Anda di halaman 1dari 26

BAB III

SISTEM PENAMBANGAN

Tahapan pengembangan sumberdaya mineral ke arah proyek pertambangan


mencakup penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, persiapan
penambangan (development), penambangan yang diikuti dengan reklamasi
/revegetasi/rehabilitasi lingkungan hidup, pengolahan dan/atau pemurnian,
pemasaran, dan program penutupan tambang.

Sehubungan dengan bentuk dan karakteristik lapisan batu granit yang termasuk
hasil intrusi yang membentuk bukit, maka sistem penambangan yang akan
diterapkan adalah sistem tambang terbuka (surface mining). Peralatan tambang
yang digunakan adalah kombinasi excavator–dump truck dibantu bulldozer
sebagai alat garu-dorong dan grader untuk perawatan jalan serta peledakan untuk
memberaikan batu granit.

Ditinjau dari morfologinya, kegiatan penambangan akan dilakukan dengan


metode quarry (side hill type). Teknik penambangannya bertahap mengikuti arah
dari lereng bukit dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah.
Penambangan akan berhenti sampai elevasi kontur yang terendah. Hal ini karena
perhitungan cadangan pada penyelidikan ini pada batu granit yang muncul di
permukaan.

Ditinjau dari sistem pembuangan overburden, maka sistem yang dipakai adalah
sistem di mana overburden berupa topsoil disimpan (out site dump) dan nantinya
digunakan untuk melapisi bekas penambangan ketika kegiatan reklamasi.
Overburden yang dihasilkan tidak terlalu banyak yaitu berupa topsoil dengan
ketebalan rata-rata 0,5 meter dan berdasarkan data geolistrik, pada bagian tertentu
ketebalan topsoil mencapai 10 meter. Karena bentuk design tambang berupa
quarry dan jumlah OB yang dihasilkan relative sedikit, tidak dilakukan
penimbunan secara keseluruhan untuk menutup quarry tersebut, melainkan akan

15
menghasilkan bukaan yang tidak tertutup (void). Material overburden yang
jumlahnya sedikit tersebut sebagian dikembalikan untuk proses reklamasi.

3.1. Sistem Penambangan PT. Bintan Karisma Pratama

Secara garis besar, kegiatan penambangan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan,
yaitu persiapan penambangan, operasi penambangan, dan pasca penambangan.

3.1.1. Tahap Persiapan

Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang


diperlukan untuk menunjang kelancaran operasi penambangan, meliputi :
a. Pembebasan lahan dan ganti rugi tanam tumbuh yang dilakukan pada
seluruh areal rencana tambang dan areal prasarana penunjangnya.
Pembebasan lahan dilakukan berdasarkan kesepakatan dan musyawarah
antara penduduk dengan perusahaan, disaksikan oleh kepala adat dan
aparat pemerintah setempat.
b. Fasilitas perkantoran, base camp dan prasarana umum lainnya untuk para
pekerja akan dibangun pada satu lokasi seluas 1,1 ha, gudang handak
terletak pada lokasi yang berbeda dengan luas 0,3 ha. Layout untuk gudang
handak dapat dilihat pada Gambar 3.1, sedangkan layout untuk
perumahan baik untuk staf dan karyawan, ruang rekreasi, musholla, dapur,
ruang makan, arena olahraga dapat dilihat pada Gambar 3.2.
c. Fasilitas Penampungan BBM dibangun di lahan seluas 0,1 Ha, berada di
dekat area workshop, dan dibangun sesuai standar dalam Kep. Men
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 dan
Pertambangan Umum.
d. Tempat pengolahan batu granit akan dibangun di dekat lokasi Pelabuhan
PT. Bintan Karisma Pratama. Rencana luasan yang dibangun untuk lokasi
pengolahan batu granit membutuhkan lahan seluas 4 ha untuk stockpile 1
dan lahan seluas 6 Ha untuk stockpile 2. Pengolahan batu granit yang
dilakukan dengan pereduksian ukuran butir. Seluruh batu granit akan
direduksi menjadi berukuran -50 mm.

