Anda di halaman 1dari 49

DAMPAK PELEDAKAN

Disajikan dalam rangka :

DIKLAT PENGELOLAAN PELEDAKAN PADA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN


(JURU LEDAK KELAS I)

Bandung, 15 April - 03 Mei 2013

Disusun oleh:
Dwihandoyo Marmer

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN DIKLAT ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PUSDIKLAT MINERAL DAN BATUBARA


BANDUNG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Aktifitas peledakan di dalam upaya membentuk fragmentasi batuan


yang masih terikat pada batuan induknya dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitarnya terutama terhadap masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi peledakan. Masalah umum yang biasanya muncul
dari masyarakat adalah terjadinya kerusakan fisik struktur bangunan atau
rumah-rumah dan suara yang mengejutkan yang menganggu kenyamanan
mereka. Bila hal ini terjadi akan muncul keluhan atau komplain masyarakat
terhadap perusahaan yang biasanya datang berbondong-bondong. Tidak
menjadi masalah besar bila kedatangan mereka disertai niat baik untuk
menyampaikan keluhan dan menyelesaikannya dengan pihak perusahaan.
Yang menjadi persoalan adalah bila kehadiran mereka disertai sikap yang
tidak bersahabat, keras atau bahkan tidak jarang mengancam kelangsungan
bisnis perusahaan. Dalam kondisi yang tidak bersahabat, ada yang
mengganggu jalanya kegiatan peledakan dengan menduduki lokasi yang
siap diledakkan (Tuban dan Kaltim). Biasanya mereka menuntut berbagai
macam hal yang kadang-kadang tidak realistis dan hanya memanfaatkan
kesempatan atas dampak negatif peledakan. Ada beberapa masyarakat
(LSM) yang menuntut ganti rugi setiap warga yang terganggu karena
adanya air blast (suara ledakan) per keluarga Rp. 25.000.000,-, sedangkan
yang rumahnya retak Rp. 50.000.000,-.
Perusahaan harus bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul
dari peledakan. Melakukan evaluasi dari penilaian atas kerusakan bangunan
atau rumah-rumah merupakan tindakan yang adil dilakukan sebelum
mengganti kerugian sesuai hasil evaluasi. Namun, akan menjadi beban bagi
perusahaan bila mereka tidak dapat menerima begitu saja atas apa yang
telah diupayakan perusahaan. Kompromi bersama masyarakat yang

dijembatani oleh Pemda dan para tokoh masyarakat setempat biasanya


dapat menyelesaikan kemelut antara masyarakat dari perusahaan. Atau
minta bantuan instansi terkait yang independen dan mempunyai perlatan
seismograf untuk mengukur besar getaran serta tenaga ahli misalnya
Puslitbang Tekmira, PT. Dahana atau Perguruan Tinggi (ITB, UPN).
Masyarakat melakukan keluhan karena merasa mempunyai hak untuk
hidup nyaman, tenang dari tidak terganggu oleh peledakan. Oleh sebab itu
perusahaan berkewajiban mengatasi dampak negatif peledakan agar dapat
menjaga konsistensi produksi tanpa terlalu mengganggu ketenangan dari
kenyamanan masyarakat sekitarnya. Memang tidak mungkin menghilangkan
sama sekali dampak peledakan karena yang dihadapi adalah suatu energi
yang besar untuk menghancurkan massa batuan. Dengan mempelajari dan
memahami sifat-sifat massa batuan, bahan peledak, teknik peledakan, efek
peledakan terhadap lingkungan dan peraturan-peraturan keselamatan kerja
peledakan, maka dampak negatif peledakan dapat dikurangi.
Umumnya dampak negatif peledakan terjadi akibat faktor-faktor di
bawah ini yang berlebih, yaitu:

1. getaran tanah ( ground vibration),


2. suara ( noise),
3. getaran udara ( air concussion atau air blast) dan

4. batu melayang atau terbang (flyrock).


Semua akibat di atas harus dikurangi sesuai ambang batas yang telah
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus mengenai batu melayang, sudah pasti harus diupayakan agar
lemparannya tidak mencederai manusia dan struktur bangunan. Apabila
perusahaan atau operator peledakan berhasil mengatasi akibat-akibat buruk
yang disebutkan di atas niscaya hubungan serasi antara perusahaan dan
lingkungan dapat terwujud.

BAB II
GETARAN BUMI (GROUND VIBRATION )

Setiap peledakan akan menghasilkan energi yang menyebabkan


terjadinya berbagai jenis gelombang yang merambat di dalam bumi, di
permukaan bumi maupun di udara. Salah satu penyebab pecahnya batuan
dari bergetarnya bumi karena peledakan adalah adanya rambatan
gelombang tersebut.
2.1. ENERGI PELEDAKAN

,
Reaksi peledakan tidak saja menghasilkan gelombang energi yang
mampu menghancurkan massa batuan padat, tetapi masih ada tersisa
energi yang menghasilkan gelombang dan terus merambat dengan
kecepatan yang kian melemah seiring dengan semakin jauh jarak
rambatannya dari pusat ledakan. Tetapi dalam kasus yang khusus semakin
jauh ternyata getaran yang ditimbulkan ada yang lebih besar (Kaltim).
Energi peledakan akan membentuk gelombang tekan yang
menghasilkan deformasi plastis terhadap batuan, sehingga batuan akan
pecah atau hancur. Sebagian dari gelombang tersebut terus merambat
menembus bumi atau batuan membentuk gelombang tegangan-regangan di
dalam batas zona elastis batuan. Gelombang yang menjalar di dalam batas
zona elastis batuan disebut pula gelombang seismik yang tidak akan
memecahkan batuan tetapi hanya menggetarkannya.
Dari uraian di atas, maka energi yang dihasilkan peledakan dapat
dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu: energi terpakai (work energy)
dari energi sisa (waste energy). Energi terpakai adalah energi yang
menghasilkan tenaga atau daya yang betul-betul digunakan untuk
menghancurkan batuan. Energi ini terdiri dari 2 jenis, yaitu energi kejut dan
energi gas.

Energi

(shock energy) adalah energi yang memproduksi

kejut

gelombang tekan disekitar dinding kolom lubang tembak;

Energi gas adalah energi yang ditimbulkan oleh reaksi kimia bahan
peledak yang berubah menjadi gas dalam tempo yang begitu

cepat

di

dalam kolom lubang tembak.


Sedangkan energi sisa adalah tenaga yang tidak berperan langsung dalam
penghancuran batuan, tetapi lebih banyak mempengaruhi dan menganggu
lingkungan sekitarnya. Jenis-jenis energi sisa antara lain: energi panas,
energi suara, energi seismik dan energi sinar atau cahaya. Gambar 2.1.
memperlihatkan skema pembagian energi peledakan.

ENERGI PELEDAKAN

ENERGI TERPAKAI

ENERGI
KEJUT

ENERGI SISA

ENERGI
GAS

ENERGI
PANAS

ENERGI
SINAR

ENERGI
SUARA

ENERGI
SEISMIK

Gambar 2.1. Skema klasifikasi energi peledakan.


Uraian lebih lanjut akan dititikberatkan pada energi sisa yang
berperan cukup besar terhadap terganggunya lingkungan. Diantara empat
jenis energi sisa pada Gambar 2.1 mungkin hanya energi penghasil sinar
dan panas yang tidak begitu diperhatikan. Pada kenyataannya cahaya yang
ditimbulkan

tidak

mempengaruhi

aktifitas

masyarakat,

apalagi

bila

peledakan dilakukan siang hari. Demikian pula halnya dengan panas yang
dihasilkan peledakan hanya terasa disekitar lubang-lubang tembak saja.

Energi sisa yang dominan dibicarakan adalah energi seismik dan


suara. Energi seismik akan menghasilkan gelombang seismik yang
ditransmisikan atau dirambatkan ke dalam bumi atau massa batuan yang
solid dan ke permukaan. Gelombang inilah yang menyebabkan getaran
peledakan yang dapat dirasakan oleh kita dan dapat merusak struktur
bangunan. Peledakan yang diatur dari diperhitungkan dengan seksama
dapat mengurangi efek gelombang seismik. Oleh sebab itu sasaran
peledakan yang baik tidak saja dikonsentrasikan pada fragmentasi batuan,
tetapi juga perlu diasosiasikan dengan suatu cara untuk meminimalkan
energi sisa.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body

waves) dan gelombang permukaan (surface waves). Disebut gelombang


badan karena gelombang ini merambat dan menembus ke dalam bumi atau
massa batuan. Gelombang badan ada dua jenis, yaitu gelombang kompresi

(compressional waves) dan gelombang geser (shear waves) .


Gelombang kompresi disebut juga gelombang primer (P-waves)
menghasilkan

gerakan

tekan-tarik

secara

bergantian

yang

menimbulkan kompresi dan dilatasi (pengembangan) serta merambat


dan bergetar searah dengan arah perambatan gelombang.
Gelombang geser disebut juga gelombang sekunder (S-waves)
adalah gelombang melintang (transversal) menghasilkan getaran
partikel naik-turun dengan arah tegak lurus perambatan gelombang.
Gelombang kompresi dan geser merambat dengan kecepatan yang berbeda,
di mana gelombang kompresi selalu bergerak lebih cepat.

Gelombang permukaan merambat di luar lapisan atau di permukaan


bumi dan tidak menembus bumi atau lapisan batuan. Gelombang ini akan
terbentuk apabila gelombang badan menemukan permukaan bebas dan
mengalami refleksi. Terdapat dua jenis gelombang permukaan, yaitu:
Gelombang Rayleigh (R-wave), yaitu gerakan partikel yang berputar
mundur (retograde circular motion) membuat lintasan eliptis pada bidang
vertikal sejajar arah perambatan gelombang.
Gelombang Love (Q-wave) , yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan
arah perambatan gelombang.
Gelombang permukaan bergetar lebih luas dibanding gelombang badan,
tetapi menjalar lebih lambat. Gambar 2.2 memperlihatkan ilustrasi keempat
jenis gelombang tersebut di atas.

