Anda di halaman 1dari 16

MEKANIKA PELEDAKAN

1.1. Distribusi energi peledakan

Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang apabila
dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat dengan sendirinya
akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition). Penguraian ini menghasilkan produk
yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas bertekanan tinggi yang mengembang pada suhu
tinggi akibat panas yang dihasilkan dari reaksi eksothermis. Besarnya tenaga yang dihasilkan
suatu bahan peledak terutama tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama
peledakan.

Terdapat dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu:

a. Detonasi (detonation)
Detonasi merupakan proses penyebaran atau propagasi gelombang kejut (shock wave)
melalui kolom bahan peledak yang diikuti oleh yang menambah energi untuk memacu
penyebaran gelombang kejut, disusul oleh pembentukan gas dalam waktu sangat singkat.
Reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak dengan kecepatan reaksi yang lebih tinggi
dibanding kecepatan suara dan menyebabkan shattering effects.

b. Deflagrasi (deflagration)
Merupakan reaksi pembakaran yang berlangsung secara amat cepat (berkecepatan
tinggi), sehingga mengakibatkan pembentukan gas-gas dan meningkatnya tekanan
selama proses pembakaran berlangsung. Ekspansi tekanan ini menghasilkan efek
pengangkatan (heaving effect), yang besarnya sebanding dengan proses pembakaran
yang terjadi. Reaksi deflagrasi ini merupakan ciri bahan peledak lemah (low explosive).

Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada saat terjadi reaksi
kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak menjadi gas-gas dalam waktu yang sangat
singkat melalui penyalaan oleh suatu inisiator (primer). Energi yang dilepaskan tersebut tidak
dapat terkonsentrasi sepenuhnya untuk menghancurkan massa batuan (membentuk
fragmentasi), tetapi terbagi dalam beberapa jenis energi yang terdistribusi menjadi dua bagian
besar, yaitu energi terpakai (work energy) dan energi tak terpakai (waste energy) (lihat Gambar

1
1). Energi terpakai maksudnya adalah energi yang menimbulkan tenaga untuk menghancurkan
batuan pada proses peledakan, sedangkan energi tak terpakai adalah energi yang tidak
berperan secara langsung dalam proses penghancuran batuan, bahkan dalam kondisi tertentu
terkonversi menjadi energi yang merugikan operasional peledakan serta lingkungan di sekitar
peledakan.

ENERGI PELEDAKAN
(EXPLOSIVE ENERGY)

ENERGI TERPAKAI ENERGI TAK TERPAKAI


(WORK ENERGY) (WASTE ENERGY)

ENERGI KEJUT ENERGI GAS ENERGI PANAS ENERGI SINAR ENERGI SUARA ENERGI SEISMIK
(SHOCK ENERGY) (GAS ENERGY) (HEAT ENERGY) (LIGHT ENERGY) (SOUND ENERGY) (SEISMIC ENERGY)

Gambar 1. Distribusi energi yang dihasilkan peledakan

1.1.1. Energi terpakai (work energy)

Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi gas. Ditinjau dari
aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki enegi kejut yang tinggi dapat diterapkan
dalam proses peledakan bongkah batu (boulder) dengan metode mud capping boulders yang
disebut juga plaster shooting atau untuk proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan
demikian energi kejut secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan
metode external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada kolom lubang
ledak dengan bahan peledak didalamnya disumbat atau dikurung rapat oleh material
penyumbat (stemming), maka digunakan bahan peledak yang memiliki energi gas yang tinggi.

Ditinjau dari aspek reaksinya, dapat dilihat dari sifat reaksi bahan peledak lemah (low
explosives) dan bahan peledak kuat (high explosives). Reaksi bahan peledak lemah adalah
deflagrasi atau rambatan pembakaran secara cepat dengan kecepatan rambat antara 600 -

2
1200 m/s (2000 – 4000 f/s). Bahan peledak ini tidak menghasilkan energi kejut, tetapi hanya
menghasilkan tenaga dari rambatan ekspansi gas, contohnya adalah black powder yang
merupakan campuran antara potasium nitrat atau sodium nitrat, sulphur, dan charcoal.
Sementara reaksi bahan peledak kuat adalah detonasi atau meledak dan menghasilkan tenaga
dalam bentuk tekanan kejut maupun tekanan dari ekspansi gas. Gambar 2 memperlihatkan
perbedaan prilaku reaksi peledakan cartridge bahan peledak lemah dan kuat.

