Anda di halaman 1dari 30

BAB III

GEOTEKNIK DAN PELEDAKAN

Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang berkonsentrasi pada


aplikasi teknologi teknik sipil untuk konstruksi yang melibatkan material alam yang
terdapat pada atau dekat permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi
dari rekayasa geoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambng bawah tanah.
Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu Mekanika Tanah, Mekanika Batuan,
Geologi, dan Hidrologi & Hidrogeologi. Melalui geoteknik tambang diharapkan
rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah
dapat dilakukan analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian
dan atau penimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan
yang aman dan ekonomis.
Kegiatan penambangan acapkali dihadapkan pada problem-problem stabilitas
struktur dan infrastruktur tambang yang kalau dirunut akan bersumber pada pada
problem geoteknik. Beberapa contoh problem geoteknik yang dapat dikemukakan
pada tambang terbuka diantaranya adalah :
 Atap terowongan runtuh (produksi terganggu/terhenti, kemungkinan ada
korban, rusaknya struktur tambang)
 Terowongan menyempit (gangguan instabilitas yang menghambat kegiatan
penambangan)
 Lantai terowongan terangkat (gangguan instabilitas yang menghambat kegiatan
penambangan)
Parameter/data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang
terbuka dan tambang bawah tanah meliputi :
- Data geologi (topografi, morfologi, litologi, struktur, stratigrafi)
- Data hidrologi dan hidrogeologi
- Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio, batas Atterberg
kadang-kadang diperlukan untuk material tanah)
- Sifat mekanik (kuat tekan uniaksial, modulus elastisitas, poisson’s ratio, kuat
tarik, parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser dalam))

III - 1
Parameter geoteknik diatas diperoleh melalui penyelidikan baik dilapangan maupun
di laboratorium.
Tujuan utama program penyelidikan geoteknik tambang terbuka dalam suatu
proyek pertambangan adalah untuk :
- Memperoleh data kuantitatif kondisi geologi, hidrologi, hidrogeologi, sifat
fisik, dan sifat mekanik.
- Mengetahui karakteristik massa batuan atau tanah sebagai dasar
perancangan penambangan.
- Mengambangkan rancangan lereng yang stabil atau rancangan jalan masuk /
pilar untuk penambangan yang akan dating berdasarkan analisis sensitivitas
terhadap kondisi geoteknik dari strata atau kedalaman overburden.

3.1 Data Geoteknik


3.1.1 Struktur Geologi
Pada saat dilakukannya pengamatan batugamping yang ada di Dusun Diran
Desa Sidorejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dijumpai adanya struktur geologi berupa struktur sekunder
yaitu kekar, kekar adalah struktur rekahan yang belum / tidak mengalami
pergeseran. Kekar ini terbentuk setelah proses pembentukan batuan yang
diakibatkan oleh deformasi.
Kekar yang ada di batugamping Dusun Diran termasuk jenis kekar shear joint
yang terbentuk dari terumbu karang yang mengalami pengangkatan dari dasar laut.
Terumbu karang tersebut mendapatkan tegasan kompresif dari aktifitas lempeng.
Dilakukan pengukuran terhadap kekar tersebut untuk mendapatkan data
bidang ketidak-menrusan, kegiatan pengukuran ini meliputi : orientasi kekar,
kondisi bidang kekar, kondisi air tanah, spasi kekar. Kegiatan pengukuran yang
dilakukan dilapangan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Hasil pengukuran orientasi kekar mendapatkan 2 arah umum bidang kekar
yaitu : N 49° E, N 330° E dapat dilihat pada Gambar 3.2. Untuk kondisi-kondisi
bidang dikontinouitas yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

III - 2
Gambar 3.1
Kegiatan Pengukuran Bidang Diskontinouitas

Gambar 3.2
Hasil Analisis Stereonet

Tabel 3.1
Pengukuran Bidang Kekar

Singkapan Scanline Bidang kekar


No Lokasi Spasi RQD

Kemiri
Arah Kemiringan Arah Set 1 Set 2
ngan
1 1 N 87° E 71° N 223° E 15° N 139° E N 48° E 0.37 m 97,04%
2 2 N 70°E 79° N 12° E 0° N 146° E N 29° E 0,41 m 97.52%
3 3 N 0° E 54° N 80° E 11° N 65° E N 314° E 0.41 m 97,48%
4 4 N 335° E 71° N 79° E 11° N 94° E N 114° E 0.35 m 96,67%