Gambar 2.2. Skema bentuk gelombang yang dihasilkan Energi Sisa

2.2. PARAMETER GELOMBANG


Prinsip getaran batuan atau bumi di dalam batas zona elastis akibat
rambatan gelombang karena adanya pergerakan partikel batuan. Besar
gerakan tersebut tergantung pada intensitas dari frekuensi gelombang yang
bentuknya mengikuti fungsi sinus. Gerakan gelombang harmonis sederhana
6

terlihat pada Gambar 2.3 dari persamaannya sbb:

y = A sin (t)

di mana: y = perpindahan

setiap

(2.1)

waktu t, diukur dari garis nol atau

sumbu waktu
t = waktu

A = amplitudo atau harga y maksimum


2

= jumlah siklus getaran atau osciniations per detik dari


satuannya Hertz (Hz)
Periode atau waktu satu putaran penuh (osciniations), T, kebalikan dari
frekuensi, f, jadi nilainya adalah:

F = 1/T atau T= 1/f

(2.2)

Panjang gelombang L adalah jarak dari suatu titik awal pada gelombang ke
posisi

titik

yang

sama

pada

siklus

gelombang

berikutnya.

Untuk

mempermudah pengukuran biasanya diukur antara dua titik batas-atas

(crest) atau dua titik batas-bawah (trough) dari gelombang. Panjang


gelombang L besarnya sama dengan periode T dikalikan kecepatan
propagasi , jadi:

L= T

(2.3)

Gambar 2.3. Paramater dari gerakan gelombang harmonis

2.3. PARAMETER GETARAN (VIBRASI)


Getaran terjadi karena adanya pergerakan partikel dan, tolok
ukurnya adalah intensitas dari frekuensi. Intensitas getaran merupakan
karakter gerakan bumi atau massa batuan yang meliputi perpindahan atau
simpangan

(displacement),

kecepatan

velocity)

dan

percepatan

(acceleration). Ketika bumi bergetar karena terlewati gelombang seismik,


partikel batuan bergerak atau berpindah dari posisi yang sebelumnya
seimbang. Peristiwa inilah yang disebut perpindahan. Seberapa cepat
partikel bergerak, inilah yang disebut kecepatan. Gerakan ini pun
menggunakan tenaga yang besarnya sebanding dengan percepatan partikel
atau laju perubahan kecepatan. Parameter dasar dari getaran didefinisikan
sbb:
Perpindahanlsimpangan yaitu jarak gerakan partikel batuan dari posisi
yang sebelumnya seimbang ke suatu titik yang dikehendaki dalam waktu
tertentu, biasanya diukur dalam satuan inci atau mm.
Kecepatan yaitu gerakan partikel batuan ketika meninggalkan tempat
dari kondisi semula diam, biasanya diukur dengan satuan inci/sec atau
mm/det.
8

Percepatan adalah laju pada saat terjadi perubahan kecepatan partikel.


Tenaga yang dipakai oleh partikel yang bergetar adalah sebanding
dengan percepatan partikel tersebut. Percepatan gravitasi (g) besarnya
adalah 32,2 ft/sec2 atau 9,82 m/det2.
Dalam mengevaluasi getaran yang harus diperhalikan adalah kondisi
maksimum dari ketiga parameter di atas yang secara matematis terlihat
pada persamaan (2.4), (2.5) dari (2.6).
Parameter

Standar

Maksimum

Perpindahan

y = A sin (t)

y=A

Kecepatan

= A cos (t)

=A

Percepatan

= - A sin (t)

(2.4)
(2.5)
2

=- A

(2.6)

Pada prakteknya, dengan mengetahui dua parameter yang mana saja


diantara tiga parameter gelombang di atas, maka parameter ketiga dapat
dihitung menggunakan persamaan tersebut. Atau dapat pula menggunakan
nomogram seperti pada Gambar 2.4.
Contoh penggunaan nomogram di atas; misalnya untuk f = 100 c/s
(cycles/sec) dari A = 0,025 mm, maka kecepatan vibrasi, v, sekitar 15 mm/s
dari percepatan, a, adalah 1 g (= 1 gravitasi bumi = 9,82 m/sec2).

Untuk mempermudah interpretasi, dapat digunakan Gambar 2.5 sebagai


contohnya.

Gambar

2.5.a

memperlihatkan

gelombang

sinus

yang

menghasilkan batas-atas (crest) dan batas-bawah (trough) yang sempurna;


sedangkan Gambar 2.5.b mempunyai amplitudo yang berbeda, sehingga
bukan merupakan gelombang sinus.

Gambar 2.4. Nomogram hubungan antara frekuensi, percepatan,


kecepatan osilasi dari amplitudo (Langefors and. Kihlstrom)

Tiap divisi skala vertikal berbilai 0,02 inci, sedangkan divisi skala
horisontal bernilai 0,02 seconds. Frekuensi dan periode gelombang pada
Gambar 2.5.a dihitung sebagai berikut:

T = 4 x 0,02
T= 0,08 sec
karena f = 1/T, maka :

10

f= 1/0,08
f= 12,5 Hz
Frekuensi dari periode dari gelombang pada Gambar 2.5.b harus dihitung
secara bertahap dengan mempertimbangkan bentuk crest dan trough yang
relatif sama. Interpretasi ini memang riskan dan benar-benar membutuhkan
pengalaman serta pengamatan yang teliti. Pertama lihat dan hitunglah
mulai dari batas-bawah A menuju batas-atas B. Alur gelombang ini adalah
setengah periode dengan jarak 3,3 divisi, sehingga hasilnya adalah:

T/2 = 3,3 x 0,02


T/2 = 0,066
T = 0,132 sec
selanjutnya f adalah:

f = l/T
f = 1/0,132
f = 7,6 Hz
Kemudian estimasi alur gelombang setengah periode dari batas-atas C
sampai batas-bawah E yang berjarak 4,8 divisi sebagai beriku :

T/2 = 4,8 x 0,02 = 0,096


T = 0,192 sec
f = 5,2 Hz
Terakhir hitung dengan eara yang sama alur gelombang dari B sarnpai D
yang melintasi garis datar nol dengan jarak 5,2 divisi, hasilnya sebagai
berikut:

T/2 = 5,2 x 0,02 = 0,104


T = 0,208 sec
f = 4,8 Hz
11

Telah diperoleh tiga harga frekuensi yang berbeda, yaitu. 7,6 Hz, 5,2 Hz
dari 4,8 Hz. Sebaiknya diambil harga frekuensi yang melintasi garis nol 4,8
Hz karena dibanding yang lainnya gelombang dengan frekuensi tersebut
lebih membahayakan.

Garnbar 2.5. Pengukuran periode dari frekuensi getaran

Berdasarkan

hasil

interpretasi

data

di

atas

dapat

dievaluasi

parameter-parameter vibrasi maksimum, yaitu perpindahan, kecepatan dan


percepatan, dengan memasukannya ke dalam persamaan (2.4), (2.5) dan
(2.6). Hasil perhitungannya sebagai berikut:

12

Perpindahan maks. ( Ym) = A = 4,1 x 0,02 = 0,082 inci


Kecepatan maks. ( vm) = 2 1t I A = 21t x 4,8 x 0,082 = 2,47 ips
Percepatan maks. ( am) = - (2 1t 1)2 A = -(2 1t x 4,8)2 x 0,082 =
74,58 inci/sec2
Hasil pengukuran seismograf menampilkan tiga jenis gelombang,
yaitu: gelombang vertikal (V), longitudinal atau radial (L) dan transversal
(T). Ketiga komponen gelombang tersebut dianggap mewakili tiga dimensi
arah pergerakan gelombang di dalam bumi atau massa batuan. Masingmasing gelombang dapat diartikan sebagai berikut:

gelombang vertikal (V) adalah ekspresi gerakan partikel naik-turun;


gelombang longitudinal (L) adalah gerakan partikel maju dan mundur
pada arah sesuai dengan arah rambatan gelombang yang biasanya
bergerak dari sumber ledak ke arah alat perekam;
gelombang transversal (T) adalah gerakan partikel ke kiri dan kanan
atau tegak lurus arah rambatan gelombang.
Alat seismograf yang modern dapat merekam resultan (S) dari ketiga
gerakan gelombang tersebut yang besarnya dihitung secara vektoris
menggunakan persamaan (2.7) sebagai berikut:
S = (V2 + L2 + T2)0,5

(2.7)

Perhitungan gerakan partikel pada setiap titik dilakukan terus menerus


secara elektronis dan menghasilkan ketelitian yang cukup tinggi. Hasilnya
adalah resultan (S) yang merupakan sebuah rekomposisi vektor dari
gerakan bumi atau massa batuan dalam waktu yang penuh. Contoh grafik
hasil pengukuran secara lengkap terdapat di gambar 2.6.

13

Gambar 2.6. Grafik hasil pengukuran

14

2.4. PRINSIP KERJA SEISMOGRAF


Seismograf adalah alat mendeteksi dan merekam gerakan bumi

(ground motion/ vibration) dan tekanan udara ( air pressure) yang


disebabkan perambatan gelombang seismik dan gelombang tekanan udara
(air pressure wave atau air blast). Prinsip kerja seismograf adalah
mengubah masukan (input) yang merupakan gerakan bumi atau tekanan
udara menjadi gaya pegas atau sinyal listrik, tergantung jenis seismograf
yang dipakai, sehingga diperoleh keluaran (output) berupa seismogram
ataupun angka-angka. Pada jenis seismograf pegas, energi gerakan bumi
diubah menjadi energi getaran pegas. Getaran ini kemudian dicatat pada
gulungan kertas yang hasilnya disebut seismogram. Pada seismograf yang
menggunakan transducer dan mikrofon, gerakan bumi dan tekanan udara
diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Sinyal tersebut kemudian diproses dan
keluarannya berupa angka-angka atau seismogram. Secara umum terdapat
2 jenis seismograf, yaitu seismograf analog dan digital (lihat Gambar
2.6). Keduanya berbeda dalam hal perekaman data masukan dan
interpretasi keluarannya.
2.4.1. Seismograf Analog
Seismograf analog terdiri dari massa yang ditopang oleh pegas
secara vertical dan horizontal (lihat Gambar 2.7a). Data masukan yang
dibaca dapat berupa perpindahan maupun percepatan partikel, tergantung
fungsi alat. Jika fungsi alat sebagai vibrometer (pembaca perpindahan
getaran) masukan berupa perpindahan. Sedangkan jika berfungsi sebagai

accelerometer (pembaca percepatan) , maka masukan berupa percepatan.