Batas reaksi Batas reaksi

Cartridge bahan peledak lemah Cartridge bahan peledak kuat

Energi kejut

Energi gas
Energi gas
Tekanan

Tekanan

(a) Bahan peledak lemah (b) Bahan peledak kuat


Gambar 2. Perilaku reaksi peledakan bahan peledak lemah dan kuat

Pada Gambar 2.a terlihat diagram profil tekanan hasil reaksi peledakan bahan peledak lemah.
Setelah sebagian cartridge meledak atau bereaksi, akan terbentuk profile tekanan maksimum
yang konstan sampai garis batas antara bagian cartridge yang telah bereaksi dan yang belum
terganggu. Peristiwa ini membuktikan bahwa peledakan bahan peledak lemah hanya
menghasilkan tekanan gas selama proses reaksi pembakaran. Energi gas pada saat proses
peledakan atau pembakaran (deflagrasi) lebih besar dibanding dengan energi gas yang
dilepaskan.

Sementara hasil reaksi pada peledakan bahan peledak kuat memperlihatkan perilaku tekanan
yang sangat berbeda dengan bahan peledak lemah (lihat Gambar 2.b). Pada garis batas reaksi
terlihat profil tekanan kejut sebelum energi gas dilepaskan. Energi kejut umumnya
menghasilkan tekanan yang lebih besar dibanding tekanan gas, tetapi hanya terjadi dalam
waktu yang singkat, jadi peristiwa reaksi peledakan pada bahan peledak kuat diawali oleh
terbentuknya energi kejut yang tinggi dalam waktu sangat singkat, setelah itu diikuti oleh
pelepasan energi gas. Tekanan kejut merupakan tekanan yang bersifat sementara (transient)
yang terjadi saat ledakan berlangsung dan besar tekanan ini diperkirakan 15% dari total energi

3
terpakai, sedangkan 85% lagi merupakan tekanan gas. Energi gas menghasilkan gaya tekanan
konstan hingga batas bahan peledak di dalam kolom lubang ledak, sampai kemudian lubang
ledak hancur.

1.1.1.1. Energi kejut (shock energy)

Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan terhadap batuan sebagai akibat dari tekanan
detonasi bahan peledak. Tekanan detonasi adalah fungsi dari densitas bahan peledak kali
kuadrat kecepatan reaksi bahan peledak yang hasilnya merupakan energi kinetik. Tekanan
detonasi atau tekanan ledak dibentuk oleh rambatan atau propagasi gelombang detonasi
sepanjang kolom bahan peledak.

Cukup sulit untuk merumuskan besarnya tekanan detonasi karena adanya perbedaan simbul
matematis yang pada akhirnya terjadi perbedaan jawaban. Namun demikian, besar tekanan
detonasi akibat reaksi kimia dalam proses peladakan dapat diestimasi menggunakan
persamaan:

4,18 x 10 7 x SGe x Ve 2
P
(1  0,8 SGe) (1.1)

Di mana: P = tekanan detonasi, kbar (1 Kbar = 14,504 psi = 1,02 kg/cm2 )

SGe = berat jenis bahan peledak

Ve = kecepatan detonasi, ft/sec

Tekanan detonasi maksimum terjadi pada arah aliran gelombang kejut dan pada bahan peledak
cartridge dimana posisi tekanannya berlawanan arah dengan arah inisiasi peledakan. Pada
bagian sisi cartridge, tekanan detonasi mendekati nol sepanjang gelombang detonasi tidak
melebihi bagian ujung cartridge. Untuk mendapatkan efek tekanan detonasi maksimum dari
bahan peledak (cartridge), maka inisiasi bahan peledak sebaiknya dilakukan pada salah satu
ujung yang berlawanan arah terhadap bagian ujung lain yang kontak dengan material atau
batuan (Gambar 1.3.b). Permukaan material yang sejajar dengan bagian sisi cartridge akan
menerima efek tekanan detonasi kecil (Gambar 1.3.a), namun demikian, material akan hancur

4
karena dampak yang disebabkan oleh ekspansi gas secara radial setelah gelombang detonasi
berlangsung.