Tabel 3.2
Pengukuran Kondisi Kekar

III - 3
Kondisi air
Kondisi Kekar Parameter Barton
tanah
No Lokasi
Kekuatan JCS
Kemenerusan Kekerasan Bukaan Isian Laluan JRC
bidang (MPa)
1 1
<0.6H ur Sw cd geo Un1 20 18-20
2 2
<0.6H ur Sw cd geo Un1 20 18-20
3 3
<0.6H ur sw cd geo Un1 20 18-20
4 4
<0.6H ur sw cd geo Un1 20 18-20

Data yang sudah diperoleh nantinya diolah untuk dijadikan acuan dalam
rancangan arah peledakan dan mengetahui jenis longsoran yang akan terjadi pada
waktu kedepannya.
3.1.2 Sifat Fisik
Berdasarkan hasil pengujian percontoh di Laboratorium Mekanika Batuan
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta maka, batugamping yang diambil di
Dusun Diran mempunyai sifat fisik sebagai berikut :
1. Bobot isi asli : 2,31 (gr/cm3)
2. Bobot isi kering : 2,22 (gr/cm3)
3. Bobot isi jenuh : 2,38 (gr/cm3)
4. True spesific gravity (ρtr) : 2,65
5. Apperent spesific gravity (ρapp) : 2,22
6. Kadar air (w) : 4,13 %
7. Derajad kejenuhan (Sr) : 55,8%
8. Porositas (n) : 16,40 %
9. Angka pori (e) : 0,2

3.1.3 Sifat Mekanik


Berdasarkan pengujian percontoh yang dilakukan di Laboratorium Mekanika
Batuan Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta menghasilkan data pengujian kuat
gesek untuk kekar (Tabel 3.3 dan Gambar 3.3), kuat gesek untuk perlapisan (Tabel
3.4 dan Gambar 3.4) pengujian kuat tekan (Tabel 3.5 dan Gambar 3.5), dan
pengujian beban titik Tabel 3.6 ,batugamping yang diambil di Dusun Diran,
Kecamatan Lendah.
Tabel 3.3
Hasil Uji Kuat Gesek Normal dan Gesek Residu Untuk Kekar

III - 4
No Parameter Perconto A Perconto B Perconto C
1. Pn 2kN 4 kN 6 kN
2. Panjang 4,5cm 4,33 cm 4,48 cm
3. Lebar 4,34cm 4,32 cm 4,31 cm
4. Luas 19,55cm2 18,74 cm² 19,35 cm²
. Tegangan normal 200 kPa 418 kPa 608 kPa
6. Sr’ 110 kg 180 kg 140 kg
7. Sr” 150 kg 90 kg 150 kg
8. Sr 130 kg 135 kg 135kg
9. Tegangan geser residu 664kPa 720 kPa 749 kPa

Gambar 3.3
Grafik Uji Kuat Gesek Untuk Kekar

Dari grafik maka didapatkan :


1. Sudut gesek dalam (θ) : 11,75°
2. Kohesi (c) : 62,63 kPa

Tabel 3.4
Hasil Uji Kuat Geser Normal dan Geser Residu Untuk Perlapisan

III - 5
No Parameter Perconto A Perconto B Perconto C
1. Pn 2kN 4 kN 6 kN
2. Panjang 5,22 cm 5,17 cm 5,17 cm
3. Lebar 5,23 cm 4,612 cm 4,612 cm
4. Luas 27,32cm² 23,84 cm² 23,84 cm²
5. Tegangan normal 143 kPa 329 kPa 493 kPa
6. Sr’ 90 kg 140 kg 110 kg
7. Sr” 90 kg 160 kg 110 kg
8. Sr 90 kg 150 kg 110 kg
9. Tegangan geser residu 329 kPa 629 kPa 461kPa

Gambar 3.4
Grafik Uji Kuat Gesek Untuk Perlapisan

Dari grafik maka didapatkan :


1. Sudut gesek dalam (θ) : 21,95°
2. Kohesi (c) : 34,3 kPa
Sedangkan sifat mekanik kuat tekan sebagai berikut :

III - 6
No Parameter Perconto A Perconto B Perconto C
1. Kuat tekan uniaksial (MPa) 33,99 37,41 42,48
2. Batas elastik (MPa) 27,19 30,28 33,99
3. Modulus elastisitas 37107.65 31902.25 31792.27
4. Poisson ratio 0.19 0.18 0,17
Gambar 3.5
Grafik Uji Kuat Tekan Uniaksial Sample A

Tabel 3.5
Hasil Uji Kuat Tekan

Sedangkan sifat mekanik uji beban titik (point load test) sebagai berikut :
Tabel 3.6
Hasil Uji Beban Titik
Sample

