Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Reklamasi tambang merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau


menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan
agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Dari spesifikasi
tersebut, instansi terkait diharapkan akan memberikan suatu pembinaan dan
pengawasan kegiatan tersebut melalui petunjuk teknis rencana reklamasi sesuai
dengan usaha dan kegiatan penambangan yang dilakukan.
Adapun sebagai pemrakarsa kegiatan reklamasi pada rencana usaha
penambangan Batugamping di Desa Sambirejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten
Grobogan terkait pada dokumen yang dibuat dan ditandatangani yang mana menjadi
syarat pemberian ijin. Kegiatan reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan
sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya
(Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Permen ESDM No.7 tahun 2014).
Reklamasi lahan bekas penambangan harus dilakukan dengan baik oleh
perusahaan tambang agar tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan pada
daerah yang ditambang dan sekitarnya, serta mencegah isu negatif bagi pemerintah,
masyarakat perusahaan, yang akhirnya merusak reputasi perusahaan tambang secara
umum. Pendekatan teknologi terpadu dalam pekerjaan reklamasi lahan bekas
tambang, dan pelaksanaan secara progresif akan mewujudkan pekerjaan reklamasi
tambang yang efektif.
Tujuan keseluruhan rencana reklamasi ini adalah pemulihan lahan terkait
dampak yang timbul dari aktivitas eksplorasi untuk memperbaiki ekologi lahan yang
terganggu dan mempersiapkan lahan yang telah diperbaiki untuk rencana pemanfaatan
selanjutnya.

1
BAB II
PELAKSANAAN PASCATAMBANG

1. Pembongkaran dan Reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas
tambang.
a. Tapak bekas tambang
Lahan bekas tambang secara keseluruhan telah ditata dan direklamasi
menjadi sawah pada saat kegiatan reklamasi, sehingga pada kegiatan
pascatambang ini tidak lagi melaksanakan kegiatan pembongkaran fasilitas
tambang pada lahan bekas tambang kecuali jalan tambang dan fasilitas lain yang
berada diluar lahan bekas tambang.
1) Jalan tambang
Jalan tambang yang dibuat pada saat penambangan bukan hanya
digunakan untuk kepentingan pengangkutan material tambang tetapi juga
digunakan oleh masyarakat sebagai prasarana penghubung antar warga, akses
menuju tegalan/sawah dan jalan untuk mengangkut hasil panen. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka jalan tambang yang telah dibuat dikehendaki oleh
masyarakat untuk tetap dipertahankan bahkan diperbaiki atau diperkuat agar
dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Panjang jalan yang dipertahankan sepanjang 505 meter, lebar 6 meter, luas
keseluruhan : 3.030 m2.
Kegiatan pascatambang pada jalan tambang antara lain penguatan
badan jalan, menahan longsoran dan pemadatan lokasi-lokasi yang rentan dan
berlobang.
2) Reklamasi bekas kolam sedimen
Kolam sedimentasi dibuat berada di bawah areal tambang dan
berdekatan dengan sungai untuk menampung segala sisa-sisa material yang
larut oleh air hujan, sehingga material ini dapat diendapkan terlebih dahulu
sebelum akhirnya airnya dialirkan ke sungai. Kolam ini dibuat seluas 1.000
m2, dengan kolam ini diharapkan dapat mengurangi pendangkalan sungai dan
pencemaran lingkungan hidup.

