Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PROGRAM REKLAMASI

3.1 Lahan Yang Akan Direklamasi

Berdasarkan hasil survey lapangan dan Peta RTRW lokasi IUP PT. Manoor Bulatn
Lestari berada di kawasan budidaya Kehutanan (KBK), di hutan alam kerapatan
tegakannya masih rapat dengan kombinasi pohon, semak belukar dan tiang.

Rencana reklamasi/penutupan lubang tambang masing-masing pit setiap tahun


dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1. Kegiatan penambangan di tahun 2021 adalah pembukaan lahan untuk


pembuatan jalan akses dari ex jalan logging ke area infrastruktur, lokasi
tambang dan juga area penumpukan top soil dan tanah penutup. Pada
tahun 2021 dilakukan operasional produksi dengan total area tapak
tambang 18 Ha, Penumpukan Overburden 4 Ha, Pembuatan Jalan 5,2 Ha.
Pada tahun 2021 PT.MBL berencana menggunakan jalan jalan logging
RKR dari stok ROM ke stockpile PT.GBU. Kerjasama sedang dijejaki.
2. Kegiatan penambangan ditahun 2022 adalah pekerjaan operasi produksi
lanjutan dengan penambahan lokasi penambangan 12 Ha dan
penambahan area penumpukan batuan penutup seluas 4 Ha.
3. Kegiatan di tahun 2023 akan dilanjutkan pembukaan lahan untuk lokasi
penambangan seluas 9 Ha dengan penambahan lokasi penumpukan OB 3
Ha.
4. Kegiatan di tahun 2024 dilanjutkan pembukaan lahan untuk tapak
tambang seluas 7 ha . Dan juga penambahan settling pond seluas 1 Ha.
5. Kegiatan penambangan di tahun 2025 akan dilakukan pembukaan lahan
untuk lanjutkan penambangan 5,2 ha, dan disposal 5 ha.

Pada periode 2021-2025 penambangan akan berlangsung di Pit Selatan, dan


pada tahun I dan tahun II Tanah penutup akan ditimbun di luar pit berjarak
sekitar 600 m. Dan pada tahun III – V akan dilakukan in-pit dump.
III-1
a. Lahan Bekas Tambang

Penambangan yang dilakukan dengan metode teknik sipil dengan sistem


backfill memperkecil kemungkinan terbukanya lubang bekas tambang yang
terlalu besar. Sehingga resiko perubahan morfologi dapat diminimalisasi.

Rincian rencana reklamasi sebagaimana disebutkan diatas, dapat dilihat dengan


jelas pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Rencana Reklamasi Areal Bekas Penambangan Batubara PT.MBL


Tahapan/tahun kegiatan
No. Rencana Kegiatan Satuan
I/2021 II/2022 III/2023 IV/2024 V/2025
1 Rencana Tertambang Ha 18 12 9 7 5.2
2 Rencana Penataan Kegunaan Lahan Ha - 30 0 21.2
3 Rencana Revegetasi Ha - 30 9 12.2
4 Kegiatan Pemeliharaan Revegetasi
a)  Pemeliharaan Berjalan Ha - 30 21.2
b)  Pemeliharaan Tahun I Ha -
c)  Pemeliharaan Tahun II Ha -

b. Timbunan Material Penutup di Luar Tambang

Timbunan material penutup di luar tambang hanya dilakukan pada tahun


pertama dan kedua . Dua lokasi tersebut telah dilakukan reklamasi. Sistem
reklamasinya dengan menggunakan material overburden (material/tanah
penutup) kemudian di reshaping seperti dimensi timbunan pada gambar 3.1 di
bawah setelah itu ditop soil dengan ketebalan ± 0.5 m

Timbunan material penutup di luar tambang dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2. Rencana Reklamasi di luar tambang