Detonator

Cartridge dengan bagian sisi


Lumpur
sejajar permukaan batu
(plaster)

Boulder (a)

Cartridge yang salah satu


ujungnya bersentuhan detonator
dengan permukaan batu Lumpur
(plaster)

Boulder (b)

Gambar 3. Metode mud capping boulders

Untuk memaksimalkan penggunaan tekanan detonasi diperlukan juga memaksimalkan daerah


kontak antara bahan peledak dengan bahan galian. Proses peledakan dapat dipicu pada ujung
yang berlawanan dengan daerah kontak bahan galian yang akan diledakkan (lihat Gambar 3).
Bahan peledak yang digunakan harus bertekanan dan berdensitas tinggi. Perpaduan antara
kekuatan detonasi dan densitas yang tinggi akan menghasilkan tekanan ledak yang tinggi pula.
Besar tekanannya dapat dihitung menggunakan rumus (1.1).

1.1.1.2. Energi gas (gas energy)

Energi gas hasil proses peledakan adalah tekanan dari ekspansi gas yang menerobos dinding
lubang ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi gas yang dilepaskan selama proses
detonasi tersebut merupakan penyebab utama pecahnya batuan. Tekanan gas, disebut juga
dengan tekanan ledak, dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan volume gas yang dibebaskan
pada saat terjadinya reaksi yang besarnya diperkirakan satu setengah kali tekanan detonasi.

5
Besarnya tekanan ledakan berhubungan langsung dengan volume gas per unit berat bahan
peledak dan besarnya jumlah panas yang dikeluarkan selama proses reaksi kimia berlangsung.
Semakin tinggi temperatur reaksinya pada keadaan volume gas yang konstan, maka akan
semakin tinggi tekanan gasnya. Semakin banyak volume gas yang dikeluarkan pada temperatur
yang sama, maka tekanannya akan semakin meningkat. Tekanan ledak dapat diukur melalui uji
ledakan bawah air atau underwater test.

1.1.2. Energi tak terpakai (waste energy)

Reaksi peledakan disamping menghasilkan energi yang mampu menghancurkan batuan, juga
akan selalu menghasilkan energi yang tidak berkaitan langsung dengan tujuan penghancuran
batuan, bahkan akan memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Energi yang tidak
berkaitan langsung dengan proses penghancuran batuan dikelompokkan ke dalam “energi tak
terpakai” atau waste energy. Jenis energi tak terpakai adalah energi panas, energi suara, energi
sinar/cahaya dan energi seismik (lihat Gambar 1).

Kelompok energi tidak terpakai terbentuk oleh adanya deformasi elastis dan plastis batuan dari
energi peledakan. Energi peledakan yang mengakibatkan terjadinya deformasi elastis akan
menghasilkan gelombang regangan, disebut juga stress waves atau body waves, yang bergerak
melalui massa batuan dan dapat menyebabkan retakan lanjutan akibat pantulan energi dari
bidang diskontinuitas. Deformasi elastis juga menyebabkan gelombang seismik yang cukup
mengganggu, karena gelombang seismik ini pada tingkatan tertentu akan dapat merusak
bangunan dan mengganggu manusia.

1.1.2.1. Energi panas (heat energy)

Reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak bersifat eksotermis, yaitu suatu reaksi yang
menghasilkan panas. Pada peledakan dengan reaksi kimia yang menghasilkan zero oxygen
balance akan diperoleh temperatur panas sebesar 2980 K pada tekanan 760 mm Hg.

1.1.2.2. Energi sinar (light energy)

Energi sinar merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari reaksi kimia bahan peledak pada
saat inisiasi atau penyalaan (diledakkan). Kontribusi energi untuk menimbulkan kilatan sinar ini
relatif kecil dan cahaya yang dihasilkan tidak membahayakan.

6
1.1.2.3. Energi suara (sound energy)

Hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara, kontribusi energi peledakan untuk
menimbulkan suara jumlahnya cukup besar. Pada keadaan normal, suara peledakan dapat
mencapai 140 dB yang merupakan batas ambang peledakan yang tidak menimbulkan
kerusakan material atau aman bagi infrastruktur, peralatan dan lain-lain.