2
Dalam kegiatan pascatambang pada bekas kolam sedimen dilakukan
penataan permukaan tanah menggunakan alat berat excavator, mengurug dan
mengisi bekas kolam hingga mencapai kerataan tertentu, kemudian dilakukan
penaburan tanah zona pengakaran/tanah pucuk hingga menjadi sawah dan
ditanami padi sebagai tanaman pokok.
3) Reklamasi bekas timbunan tanah zona pengakaran/tanah pucuk
Tanah zona pengakaran sebagian besar telah habis dipindahkan ke
lahan bekas tambang yang sedang direklamasi, bekas tempat timbunantanah
zona pengakaran saat ini telah siap untuk direklamasi sesuai tahapan yang
diatur sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam kegiatan pascatambang pada bekas timbunan tanah zona
pengakaran/tanah pucuk dilakukan penataan permukaan tanah menggunakan
alat berat excavator, mengurug dan mengisi bekas timbunan tanah hingga
mencapai kerataan tertentu, kemudian dilakukan penaburan tanah zona
pengakaran/tanah pucuk hingga menjadi lahann sawah yang siap ditanami
padi sebagai tanaman pokok. Luas bekas timbunan zona pengakaran yang
direklamasi seluas ± 1.000 m2.
4) Reklamasi bekas timbunan waste dan limbah fasilitas penunjang
Mengingat bahwa kegiatan penambangan telah berakhir, maka semua
fasilitas tambang harus dibongkar dan direklamasi sesuai peraturan yang
berlaku, pekerjaan pembongkaran dan reklamasi dilaksanakan sesuai tahapan
yang telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku.
Dalam kegiatan pascatambang pada bekas timbunan waste dan limbah
fasilitas penunjang dilakukan penataan permukaan tanah menggunakan alat
berat excavator, mengurug dan mengisi bekas timbunan tanah hingga
mencapai kerataan tertentu, kemudian dilakukan penaburan tanah zona
pengakaran/tanah pucuk hingga menjadi lahan sawah yang siap ditanami padi
sebagai tanaman pokok. Luas bekas timbunan waste dan limbah fasilitas
penunjang yang direklamasi seluas ± 1.000 m2.

3
b. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang berupa kantor, bengkel, tempat pool kendaraan, tangki
bahan bakar dan minyak pelumas, dan lain-lain ditempatkan dirumah dan
halaman rumah pemilik.
1) Reklamasi bekas lahan landfill
Bekas lahan landfill berada dalam lahan bekas tambang dan telah ditata
dan direkalamsi menjadi sawah dengan tanaman padi pada saat kegiatan
reklamasi dilaksanakan.
2) Pembongkaran sisa-sisa bangunan, transmisi listrik dan pipa-pipa.
Pembongkaran sisa-sisa bangunan dilakukan dengan menggunkan alat
berat untuk merobohkan atau meruntuhkan, kemudian untuk membersihkan
dan merapikan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia. Luas
lahan untuk bangunan bengkel, transmisi listrik dan pipa-pipa ini ± 300 m2.
3) Reklamasi lahan bekas bangunan, transmisi listrik dan pipa-pipa.
Reklamasi dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan penataan
permukaan lahan dengan cara mengurug dan meratakan tanah dengan
menggunakan excavator hingga kerataan tertentu, kemudian dilakukan
penaburan tanah zona pengakaran/tanah pucuk sebagai media tanam hingga
menjadi sawah dan ditanami padi sebagai tanaman pokok.
4) Pembongkaran peralatan, tangki bahan bakar minyak dan pelumas
Peralatan, tangki bahan bakar minyak dan pelumas berada di lahan
halaman rumah pemilik, dengan luasan ± 200 m2, pembongkaran dilakukan
dengan cara manual menggunkan tenaga manusia.
5) Penanganan sisa bahan bakar minyak, pelumas serta bahan kimia.
Penanganan terhadap hal tersebut diatas dilakukan dengan
menggunakan jasa pihak ketiga yang telah terbiasa menangani hal tersebut.
6) Reklamasi lahan bekas sarana transportasi
Lahan bekas sarana tranportasi tidak perlu diurug yang perlukan
adalah pembajakan dan penebaran tanah pucuk serta pemupukan untuk bisa
dilakukan revegetasi sesuai kenginan pemilik lahan, mengingat lahan ini
dekat dengan pemukiman maka tanaman yang ditanam adalah palawija. Luas
lahan bekas sarana transportasi atau pool kendaraan adalah 5.000 m2.