Tahapan/tahun kegiatan
No. Rencana Kegiatan Satuan
I/2021 II/2022 III/2023 IV/2024 V/2025
1 Rencana Penumpukan OB di luar pit Ha 4 4 3 0 5
2 Rencana Penataan Kegunaan Lahan Ha - 8 3 5
3 Rencana Revegetasi Ha - 8 3 5
4 Kegiatan Pemeliharaan Revegetasi
a)  Pemeliharaan Berjalan Ha - - - 8 8
b)  Pemeliharaan Tahun I Ha - - -
c)  Pemeliharaan Tahun II Ha - - -

III-2
c. Jalan tambang

Jalan tambang yang merupakan temporary mine road dapat berubah-ubah


mengikuti kemajuan penambangan dan kegiatan backfilling. Jalan tambang yang
tidak digunakan lagi akan segera dilakukan kegiatan revegetasi lahan dengan
tanaman penutup (cover crop) dan tanaman penghijauan yang cepat tumbuh
dengan tujuan untuk mengurangi erosi tanah. Jalan tambang akan direklamasi
pada tahap Pascatambang.

d. Kolam pengendap

Settling pond seluas total 1 Ha akan direklamasi setelah kegiatan


penambangan selesai. Selama masa penambangan, lokasi dan dimensi akan
bergerak dinamis menyesuaikan dengan dimensi pit dan jumlah air yang akan
ditampung.

Fasilitas penunjang yang digunakan di areal IUP PT MBL antara lain kantor,
mess karyawan, penyimpanan BBM, masjid, bengkel dan gudang, termasuk
ROM stock. Fasilitas-fasilitas penunjang ini akan digunakan hingga kegiatan
tambang berakhir, dan akan direklamasi di periode pasca tambang.

3.2 Teknik dan Peralatan yang Akan Digunakan Dalam Reklamasi

a. Teknik Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam
kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Rehabilitasi lahan
adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi
lahan kritis agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi,
media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang memadahi dan memenuhi kaidah ilmiah
dan perundangan yang berlaku, lingkup kegiatan reklamasi meliputi sejumlah
tahapan. Adapun tahapan kegiatan reklamasi adalah sebagai berikut :
1) Inventarisasi lokasi reklamasi;
2) Penetapan lokasi reklamasi;
3) Perencanaan reklamasi yang meliputi penyusunan reklamasi dan
penyusunan rancangan reklamasi; serta

III-3
4) Pelaksanaan Reklamasi, meliputi :

a) Penyiapan lahan
b) Pengaturan bentuk lahan (landscaping)
c) Pengendalian erosi dan sedimentasi
d) Pengelolaan lapisan olah (top soil)
e) Revegetasi (usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang); serta
f) Pemeliharaan.
Lebih lanjut, dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan reklamasi
sejumlah kegiatan antara lain : pengaturan bentuk lahan, perataan tanah,
pembersihan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, pembuatan bangunan
teras dan bangunan penyadap air, aplikasi pemupukan anorganik dan organik,
revegetasi bekas tambang; serta pengadaan sarana produksi dan melakukan
pemilihan jenis tanaman.
Sementara untuk kegiatan revegetasi sejumlah sarana yang perlu
dipersiapkan adalah :
1) Benih/bibit tanaman;
2) Pupuk Organik;
3) Pupuk Anorganik, serta
4) Pestisida/Insektisida.
Berdasarkan kondisi lahan dan biofisik yang ada di lokasi penambangan
PT.MBL, teknik reklamasi yang diusulkan adalah dengan menggunakan teras
gulud dan teras bangku, pemulsaan dan dam parit. Masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Teras Gulud
a) Merupakan sistem pengendalian erosi secara mekanis yang berupa
barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan saluran air di
bagian lereng atas;
b) Bermanfaat untuk mengurangi laju limpasan permukaan dan
meningkatkan resapan air ke dalam tanah; serta
c) Dapat diterapkan pada tanah dengan infiltrasi/permeabilitas tinggi dan
tanah-tanah agak dangkal dengan lereng (slope) 10 sampai 30% seperti
yang banyak terjadi pada lahan bekas tambang.