W D D P P De² De Is σc
Type F
(mm) (mm) (cm) (kN) (kg) (mm²) (mm) MPa MPa

A Diameteral 68.3 49.8 4.98 6.5 650 4332.92 65.82 1 1.5 34.44

B Diameteral 60.7 48.9 4.89 6.5 650 3781.18 61.49 0.99 1.7 39.14

III - 7
C Diameteral 68.5 49.9 4.99 8.1 810 4354.33 65.99 1 1.86 42.75

3.2 Analisis Kemantapan Lubang bukaan


3.2.1 Metode Proyeksi Stereografis
Data lapangan berupa arah dan kemringan lereng yang terbentuk (dip /dip
direction), sudut gesek dalam dan dip/dip direction dari pengukuran kekar di
lapangan selanjutnya dilakukan pengolahan atau analisis data dengan menggunakan
bantuan program (software) dips dan hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Jenis longsoran
a. Blok I
Berdasarkan interpretasi dengan program dips tersebut, lereng dengan
dip/dip direction: 71o/N87oE, dengan sudut gesek dalam 21,95o tidak berpotensi
terjadi longsoran. Hasil interpretasi dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6
Hasil interpretasi pada blok I

b. Blok II
Berdasarkan interpretasi dengan program dips tersebut, lereng dengan
dip/dip direction: 79o/N70oE, dengan sudut gesek dalam 21,95o tidak berpotensi
terjadi longsoran. Hasil interpretasi dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7
Hasil interpretasi pada blok II

III - 8
c. Blok III
Berdasarkan interprestasi dengan program dips tersebut, lereng dengan
dip/dip direction: 54o/N0oE, dengan sudut gesek dalam 21,95o tidak berpotensi
terjadi longsoran. Hasil interpretasi dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8
Hasil interpretasi pada blok III

d. Blok IV
Berdasarkan interpretasi dengan program dips tersebut, lereng dengan
dip/dip direction: 54o/N0oE, dengan sudut gesek dalam 21,95o tidak
berpotensi terjadi longsoran. Hasil interpretasi dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9
Hasil interpretasi pada blok IV

III - 9
Keterangan :
: Lokasi pengambilan sampleGambar 3.10
Informasi Struktur Geologi dan Evaluasi Awal Terhadap Kemantapan Lereng
Dari Suatu Rencana Tambang

3.2.2 Metoda Empirik


Metode Empirik adalah rancangan berdasarkan analisis statistik, yaitu
melakukan pendekatan empirik dari banyak pekerjaan serupa sebelumnya.
Pendekatan empirik yang paling baik adalah klasifikasi massa batuan, contohnya
adalah Klasifikasi Rock Mass Rating, Geological Strength Index dan Slope Mass
Rating.

3.2.2.1 Menentukan rock mass rating (RMR)


Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR = klasifikasi Geomekanika) dibuat
pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah
dimodifikasi beberapa kali, terakhir pada tahun 1989. Modifikasi selalu
dengan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan
dan disesuaikan dengan standar internasional. Adapun parameter yang
digunakan dan hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
a. Kuat tekan uniaksial (σc)
b. Rock quality design (RQD)

III - 10
c. Spasi ketidakmenerusan
d. Kondisi rekahan
e. Kondisi air tanah
f. Orientasi ketidak-menerusan

Tabel 3.7
Klasifikasi Massa Batuan
Objek 1 2 3 4
UCS ( Mpa) 36.96 Mpa 36.96 Mpa 36.96 Mpa 36.96 Mpa
Bobot 4 4 4 4
RQD (%) 97,04 % 97,52 % 97,48% 96.67%
Bobot 20 20 20 20
Jarak
Discontinuiti 0.37 0,41 0,41 0,35
(m)
Bobot 10 10 10 10
Kondisi Agak kasar, Agak kasar, Agak kasar, Agak kasar,
Discontinuiti pemisahan, pemisahan, pemisahan, pemisahan,
1 mm, dinding 1 mm, dinding 1 mm, dinding 1 mm, dinding
agak lapuk agak lapuk agak lapuk agak lapuk
Bobot 25 25 25 25
Air tanah
Kering Kering Kering Kering
pada kekar
Bobot 15 15 15 15
Orientasi Terowongan, Terowongan, Terowongan, Terowongan,
Sangat tidak Sangat tidak Sangat tidak Sangat tidak
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Bobot -12 -12 -12 -12
Total 62 62 62 62
Kelas II II II II
Diskripsi Baik Baik Baik Baik
Stand up 6 bulan untuk 6 bulan untuk 6 bulan untuk 6 bulan untuk
time rata-rata span 8m span 8m span 8m span 8m
C 343,38 Kpa 343,38 Kpa 343,38 Kpa 343,38 Kpa
Ø 21,95o 21,95o 21,95o 21,95o