16
Gambar 3.1
Tata Letak Gudang Handak PT. Bintan Karisma Pratama

Gambar 3.2
Tata Letak Kantor, Perumahan Staf dan Karyawan PT. Bintan Karisma Pratama

17
e. Stockpile atau tempat penimbunan batu granit akan dibuat di lokasi
pengolahan, dalam komplek pelabuhan. Akan ada dua stockpile yang
dibangun, yaitu Stockpile Jetty Area 1 dan Jetty Area 2. Untuk itu,
diperlukan lahan yang cukup luas agar dapat menampung batu granit hasil
dari pengolahan. Seperti pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3
Peta Layout Tambang PT. Bintan Karisma Pratama

f. Pembuatan prasarana transportasi darat antara lain : Jalan tambang dari


lokasi kantor dan lokasi perumahan karyawan ke lokasi tambang. Jalan
dari lokasi penambangan menuju tempat pengolahan sejauh 300-1.800 m

3.1.2. Operasi Penambangan

Tahap operasi penambangan batu granit mencakup beberapa kegiatan meliputi


pembersihan lahan (land clearing), pengelolaan lapisan tanah pucuk (top soil
management), penambangan batu granit, pengangkutan batu granit (hauling) ke
unit pengolahan.

18
Gambar 3.4
Bagan Alir Rencana Penambangan

a. Tahapan Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup akan dimulai dengan kegiatan
pembersihan lahan dari vegetasi dan semak belukar yang ada. Semak belukar
yang ada berupa ilalang dan perdu yang akan dibersihkan bersamaan dengan
pengambilan tanah penutup dengan menggunakan alat muat Komatsu PC 200.
b. Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil Management)
Setelah lahan bersih dari tumbuhan termasuk pohon, maka akan dilanjutkan
dengan membongkar lapisan tanah penutup bagian atas atau tanah pucuk.
Operasi pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang banyak mengandung
bahan organik hasil pelapukan dan menyuburkan tanah, dilakukan secara
khusus agar tidak tercampur dengan tanah/ batuan lain yang tidak subur.
Lapisan top soil didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu dengan
bulldozer, kemudian dimuat menggunakan backhoe-excavator ke atas dump
truck yang akan membawa tanah pucuk ke lokasi yang telah siap untuk
dilakukan reklamasi.

19
Gambar 3.5
Urutan Kegiatan Penambangan

c. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Penutup

Tanah pucuk atau top soil yang ada di atas endapan batu granit juga
merupakan material over burden. Setelah operasi pembersihan selesai,
selanjutnya dilakukan operasi pengupasan lapisan atas (top soil) yang banyak
mengandung bahan-bahan organik hasil pelapukan, serta sangat baik untuk
penyuburan tanah. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan
Excavator Komatsu PC 200 dan dimuat dengan dump truck Nissan CW54

20
yang selanjutnya ditumpuk pada top soil area. Dengan demikian pada lahan
penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah subur yang pada gilirannya
akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas penambangan.

Ketebalan pengupasan tanah pucuk berkisar antara 0 sampai 10 meter. Tetapi


tidak menutup kemungkinan menggali lebih dalam lagi kalau memang masih
digolongkan sebagai tanah pucuk yang masih mengandung zat hara organik.
Lapisan tebal ini sering ditemukan di daerah lembah dan cekungan. Tanah
pucuk hasil pengupasan dapat disebarkan secara langsung ke daerah bekas
tambang yang telah direklamasi atau disimpan terlebih dahulu di suatu tempat.
Tempat penimbunan sementara ini dicarikan di daerah datar dan cukup tinggi
serta bebas dari gangguan erosi. Hal ini diharapkan untuk dapat menjaga agar
kesuburan dan kualitas tanah penutup tersebut dapat tetap terjaga.