Fungsi di atas ditentukan oleh nilai f/fn, di mana f adalah frekuensi getaran
dan fn adalah frekuensi diri (frekuensi alami).
Alat berfungsi sebagai vibrometer atau accelerometer, jika :
f/fn besar: alat berfungsi sebagai vibrometer, di mana pegas

15

yang digunakan berupa pegas lunak (konstanta pegas kecil)


f/fn kecil: alat berfungsi sebagai accelerator, di mana pegas
yang digunakan berupa pegas keras (konstanta pegas besar)
Seismograf ini membaca data masukan dari merekam keluarannya secara
kontinyu, sehingga didapat data yang lengkap.
Kelebihan seismograf analog terletak pada kelengkapan data, murah
dari tidak memerlukan perawatan serta pengoperasian yang rumit. Adapun
kekurangannya
memerlukan

adalah
interpretasi

keluaran
secara

hanya

berupa

manual,

seismogram

sehingga

yang

meningkatkan

kemungkinan terjadinya kesalahan.

Gambar 2.7. Bagan seismograf analog dan digital

16

2.4.2. Seismograf Digital


Seismograf digital umumnya terdiri dari transducer suara, transducer
kecepatan, kabel, perekam, penguat sinyal, printer atau osiloskop '(lihat
Gambar 2.7b). Perekaman data masukan dilakukan secara sampling dengan
jumlah tertentu tiap detik. Masukan yang berupa gerak mekanis boleh
transducer diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dialirkan ke perekam.
Perekam yang berupa pita magnetic menyimpan data secara diskret. Untuk
menampilkan keluaran dalam osiloskop ataupun cetakan, sinyal-sinyal
diperkuat lebih dahulu oleh amplifier.
Kelebihan

seismograf

digital

adalah

dalam

hal

interpretasi

keluarannya yang selain dapat dilakukan secara manual dapat juga


dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga memungkinkan diperoleh
hasil analisa yang lebih teliti. Adapun kekurangannya adalah harganya
mahal, memerlukan perawatan dan keahlian khusus.
Seiring dengan kemajuan teknologi, sebuah alat seismograf mampu
merekam getaran bumi dan tekanan udara dalam waktu yang bersamaan.
Hasil rekamannya disamping dapat dicetak di lapangan, dapat pula
dianalisis lebih lanjut menggunakan komputer di ruang kerja. Seluruh data
dari lapangan dan hasil analisis di kantor dapat dicetak menggunakan
printer biasa, sehingga hasilnya akan lebih jelas dari mudah dibaca. Getaran
bumi direkam dari dihitung secara otomatis oleh seismograf yang
menghasilkan Peak Particle Velocity (PPV), frekuensi, waktu osilasi,
percepatan dari perpindahan. Perubahan partikel pembentuk gelombang
transversal, vertical dari longitudinal diplot pada kertas yang tersedia pada
alat seismograf tersebut dari resultan ketiga vektor gelombang (rumus 2.7)
dicantumkan dalam bentuk Peak Vector Sum (PVS). Data tekanan udara (air

blast) dari suara direkam dari dihitung oleh seismograf yang sama akan
menghasilkan Peak Sound Pressure Level (PSPL). Gambar 2.8 contoh hasil
analisis gelombang getaran bumi dari tekanan udara di lapangan.

17

Gambar

2.8.

Interpretasi

gelombang

suara

(overpressure)

dan

gelombang vibrasi hasil peledakan

18

2.5. HUBUNGAN JARAK DENGAN JUMLAH BAHAN PELEDAK


Besar getaran pada suatu lokasi akan tergantung pada jarak lokasi
tersebut dari pusat peledakan dari jumlah bahan peledak yang dipakai per
periode (delay). Peneliti dari U.S. Bureau of Mines untuk pertama kali
mengembangkan model matematis yang disebut the propagation law yang
berkaitan dengan kecepatan partikel puncak (peak particle velocity, PPV).
Laporannya ditulis pada Buletin U. S. Bureau of Mines No.656 tahun 1971
dari bentuk perSamaannya sebagai berikut:
v = H (D /wa )

(2.8)

di mana:
v = Kecepatan partikel terprediksi, in. f sec
w = Isian bahan peledak maks. per delay, lb
D = Jarak dari peledakan ke sensor yang dihitung per 100 ft
(Contoh bila jaraknya 500 ft, D = 5)
H, a dari b adalah konstanta yang tergantung pada kondisi
batuan di lokasi peledakan
Menurut rumus empiris U. S. Bureau of Mines di alas harga H, a dari b
ditentukan oleh masing-masing gerakan gelombang longitudinal, vertical
dari transversal. Harga ketiga parameter tersebut sedikit berbeda yang
hasilnya seperti pada persamaan terlihat di bawah ini:
VLong = 0052 (D/WO.512)1.63
VVert = 0,071 (D/W0,421)-1.74
VTran = 0,035 (D/W0,521)-1,28
Melihat bahwa harga ketiga gelombang tersebut tidak jauh berbeda, maka
pangkat parameter W dari b masing-masing diasumsikan 0,5 dari -1,6.
Kemudian untuk harga H tidak lagi dihitung jarak dibagi seratus, namun
langsung berharga 100, sehingga persamaan umumnya menjadi:
v = 100 (d/WO,5)-1.6

19

Hubungan antara jarak dari (d) dari jumlah bahan peledak (WO'5)
dinarnakan Scaled Distance (SD) yang merupakan inti dari the Propagation

Law. Harga SD yang besar akan lebih aman dibanding yang kecil. Hal ini
serupa dengan jarak, makin jauh akan lebih aman dibanding yang dekat.
Tolok ukur yang dipakai adalah SD = 50. Bila SD>50 menandakan kondisi
vibrasi yang kecil, sebaliknya bila SD<50 kemungkinan terjadi kerusakan
cukup besar. Di beberapa negara ada yang menerapkan tolok ukur aman
apabila SD>60. Hal ini tergantung pada peraturan yang berlaku pada
negara tersebut.
Peramalan peak partikel velocity (PPV) yang umum, seperti pada
persamaan (2.8) dapat ditulis ulang sebagai berikut:

Vmaks

d
= K 0.5
W

(2.8.a)

atau

PPV= K (SD)m

(2.8.b)

Seperti diungkapkan di atas bahwa komponen K dari m tergantung faktorfaktor di lapangan. Harga K dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan peledak dari
impedansi daripada batuan disekitar peledakan. Impedansi adalah ekspresi
dari berat jenis dari kecepatan rarnbat gelombang longitudinal dari batuan.
Secara umum harga K dipengaruhi oleh sifat sifat (tipe) bahan peledak dari
karakteristik geologi setempat. Harga m tergantung pada sifat batuan
antara lokasi peledakan dengan alat pemantau (seismograf). Keberadaan
rekahan pada batuan akan menghasilkan kecepatan gelombang longitudinal
dari modulus elastisitas yang rendah, sehingga getaran bumi pun menjadi
lemah. Untuk memperoleh harga K dan m dapat digunakan plot data PPV
versus SD pada kertas grafik logaritma ganda (log-log). Komponen m = -1,6
dapat

diterima

sebagai

pegangan

awal.

Sedangkan

komponen

20

sangat bervariasi, namun U.S. Bureau of Mines, 1971 menetapkan K = 100,

DuPont de Nemours & Co., 1977 (produsen bahan peledak) menetapkan K


= 160 dari Canada Centre for Mineral and Energy (CANMET), 1982
menetapkan K antara 160 - 750 atau rata-rata 490. Gambar 2.9
memperlihatkan contoh grafik Square Rood Scaled Distance versi Peac
Particle Velocity (PPV), hasil analisis software BlastWare III.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas getaran (vibrasi) bumi
tergantung pada faktor-faktor -sebagai berikut:
(a). Tipe bahan peledak
(b). Jumlah isian bahan peledak/delay sama
(c). Pola dan initiasi lubang ledak (d). Jarak dari peledakan
(e). Arah perambatan energi
(f). Struktur batuan.

Gambar 2.9. Grafik Scaled Distance versi PPV

21

2.6. PENGUKURAN GETARAN DAN KEBISINGAN PELEDAKAN


Untuk mengetahui besar getaran dan kebisingan (air blast) akibat peledakan,
maka harus diukur dengan alat ukur getaran (seismograf). Sedangkan untuk
mengetahui pengaruh getaran peledakan terhadap lingkungan maka hasil
pengukuran dibandingkan dengan baku tingkat getaran baik internasional
maupun nasional.
Beberapa seismograf yang sering digunakan antara lain BlastMate III buatan
Instantel Canada, Sinco buatan USA, Nomisc buatan Canada, Texcel buatan
Australia.
Seismograf BlastMate III terdiri dari sebuah geophone dan sebuah sound level
meter (microphone).
2.6.1. MEKANISME PENGUKURAN GETARAN & KEBISINGAN
Mekanisme pengukuran getaran adalah sebagai berikut (gambar 2.10) :

Getaran dan kebisingan peledakan (getaran mekanis) di rekam oleh


geophone dan microphone, diubah menjadi getaran elektris lalu disimpan
di memori

Hasil pengukuran (dalam memori)

di download ke komputer dengan

menggunakan program BlastWare

Hasil akhir berupa seismogram yang dapat menampilkan angka-angka


besar getaran dan kebisingan serta grafik

Untuk mengetahui besar getaran apakah masih didalam atau melebihi


ambang batas , dapat memilih grafik baku tingkat getaran dari 13 negara
yang ada di dalam program

Untuk membuat grafik scaled distance versi PPV diperlukan data


pengukuran minimal 9 (sembilan buah) dengan variable jarak maupun
jumlah muatan/delay yang sama