Tabel 3.8
Klasifikasi Massa Batuan 4 Blok
PARAMETER Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4 KETERANGAN
1. Kekuatan batuan utuh 4 4 4 4 (33,917-42,4897)Mpa
2. RQD 20 20 20 20 98,6275 %
3. Spasi Rekahan 15 15 15 15 1,7559m
Agak kasar, 1 mm
4. Kondisi Rekahan 25 ` ` `
dinding agak lapuk
5. Kondisi Air Tanah 15 15 15 15 Kering

III - 11
Terowongan, Kondisi
6. Orientasi
-12 -12 -12 -12 orientasi kekar Sangat
Ketidakmenerusan
Tidak menguntungkan
Bobot 62 62 62 62

3.2.2.2 Perhitungan RQD


Perhitungan RQD berdasarkan metode scanline (Poist E. Hudson, 1976), yaitu
sebagai berikut.
RQD (%) = 100e-0.1λ(0,1λ+1)
Apabila Nilai RQD(%) dihitung dengan rumus diatas :
1. Spasi kekar rata-rata sebenarnya = 0.37701m
Sehingga, λ = 1/0.37701 = 2.65245
RQD (%) = 100e-0.1λ(0,1λ+1)
RQD (%) = 100e-0.1 x 2,625 (0,1.2,625+ 1) = 97,04 %

Tabel 3.8
Penamaan Variabel Rock Mass Rating
Penamaan Variabel Nilai RMR (%)
Sangat Jelek 0 - 20 %
Jelek 20% - 40 %
Sedang 40 % - 60%
Baik 60 % - 80 %
Sangat Baik 80 % - 100%

III - 12
Berdasarkan hasil analisis, maka batugamping di Dusun Diran pada bloke, II,
III, IV mempunyai nilai RMR yang sama yakni 62 dengan penamaan variabel
bagus

3.2.2.4 Penentuan klasifikasi kekar berdasarkan GSI


Penentuan Kelas Massa Batuan Berdasarkan Geological Strength Index
(GSI) (Hoek and Brown, 1997), yaitu :
GSI = RMR – 5 ( untuk RMR > 23)
= 62 – 5
= 57
Hasil analisis GSI pada blok 1, blok 2, blok 3, blok 4 mempunyai nilai
GSI yang sama yakni 57 (dapat dilihat pada Gambar 3.11), dengan
kondisi kekar permukaan : sangat baik, sangat kasar, dan kondisi
kekar permukaannya segar, sedangkan struktur massa batuan :
berupa blok yang tidak terganggu massa batuan yang lain, terdiri
dari blok kubus yang dibentuk oleh tiga set kekar orthogonal. Hoek
and Brown menggunakan formula perhitungan antara GSI dengan
kohesi dan sudut gesek dalam berupa :

dimana :
Untuk memudahkan pengolahan data, maka digunakan perangkat Rock
Lab dengan parameter berupa σc, GSI, mi, dan disturbance factor (D),
maka di dapat : c = 1,844 MPa dan θ = 31,66o

III - 13
Gambar 3.11
Geological Strength Index (GSI)
3.2.2.4 Perhitungan Klasifikasi Q-System
Klasifikasi Q-System (Indeks Kualitas Pembuatan Tunnel) dibuat
pertama kali oleh Barton-Lien-Lunde (1974). Sistem klasifikasi ini disusun
berdasarkan 6 parameter klasifikasi yaitu :
1. Rock quality design (RQD) (sebesar 96,67 %) (terlampir)
2. Jn = Jumlah pasangan kekar
3. Jr = Kekerasan diskontinuitas paling buruk
4. Ja = Tingkat alterasi atau isian rekah
5. Jw = Aliran air
6. SRF = Kondisi tegangan

III - 14
Berdasarkan hasil analisis (terlampir), maka batugamping di Dusun
Diran mempunyai Nilai Q sebesar 29,001 dengan panjang span
maksimum adalah 12,3 meter

3.2.3 Metoda Analitik


Metode Analitik adalah metode rancangan berdasarkan analisis tegangan-
tegangan dan deformasi. Perhitungan faktor keamanan secara analitik yaitu dengan
menggunakan :

3.2.3.1Metode Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Berdasarkan Kriteria