Peledakan menghasilkan gelombang suara yang terdengar sebagai ledakan. Peledakan juga
menghasilkan suara bias yang tidak terdengar. Suara merupakan energi transmisi yang
merambat melalui atmosfer, bila tidak ada atmosfer maka tidak akan ada suara. Suara tidak
akan ditransmisikan pada ruang hampa udara karena suara memerlukan media transmisi untuk
menghantarkan gelombangnya.

Suara peledakan mewakili energi tak terpakai yang mirip dengan energi seismik karena energi
ini tidak dapat memecah batuan. Dari bentuk fisiknya, atmosfer merupakan fluida yang tetap
bertahan pada perubahan volume, namun tidak tahan pada perubahan bentuk. Gelombang
suara mempunyai elastisitas volume tetapi tidak mempunyai elastisitas memotong. Karena itu
semua jenis fluida, termasuk udara, merupakan media transmisi untuk gelombang datar atau
tekan (compressional waves) dan tidak untuk gelombang tegak (shear waves) yang bersifat
naik turun (lihat Gambar 4).

Arah gelombang

(a) Gelombang tekan

Arah gelombang

(b) Gelombang geser

Gambar 4. Tipikal gerakan gelombang tekan dan geser

7
Kecepatan suara merupakan fungsi temperatur, jika temperatur udara berkurang maka
kecepatan suara akan berkurang pula. Hal ini menjadikan beban yang signifikan terhadap suara
yang merambat melalui atmosfer dan terkadang menyebabkan arah suara akan berubah serta
terjadinya konsentrasi energi. Pada kondisi normal, kecepatan suara sebesar ± 330 m/det
(1.000 ft/sec). Energi suara ini terjadi pada saat:

(1) batuan terpecah dan tekanan gas dalam lubang ledak terlepas ke udara bebas/atmosfer;

(2) penyumbat bahan peledak terlepas (3) permukaan batuan bergeser, dan (4) pada saat
terjadi pergeseran di sekitar lubang ledak. Salah satu atau semua keadaan tersebut dapat
terjadi saat peledakan berlangsung.

1.1.2.4. Energi seismik (seismic energy)

Energi seismik menghasilkan gelombang yang merupakan transmisi energi melalui massa
batuan yang solid. Gelombang inilah yang menyebabkan getaran peledakan yang dapat
dirasakan manusia dan dapat merusak bangunan. Peledakan yang diatur dan diperhitungkan
dengan seksama dapat mengurangi efek gelombang seismik. Oleh sebab itu sasaran peledakan
tidak saja terkonsentrasi pada fragmentasi batuan, tetapi juga perlu diasosiasikan untuk
meminimalkan energi tak terpakai, diantaranya energi seismik.

Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body waves) dan gelombang
permukaan (surface wave). Disebut gelombang badan karena gelombang ini merambat ke
sepanjang batuan serta menembus massa batuan. Gelombang badan ada dua jenis, yaitu
gelombang tekan (compressional waves) dan gelombang geser (shear waves) seperti prilaku
gelombang suara dan bentuknya seperti terlihat pada Gambar 4.a dan 4.b.

a. Gelombang tekan disebut juga gelombang primer (P-waves) menghasilkan gerakan


partikel tekan-tarik secara bergantian yang akan menghasilkan kompresi dan dilatasi dan
merambat serta bergetar searah dengan perambatan gelombang.
b. Gelombang geser disebut juga gelombang sekunder (S-waves) adalah gelombang tegak
(transversal) yang menghasilkan getaran partikel naik-turun dengan arah tegak lurus
perambatan gelombang.

8
Gelombang permukaan merambat di luar lapisan atau dipermukaan batuan dan tidak
menembus lapisan massa batuan. Gelombang ini akan terbentuk apabila gelombang badan
menemukan permukaan bebas dan mengalami mengalami refleksi. Terdapat dua jenis
gelombang permukaan, yaitu:

a. Gelombang Reyleigh (R-waves), yaitu gerakan partikel berputar mundur (retograde


circular motion) membuat lapisan eliptis pada bidang vertikal sejajar arah perambatan
gelombang (Gambar 5.a).
b. Gelombang Love (Q-waves), yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan arah perambatan
gelombang (Gambar 5.b).