4
2. Pengembangan sosial, budaya, dan ekonomi.
Konsekuensi logis dari berakhirnya kegiatan pertambangan adalah adanya
pemutusan hubungan kerja karyawan, yang berdampak pada pendapatan karyawan
yang semula mendapatkan penghasilan setelah kegiatan berakhir mereka tidak
memiliki pendapat lagi, oleh karena itu agar proses peralihan tidak menimbulkan
gejolak maka diperlukan sosialisasi jauh hari sebelum kegiatan pertambangan
berakhir.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka dalam proses
pengembangan sosial, budaya dan ekonomi ditempuh hal-hal sebagi berikut :
- Sosialisasi tentang peraturan perundangan terkait hubungan kerja dan pemutusan
hubungan kerja.
- Melakukan usaha alternatif berupa pelatihan ketrampilan usaha produktif yang
diikuti oleh para karyawan yang berminat.
- Memberi kompensasi akhir atau pesangon berupa uang cash.

3. Pemeliharaan.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pembongkaram dan reklamasi pada
tapak bekas tambang dan lahan bekas fasilitas penunjang, maka selanjutnya
dilakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap tanaman yang telah ditanam pada
lahan bekas tapak tambang dan lahan bekas fasilitas penunjang yang saat ini telah
berupa sawah. Secara umum cara melakukan pemeliharaan dan perawatan
terhadap tanaman padi yang telah ditanam di sawah adalah :
- Menjaga kestabilan ketersediaan air sawah, menjaga kelembaban dan
memperlancar penyerapan air oleh tanah, mengendalikan tanaman pengganggu
(gulma) karena dapat menyerap unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
- Kegiatan dilakukan berkesinambungan sejalan dengan variasi pertumbuhan
tanamannya, misal mati atau kerdil.
- Penyiangan (pruning) rumput/tumbuhan liar di area dengan radius 0,5 meter
dari tanaman untuk menjaga pertumbuhan.
- Penanaman pohon cover crops sebanyak-banyaknya untuk menahan erosi pada
disposal.

5
BAB III
PEMANTAUAN

1. Kestabilan fisik.
Pada akhir penambangan pemantauan kestabilan lereng dan drainase sangat
penting untuk dilakukan. Pemantauan kestabilan fisik meliputi pemantauan
terasering pada lahan bekas tambang dan bekas fasilitas penunjang yang saat ini
sudah berupa sawah dengan pematang-pematang yang dibuat menggunakan
terasering dan digunakan untuk pertanian atau pemukiman warga, pemantauan
jalan bekas tambang terkait dengan kestabilan badan jalan. Hasil akhir
penambangan ini tidak menimbulkan jenjang dan fasilitas penunjang telah ditata
dijadikan sawah dan ditanami padi sebagai tanaman pokok.

2. Air Permukaan dan Air Tanah


Pemantauan terhadap air permukaan dilaksanakan dengan melihat debit air
permukaan, sedimentasi dan tingkat kekeruhan air permukaan. Pemantauan air
tanah dilakukan dengan mematau muka air tanah melalui sumur warga yang berada
disekitar lokasi penambangan. Apakah mutu air masih baik dan muka air tanah
relatif stabil. Hal ini terus dicatat dan dilaporkan karena air merupakan hal penting
dalam kehidupan warga sekitar.

3. Flora dan Fauna


Daerah disekitar penambangan bukanlah kawasan lindung atau kawasan
konservasi dan pelestarian, sehingga tidak banyak flora dan fauna dilindungi
terkena dampak langsung dari aktifitas penambangan maupun pascatambang.
Untuk itu pemantauan dilakukan hanya sebatas pada sejauh mana pelaksanaan
pascatambang ini dapat mengembalikan habitat flora dan fauna yang telah
terganggu selama kegiatan penambangan dan pascatambang.