22

2.6.2. CARA PEMASANGAN GEOPHONE & MICROPHONE


Agar diperoleh hasil pengukuran getaran & kebisingan yang akurat maka
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pemasangan Geophone
Pengukuran yang dilakukan pada batuan masif geophone cukup diletakkan
mendatar (level), atau ditutup dengan pemberat (sand bag) agar tidak
bergerak akibat getaran
Pengukuran pada batuan yang lepas geophone harus dipasang 3 (tiga)
buah paku berulir kemudian ditancapkan sampai geophone tidak bergerak,
atau ditanam sedalam 50 cm.
Arah panah harus menuju titik peledakan
Pemasangan microphone
Microphone yang digunakan harus tipe A karena dapat mengukuran
kebisingan yang aktual (kebisingan Ambien), sedangkan microphone tipe
L (Linier) angka kebisingan yang didapat

lebih besar dari kebisingan

ambien
Arah microphone harus menuju titik peledakan
Setting parameter
Untuk mendapatkan hasil yang benar maka setting parameter harus benar
sesuai dengan petunjuk prosedur operasi (manual) yang ada, terutama halhal sebagai berikut :

Record Mode harus dipilih Continuous

Sensor check harus dipilih Before monitoring

Direct Baud Rate harus dipilih 38400

23

Microphone

BlastMate III

Rambatan
Suara
Print Out Grafik
Hasil Monitoring
nov1395m.mpeg

Blasting

Rambatan
Getaran
Geophone

Komputer
( Software
Blastware)

Gambar 2.10. Mekanisme Pengukuran Getaran & Kebisingan


2.7. BAKU TINGKAT GETARAN PELEDAKAN
2.7.1. Baku Tingkat Getaran International
Sampai saat ini belum ada standar yang disepakati secara internasional
tentang batas-batas keamanan PPV terhadap berbagai tipe bangunan. Setiap
negara membuat baku tingkat getaran berdasarkan hasil penelitian pada
kondisi batuan di negara masing-masing, antara lain :
Tabel 2.1. Kerusakan akibat getaran bumi
Peak Particle
Velocity, mm/s
190
110 170
50
0.50

Jenis Kerusakan
50 % kemungkinan terjadi kerusakan berat pada plesteran
Kerusakan kecil: Keretakan halus setebal rambut pada plesteran dan
melebarnya retakan lama
Kriteria keamanan untuk rumah (USBM)
Batas minimum untuk dapat dirasakan manusia

24

Tabel 2.2. Rekomendasi batas getaran peledakan yang aman


Country

Germany

PPV, Frequency,
Type of structure
mm/s
Hz
3
10
Sensitive structure
3-8
10 - 50
Domestic houses
8 - 10
50 - 100
Industrial structural
10
Densely built-ap areas

U. K.

25
12
13
19
U.S.A.
20
Czechoslovakia 10
8
Switzerland
8 -13
18
Sweden

< 12
<40
<40
>40
10 - 60
60-90
-

Sparesly built-up areas


All buildings
Older houses
Modern houses
All structures

Remarks

In tunnel blasting
In surface coal mining

Sensitive structures
Insand, gravel, clay

35

In slate, moraine, soft


limestone

70

In granite, hard limestone

Historical buildings and


monuments

10

Houses and low-rise


residential buildings

Commercial and industrial


buildings or structures of
reinforced conctrete or
steel construction

Australia
25

PPV is the vector sum


of three velocity components
measured at the same
instant

Tabel 2.3. Acuan Kriteria Kerusakan (Internasional)


Acuan Standar

Jenis Bangunan

USBM

Gedung/Perumah
an

Langefors, Kihlstorm
dan
Westerberg (1957)

Gedung/Perumah
an

Edwards
Northwood
(1959)

dan

Nicholl, Johnson dan


Duval (1971)

PPV
(ips)
< 2.0
2.0 4.0
4.0 7.0
> 7.0
2.8
4.3
6.3
9.1
< 2.0
2.0 4.0
> 4.0
< 2.0
> 2.0

Kerusakan
Na Damage
Plaster Cracking
Minor Damage
Major Damage to Structure
No Noticeable Damage
Fine Cracks & Fall Plaster
Cracking of Plaster and Masonary
Wall
Serious Cracking
Safe, No Damage
Caution
Damage
Safe, No Damage
Damage

25

Tabel 2.4. Limit values for vertical particle velocity v (in mm/s) for
building damage (Langefors and Kihlstrom 1963)
Ground
material
beneath
buildings

Sand,
gravel,
clay

Moraine,
slate, soft
limestone

(mm/s)
18

(mm/s)
35

Granit, gneiss,
hard limestone,
quartzite
sandstone,
diabas
(mm/s)
70

30

55

110

40
60

80
115

160
230

Result in normal residential area

No noticeable cracking
Fine cracks, and fall of palster
(threshold value)
Cracking
Serius cracking

(Rock Blasting and Explosives Engineering, Per-Anders Persson, Roger


Holmberg, Jaimin Lee, CRC Press, Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo)
Tabel 2.5. Recommended peak particle velocity in Germany according to DIN
4150 (1975)

Building class
Residential buildings, offices and
others similary built in the
I.
conventional way and being in
normal condition
II. Stable buildings in normal condition
Other buildings and historical
III.
monuments

Maximum resultant
of the particle
velocity, vr

Estimated
maximum vertical
particle velocity, vz

4.8 8

30

18 30

2.4 4.4

(Rock Blasting and Explosives Engineering, Per-Anders Persson, Roger


Holmberg, Jaimin Lee, CRC Press, Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo)

26

Tabel 2.6. KepMenLH No. :Kep-49/MENLH/11/1996

a) BAKU TINGKAT GETARAN MEKANIK

Kelas

Tipe Bangunan
<10 Hz

Bangunan
untuk
keperluan
niaga, bangunan industri dan
bangunan sejenis
Perumahan
dan
bangunan
dengan
rancangan
dan
kegunaan sejenis
Struktur yang karena sifatnya
peka terhadap getaran, tidak
seperti tersebut pada no. 1 dan
2, dan mempunyai nilai budaya
tinggi seperti bangunan yang
dilestarikan

Kecepatan Getaran (mm/detik)


Pada Bidang
Pada Fondasi
Datar di Lantai
Atas
Frekuensi
Campuran
Frekuensi
10-50 Hz 50 - 100 Hz

< 10

20 - 40

40 50

40

5 15

15 20

15

38

8 10

8,5

b) BAKU TINGKAT GETARAN KEJUT


Kela
s
1
2
3
4

Jenis Bangunan
Peruntukan dan bangunan kuno yang mempunyai
nilai sejarah yang tinggi
Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada,
tampak keretakan-keretakan pada tembok
Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang baik,
ada kerusakan-kerusakan kecil seperti : plesteran
yang retak
Bangunan kuat (misalnya: bangunan industri
terbuat dari beton atau baja)

Kecepatan Getaran
Maksimum
(mm/detik)
2
5
10
10 - 40

27

Bahan Usulan Rancangan Standar Getaran Peledakan Di Tambang


Terbuka (Diganti RSNI yang Baru)
Kelas

Jenis Bangunan

Kecepatan Getaran
Maksimum (mm/detik)

Peruntukan dan bangunan kuno yang


1

mempunyai nilai sejarah yang tinggi, terutama


struktur bangunannya hanya terdiri dari

pasangan bata dan semen tanpa slope (kolom)


Bangunan sederhana dengan pasangan bata
2

dan adukan semen saja, tanpa diikat dengan

2-3

slope beton
3

Bangunan sederhana dengan pasangan bata


dan adukan semen diikat dengan slope beton

3-5

Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang


4

baik. Ada struktur fondasi yang baik dari cor


beton, slope beton yang diikat rangkanya satu

5-7

dengan yang lain


5

Bangunan "kuat" (misalnya: bangunan


industri terbuat dari beton atau baja

10 - 40

28

Tabel 2.7
Acuan Standar Getaran Peledakan Tambang Bawah Tanah
(Internasional)

Acuan Standard PPV (mmps) Kerusakan


Bauer dan Calder
(1970)
Langefors dan
Kilshtrom (1973)
Oriard (1982)
Holmberg et al
(1984)

Yu dan Croxall
(1985)
Fadeev et al
(1987)

Adhikari et al
(1994)

305
610
>635
<400
700-800
>1000
250
500
1000
1200
1800
120
480
<52
52 - 195
195 - 297
297 - 557

Tunstal (1997)

Singh (2001)

<254
254 - 635
635 - 2540
>2540

>557
500
900
2000
50 - 400
200-700
600-2000

Tidak ada kerusakan


Timbulnya regangan kecil
Regangan besar dan timbulnya rekahan radial
Dapat menghancurkan massa batuan sekitar
Runtuhan batu di dinding terowongan yang tidak
disemen
Timbulnya rekahan-rekahan baru
Kerusakan massa batuan
Nilai batas getaran untuk batuan lunak
Nilai batas getaran untuk batuan sedang
Nilai batas getaran untuk batuan keras
Tidak mengganggu kegiatan penambangan

Minor scabbing
Kemungkinan timbulnya rekahan rekahan baru

Moderate scabbing
Major scabbing
Kestabilan lubang bukaan maksimal 10 tahun
Kestabilan lubang bukaan maksimal 3 tahun
Tidak ada kerusakan
Timbulnya rekahan-rekahan baru
Jatuhnya batuan kecil di dinding terowongan
Rekahan lama berkembangng, dan munculnya
rekahan baru
Kerusakan yang sangat berarti
Kerusakan kecil
Kerusakan sedang
Kerusakan yang sangat besar
Kerusakan kecil
Kerusakan sedang
Kerusakan yang sangat berat

Data-data yang diperlukan adalah :


1)

Peak

particle

velocity

(PPV)

dari

hasil

pengukuran

dengan

menggunakan seismograf
2)

Rock mass rating (RMR) dari data geoteknik

Penentuan

baku tingkat getaran dengan memplot PPV dan RMR kedalam

graik Kriteria Singh, P.K (2002), sehingga akan diketahui kondisi ; safe, minor

damage dan mayor damage.