III-4
2) Teras Bangku
Teras bangku (bench terrace), yaitu teras yang dibuat dengan cara
memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terbentuk
deretan menyerupai tangga. Hal ini bermanfaat untuk pengendali aliran
permukaan dan erosi. Teras bangku diterapkan pada lahan berlereng 10
sampai 40%, tanah bersolum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah
longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti
aluminium dan besi.
Dalam Gambar 3.1. menunjukkan rancangan konservasi tanah pada lahan
miring. Rancangan ini merupakan perpaduan antara bangunan konservasi
dengan teknik penanaman tumbuhan revegetasi. .

Tanaman Penutup Tanaman Penutup


Tanah Tanah

6m 4m
30o 30 m

Tanah Pucuk + Pupuk


Kandang

Inset Revegetasi
Model Pot

Gambar 3.1.Teknik Reklamasi Dengan Teras Bangku dan Revegetasi


Pada Lahan Bekas Tambang Pada Lokasi Miring.

3) Pemulsaan
Teknik ini adalah penyebaran bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-
lain) yang digunakan untuk menutup permukaan tanah. Tujuannya adalah untuk
mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan
langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah

b. Peralatan
Beberapa jenis peralatan yang minimal perlu disediakan untuk
pelaksanaan reklamasi dalam pengelolaan lahan bekas penambangan batubara
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
III-5
Tabel 3.3. Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pelaksanaan Kegiatan PT.MBL

No Nama Peralatan Jumlah No Nama Peralatan Jumlah


1 Buldozer 1 12 Kereta dorong 5
2 Excavator 1 13 Martil 10
3 Dump Truck 2 14 Gergaji 5
4 GPS 1 15 Parang 10
5 HT 2 16 Drum Air 10
6 Radio Rig 4 17 Sarlon Net 10
7 Light Truck 1 18 Jerigen air minum 10
8 Sepeda Motor 2 19 Sarung tangan 12
9 Mesin Pompa air 1 20 Sepatu Kerja 20
10 Cangkul 25 21 PakaIian Kerja 20
11 Spayer 5

Berdasarakan pada Tabel 3.4. tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa :


a) Peralatan utama untuk mereklamasi atau pengolahan lahan antara lain :
Buldozer, Excavator, Dump Truck
b) Peralatan yang digunakan untuk revegetasi antara lain : Ligh Truck (LT),
Mesin Pompa Air, Cangkul, Kereta dorong;
c) Peralatan pendukung antara lain : Selang, Pipa Paralon, Hand Spayer, Martil,
Gergaji, Parang, Drum Air, Sarlon Net, Sarung Tangan, Sepatu Kerja GPS dan
Handy Talky (HT).
3.3 Penatagunaan Lahan

Penyiapan dan pengelolaan lahan sebelum penanaman tumbuhan


revegetasi penting untuk dilakukan, karena hal ini akan menentukan
keberhasilan penanaman. Hasil penataan lahan bekas penambangan dan
penebaran tanah pucuk (top soil) masih belum menjamin bahwa lahan tersebut
telah siap untuk ditanami, karena masih diperlukan perlakuan lain seperti
pengapuran jika tanah masih bersifat asam (pH rendah), penambahan bahan
organik (pemulsaan) dan pemupukan jika ternyata hara/kandungan bahan
organik tanah kurang baik, sehingga dosis dan jenis pemupukan dapat ditambah
secara tepat.
Selanjutnya adalah pemantapan lahan dengan pemberian tanda-tanda
batas di lapangan berupa patok/pal batas kemudian dibuatkan pemetaannya,
sehingga memudahkan dalam melakukan monitoring dan pemeliharaannya.
Setelah itu adalah kegiatan pembuatan lubang tanam dengan jarak sesuai

III-6
dengan kebutuhan, dimana untuk jenis tumbuhan revegetasi (LCC, tanaman sela
dan tanaman pokok/pohon).

a. Pengelolaan Tanah Pucuk

Pengelolaan tanah pucuk dimaksudkan untuk mengatur dan memisahkan


tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan
media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk
keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah:

 Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut


sampai endapan bahan galian.
 Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan
ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan
timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 (dua) meter tingginya.
 Penebaran cover crop pada areal penimbunan tanah pucuk (topsoil
stockpile).
 Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula
dengan tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal
0,5 m.
 Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah
untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur dan tekstur tanah.
b. Penataan lahan bekas tambang
Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi
outside dump (dumpingan diluar bekas tambang) dilaksanakan pada tahun I dan
tahun II. Dan backfilling dilaksanakan pada tahun III dan seterusnya. Areal yang
akan dilakukan penataan lahan adalah seluas 67,2 Ha untuk periode tahun 2021
s.d 2025

III-7
3.4 Revegetasi

Jenis vegetasi pada hutan alam terdiri dari : Bengkirai, jelutung, marsawa,
meranti, nyatoh, pulai, dll. Selain vegetasi hasil survey berdasarkan dokumen AMDAL
PT. Manoor Bulatn Lestari

Kebutuhan tanaman revegetasi pada areal bekas penambangan PT. MBL


yang akan direklamasi berfungsi sebagai tanaman penghidupan (dapat
menghasilkan kayu dan non kayu), perlindungan dan fungsi konservasi. Berikut
adalah uraian mengenai beberapa jenis tanaman sebagaimana yang digunakan
untuk revegetasi, yaitu :
1) Jenis tanaman penutup tanah (LCC) adalah Centrocema, Calopogonium atau
jenis lain (jenis lokal) dengan kebutuhan benih ± 5,0 kg/Ha. Benih LCC
penyulaman 10%, sehingga total per hektar yang diperlukan ± 5,5 kg/Ha.
Jika jarak tanam 0,5 x 0,5 m, maka kebutuhan LCC untuk seluruh lahan
bekas penambangan, baik yang di dalam areal maupun di luar tambang
adalah 369 kg. Sedangkan lubang tanam yang perlu disediakan per Ha
adalah 40.000 lubang tanam. Untuk memudahkan dalam penanaman, maka
teknik yang digunakan dalam penanaman LCC ini adalah dengan cara
ditugal, dimana setiap lubangnya diisikan ± 3 biji benih LCC.
2) Jenis tanaman sela yang dapat digunakan adalah vegetasi yang terdapat di
lokasi tambang yang didominasi oleh jenis arthocarpus , dimana lahan
tambang PT.MBL didominasi hutan sekunder.
a. Persiapan lapangan
Berikut adalah urutan persiapan lapangan sebelum penanaman :
1. Setelah dilakukan reklamasi di adakan serah terima lahan dari tim mining
ke tim Enviro PT. Manoor Bulatn Lestari.
2. Tim enviro MBL kemudian memasang ajir (marking off pattern) yang akan
digunakan sebagai patokan tempat untuk membuat lubang tanam dengan
jarak 4x4m.
3. Setelah ajir terpasang akan dilakukan penggalian lubang tanam dengan
dimensi 30x30x30 cm.
4. Tim Enviro akan melakukan pemupukan dengan menggunakan kompos
sebanyak ± 3kg/lubang dan setelah itu lubangnya ditutup (backfill).
b. Nursery (persemaian) dan pengadaan bibit

III-8
Pengadaan bibit untuk kegiatan revegetasi PT. Manoor Bulatn Lestari di
lakukan di nursery PT. MBL. Pada nursery PT. Manoor Bulatn Lestari
dikembangkan bibit pioneer maupun lokal dari cabutan bibit tanaman lokal di
sekitar tambang PT. MBL. PT. MBL nantinya juga bekerjasama dengan
dengan pihak masyarakyat melalui program CSR untuk pengadaan bibit lokal
maupun pioneer.
c. Pelaksanaan penanaman
Berikut urutan pelaksanaan penanaman yang dilakukan di PT. MBL :
1. Distribusi tanaman ke lubang tanaman yang telah diberi pupuk dan telah
ditutup.
2. Melakukan penanaman dengan membuka kembali lubang tanaman sesuai
dengan ukuran polibag bisa menambahkan alcosorb apabila musim
kemarau.
3. Setelah melakukan penaman tanah disekitar bibit yang ditanama
dipadatkan supaya bibit tidak rebah.
4. Jarak penanaman untuk jenis pohon adalah 2 m x 2 m. Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Teknik penanamannya
adalah dengan sistem cemplongan/piringan dengan jalur tanam yang
disesuaikan atau mengikuti garis kontur.
5. Apabila bibit yang ditanam terlalu tinggi diikat pada ajir tanaman dan
polibagnya di bersihkan
d. Lokasi dan luas lahan yang akan direvegetasi

Lokasi revegetasi adalah daerah yang telah disiapkan yaitu lokasi yang
telah melalui proses reklamasi - penataan lahan. Luas lahan yang akan
direvegetasi selama masa operasi penambangan dapat dilihat pada tabel 3.1.

3.5 Pekerjaan Sipil Sesuai Peruntukan Lahan Pasca Tambang

Pekerjaan sipil pada lahan pasca tambang direncanakan akan tetap


mengacu pada tata guna lahan yaitu kawasan hutan produksi. Oleh karena itu
pekerjaan sipil di areal bekas tambang akan dibongkar sesuai dokumen
Pascatambang. Revegetasi yang dilakukan pada lahan bekas tambang
direncanakan untuk ditanami pohon-pohon yang dapat menghasilkan kayu.
III-9
3.6. Rencana pemanfaatan lubang bekas tambang (void)
Void pada periode 2021-2025 belum ada.

3.7. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman hasil revegetasi merupakan serangkaian perlakuan


yang diberikan terhadap tanaman, sejak benih atau bibit ditanam di lapangan
sampai tanaman dapat hidup secara mandiri.

Pemeliharaan tanaman pada Tahun Pertama yang dilakukan yaitu kegiatan


: penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran dan pemupukan.
Sedangkan pada Tahun Kedua dan Ketiga dilakukan berupa penyiangan,
pengendalian gulma, pendangiran dan pemupukan.

a. Penyulaman
Penyulaman tanaman adalah kegiatan penanaman kembali pada bekas
tanaman yang mati/diduga akan mati atau rusak yang dilakukan secara terus-
menerus sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu.

b. Pengendalian gulma
bertujuan untuk mengurangi/memperkecil persaingan akar antara tanaman
pokok dengan tanaman pengganggu. Pengendalian gulma dapat dilakukan
secara manual berupa penyiangan atau pendangiran atau kimiawi berupa
penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan,
keadaan tanah, jenis gulma dan jenis tanaman.

c. Penyiangan
Tanaman muda (dibawah satu tahun) sangat peka terhadap persaingan
dengan tanaman lain, terutama gulma. Untuk itu maka penyiangan di sekitar
tanaman perlu dilakukan. Penyiangan adalah kegiatan pengendalian gulma
yang dapat dilakukan secara manual, mekanik dan kimiawi, sehingga adanya
persaingan gulma dengan tanaman pokok dapat diperkecil. Dengan demikian
ruang tumbuh tanaman pokok dapat lebih baik, yang berdampak langsung pada
pertumbuhan dan peningkatan prosen jadi tanaman di lapangan.
III-10
d. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman
pokok dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah), dan
merangsang pertumbuhan akar, sehingga pertumbuhannya dapat terpacu.
Kegiatan pendangiran dilakukan bila terjadi pemadatan tanah di sekitar akar dan
terjadinya penurunan pertumbuhan. Kegiatan pendangiran dan penambahan
topsoil di permukaan akar sangat membantu.

e. Pemupukan
Pemupukan adalah pemberian tambahan unsur-unsur hara pada komplek
tanah, yang bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar
tanaman pokok mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan
pertumbuhannya. Jika tanaman pokok telah menunjukkan gejala kekurangan
unsur hara (chlorosis, kekuningan, mati pucuk, dan pertumbuhan lambat), maka
pemupukan harus segera dilaksanakan, jika terlambat maka growth recovery
akan menjadi lambat dan kemungkinan menjadi tidak efektif lagi.

III-11

Anda mungkin juga menyukai