Anda di halaman 1dari 1

PENGELOLAAN OPT penentuan varietas, penentuan waktu tanam, keserentakan

tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam, penyiangan,


 Sejarah PerlindunganTanaman penggunaan antagonis dan budidaya lainnya untuk
1. Tahun 1941 Pendekatan Kimia menciptakan budidaya tanaman sehat
2. Tahun 1950 - awal 1960 Revolusi Hijau 2. Responsif/Reaktif (tindakan pengendalian)  upaya
3. Tahun 1955 Pendekatan IPC pengendalian yang didasarkan pada informasi status OPT dan
4. Tahun 1962 Pendekatan IPM  Integrated Pest Control (IPC) faktor yang berpengaruh pada musim yang sedang
dan Integrated Pest Management (IPM) berlangsung, serta pertimbangan biaya manfaat dari tindakan
5. Tahun 1965 - 1970 Revolusi Hijau di Indonesia yang perlu dilakukan. Contoh: penggunaan musuh alami,
6. Tahun 1980 Sustainable Agriculture (Sistem Pertanian pestisida nabati, pengendalian mekanis, atraktan dan pestisida
Berlanjut) kimia
 Makna pengendalian OPT yang terintegrasi
1. Tidak dibenarkan pendekatan pengendalian tunggal
2. Memadukan lebih dari satu cara pengendalian yang
kompatibel. Contoh : kultur teknis dengan varietas tahan
3. Mengendaikan OPT dengan seminimal mungkin meninggalkan
dampak negatif pada produk pertanian dan lingkungan
 Indikator keberhasilan penerapan pengendalian OPT
1. Ekologi  tidak ada tanah yang terbuka, vegetasi
beranekaragam, kehidupan liar melimpah, penurunan residu
pestisida pada tanaman dan lahan
2. Ekonomi  input usaha tani cenderung menurun, peningkatan
produktivitas dan pendapatan petani , usaha pertanian secara
konsisten semakin menguntungkan dari tahun ke tahun
3. Sosial  usaha pertanian mendukung bisnis dan keluarga lain
 Pengembangan PHT di Dunia  PHT ekologis dan PHT teknologis dalam masyarakat, generasi muda dengan sukarela
 PHT ekologis  strategi PHT dipandang dalam konteks sistem menggantikan peran orang tua dan tetap menjadi petani
pertanian secara keseluruhan. Cara PHT diintegrasikan dalam sistem
pengelolaan unsur budidaya yang lain, yaitu pemupukan, pengolahan
tanah, dan pola tanam
 Perkembangan PHT di Indonesia  revolusi hijau
 Revolusi hijau
1. Input: varietas unggul, pupuk buatan, pestisida, alat-alat
pertanian, dan pengairan
2. Harapan yang cerah bagi keberhasilan program peningkatan
produksi pertanian di Indonesia
3. Varietas unggul, pupuk anorganik, dan pestisida digunakan th
1970 (program BIMAS), produksi beras Indonesia meningkat.
4. Sejak th 1973 pestisida disubsidi pemerintah
5. Di Asia, pestisida digambarkan industri kimia sebagai obat
tanaman (filosofi khemoterapi) dan digunakan nama dagang
yang “hebat”
 Dampak revolusi hijau  adanya kebijakan (harus pakai pestisida,
pupuk kimia, dan varietas unggul)  dampak negatif
(ketergantungan)
 Pengelolaan OPT dalam PB = PHT didasarkan pengetahuan ekologi,
keseimbangan alam, dan peran musuh alami
 konsep PHT telah disesuaikan sebagai alternatif strategi yang
mismanagement akibat:
1. penggunaan varietas introduksi dengan ketahanan monogenik
secara meluas
2. penggunaan insektisida yang tidak tepat
3. kerusakan agen hayati
4. tidak diindahkannya pengendalian dengan cara bercocok tanam
 PHT  Strategi berbasis ekosistem yang difokuskan pada
pencegahan jangka panjang terhadap OPT
 Menggunakan semua teknik yang serasi baik untuk mengurangi
populasi OPT dan mempertahankan populasi di bawah AE
 Didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam
rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan
 Konsep PHT
1. Memahami Agroekosistem
2. Perencanaan Agroekosistem
3. Pertimbangan Rasio Keuntungan, Biaya & Resiko (B/C/R)
4. Toleransi terhadap Populasi Hama
5. Menyisakan populasi OPT
6. Waktu Aplikasi Pestisida
7. Pengertian dan Penerimaan Masyarakat terhadap PHT
 4 prinsip PHT
1. Budidaya tanaman sehat
2. Pemanfaatan musuh alami
3. Pengamatan rutin
4. Petani ahli
 Operasional PHT
1. Preemtif/Proaktif (tindakan pencegahan)  upaya
pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman
status OPT waktu sebelumnya. Contoh: penentuan pola tanam,

Anda mungkin juga menyukai