Akibat kegiatan pengupasan tanah penutup ini, di lokasi tambang akan


terbentuk lereng. Demi keamanan, lereng yang dibentuk harus mengikuti
rekomendasi geoteknik, yaitu:
Tinggi tunggal : 10 meter
Kemiringan lereng tunggal : 50o
Tinggi keseluruhan (maks) : 70 meter
Kemiringan keseluruhan : 30o
Lebar jenjang : 10 meter

Gambar 3.6
Dimensi Jenjang Keseluruhan

21
Bila penimbunan dilakukan di dalam pit, maka jarak minimum antara toe
timbunan dengan pit crest, minimum adalah 2 kali kedalaman pit. Jarak
tersebut bertujuan untuk mengurangi kemungkinan pembebanan dari
timbunan tanah. Selain itu, untuk mendukung kelancaran produksi, PT.
Bintan Karisma Pratama akan membuat jalan tambang, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Lebar total jalan tambang : 15 meter
Lebar permukaan jalan tambang : 10,5 meter
Lebar selokan kanan – kiri : 1,5 meter
Gradien maksimum : 10% (AASHTO 1994)
Super elevasi : 4 % (AASHTO 1994)
Turning Radius : 20 meter

d. Pembongkaran Batu Granit

Sistem pembongkaran batu granit pada kegiatan penambangan di PT. Bintan


Karisma Pratama adalah dengan cara diledakkan terlebih dahulu. Setelah
material batu granit telah terberai dengan rata-rata ukuran boulder sesuai
yang diinginkan selanjutnya dimuat menggunakan alat muat Wheel Loader
CAT 966M.

e. Pemuatan dan Pengangkutan

Pemuatan dan pengangkutan batu granit terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Pemuatan dan pengangkutan dari tambang menuju tempat pengolahan
crushing plant Kegiatan pemuatan batu granit mempergunakan alat-muat
Wheel Loader CAT 966M, kemudian dimuat ke alat angkut dump truck
Nissan CW54 dan selanjutnya diangkut melalui jalan tambang dengan
jarak + 0,3-1,8 km menuju ROM Stockpile. Kemudian, dari ROM
stockpile batugranit yang masih berupa boulder dimuat dan angkut
menuju hopper Crusher menggunakan alat mekanis wheel loader. Pada
alat crusher batu granit mengalami pengecilan ukuran butir akhir sesuai
permintaan pasar, yaitu sebesar -50 mm.

22
2. Pemuatan dan pengangkutan dari chusher ke stockpile tambang Batu
granit yang telah direduksi ukurannya akan menumpuk di depan stracker
crusher dan perlu dipindahkan ke stockpile agar tidak menumpuk terlalu
banyak di depan crusher yang dapat mengganggu operasional crusher.
Pemindahan batu granit dengan cara dimuat dan angkut menggunakan
Wheel Loader CAT 966M, batu granit hasil akhir tersebut (-50 mm)
ditumpuk di stockpile produk.
3. Pemuatan dan pengangkutan dari stockpile produk ke tongkang. Batu
granit yang telah ditumpuk di stockpile produk selanjutnya dimuat
dengan wheel loader CAT 966M ke dump truck Nissan CW54 yang
berkapasitas 20 ton dan diangkut ke tongkang yang berada di pelabuhan
dengan jarak angkut + 150 m.

3.1.3. Reklamasi dan Pasca Tambang

Dalam rangka mengurangi dampak negatif kegiatan penambangan, maka akan


dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Reklamasi lahan bekas tambang
bertujuan untuk memanfaatkan kembali lahan bekas tambang sesuai
peruntukannya. Pelaksanaan reklamasi harus sejalan dengan program-program
rencana pascatambang. Reklamasi akan dilaksanakan secara progresif (bertahap).

3.1.4. Rencana Produksi

Manajemen PT. Bintan Karisma Pratama menetapkan akan menambang batu


granit dengan mempertimbangkan faktor looses batu granit sehingga dalam
perencanaan produksi tersebut dinyatakan dalam satuan Loose Cubic Meter
(LCM). Dalam satuan BCM produksi penambangan tahun pertama 1.000.000
BCM, pada tahun kedua dan ketiga sebesar 1.250.000 BCM, pada tahun keempat
sebesar 1.000.000 BCM, dan pada tahun kelima sebesar 825.000 BCM.
Berdasarkan hasil dari konversi satuan BCM – LCM maka diperoleh rencana
produksi sebesar 1.592.308 LCM pada tahun pertama, 1.990.385 LCM pada
tahun kedua dan tahun ketiga, sedangkan pada tahun-tahun selanjutnya adalah
sebesar 1.592.308 LCM dan 1.313.654 LCM (Tabel 3.1), produksi penambangan

23
akan mengalami penurunan pada tahun ke empat dan tahun ke lima. Dalam
operasi penambangan batu granit, akan terjadi kehilangan (looses) sebesar 1%
yang terdistribusi pada kegiatan penggalian, pengangkutan dan pada saat proses
pengolahan.

Tabel 3.1
Rencana Produksi Batu Granit dan Tanah Penutup

3.2. Peralatan Tambang PT. Bintan Karisma Pratama

Peralatan tambang memegang peranan kunci dalam kegiatan penambangan. Agar


produksi lancar, maka alat gali, alat muat, alat angkut dan alat-alat lainnya harus
saling mendukung dan direncanakan sejak awal penambangan. Pemilihan jenis
peralatan ditentukan oleh faktor-faktor seperti kondisi lapangan dan jenis material
yang akan digali. Perhitungan kebutuhan perlatan per satuan waktu dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengelompokkan jenis kegiatan penambangan dan sasaran produksi setiap
kegiatan tersebut.
b) Menentukan jenis dan kapasitas peralatan.
c) Menghitung produktivitas perlatan.
d) Menghitung waktu kerja, yaitu ketersediaan jam kerja per satuan waktu
e) Menghitung jumlah peralatan.

24
Gambar 3.7
Prosedur Penentuan Peralatan

3.2.1. Jenis dan Kapasitas Peralatan

Dalam kegiatan pengupasan tanah penutup dan penambangan batu granit, PT.
Bintan Karisma Pratama akan menggunakan hydraulic excavator sebagai alat
gali-muat, yang akan dipasangkan dengan dump truck sebagai alat angkut.
Kegiatan penambangan ini akan dibantu dengan bulldozer sebagai alat gusur.
Jenis dan kapasitas peralatan yang digunakan dalam kegiatan penambangan dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2
Jenis, Tipe dan Kapasitas Peralatan Tambang

25
Gambar 3.8
Excavator Komatsu PC 200 dan Wheel Loader CAT 966 M

3.2.2. Produktifitas Peralatan

Salah satu hal yang penting dalam merencanakan jumlah peralatan adalah
menghitung produktivitasnya. Langkah pertama dalam menentukan produktivitas
peralatan adalah melakukan perhitungan secara teoritis. Hasil teoritis tersebut
akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Produktivitas mesin biasanya
dinyatakan dalam satuan produksi per jam (m3/jam, atau ton/jam). Perhitungan ini
dihitung dari volume per siklus dan jumlah siklus perjam. Produktifitas peralatan
yang digunakan pada PT. Bintan Karisma Pratama dapat dilihat pada Tabel 3.3
dibawah ini.

26
Tabel 3.3
Produktifitas Peralatan Penambangan
3.2.3. Jam Kerja

Ketersediaan jam kerja yang direncanakan dihitung berdasarkan jumlah hari kerja
per bulan dan jumlah jam kerja per hari. Ketersediaan jam kerja tersebut akan
dikoreksi dengan faktor kehilangan, seperti hari libur, waktu istrahat yang
direncanakan, hujan, dan faktor lainnya. Setelah memperhitungkan faktor koreksi
tersebut, ketersediaan jam kerja per tahun yang direncanakan adalah sebesar 2.620
jam, dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4
Perhitungan Ketersediaan Jam Kerja

27
3.2.4. Kebutuhan Peralatan

Peralatan dalam kegiatan penambangan PT. Bintan Karisma Pratama terdiri atas
dua macam, yaitu alat penambangan utama dan alat pendukung operasional
penambangan. Kebutuhan alat penambangan utama dihitung berdasarkan sasaran
produksi. Sedangkan kebutuhan alat pendukung operasional berdasarkan pada
kondisi lingkungan kerja.

Dalam pengupasan lapisan penutup, PT. Bintan Karisma Pratama akan


membutuhkan rata-rata 1 unit pertahun excavator Komatsu PC 200. Alat ini ini
akan dioperasikan selama 4.704 jam/tahun untuk melayani 1 unit truk Nissan
CW54 yang berkapasitas 20 ton. Untuk penambangan batu granit, PT. Bintan
Karisma Pratama juga menggunakan 1 unit Wheel Loader 966M untuk melayani
10 unit alat angkut dump truck Nissan CW54 dengan kapasitas 20 ton. Tabel 3.5
memberikan gambaran kebutuhan alat penambangan utama PT. Bintan Karisma
Pratama.

Tabel 3.5
Jumlah Kebutuhan Alat Penambangan Tahun 1 – 5

28
Disamping alat penambangan utama, kebutuhan peralatan penunjang juga sangat
berperan dalam kelancaran kegiatan produksi batu granit, seperti yang terlihat
pada Tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 3.6
Daftar Peralatan Pendukung Operasi Penambangan Tahun 1 - 5

3.3. Sitem Peledakan PT. Bintan Karisma Pratama

Perencanaan peledakan tambang sama pentingnya dengan perencanaan


pengeboran, peledakan yang tepat, akurat, dan penetapan jarak aman, merupakan
faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah peledakan
tambang. Pemilihan jenis bahan peledak, ketepatan jumlah berat jenis bahan
peledak untuk setiap lubang rencana ledak, perangkaian dan waktu peledakan,
harus dipertimbangankan secara matang sebelum peledakan dilakukan.

Jenis peledakan yang dilakukan PT Bintan Karisma Pratama hanya menggunakan


jenis peledakan primary blasting dengan metoda system penyalaan non electric
(nonel), hal ini untuk mengupayakan hasil fragmentasi batuan yang sesuai dengan
kapasitas unit peremuk (crusher) dan mempertimbangkan faktor keamanan dan
keselamatan, disamping itu efek getaran, batu terbang, lewat pecahan (over
breaks) akan dikurangi dengan menggunakan geometri peledakan yang tepat.

29
Adapun geometri peledakan yang terdapat pada PT.Bintan Karisma Pratama yaitu
sebagai berikut :
 Diameter Lubang : 3.5 inch
 Loading density : 4.98 kg/m
 Kedalaman Rata-rata : 7.34 meter
 Burden : 2.5 meter
 Spacing : 2.5 meter
 Stemming :3 meter
 Jumlah Lubang : 86 lubang
 Powder factor : 0.55 kg/bcm

Adapun jumlah bahan peledak yang digunakan PT. Bintan Karisma Pratama
dalam satu kali peledakan yaitu sebagai berikut :
 Ammonium Nitrate : 1950 kg
 Powergel Magnum Emulsion Catridge : 100 kg
 Detonating Cord : 150 meter
 Nonel ms Detonator 500 ms : 86 pcs
 Nonel Relay Connector 17 ms : 29 pcs
 Nonel Relay Connector 25 ms : 29 pcs
 Nonel Relay Connector 42 ms : 28 pcs
 Safety Fuse :3 meter
 Plain Detonator :3 pcs

30
Gambar 3.9
Unit Peledakan PT. Bintan Karisma Pratama

Pola pengeboran dan pola peledakan di PT. Bintan Karisma Pratama adalah
berpola staggered.

31
Gambar 3.10
Pola peledakan PT. Bintan Karisma Pratama

Gambar 3.11
Hasil fragmentasi peledakan

32
Gambar 3.12
Distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan

3.4. Pengolahan Batuan Granit (Crushing Plant)

Secara umum kegiatan pengolahan batu granit PT. Bintan Karisma Pratama terdiri
dari 3 kegiatan utama, yaitu : Proses reduksi ukuran batu granit, peremukan batu
granit, dan pengayakan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah yang trdiri
dari berbagai ukuran : <10mm, >10 - <20mm, >20mm - <30mm, >30mm -
<50mm.

3.4.1. Proses Reduksi Ukuran Batu Granit

Umpan (feed) untuk proses pengolahan batu granit yang direncanakan adalah
batu granit langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM) atau yang telah
tersedia di raw granit stockpile. Berdasarkan dari hasil fragmentasi batuan pada
kegiatan peledakan batu granit PT. Bintan Karisma Pratama, fraksi batu granit
sebagai umpan direncanakan berukuran maksimum 500 mm. Apabila dalam
kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari 500 mm, maka terlebih dahulu
harus diremukkan secara manual dengan menggunakan breaker sampai memiliki

33
ukuran maksimum 500 mm. Fraksi batu granit yang lolos pada opening screen
600 mm (–600 mm) dan batu granit yang diharapkan dari crushing I diharapkan
150 mm, maka Reduction Ratio (RR) adalah 4. Sehingga pada saat crushing
tahap I didapatkan reduction ratio untuk batu granit didapatkan nilai 4.
Sedangkan pada tahap II, batu granit yang diharapkan berukuran 50 mm, maka
reduction ratio yang didapat bernilai 3. Untuk gambaran proses reduksi ukuran
batu granit dapat dilihat diagram alir (flow sheet) seperti terlihat pada Gambar
3.13. Dalam diagram alir tersebut digambarkan urutan proses-proses yang
berlangsung.

Gambar 3.13
Diagram Alir Proses Pengolahan

34
3.4.2. Peremukan Batu Granit (Crushing)

Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan fraksi batu granit, menjadi ukuran yang
lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa tahap operasi, yaitu:
a. Peremukan Pertama (Primary Crushing)
Proses Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral
yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain atau
mereduksi material untuk memperoleh ukuran butir tertentu melalui alat
peremuk dan pengayakan.
Primary Crusher merupakan crusher yang biasa digunakan pada sirkuit
terbuka, umpan yang digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan
dengan ukuran berkisar 500 mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai
100 mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap pertama biasanya
kurang dari 200 mm, dimana reduction ratio (perbandingan antara ukuran
feed dengan ukuran produk) yang baik untuk primary crushing adalah 4
sampai 7. Untuk rencana pengolahan material batu granit, PT. Bintan
Karisma Pratama menggunakan Jaw Crusher.
Untuk kapasitas produksi terpasang, pada crushing plan rencananya sebesar
300 MT/jam dengan Reduction Ratio (RR) crusher antara 3 dan 4, jam kerja
per tahun sebesar 2.620 jam dan Avaibility 95% serta Utilisasi 90%.
Sehingga kapasitas produksi crusher tersebut pertahun adalah :
P crusher = 300 MT/jam x 2620 jam/tahun x 95% x 90%
P crusher = 672.030 BCM/tahun
Rencana produksi dari tambang maksimal pertahun sebesar 1.250.000 BCM.
Sehingga unit crusher yang dibutuhkan adalah 2 unit.
b. Peremukan Kedua (Secondary Crushing)
Adalah tahap penghancuran yang merupakan kelanjutan dari primary crusher.
Penghancuran material terjadi melalui gesekan antara alat pemecah dengan
material yang akan dipecahkan. Jika gaya yang dialami material melebihi dari
kemampuan material penahannya, maka material akan pecah.

35
Kegiatan reduksi tahap ini termasuk dalam kelas medium duty, Umpan yang
digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4 mm.
Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 mm. Produk yang dihasilkan
mempunyai ukuran 1,5“ – 2,5”. Jenis crusher yang digunakan adalah roll
crusher dengan tipe gelondong ganda (double roll crusher). Jenis alat roll
crusher ini diantaranya adalah Spring Roll Crusher