29

350
300

Major Damage

PPV mm/s

250
200
150

Minor Damage

100
Safe

50
0
0

20

40

RMR

60

80

100

Gambar 2.11 Grafik Kriteria Singh, P.K. (2002)


2.8. TEKNIK-TEKNIK MENGURANGI INTENSITAS GETARAN
Saran-saran berikut ini perlu mendapat perhatian dalam upaya menekan
intensitas getaran bumi:
1. Gunakan ANFO sebanyak mungkin

bila memungkinkan. Tekanan

detonasi dari tekanan gas yang lebih rendah dari ANFO akan
menghasilkan intensitas getaran bumi yang lebih rendah. Dinamit,
slurry dan hampir semua bahan peledak berbentuk.dodol (cartridge)
memiliki energi yang lebih besar dari ANFO;
2. Tentukan ukuran burden efektif yang moderat. Angka yang dipakai
sebagai pegangan berkisar antara 20 kali diameter lubang bor yang
berukuran 75 mm sampai dengan 16 kali untuk yang berdiameter 310
mm;
3. Gunakan sistem tunda (delay) yang mempunyai peluang berbeda dari
harga nominalnya. Misalnya detonator listrik daripada menggunakan
sambungan relay;
4. Gunakan urutan initiasi dari interval delay yang memungkinkan baris
kedua dan seterusnya dengan bebas bergerak dari blok peledakan;
5. Usahakan agar panjang subgrade sesuai dengan kebutuhan saja.
Panjang subgrade drilling jangan sampai melebihi sepertiga burden
atau 8 - 12 kali diameter lubang;
6. Buatlah blok peledakan agar fase sejajar dengan bidang-bidang retakan

30

3. A I R B L A S T

Airblast adalah istilah yang dipakai untuk peristiwa bergetar nya udara sebagai
akibat dari adanya proses ledakan. Setiap ledakan mula-mula akan
menimbulkan suatu front gelombang kejut (shock wave) yang segera
menurun intensitasnya ketingkat bunyi yang merambat melalui udara sebagai
gelombang bunyi dengan kecepatan 345 m/s.
Sebab utama terjadihya airblast pada peledakan adalah dengan terlepasnya
gas-gas ke atmosfer dan adanya pergerakan massa batuan .
Bunyi dapat dinyatakan dengan dua macam besaran (unit) yaitu tekanan dan
decibel (dB). Bila dinyatakan dengan unit tekanan maka disebut "over
pressure" atau tekanan diatas tekanan normal atmosfer. Bila dinyatakan
dengan unit decibel, maka di sebut "Sound pressure level (SPL)".
Definisi SPL :

P
SPL (dB) = 20 loglO
Po
Dimana :

P
Po

= Overpressure yang diukur, Pa


= Tekanan referensi yang ditetapkan yaitu :
20 x 10-6 Pa.

Suara adalah bagian dari spektrum getaran yang dapat di deteksi oleh telinga
manusia yaitu diantara 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Bagian spektrum
dibawah 20 Hz disebut gegaran (concussion). Suara dan gegaran menyusut
amplitudonya dengan jarak. Karena frekwensi yang tinggi lebih cepat
mengalami penyusutan, pada jarak jauh ada kemungkinan intensitas suara
sudah lemah sekali, tetapi gegaran masih kuat yang menyebabkan ba ngunan
bergoyang atau bergetar. Suara bising akan terdengar apabila ledakan
langsung berhubungan dengan udara seperti dari sumbu ledak yang tidak
ditimbun atau ditutup.
Kolom stemming yang terlalu pendek atau ukuran burden terlalu kecil juga
merupakan sumber timbulnya suara. Lobang tembak pada baris depan adalah
sumber utama dari airblast. Lobang tembak pada baris kedua dan seterusnya
31

tidak merupakan sumber utama kecuali jika stemmingnya keluar secara


premature. Intensitas suara diarah depan selalu lebih tinggi dibanding arah
belakang pola peledakan.
Perambatan suara dari daerah peledakan dengan mudah dapat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca. Keadaan normal bilamana suhu udara dan kecepatan
suara menurun dengan ketinggian.
Pada kondisi ini gelombang suara akan berbelok ke atas menjauhi permukaan
bumi (ke arah daerah dimana kecepatan lebih kecil). Dengan demikian
intensitas suara pada permukaan bumi dengan cepat menurun dengan jarak.
Inversi suhu terjadi bilamana suhu udara semakin tinggi dengan naiknya
ketinggian . Dalam kondisi ini gelombang suara akan dibelokkan kembali ke
permukaan bumi dan mengakibatkan intensitas suara menjadi naik, kadangkadang menjadi dua sampai tiga kali lebih besar (6 dB sampai 10 dB).
Inversi suhu sering terjadi pada waktu pagi setelah pada malam harinya
keadaan cuaca terang dan kecepatan angin rendah.
Peledakan yang dilakukan pada pagi hari biasanya menghasilkan intensitas
airblast yang tinggi. Inversi suhu akan hilang bilamana sinar matahari telah
memanasi permukaan bumi dan udara sekitarnya. Ini akan terjadi pada
menjelang tengah hari dimana peledakan sangat ideal dilakukan. Adanya
suatu lapisan awan yang tebal adalah petunjuk adanya inversi suhu yang tidak
sampai mencapai permukaan bumi.

Pengaruh angin akan selalu searah dengan arah angin dimana intensitas akan
lebih tinggi di sebelah hilir. Keluhan akan berkurang bilamana peledakan
dilakukan pada waktu arah angin menjauhi daerah pemukiman.
Kondisi yang ideal untuk-melaksanakan peledakan adalah bilamana langit
cerah disertai angin berkecepatan sedang dan keadaan suhu menaik sejak dari
pagi hari sampai ke waktu peledakan.
Udara berawan yang disertai dengan arah angin yang ber-ubah2 dengan cepat
dan hujan yang singkat adalah juga kondisi yang baik untuk peledakan.

32

Ciri-ciri cuaca yang tidak baik untuk peledakan :

1. Kabut dari asap yang kelihatan pada waktu tidak ada angin. Kondisi ini
adalah petunjuk adanya inversi suhu
2. Angin kencang disertai gerakan awan ke arah daerah pemukiman
3. Temperatur udara pada permukaan bumi sangat rendah
4. Lapisan awan yang rendah terutama bila tidak ada angin.
Kadang-kadang airblast dapat secara langsung mengakibatkan kerusakan
pada bangunan, Hal yang umum terjadi adalah timbulnya getaran

yang

berfrekwensi lebih tinggi yang menghasilkan suara dari jendela, pintu, dan
benda-banda yang tergantung di dalarn rurnah.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kaca jendela adalah bagian dari
bangunan yang sangat kritis terhadap airblast.
Berdasarkan ini dibuatlah kriteria yang mengambil kerusakan kaca jendela
sebagai pedoman. Tabel 3.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian akibat dari
airblast.
Perilaku bangunan/rumah tinggal terhadap eksitasi airblast di tentukan oleh
resonansi antara frekwensi struktur dengan frekwensi airblast. Frekwensi
natural daripada bangunan adalah sekitar 5 Hz, sedang dinding dan lantai
frekwensinya antara 10 dan 20 Hz. Energi airblast biasanya terpusat pada
frekwansi dbawah 5 Hz. Suatu gerakan daripada dinding dapat mengakibatkan
suara berderak yang menimbulkan perasaan kaget kepada

penghuni.

pengaruh airblast terhadap masyarakat sekitar peledakan masih lebih banyak


ditentukan oleh penilaian secara subyetif.

33

Tabel 3.1. Pengaruh Tingkat Air Blast


dB
180
170
160
150
140

Psi
3.0
0.95
0.30
0.095
0.030

130

0.0095

120

0.0030

110
100
90
80

0.00095
0.00030
0.000095
0.000030

Structural damage
Most windows break
Some windows break
OSHA maximum for impulsive sound
USBM TPR 78 maximum
USBM TPR 78 safe level
Threshold of pain for continuous sound
Complaints likely
OSHA maximum for 15 minutes
OSHA maximum for 8 minutes

Tingkat gangguan peledakan terhadap masyarakat disekitarnya sangat


tergantung

kepada

sikap

daripada

perusahaan

terhadap

masyarakat

sekitarnya. Faktor-faktor yang menentukan sikap dan tanggapan masyarakat


adalah :
-

Nilai sosial daripada usaha;


Hubungan antara pengusaha dengan lingkungan masyarakat;
Kegiatan penerangan (hums atau public relations);
Damak lingkungan lain yang diakibatkan oleh usaha tersebut.

Banyak parameter peledakan yang berpengaruh terhadap intensitas airblast


Beberapa diantaranya dapat dirobah dalam rangka pengendalian tingkat
airblast. pengaruh daripada variabel peledakan terhadap airblast dapat
diperlihatkan sbb :

34

Variabel
Charge per delay
Interval delay
Burden dan spacing
panjang dan tipe stemming
Panjang dan diameter charge
Sudut lobang tembak
Arah initiasi
Jumlah charge per blast
Kedalaman charge
Posisi sumbu ledak

Pengaruh
Besar
Besar
Besar
Besar
Kecil
Kecil
Besar
Kecil
Besar
Besar

Peramalan intensitas airblast pada umumnya dilakukan secara empiris. Rumus


empiris yang dipakai adalah :

D
OP = K 1
3
W

Dimana:

1 =
W 3

1.2

OP
D

= Overpressure, kPa.
= Jarak dari peledakan, m.

W
K

= Berat maksimum charge per delay, kg.


= konstanta yang harganya tergantung kepada rosedur
peledakan yang dipakai, bervariasi antara :
30 (Confined charge) sampai 185 (Unconfined
charge)

Disebut "cube root scaled distance" atau jarak dalam meter


dibagi dengan akar tiga berat charge per delay dalam kg. Jadi
satuannya adalah m/kg1/3.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur airblast ada 2 macam, yaitu :


1. Microphone (Peak Sound Pressure Level) merupakan kelengkapan dari
BlastMate III
2. Integrating Sound Level Meter Digital (Sound Pro Dlx) (Gambar 3.1)

Untuk menurunkan intensitas airblast dan kebisingan, petunjuk-petunjuk


berikut ini perlu ditempuh :
35

1. Timbun/tutuplah sumbu ledak yang terletak dipermukaan dengan kerikil


atau pasir setebal 30 cm.
2. Gunakan sumbu ledak dengan energi kecil pada permukaan (diluar
lobang tembak).
3. Usahakan agar ukuran burden dan panjang stemming tidak terlalu kecil.
4. Pilihlah urutan initiasi dan interval delay sedemikian sehingga jumlah
lobang tembak dalam setiap delay sedikit mungkin dengan interval
delay yang maximum. Hindari agar arah nyala sumbu ledak tidak
menuju daerah pemukiman.
5. Pada peledakan bongkahan ( secondarry blasting) gunakan sistim
"popping" dan jangan gunakan sistim "plastering" .
Pertimbangan-pertimhangan lain yang dapat mengurangi keluhan dari
masyarakat terhadap gangguan dari airblast dan kebisingan adalah :
1. Peledakan skala besar tetapi jarang daripada peledakan kecil-kecilan
tetapi sering sekali;
2. Lakukan peledakan kalau keadaan,cuaca menguntungkan
3. Lakukan peledakan bilamana ada suara bising yang berasal dari
sumber lain (background noise);
4. Jangan melakukan peledakan pada hari-hari libur
5. Catat dan simpanlah semua data peledakan.

36

FLYING ROCK

Muatan bahan peledak berlebih (baca: bukan hanya memecah, 16%


energi BP digunakan untuk melempar batuan)
Batu 3 ton terlempar sejauh 300 m (tambang terbuka LKAB Svappavaara;
lubang tembak diameter 194 mm, BP TNT-slurry, PF 1,1 kg/m3)
Dampak negatif flyrock: manusia, bangunan, dan peralatan

PERKIRAAN JARAK LEMPARAN

Jarak lemparan merupakan fungsi dari diameter lubang ledak (in) dan
diameter batuan yang terlempar (m)

37

Jarak Lemparan merupakan fungsi dari Specific charge (kg/m3) dan


diameter lubang ledak (in), terutama untuk hard rock

Rmax = 260 d2/3

951,8 m unt 5,5 inch

1228,5 m unt 7,825 inch

R: Jarak (m)
D: Diameter lubang tembak (inch)

Cara mengurangi jarak lemparan :


1. Perkecil specific charge
2. Panjang stemming harus tepat
3. Primer diletakkan di bagian dasar lubang ledak

38

DAFTAR REFERENSI

1. Blast Vibration Monitoring and Control Charles H. Dowding, Northwestern


University, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ.07632., 1985.
2. Environmental Engineering in Mines V.S. Vutukuri , Univerity of New
South Wales, Australia and R. D. Lama, Kembla Coal and Coke Pty Ltd,
Australia, Cambridge Univeristy Press 1986.
3. Blasting Guidance Manual Michael F. Rosenthal and Gregory L.Morlock,
Office of Surface Mining Reclamation and Enforcement. United States
Department of Interior, March 1987.
4. SoundPro DLX, Owners Manual, Hand Held Sound Level Meter & RealTime Frequency Analyzer, United States registered trademarks of Quest
Technologies, Inc, August 29, 2004
5. BlastMate III Operator Manual, Instantel Inc, Canada, Printed in Canada,
August, 2003.
6. Blastware Operator Manual, Instantel Inc, Canada, Printed in Canada,
August, 2003.
7. Diklat Supervisory Teknik Peledakan Angkatan IV, Prampus, Kalimantan
Timur, Kerjasama Tim Pengelola IWPL Pertambangan Umum dengan
Lembaga Pengabdian pada Masyarakat ITB dan Jurusan Teknik
Pertambangan FTM ITB, 1992

39

LAMPIRAN HASIL PENGUKURAN GETARAN DI BERBAGAI TEMPAT


1. Resuma Hasil pengukuran getaran peledakan batubara di Kalsel (Tutupan)
Hari/
Tanggal

Sabtu, 26
Juni 2004

Minggu,
27 Juni
2004

Selasa, 29
Juni 2004

Lokasi Peledakan

Jarak
(m)

Hasil Pengukuran
AirBlast
Sound
Blast
Level
MateIII
Meter
dB(L)
dB (A)
-

HASIL PENGUKURAN
Transversal
mm/s

Keterangan

Vertikal

Hz

mm/s

Longitudinal

PVS

Hz

mm/s

Hz

mm/s

CT2 Block 87-88 Stripe 48

1465

97,5

0,540

3,9

0,007

0,587

2,7

0,007

0,683

4,1

0,008

0,557

Office Tutupan

ST2-PN1 Block 50-51 Stripe 52

2950

95,9

0,381

128

0,053

0,254

>200

0,053

0,508

2,1

0,053

0,568

Office Tutupan

ST2-PN1 Block 40-42 Stripe 57-58

1021

108

2,540

4,7

0,106

2,290

5,3

0,106

4,19

4,5

0,106

4,38

Timbunan

BUMA

1082

107,5

69

1,270

3,4

0,106

0,635

1,9

0,106

1,4

3,6

0,106

1,49

Timbunan

ST2-Hill 6A Block 46-48 Stripe 55-56

1072

123,9

62

1,650

2,7

0,106

1,020

11,8

0,106

1,4

3,2

0,106

1,82

Timbunan

ST2-Hill 6B Block 46-47 Stripe 54-55

1164

114,8

57

1,020

3,9

0,106

1,114

13,6

0,106

1,27

3,8

0,106

1,35

Timbunan

ST2-Hill 5 Block 50-52 Stripe 52-53

1451

113,8

61,1

0,889

2,7

0,106

0,762

2,6

0,106

0,889

2,9

0,106

1,05

Timbunan

Hill 6 Timur Block 48-49 Stripe 54-55 (Act 92-97)

3872

112,8

52

0,222

4,1

0,007

0,143

3,6

0,008

0,222

3,4

0,007

0,265

Dahai Office

Hill 6 Barat Block 47Stripe 56 (Act 82-88)

3616

< 88

50

0,111

4,8

0,005

0,079

8,1

0,007

0,222

3,7

0,005

0,222

Dahai Office

Hill 8-9 Block 36-37 Stripe 57 (Act -12 - -19)

2788

97,5

41

0,317

5,5

0,007

0,159

5,1

0,008

0,286

0,007

0,349

Dahai Office

PAMA 2/CT 2 Block 85 Stripe 46 (Act 8-17)

2748

< 88

0,190

6,8

0,007

0,111

10

0,007

0,238

8,8

0,007

0,271

Lamida

3172

98,8

0,317

5,3

0,007

0,444

9,1

0,008

0,476

2,8

0,008

0,483

Lamida

3172

100

0,206

6,1

0,007

0,254

2,1

0,007

0,349

2,7

0,008

0,384

Lamida

3773

< 88

0,079

6,8

0,007

0,095

7,5

0,007

0,159

0,007

0,178

Trans

3773

< 88

0,095

6,8

0,007

0,111

0,007

0,159

3,2

0,005

0,171

Trans

3773

95,9

0,079

7,1

0,003

0,111

2,1

0,007

0,159

2,3

0,008

0,163

Trans

4067

< 88

0,175

4,5

0,007

0,111

7,5

0,007

0,175

2,5

0,007

0,2

Laburan

3885

< 88

0,095

64

0,007

0,079

43

0,007

0,159

64

0,008

0,166

Laburan

3262

102,8

0,254

1,9

0,007

0,159

16

0,007

0,444

2,7

0,007

0,459

3262

104,2

0,206

3,6

0,008

0,159

1,5

0,007

0,317

2,9

0,007

0,324

3262

106

0,190

3,8

0,005

0,159

1,4

0,005

0,317

2,2

0,007

0,34

ST2-PN 1 Block 52-53 Stripe 52 (Act 117-119)


Rabu, 30
Juni 2004
2/CT 2 Block 80-81 Stripe 46 (Act 2- -7)

ST2-PN 1Block 47-48 Stripe 54 (Act 87-88)


Kamis, 1
Juli 2004
ST2-PN 1Block 51-42 Stripe 51-52 (Act 116-117)

Trans

40

2. Resume Hasil Pengukuran Getaran Peledakan Di Upe Pongkor


Tgl
22-7-05

23-7-05
24-7-05

24-7-05

25-7-05
25-7-05

27-7-05

Jam
15.44.01
15.44.17
15.44.52
15.53.35
23.24.34
23.24.50
23.24.53
07.21.57
07.22.12
16.23.40
16.23.53
16.23.58
23.19.38
23.19.39
23.19.43
23.26.01
23.26.03
23.50.43
23.50.44
23.50.48
00.06.14
00.06.14

Lokasi
Blasting
Monitoring
BP1-SDIA
BA8917
BP1-SDIA
BA5372
BP2-BIVCentral BA5372
BP2-BIVCentral BA8917
BP3-BIVCentral BA8917
BP3-BIVCentral BA5372
BP3-BIVCentral BE8090
BP4-BIIICentral BA8917
BP4-BIIICentral BA5372
BP5-BIVSouth
BA8917
BP5-BIVSouth
BA5372
BP5-BIVSouth
BE8090
BP6-BIVCentral BA5372
BP6-BIVCentral BA8917
BP6-BIVCentral BE8090
BP7-BIA
BA5372
BP7-BIA
BA8917
BP8-BIIICentral BA5372
BP8-BIIICentral BA8917
BP8-BIIICentral BE8090
BP9-BIVSouth
BA5372
BP9-BIVSouth
BA8917

Jarak
m
50
150
60
60
45
25
35
70
64
50
40
25
20
25
50
70
75
30
35
25
25
50

Isian
kg
11.6
11.6
9.0
9.0
9.0
9.0
9.0
7.5
7.5
9.0
9.0
9.0
9.0
9.0
9.0
7.5
7.5
7,5
7.5
7.5
9.0
9.0

Trans
5.59
1.14
7.75
6.98
5.16
74.3
12.2
5.46
6.35
6.86
7.87
6.10
20.6
8.25
2.92
1.24
0.651
4.27
4.05
8.25
8.13
6.08

Hasil Pengukuran (mm/s)


Vert
Long
PVS
3.94
9.65
10.4
0.0889
1.27
1.66
7.75
6.35
10.44
12.3
9.65
12.6
9.13
4.76
9.59
25.1
63.6
96.99
54.5
16.5
54.9
7.24
5.71
9.07
12.0
6.51
9.62
12.2
6.22
12.9
13.5
11.3
15.5
17.7
5.71
17.8
28.8
23.1
30.66
21.2
8.51
22.4
3.43
4.19
5.26
0.492
1.54
1.652
0.762
1.05
1.25
12.5
4.78
12.99
11.9
6.22
12.5
13.3
6.22
14.8
21.4
12.5
21.73
10.2
3.51
11.8

Keterangan

41

3. Hasil Pengukuran Getaran Tanah Akibat Peledakan batubara di Sangata

Hari /
Tanggal

Selasa,
22
November
2005

Rabu, 23
November
2005

Jumat, 25
November
2005

Alat Ukur

BA 5657
BA 8916
BA 8917
BA 9570
BE 10292
TEXCEL
BA 5657
BA 8916
BA 8917
BA 9570
BE 10292
TEXCEL
BA 5657
BA 8916
BA 8917
BA 9570
BE 10292
TEXCEL

Lokasi
Peledakan

Jarak (m)

Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J
Pit J

1500
1200
1500
1500
1200
1200
1500
1500
1200
1200
1200
1200

Pit J
Pit J
Pit J
Pit J

2.65 & 3.19

Muatan/
delay
maks
(kg)
2000
2000
2000
2000
2000
2000
1000
1000
1000
1000
1000
1000

HASIL PENGUKURAN
Vertikal

Transversal
PPV
(mmps)
0.889
2.300
0.952
1.000
2.760
1.940
0.683
0.905
2.140
2.270
2.330

1200

1000

0.968

1200
1200

1000
1000

1.33

f
(Hz)
5.8
4.5
5.8
5.8
4.5

d
(mm)
0.036
0.083
0.041
0.042
0.076

a
(g)
0.006
0.017
0.008
0.008
0.017

4.1
3.0
4.7
4.6
4.7

0.037
0.048
0.051
0.055
0.055

0.005
0.008
0.015
0.013
0.013

PPV
(mmps)
1.430
1.650
1.490
1.480
1.900
1.830
0.889
0.921
1.600
1.540
1.570

Longitudinal

f
(Hz)
13.0
9.5
11.0
13.0
8.3

d
(mm)
0.036
0.040
0.028
0.027
0.042

a
(g)
0.007
0.015
0.015
0.015
0.022

3.9
4.0
5.3
5.3
5.2

0.029
0.030
0.044
0.041
0.043

0.008
0.008
0.010
0.010
0.012

PPV
(mmps)
0.905
2.700
0.968
0.937
2.480
1.620
1.240
1.350
2.030
1.970
1.940

PVS
mmps

f
(Hz)
5.9
5.6
3.3
6.0
6.0

d
(mm)
0.044
0.066
0.045
0.046
0.061

a
(g)
0.008
0.017
0.008
0.010
0.017

4.1
4.0
4.7
6.9
6.8

0.047
0.051
0.064
0.057
0.058

0.007
0.008
0.013
0.013
0.012

DIPAKAI UNTUK MENGUKUR VIBRASI PELEDAKAN DI PIT BENGALON


TIDAK DAPAT MEREKAM GETARAN PELEDAKAN *)
3.4
0.053 0.010
1.48
8.7 0.031 0.013 0.905
3.1 0.057
TIDAK DAPAT MEREKAM GETARAN PELEDAKAN **)
4.8
0.047 0.008
1.7
10 0.039 0.013
1.56
5.9 0.061

0.010

1.55

0.010

1,65
1.05

1.46
3.1
1.53
1.52
3.19
2.65
1.29
1.4
2.6
2.57
2.61
1.78

Lokasi

Pengukuran

Masjid Singa Gembara, Tator


Depan Kantor Bupati Lama
Masjid Singa Gembara, Tator
Masjid Singa Gembara, Tator
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Masjid Singa Gembara, Tator
Masjid Singa Gembara, Tator
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Masjid Singa Gembara, Tator
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama
Depan Kantor Bupati Lama

Getaran terasa, bangunan tidak terpengaruh, masyarakat tidak komplain

42

4. Resume Hasil Pengukuran Getaran Tanah Akibat Peledakan di Kuari Gamping di Cibinong

HASIL PENGUKURAN
Tgl.

Alat Ukur

Blasting
Point

BA 8916
17 Jan- 06 Blasting I

17 Jan- 06 Blasting
II

BE 10292

174

19 Jan- 06 Blasting
VI
19 Jan- 06 Blasting
VII
19 Jan-06

Blasting Monitoring

PPV
(mmps)

f
(Hz)

PPV
(mmps)

f
(Hz)

PPV
(mmps)

f (Hz)

PVS
(mmps)

300

5.59

18.3

5.59

20

8.25

14

10.7

126-L

Gudang BKK
Rm. Manaf

1.37

5.3

1.57

6.0

1.29

4.4

2.02

BA 8917

1240

300

0.317

4.0

0.206

7.0

0.556

4.4

0.596

71.6 - A

K. Tegal

BA 8916

618

350

0.254

0.127

0.127

0.284

110.9 - L

Jl. Transport

10

0.100

101.0 - L

K. Pangkalan

PAB

BE 10292

PR

BE 10292
BA 8917
BA 8917
BE 10292
BA 8917
BE 10292
BA 8916
BE 10292
BE 10292

773

350

0.0794

212

400

468

400

1210

400

325
PK

BA 8917

19 Jan- 06 Blasting
V

Air Blast
dB (L/A)

Muatan/
delay
maks (kg)
300

BA 8916

18 Jan- 2006

Longitudinal

539

BA 8917
18 Jan- 06 Blasting
IV

Vertikal

121.8 - L

BE 10292

PAT

BA 8916
18 Jan- 06 Blasting
III

Jarak
(m)

Transversal

DT Tumpah
kan Batu
PAT

691
497
90
90
228

350

PAB

378
653

0.0635

43

0.0952

1.78

37

4.32

8.5

3.94

20

4.38

129.2 L

JL. Truk

2.89

9.7

1.06

8.1

1.48

7.8

3.00

123.9 L

Jl. Transport
Mushola Walahir

1.11

4.9

0.587

3.7

0.778

4.3

1.30

63.9 L

4.57

4.1

5.59

3.0

4.06

2.5

7.12

117.1 L

Belt Conveyor

6.57

2.9

5.13

3.1

6.05

2.9

7.36

113.5 L

Rm. Penduduk

9.34
1.69

72.0 - A

Mushola Walahir

9.14
1.14

3.5
-

4.38
1.32

0.857

0.46

400

900
PAT

47

250
270

3.3

7.38
0.762

2.9

0.73

Mushola Walahir

1.04

4.00

7.9

2.73

39

4.75

8.4

5.03

122.0 L

Rm. Manaf

0.397

5.4

0.365

3.3

0.54

2.9

0.642

63.2 A

Klapa Nunggal Asri

1.90

30

2.08

47

1.64

15

2.28

115.6 L

Rm. Manaf

0.889

21

0.509

57

0.635

26

0.933

108.4 L

Bl. Container

783
5

0.413

5.0

0.270

7.1

0.429

8.1

0.515

114.8 L

Rm. Manaf

truk kosong

0.111

8.7

0.159

13

0.111

13

0.163

<88-L

Rumah Manaf

truk isi

0.46

16

0.889

15

0.286

13

0.914

97.5 - L

Rumah Manaf

7,36 & 9,34

Getaran relatif besar, dinding retak-retak, masyarakat komplain

10.7

Konstruksi beton, tidak terpengaruh

43

5. Hasil Pengukuran Getaran Tanah Akibat Peledakan batubara di Sangata


Hari/
Tanggal

Alat
Ukur

BA8916
Selasa,
BA8917
14
Desember BA5657
2004
BA9570
BA8916
Rabu,
BA8917
15
Desember BA5657
2004
BA9570
BA8916
Kamis,
BA8917
16
Desember BA5657
2004
BA9570
BA8916
Sabtu,
BA8917
18
Desember BA5657
2004
BA9570
3,4 & 4.34

Jarak
Pengukuran
(m)

Muatan/Delay
maks
(kg)

3300
3300
1800

1736

2100
3300
3300
1800
2100
3300
3300
2500
2500
3300
3300
1800
3000

368

1046

830

mm/s

Transversal
Hz

mm/s

HASIL PENGUKURAN
Vertikal
Hz

g
mm/s

0,79
0,62

4,5 0,039 0,008


3,7 0,028 0,007

1,33 17,0 0,012


1,05 13,0 0,012

2,78

4,8 0,081 0,015

3,32

3,13
1,21
0,38

4,1 0,114 0,015


3,4 0,040 0,010
4,2 0,013 0,007

4,05 12,0 0,087


0,84 17,0 0,026
0,95 12,0 0,013

3,10

6,7 0,137 0,022

4,11

2,76
1,10
0,35
1,35
1,54
0,95
0,33

4,5
4,4
3,5
5,2
4,7
4,2
3,7

0,013
0,007
0,007
0,007
0,010
0,008
0,007

3,33
1,44
0,52
1,65
1,64
1,05
0,59

2,41

5,4 0,063 0,013

2,24

1,00

5,0 0,034 0,008

0,145
0,038
0,016
0,094
0,080
0,034
0,017

Longitudinal
Hz

0,012
0,007

0,015
0,013

1,35
0,67

6,4 0,039
7,3 0,028

6,0 0,083 27,400

2,73

7,6 0,087 13,800

0,035
0,012
0,010

2,87
1,02
0,38

5,0 0,113
5,3 0,034
5,3 0,015

0,015
0,008
0,007

0,071

6,11

5,1 0,181

0,040

0,098
0,014
0,008
0,070
0,066
0,014
0,008

0,037
0,018
0,008
0,015
0,013
0,015
0,007

4,21
0,87
0,40
1,73
1,79
1,05
0,29

4,1
4,6
2,7
3,1
3,1
3,6
8,5

0,166
0,035
0,019
0,081
0,092
0,030
0,011

0,020
0,008
0,007
0,007
0,009
0,008
0,007

7,4 0,057

0,077

2,59

5,1 0,077

0,017

0,59 13,0 0,017

0,010

0,78

4,5 0,027

0,008

6,0 0,099
13,0
16,0
15,0
1,9
2,5
17,0
11,0

PVS
mm/s

Keterangan

1,39 Gang Dayung


1,05 Perum Munthe
Depan Rumah
3,43
Bupati
4,34 Kampung Tator
2,255 Gang Dayung
0,954 Perum Munthe
Depan Rumah
6,18
Bupati
4,23 Kampung Tator
1,64 Gang Dayung
0,573 Perum Munthe
1,79 Kampung Tator
1,94 Kampung Tator
1,12 Gang Dayung
0,617 Perum Munthe
Depan Rumah
2,8
Bupati
1,09 Gang Delima