(b) Gelombang Love


(a) Gelombang Rayleigh

Gambar 5. Tipikal gerakan gelombang Rayleigh dan Love

Masalah getaran jadi meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan bahan peledak, hal ini
berarti bahwa proses peledakan menghasilkan gelombang seismik yang cukup kuat sehingga
getarannya dapat terasa. Walaupun diketahui getaran muncul tidak hanya oleh peledakan
karena terdapat pula aktivitas lain yang dapat meninmbulkan getaran, misalnya kegiatan
penempaan besi, pengepresan berat, dan kegiatan konstruksi seperti pemasangan tiang
pancang, pembongkaran aspal dan beton, dan lain-lain. Masyarakat terasa terganggu, risau,
dan bahkan ketakutan pada saat mereka merasakan getaran tersebut, hal ini menimbulkan
masalah yang harus diatasi.

9
1.2. Tranmisi Energi Dalam Bidang

Pelepasan energy pada saat terjadi peledakan akan menghasilkan perpindahan energy
dinamis regangan ke batuan disekitarnya. Transmisi energy dalam batuan akan disertai dengan
penyerapan energy terkait dengan struktur mikroskopik dan makroskopik batuan. Model
transmisi energy yang terjadi merupakan model gelombang elastis. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan mekanisme perambatan gelombang elastis dalam sebuah medium
(Kolsky,1963).

Gambar 6. Mekanisme perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah bar

Untuk tegangan longitudinal uniaksial dan dengan menggunakan hokum Hooke,


tegangan longitudinal dinamis yang diinduksi pada suatu titik dengan melewati gelombang
berbanding lurus dengan kecepatan partikel transien pada titik tersebut.
Untuk gelombang yang diinduksi pada dua medium yang berbeda, gelombang akan
melewati medium pertama dan menimpa antarmuka medium, sebagian ditransmisikan
menghasilkan gelombang maju dalam medium dua dan sebagian tercermin menghasilkan
gelombang mundur pada medium satu.

10
Gambar 7. Perambatan gelombang pada medium composite

Dalam medium tiga dimensi gelombang diasumsikan menyebar dalam arah koordinat X.

Gambar 8. Komponen gaya dan tegangan yang bekerja pada benda bebas dalam arah
koordinat X

1.3. Model Elastis Interaksi antara Bahan Peledak dan Batuan

Pada saat peledakan terjadi akan menghasilkan pelepasan beban dinamis pada dinding
rongga dan perambatan gelombang stress(tegangan) akan mentranmisikan energy melalui
media disekitarnya. Pertumbuhan jumlah ekahan dapat diasumsikan terkait dengan besaran
tekanan transien yang terkait dengan lintasan gelombang.

Model yang dapat digunakan untuk distribusi tekanan disekitar sumber ledakan adalah
model sferis (Sharpe,1942). Dalam praktek peledakan, kolom peledakan yang digunakan

11
adalah model silindris, dan telah dirumuskan oleh Starfield dan Pugliese (1968) bahwa
kecepatan peledakan yang diketahui untuk muatan, variasi temporal perpindahan, ketegangan
dan tekanan pada titik manapun dalam medium dapat ditentukan secara numeric.