3.4.3. Pengayakan Batu Granit (Granit Screening)

Kegiatan pemisahan ukuran adalah kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan


fraksi-fraksi batu granit atas dasar ukuran yang diinginkan. Kegiatan pemisahan
ukuran ini dilakukan pada beberapa unit operasi, yaitu :
a. Scalper Grizzly Screen
Tahap pertama pemisahan ukuran dilakukan dengan menggunakan scalper
grizzly screen yang digunakan untuk memisahkan Batu granit dari tambang
(ROM) pada fraksi ukuran – 600 mm, sebelum masuk sebagai umpan
primary crushing. Fraksi yang terpisah dengan ukuran +600 mm sebagai
oversize, akan diremukkan secara manual dengan menggunakan breaker untuk
dikembalikan lagi sebagai umpan; sedangkan fraksi dengan ukuran –600 mm
yang lolos sebagai undersize akan menjadi umpan primary crusher.
Screen ini memiliki satu muka (single deck) yang diletakkan dengan posisi
agak miring 12 – 18 derajat (inclined).

b. Vibrating Screen
Tahap kedua, pemisahan ukuran fraksi batu granit, dilakukan dengan
vibrating sreen dengan tujuan untuk memisahkan fraksi ukuran + 50 mm,
ukuran -50 mm. Screen ini bekerja secara mekanik dengan mengggunakan
gaya getar (vibrator).
Terdapat 1 unit vibrating screen. Tipe screen yang dipilih adalah raw granit
sizing sreen dengan dua lapis permukaan (double deck) yang dipasang dengan
kemiringan 17 – 25 derajat, sehingga fraksi batu granit akan lewat di atasnya

36
dengan kecepatan 0,75 – 1,25 meter/detik. Lapis pertama dari screen ini
memiliki ukuran bukaan 50 mm dengan menggunakan vibrasi rendah.
Fraksi yang terpisah dengan ukuran + 150 mm sebagai ‘oversize’ akan
menjadi umpan dari secondary crusher, untuk mendapatkan fraksi yang
berukuran – 50 mm (undersize). Fraksi yang terpisah dengan ukuran –50
mm akan menjadi produk akhir.

Gambar 3.14
Bagan Alir Pengolahan Batu Granit

3.4.4. Produk Pengolahan Batu Granit

Sesuai dengan rencana pengolahan, didapatkan batu granit hasil pengolahan dari
kegiatan crusher dengan total penjualan granit adalah 8.436.696 LCM yang
dimasukkan ke dalam unit pengolahan selama 5 tahun. Hasil dari pengolahan ini
berupa batu pecah yang terdiri dari berbagai ukuran produk, antara lain :

37
Jenis Produk Ukuran
Granite Dust 0 - 5 mm
Granite Chipping 5 - 14 mm
Granit 3/4 Split 15 - 20 mm
Graded Stone 20 - 40 mm
Armour Rock (10-30 kg) 6 - 9 inch
Armour Rock (100-500 kg) 14 - 18 inch

Tabel 3.7
Produk batu granit PT. Bintan Karisma Pratama

3.5. Pemasaran Batu Granit


3.5.1. Prospek Pemasaran Batu Granit

Granit atau granodiorit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur
granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2
dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti
biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih
keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda,
coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi
mineralnya.

Granodiorit ini asal mulanya adalah batuan yang terjadi dari proses pembekuan
magma yang bersifat asam, terbentuk jauh didalam kulit bumi, sehingga disebut
sebagai batuan dalam. Terbentuknya sekitar 3-4 km di bawah permukaan bumi.
Bentuk intrusi dapat berupa batholit, lakolit, maupun phacolit. Karena
membekunya jauh di dalam kulit bumi, bentuk dan ukuran mineral
pembentukanya besar-besar dan dan mudah dibedakan antara mineral yang satu
dengan mineral yang lain. Kenampakan demikian dikenal dengan istilah
holokristalin, porfiritik, Penyusunnya antara lain merah, coklat, abu-abu atau
kombinasi diantaranya. Dan sifat yang paling dasar yang membedakan batuan
granidiorit dengan batuan granit adalah ukuran butir kristal granodiorit yang
relatif kecil dibanding dengan granit. Granit mempunyai sumber cadangan yang
potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut

38
terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Sulawesi Selatan. Granit mempunyai komposisi utama kuarsa, potash
feldspar (khususnya ortoklas dan microlin), plagioklas (terutama albite-oligoklas),
biotit dan mika, mineral penyertanya antara lain magnetit, ilmenit, zirkon, allanit,
turmalin, kadang-kadang didapatkan muskovit, hornblende, piroksen, dan garnet.
Granit mempunyai kekuatan tekan 1000-2500 kg/cm², dengan berat jenis 2,6-2,7.
Diorit mempunayai komposisi mineral mendekati granit dengan ukuran butir yang
relatif lebih kecil. Transisi antara granit dan diorit disebut sebagai granodiorit
yang mempunyai warna relatif lebih gelap.

Teknik penambangan granit atau granodiorit dilakukan seperti pada penambangan


andesit. Mempertimbangkan warna dan tekstur granit atau granodiorit lebih indah
dibanding dengan andesit, penambangan dalam bentuk balok untuk selanjutnya
dipotong atau digrenda dengan ukuran tertentu, kemuduan dipoles sangat
dianjurkan. Sisa hasil pemotongan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan teraso.

Lembaran granit atau granodiorit yang sudah dipoles dapat dipergunakan sebagai
lantai atau ornamen dinding. Batuan ini apabila terkena sinar matahari dan air
hujan relatif lebih resisten dibanding dengan marmer. Di samping itu granit atau
granodiorit dimanfaatkan juga sebagai meja dan lainnya. Sisa potongan granit atau
granodiorit dicetak bersama semen putih untuk membuat teraso.

Selain itu batu granit dapat pula menjadi bahan kostruksi bangunan dengan cara
mengolahnya menjadi batu split dengan ukuran sesuai kebutuhan. Pada kegiatan
pertambangan batu granit oleh PT. Bintan Karisma Pratama batu granit akan
diolah menjadi batu split dengan bantuan mesin peremuk (crusher). Potensi pasar
batu granit PT. Bintan Karisma Pratama tidak hanya berasal dari dalam negeri
(domestik) tetapi juga akan memenuhi pasar luar negeri (ekspor) yaitu di
Singapura dan Malaysia.

3.5.2. Jenis Jumlah dan Harga Batu Granit

Produksi batu granit PT. Bintan Karisma Pratama terdiri dari 2 quary yang
memiliki cadangan yang cukup potensial. Dari hasil kegiatan eksplorasi diketahui

39
bahwa cadangan tertambang sebesar 5.325.000 BCM. Karena penjualan dalam
bentuk rupiah per LCM maka satuan yang akan digunakan adalah LCM, yaitu
dengan mengkonversikan nilai BCM dikali faktor pengali 1,5923. Sehingga,
dengan kata lain cadangan yang tertambang oleh PT. Bintan Karisma Pratama
sebesar 8.479.038,5 LCM dan dengan asumsi faktor kehilangan ketika proses
penambangan, pengolahan dan pengangkutan sebesar 1 % maka cadangan yang
terjual sebesar 8.394.513 LCM.

PT. Bintan Karisma Pratama berencana untuk menjual 1.576.434 LCM pada
tahun pertama, 1.970.543 LCM pada tahun kedua dan ketiga, 1.576.434 LCM
pada tahun keempat, dan pada tahun kelima sebesar 1.300.558 LCM. PT. Bintan
Karisma Pratama menargetkan untuk penjualan domestik dengan harga
Rp.2000.000,00 per LCM.

Penetapan harga dari batu granit akan sangat tergantung dari reputasinya sendiri
sebagai pemasok yang dapat dipercaya dengan kualitas batu granit yang
konsisten dan jika berhasil mencapai hal tersebut akan dapat mengamankan harga
kontrak dengan tingkat yang sama. Apalagi sekarang permintaan akan batu granit
sebagai bahan pengeras jalan semakin meningkat ditambah lagi dengan
berkurangnya suplai batu granit bagi industri, hal ini berperan besar dengan
peningkatan harga komoditi dari batu granit itu sendiri.

40

Anda mungkin juga menyukai