Getaran di depan rm bupati lebih kecil dibanding di K. Tator (lokasi lebih jauh)

6.18 & 4.23

44

6. RESUME PENGUKURAN GETARAN PELEDAKAN batubara di Sangata


DATA PELEDAKAN
Hari, Tgl

Pit

Muatan/ Delay
maks (kg)

AB -Bangau

650

Monyet

650

Selasa,
20/4/04

Harapan
South

750

Rabu,
21/4/04

Pelikan

650

Kamis,
22/4/04

AB*
Phase 2

650

Jumat,
23/4/04

AB Monyet

150

Harapan*
South

650

AB*

650

Melawan*

750

Senin,
19/4/04

Sabtu,
24/4/04

Minggu,
25/4/04
Rabu,
28/4/04

Monyet AB Phase 2
Harapan
South*

550
400

Alat Ukur, -Jarak


BM 1 - 500 m
BM 2 - 600 m
BM 3 - 700 m
BM 1 - 500 m
BM 2 - 600 m
BM 4 - 800 m
BM 1 - 300 m
BM 3 - 750 m
BM 4 - 1000 m
BM 1 - 300 m
BM 2 - 500 m
BM 3 - 650 m
BM 4 - 1000 m
BM 1 - 300 m
BM 2 - 500 m
BM 3 - 750 m
BM 4 - 1000 m
BM 1 - 500 m
BM 2 - 500 m
BM 4 - 1700 m
BM 1 - 500 m
BM 2 - 1000 m
BM 1 - 500 m
BM 2 - 600 m
BM 3 - 850 m
BM 4 - 1000 m
BM 1 - 400 m
BM 2 - 500 m
BM 3 - 600 m
BM 1 - 600 m
BM 3 - 1000 m
BM 1 - 500 m
BM 2 - 750 m

PVS
(mm/s)
2,16
2,70
2,01
2,08
1,64
1,65
2,53
16,05
6,36
25,20
9,56
4,25
3,52
8,08
3,12
3,01
4,05
1,68
14,60
3,04
6,15
2,11
3,46
2,82
2,34
2,12
11,63
8,70
7,14
5,21
3,69
8,85
2,44

Selang
Freq (Hz)
5 - 25
4 - 35
6 - 19
4 - 11
4 -11
5 - 10
3 - 25
2 - 29
1 - 20
2 - 100
4 - 49
1 - 45
3 - 35
4 - 40
4 - 40
1 - 35
3 - 40
3-5
3 - 40
3 - 10
2 - 40
1 - 15
3 - 30
3 - 27
5 - 17
4 - 21
1 - 60
2 - 90
1 - 41
2 - 50
3 - 27
2 - 30
2 - 12

Scaled Distance
(R/W0,5)
19.61
23.53
27.46
19.61
23.53
31.38
10.95
27.39
36.51
11.77
19.61
25.50
39.22
11.77
19.61
29.42
39.22
40.82
23.57
80.14
19.61
39.22
19.61
23.53
33.34
39.22
14.61
18.26
21.91
25.58
42.64
25.00
37.50

Air Blast BM
dB (L)

Hz
130,9
131,3
136,9
134,6
126,7
143,7
132,5
130,6
124,4
133,4
124,3
126,1
123,9
126,7
142,6
125,8
136,4
127,4
132,7
129,5
125,5
125,6
139,1
142,2
136,6
133,8
134,2
134,5
130,0

12,0
21,0
26,0
8,1
45,0
10,4
6,8
9,8
5,9
26,9
8,4
7,8
16,4
27,3
11,0
13,7
8,7
19,9
19,3
9,3
8,3
9,1
12,2
9,5
11,5
4,2
6,5
6,6

Peledakan jauh dari bangunan

45

7. HASIL PENGUKURAN GETARAN AKIBAT PELEDAKAN BATU GAMPING DI TUBAN


Lokasi
Pengukuran

Jarak
(m)

Bahan
Pld/delay
(kg)

BP-1 (D-18)

BM-1 Ds. Ngetuk

250

BP-2 (W-15)

BM-2 Ds. Ngetuk

BP-3 (X-15)

Lokasi
Peledakan

Peak Particle Velocity (mm/s) & Frequency (Hz)


Trans

Freq

Vert

Freq

Long

Freq

PVS

PSPL

SRSD
m/kg0.5

23.5

1.79

18

1.65

26

1.73

21

2.32

134 dB

51.65

250

187.1

1.10

19

0.698

20

1.52

17

1.61

121 dB

18.28

BM-3 Ds. Ngetuk

250

475.0

4.03

24

2.89

21

3.13

27

4.11

137 dB

11.47

BP-4 (D-16)

BM-4 Ds. Ngetuk

250

357.5

1.81

13

1.52

14

1.86

12

2.17

128 dB

13.22

BP-5 (X-14)

BM-5 Blk. Lokasi

250

365.0

0.270

9.3

0.365

57

0.270

9.7

0.374

137 dB

13.08

BP-6 (W-13)

BM-6 Blk. Lokasi

250

360.0

0.810

20

0.714

21

0.698

17

0.955

138 dB

13.17

BP-7 (D-17)

BM-7 Bts. SIPD

400

214.5

0.413

11

0.619

9.7

0.524

9.8

0.687

124 dB

27.32

BP-8 (X-14)

BM-8 Pos

400

479.0

2.78

20

2.37

18

2.24

19

3.33

124 dB

18.28

BP-9 (V-14)

BM-9 Pos

400

322.5

1.00

17

0.587

18

0.825

13

1.07

131 dB

22.27

BP-10 (D-18A)

BM-10 Kebun

275

353.7

0.524

21

0.841

N/A

0.762

15

0.938

130 dB

14.62

BP-11 (D-18B)

BM-11 Kebun

275

353.7

0.413

23

0.937

16

0.698

16

1.07

123 dB

14.62

BP-12 (T-14)

BM-12 Crusher II

1200

350.7

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

64.07

BP-13 (V-13)

BM-13 Crusher II

1200

321.6

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

66.93

BP-14 (D-16)

BM-14 Kebun

400

18.5

0.175

16

0.143

14

0.254

12

0.267

123 dB

93.02

BP-15 (V-13)

BM-15 Pos

400

216.4

1.60

21

0.937

16

1.49

23

1.85

122 dB

27.19

BP-16 (W-14)

BM-14 Pos

400

216.4

0.476

13

0.333

8.3

0.397

11

0.529

127 dB

27.19

4.11

PVS akibat peledakan gamping , tidak ada keluhan bangunan retak, hanya kenyamanan terganggu

46

8. CONTOH EVALUASI HASIL PENGUKURAN GETARAN PELEDAKAN DOLOMIT TUBAN

JUMLAH
LUBANG PER
DELAY SAMA

ISIAN
PER LUBANG
(Kg)

BAHAN
PELEDAK
PER DELAY
(Kg)

PVS
(mm/s)

SPL
(dB)

KETERANGAN

No.

JARAK
(m)

JUMLAH
LUBANG
TOTAL

BM-1

500

20

6,125

24,50

4,870

138

< NAB

BM-2

750

10

17,70

35,4

1,000

101

< NAB

BM-3

550

11

32,18

128,72

3,100

146

< NAB

MM-3

550

11

32,18

128,72

3,090

155

< NAB

BM-4

400

20

8,95

44,75

0,167

140

< NAB

6.

650

20

8,95

44,75

0,203

132

< NAB

7.

400

20

8,95

44,75

0,987

140

< NAB

8.

--

--

--

--

12,50

95,9

Dump Truck

9.

550

26

11,73

82,2

2,53

138

< NAB

4.870

PVS akibat peledakan dolomit , tidak ada keluhan


Getaran dump truck (banyak keluhan) rumah banyak yang retak

9.12.50
RESUME

47

HASIL PENGUKURAN GETARAN PELEDAKAN GAMPING CIREBON


Lokasi
Peledakan

Lokasi
Pengukuran

BP-1(A130)

Peak Particle Velocity (mm/s) & Frequency (Hz)


Freq
Vert
Freq
Long
Freq
PVS

Jarak
(m)

Bhn Pld /
delay (kg)

Trans

BM-1 Citotok

350

257,2

1.59

4.8

0.984

8.1

1.56

7.4

BP-2(A130)

BM-2 Citotok

350

257,2

3.19

7.2

0.968

7.1

3.02

BP-3(C100)

BM-3 Citotok

650

392,2

0.603

8.4

0.349

7.8

BP-4(C100)

BM-4 Citotok

650

387.1

0.190

5.9

0.095

BP-5(B130)

BM-5 Cupang

1000

151.1

0.381

51

BP-6(B130)

BM-6 Cupang

1000

121.1

0.190

BP-7(B150)

BM-7 Cupang

1000

151.1

0.111

BP-8(A140)

BM-8 Citotok

600

186.8

BP-9(C110)

BM-9 Handak

600

BP-10(C110)

BM-10 Handak

600

3.65

PSPL

SRSD
m/kg0.5

1.68

16 pa

21.83

6.6

3.65

26.3 pa

23.3

0.952

9.5

0.979

9.25 pa

32.82

7.1

0.222

5.3

0.231

8.25 pa

33.05

1.62

6.5

0.286

51

1.63

1.00 pa

81.36

9.5

0.175

7.9

0.302

0.344

125 dB

90.9

1.33

0.270

1.34

122 dB

81.36

0.619

16

0.921

11

0.098

5.7

1.16

10.3 pa

43.92

170.6

1.05

12

0.698

13

1.52

6.6

1.63

10.3 pa

45.94

199

0.143

6.1

0.175

5.4

0.159

0.228

17.8 pa

42.85

PVS akibat peledakan gamping , ada keluhan, keretakan, karena struktur pasangan bata tidak ada

slop

48

Anda mungkin juga menyukai