1.4. Mekanisme Terpecahnya Batuan

Mekanisme pecahnya batuan merupakan proses pemecahan reaksi-reaksi mekanik


dalam batuan homogeny. Proses pemecahan batuan dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Proses pemecahan tahap I
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan akan
menghancurkan batuan disekitar lubang tembak. Gelombang kejut(shock wave) yang
meninggalkan lubang tembak merambat dengan kecepatan 3000-5000 m/det akan
mengakibatkan tegangan pertama terjadi dalam waktu 1-2 ms.
b. Proses pemecahan tahap II
Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak pada proses
pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai bidang bebas
(free face), gelombang tersebut akan dipantulkan. Bersamaan dengan itu tekanan akan
turun dengan cepat dan kemudian berubah menjadi negative serta menimbulkan
gelombang tarik (tension wave). Gelombang tarik ini merambat kembali didalam batuan.
Oleh karena kuat tarik batuan lebih kecil dari kuat tekan, maka terjadi rekahan-rekahan
primer karena adanya tegangan tarik (tensile stress) sehingga terjadinya slabbing atau
spalling pada bidang bebas.
c. Proses pemecahan tahap III
Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan maka
rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar secara cepat oleh efek kombinasi dari
tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial (radial compression) dan pembajian
(pneumatic wedging). Apabila massa didepan lubang tembak gagal mempertahankan
posisinya dan bergerak kedepan maka tegangan tekan (compressive stress) tinggi yang
berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded), seperti spiral kawat yang ditekan
kemudian dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan
tarik yang besar didalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses
pemecahan batuan. Rekahan yang terjadi pada proses pemecahan tahap II merupakan
bidang bidang lemah yang membantu fragmentasi utama pada proses peledakan.

12
Gambar 9. Mekanisme terpecahnya batuan

1.5. Gerakan Tanah

Getaran tanah merupakan gelombang yang bergerak didalam tanah yang disebabkan
oleh adanya sumber energy. Getaran tanah terjadi pada daerah elastis. Tujuan peledakan
adalah untuk memecahkan batuan, kegiatan ini membutuhkan sejumlah energy yang cukup
sehingga melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau batas elastis batuan.
Kegiatan peledakan selalu menghasilkan gelombang seismic. Gelombang seismic terbagi
menjadi dua yaitu, gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang merambat
melalui massa batuan, menembus ke bagian dalam dari massa batuan, dan gelombang

13
permukaan (surface wave) merupakan gelombang yang merambat diatas permukaan batuan
tetapi tidak menembus batuan.
Gelombang badan dikategorikan menjadi dua jenis gelombang yaitu, gelombang
longitudinal (tekan/compression wave/P-wave) yang merupakan gelombang yang menghasilkan
pemadatan(kompresi) dan pemuaian(dilatasi) pada arah yang sama dengan arah perambatan
gelombang dan gelombang tranversal(shear waave/S-wave) merupakan gelombang melintang
yang bergetar tegak lurus pada arah perambatan gelombang.
Sedang gelombang permukaan juga dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, gelombang
love yang merupakan gelombang yang mempunya gerakan seperti gelombang transversal yang
terpolarisasi secara horizontal, dan gelombang Rayleigh merupakan gelombang yang gerakan
partikel berputar mundur dan vertical terhadap arah perambatan gelombang.
Sebagai contoh pada sebuah peledakan stope utama yang merupakan peledakan skala
besar dengan menggunakan beberapa ratus ton bahan peledak yang disebarkan melalui
beberapa ratus ribu meter kubik batuan.

Gambar 10. Perambatan gelombang permukaan diatas lokasi ledakan dan sifat gerakan
partikel yang terkait dengan gelombang Rayleigh dan Love

Pada saat ledakan terjadi, gelombang P dihasilkan pada berbagai sumber ledakan, dan
gelombang S dihasilkan pada media batuan dengan refleksi internal dan refraksi. Lokasi
ledakan bertindak sebagai sumber untuk gelombang badan (body wave), P dan S wave yang

14
menyebar kesegala arah. Beberapa gelombang bergerak ke permukaan tanah, dimana
sebagiannya tercermin seperti gelombang PP dan PS. Selain itu gelombang sebagian akan
dibiaskan dipermukaan tanah dan menghasilkan gelombang permukaan dilapisan atas media
batuan.
Gelombang permukaan yang paling umum terjadi adalah gelombang Rayleigh. Gerakan
partikel yang dihasilkan oleh lintasan gelombang adalah elips mundur, dalam bidang vertical
sejajar dengan arah propagasi gelombang.
Gelombang Love dihasilkan dipermukaan tanah saat lapisan bahan modulus rendah
menungguli material modulus yang lebih tinggi.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Brady,B.H.G dan Brown, E.T, “Rock Mechanic For Underground Mining”, London,
George Allen & Unwin Ltd,1985.
2. Xian, Zhang Zong, “Rock Fracture and Blasting, Theory and Applications”,
Elsevier, 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai