemantauan diketahui bahwa usahatani sayuran di sekitar Lembang
sesungguhnya para pengguna pestisida adalah 27% dari biaya total. Bahkan
(petani) pada umumnya relatif kurang dalam musim penghujan untuk
menyadari akan hal tersebut. Petani tanaman tomat, alokasi biaya yang
rata-rata hanya mementingkan dibutuhkan untuk pestisida lebih besar,
kepentingan sendiri, yaitu hanya yaitu berkisar antara 30-50% dari biaya
berusaha melindungi pertanamannya total produksi (Oudejans, 1992).
dari kerusakan karena opt. Cara Besarnya biaya yang dibutuhkan
penggunaan pestisida yang baik yang untuk pembelian pestisida dalam
dapat mempertahankan kemanjuran memproduksi sayuran diakibatkan oleh
pestisida dalam waktu yang relatif lama tingginya kebutuhan volume larutan
dan menekan pengaruh sampingan pestisida untuk setiap aplikasi. Di
yang serendah-rendahnya belum banyak Indonesia variasi penggunaan volume
diketahui. larutan pestisida yang biasa digunakan
Hal lain yang dipandang sangat oleh petani antara 1.000 – 1.500 liter
penting adalah menentukan jumlah larutan per hektar per aplikasi. Dengan
volume larutan pestisida yang tipe spuyer yang sama petani bawang
digunakan. Sampai saat ini sebagian merah di daerah Klampok Brebes
besar petani belum mempertimbangkan membutuhkan volume larutan pestisida
efisiensi penggunaan volume pestisida. sebanyak 1.000 – 1.400 liter per hektar
Dengan demikian apabila per aplikasi. Petani bawang merah rata-
diperhitungkan secara matang biaya rata menggunakan pestisida sebanyak
produksi usahatani dapat ditekan 924 liter larutan per hektar per aplikasi
(Stallen and Lumkes, 1989). Petani
yang cocok, waktu penyemprotan yang tanah. Hal ini berarti hanya
tepat terutama tidak dalam keadaan menyebabkan pencemaran pada
angin yang berhembus kencang, tidak lingkungan sekitarnya.
dilakukan saat terik matahari dan tidak PERBAIKAN TEKNIK
dilakukan dalam keadaan cuaca kabut PENYEMPROTAN DENGAN
PENGGUNAAN SPUYER BARU
atau kelembaban lebih dari 80% atau
Dengan pengukuran yang sangat
pada keadaan kelembaban lebih rendah
sederhana keluaran volume larutan
dari 50%.
pestisida dari setiap spuyer yang
Menurut Metcalf (1982), bahwa
digunakan setiap menit dapat diketahui.
efisiensi hasil penyemprotan dan
Dari pengalaman diketahui bahwa
penggunaan pestisida tepung sangat
umur spuyer yang digunakan sangat
tendah. Penggunaan pestisida tepung
berpengaruh terhadap tingginya volume
yang disebarkan hanya membuat
larutan yang dibutuhkan. Hal ini masuk
deposit pada permukaan tanaman 10-
akal karena cara pemeliharaan spuyer
20% dan pestisida yang disemprotkan
oleh petani yang tidak baik, sehingga
hanya membuat deposit pada
makin lama lubang spuyer makin
permukaan tanaman 25-50% sedangkan
bertambah besar.
pada permukaan tubuh serangga hama
Sifat-sifat spuyer yang biasa
sasaran hanya terdapat kurang dari 1 %.
digunakan oleh petani antara lain besar
Data lain dilaporkan bahwa 50-75%
butir semprotannya heterogen.
hasil penyemprotan pestisida tidak
Hollow-cone metal 4 lubang adalah
bermanfaat dan gagal, yaitu luruh dan
spuyer yang biasa digunakan oleh
jatuh ke tanah atau terbang kerena
petani. Ukuran butir semprotannya
tertiup angin. Lumkes (1989),
berkisar antara 20-600 mikron (0,02-0,6
melaporkan bahwa hasil penyemprotan
mm).
yang dilakukan petani Brebes 80% dari
Ukuran butir semprotan pada
volume semprotannya membuat
saat aplikasi sangat menentukan
deposit di luar target sasaran, yaitu pada
atau daerah liputan dari spuyer. Daerah menjumlahkan butir semprotan per cm2
liputan dari spuyer ditentukan pula oleh dan mengukur besar butir semprotan.
tekanan dalam sprayer dan tinggi antara Cara penghitungan ini erat kaitannya
spuyer dengan permukaan bidang dengan kebutuhan jumlah butiran yang
semprotan (canopy tanaman). Untuk meliput permukaan tanaman yang
pertanaman bawang merah yang diperlukan untuk mengendalikan suatu
ditanam rapat dan bedengan selebar organisme pengganggu tanaman. Tiap
1,50 meter lebih cocok apabila dipilih organisme pengganggu tanaman
spuyer dengan sudut semburan 120o pengendaliannya berbeda terutama
atau 110o. Dengan ketinggian dalam hal jumlah volume larutan
semprotan (spray distance) 30-40 cm pestisida yang digunakan. Untuk
dapat meliput selebar 85,7-104 cm pengendalian larva hama yang mudah
sampai 114-139 cm. Tipe spuyer ini bergerak, cukup diperlukan dengan 3-4
diduga cocok pula untuk pertanaman butir semprotan per2 cm. Larva yang
cabai di dataran rendah. Tipe spuyer kegiatannya hanya makan, karena
yang mempunyai sudut semburan yang perilakunya yang mobil untuk
cocok untuk pertanaman kubis di saat menghentikan kehidupannya cukup
muda dan pertanaman cabai merah di dengan jumlah butir semprotan yang
daerah dataran tinggi lebih cocok untuk rendah. Serangga penusuk penghisap
dipilih yang sudut semburannya kecil, yang sedikit mobil seperti kutu daun,
o
misalnya 65 , atau ketinggian tungau, thrips, tiap cm2 perlu
semprotannya diperpendek 20-30 cm disediakan butir semprotan lebih
(Anonymous, 1992). banyak, yaitu 100 butir. Sedangkan
Tabel 1. Jumlah Volume yang Dibutuhkan per Hektar untuk Ukuran Butir
Semprotan Khusus untuk Membuat 100 atau 500 Butir Semprotan
per cm2
Ukuran butir Liter per ha yang dibutuhkan
semprotan (mikron) 100 butir/cm2 500 butir/cm2
100 5,23 26,15
200 41,88 209,40
250 81,81 409,05
300 141,37 706,85
400 335,10 1675,50
Sumber : Lumkes, 1989
100 per cm2, cukup hanya pertanaman antara lain : perilaku opt,
membutuhkan volume larutan pestisida jenis pestisida yang digunakan, perilaku
sebanyak 41,88 liter per hektar. Di terhadap pestisida (persiapan sebelum
lapangan volume larutan yang penyemprotan), sprayer yang baik,
dibutuhkan tergantung pula dari waktu penyemprotan yang tepat baik
keadaan permukaan daun (LAI). Setiap disesuaikan dengan perilaku opt sasaran
hektar permukaan daun meningkat maupun keadaan di lapangan.
pada tiap fase pertumbuhan. Bawang Perlakuan terhadap pestisida
merah peningkatannya 5,6 kali dan sebelum disemprotkan antara lain
untuk jenis tanaman lain adalah pengenceran pestisida untuk
peningkatannya lebih besar. Dalam membuat larutan atau suspensi yang
keadaan seperti itu jumlah butir homogen dengan konsentrasi yang
semprotan harus dilipatgandakan, sesuai anjuran. Larutan pestisida dibuat
sehingga larutan pestisida yang homogen dengan harapan agar bahan
dibutuhkan menjadi besar. Jika ukuran aktifnya merata pada setiap butir
butir semprotan 200 mikron dengan semprotan. Sprayer yang baik artinya
477 butir per cm2, maka dibutuhkan yang dapat dioperasikan dengan baik
volume larutan 200 liter per ha. Akan dengan dilengkapi oleh spuyer yang
tetapi apabila dalam setiap cm2 terdapat cocok agar diperoleh outputnya yang
716 butir, maka volume larutan yang optimal yaitu dapat mengendalikan
dibutuhkan meningkat lagi menjadi 300 organisme pengganggu tanaman
liter per hektar. dengan baik, efisien terhadap biaya.
target sasaran atau permukaan tanaman. spuyer sampai mencapai bidang sasaran
penguapan yang lebih cepat. lambat dari 1 (satu) meter per detik.
Tabel 2. Rata-rata Penguapan dari Butir Semprotan pada Suhu 20oC dan
Kelembaban 80 %
300 400,00
200 200,00
100 50,00
50 12,50
Sumber : Lumkes, 1989.