4. Sosial dan Ekonomi


Pemantauan kondisi sosial eknonomi diantaranya dilaksanakan dengan
mengamati perkembangan tanaman padi di sawah yang berasal dari lahan bekas
tambang. Kesuburan tanaman padi di sawah menggambarkan bahwa masyarakat

6
akan memperoleh hasil panen yang cukup baik dan dapat meningkatkan
pendapatan petani. Disamping itu diamati pula kegiatan para mantan karyawan
tambang yang telah dilatih dengan usaha kecil produkstif dalam mengaplikasikan
ketrampilannya di masyarakat.

7
BAB IV
ORGANISASI DAN BIAYA

1. Organisasi Pascatambang
Dalam kegiatan pascatambang melibatkan sumber daya seperti manusia,
uang dan peralatan lain yang perlu dikelola secara profesional untuk mewujudkan
tujuan penutupan tambang sesuai rencana. Oleh sebab itu diperlukan struktur
organisasi yang baik dan perencanaan finansial yang terukur sesuai dengan
kebijakan pemilik tambang (owner). Struktur organisasi ini dibentuk dengan
maksud untuk mempermudah dan memperjelas prosedur pelaksanaan kegiatan,
sedangkan tujuan dibentuknya struktur organisasi tersebut adalah memberikan
kewenangan dan tanggung jawab terhadap pelaksana penutupan tambang
sehingga bisa bertanggung jawab dan bekerja dengan efektif dan optimal serta
tepat waktu sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan rencana
pascatambang.
Stuktur organisasi pelaksana kegiatan penutupan tambang yang disusun
adalah sebagai berikut :

PENANGGUNG JAWAB
( Sdr.Yatman)

KEPALA TEKNIK
TAMBANG

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


ADMINISTRASI, PEMULIHAN LINGKUNGAN
KEUANGAN & LOGISTIK BEKAS TAMBANG &
INFRASTRUKTUR

Gambar 7.1. Struktur Organisasi Penutupan Tambang

- Penanggung jawab seluruh kegiatan penutupan tambang adalah : Sdr. Yatman


- Pengarah : Kepala Teknik Tambang
- Penanggung jawab personalia, administrasi, keuangan dan logistik : Kepala
Bagian Administrasi dan Keuangan.

8
- Penanggung jawab pemulihan lingkungan pada lahan yang terganggu akibat
kegiatan penambangan (area revegetasi/reklamasi di disposal) : Kepala Bagian
Teknis.

2. Biaya Pascatambang
Biaya pascatambang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung, yang
dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1. Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Pascatambang

Uraian Volume Biaya (Rp)


1. Biaya Langsung. 34.200.000,-
a. Tapak bekas tambang : 7.500.000,-
1) Pembongkaran fasilitas tambang 20 m 600.000,-

2) reklamasi lahan bekas fasilitas 20 m 600.000,-


tambang
3) pembongkaran jalan tambang 400 m 12.000.000,-

4) Pembongkaran dan reklamasi kolam 0m ,-


Bekas penambangan
b. Fasilitas penunjang
1) Pembongkaran dan reklamasi bengkel 20 m 600.000,-
listrik dll
2) pembongkaran checker 20 m 600.000,-
c. Sosial ekonomi 1 pkt 15.000.000,-
d. Pemeliharaan 1 pkt 2.400.000,-
e. Pemantauan 1 pkt 2.400.000,-
2. Biaya Tak Langsung 5.130.000,-
1. Biaya mobilisasi alat 1 pkt 1.710.000,-
2. Perencanaan pasca tambang 1 pkt 1.026.000,-
3. Administrasi 1 pkt 1.026.000,-
4. Biaya supervisi 1 pkt 1.368.000,-
Jumlah : 39.330.000,-
( Tiga puluh sembilan juta tiga ratus tiga puluh ribu rupiah)

Anda mungkin juga menyukai