Generalisasi Hoek and Brown Dengan Bantuan Program Phase2.
Penggunaan Kriteria Generalisasi Hoek and Brown pada program phase2
didasarkan pada kuat tekan uniaksial dari massa batuan yang besar yakni
33,992MPa, sehingga diklasifikasikan pada jenis kekuatan batuan dengan
kelas medium strong rock (UCS 25-50MPa (ISRM)). Parameter lain yang
digunakan untuk menghitung Faktor Keamanan dalam sebuah lubang
bukaan pada sistem tambang bawah tanah metode room and pillar adalah :
1. γ (MN/m3) : 0,026
2. E (MPa) : 37187,65

III - 15
3. v (MPa) : 0,192
4. σt (MPa) :0
5. c (MPa) : 0,34338
6. ϴ (o) : 22o
7. σ1 (MPa) : 0,28
8. σ3 (MPa) : 0,25
Adapun hasil analisis faktor keamanan lubang bukaan dari 8 parameter
diatas menggunakan pendekatan Generalisasi Hoek and Brown yaitu
sebagai berikut :
Tabel 3.9
Analisis Kemantapan Lubang Bukaan Utama

Bentuk
Lebar dan Tinggi Lubang SF
Lubang Bukaan, m Bukaan
Tapal
5 x 4.5 2.19
Kuda
Tapal
5x5 3.16
Kuda
Tapal
5 x 5,5 2.53
Kuda

Tabel 3.10
Analisis Kemantapan Room and Pillar

Lebar dan Tinggi Lebar dan Tinggi


Bentuk SF
Room, Pillar,
m m
10 x 9 10 x 9 Persegi 1,89

10 x 9 10 x 9 Persegi 1,89

3.3 Monitoring

III - 16
Pemantauan perpindahan massa batuan dilakukan dengan memasang baut
konvergen di dinding kiri dan kanan sehingga hasil yang didapat adalah perbedaan
jarak horizontal pada setiap interval waktu pengukuran yang dilakukan setiap hari.
Dengan mengetahui nilai modulus elastisitas massa batuan maka dapat
dihitung regangan yang terjadi akibat tegangan dengan persamaan :
ɛ =σ/E
Akibat adanya tegangan vertical (σv) maka regangan yang diperoleh dari
persamaan diatas adalah regangan dalam arah vertikal. Sementara dari hasil
pengukuran konvergenmeter diperoleh perpindahan dalam arah horizontal. Untuk
itu regangan arah vertikal tersebut harus dikonversikan kea rah horizontal agar
sesuai dengan arah perpindahan dari hasil konvergenmeter. Konversi untuk
mendapatkan regangan arah horizontal dilakukan dengan pendekatan arah vertical
dikalikan dengan poisson’s ratio.
ɛh = ɛv x v

3.4 Metode Penggalian


Untuk menentukan metode penggalian yang dapat digunakan untuk membongkar
batugamping klastik keras di Dusun Diran, Desa Sidorejokio maka dapat digunakan
grafik hubungan point load index (Mpa) dengan Fracture Indeks – m.
Kriteria penggalian ditentukan berdasarkan Indeks Kekuatan Batuan yang
diusulkan oleh Franklin, dkk (1971). Klasifikasi massa batuan berdasarkan dua
parameter yaitu :
1. Fraktur Index, dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinu dan
didefinisikan sebagai jarak rata - rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau
massa batuan.
2. Point Load Index (PLI). Hasil dari pengukuran spasi kekar pada singkapan
yang selanjutnya dilakukan perhitungan didapatkan fraktur index = 0,38m
(dari hasil rata-rata spasi kekar) dan Point Load Index = 1,5 MPa,

III - 17
Gambar 3.11
Kriteria Indeks Kekuatan Batuan (Franklin, dkk.1971)

Berdasarkan (Gambar 3.11). maka penggalian yang tepat untuk membongkar


batugamping di Dusun Diran dengan cara peledakan retakan .

3.5 Peledakan
Pembongkaran batuan dapat dilakukan baik secara manual, mekanis maupun
dengan cara pemboran dan peledakan. Cara pembongkaran dan peledakan ini
dipilih jika batuan yang akan dibongkar adalah sedemikian kuatnya atau jika
diinginkan produksi pembongkaran yang sangat besar untuk memenuhi target
produksi perusahaan tersebut.
Secara umum tujuan dari digunakanya metode pemboran dan peledakan
batuan adalah untuk :
1. Melepas batuan dari batuan induknya,
2. Menghancurkan batuan sehingga menjadi berukuran lebih kecil,
3. Memindah batuan,
4. Memudahkan proses berikutnya,
5. Memenuhi target produksi.
Untuk menjamin keberhasilan metode pembongkaran batuan dengan cara
pemboran dan peledakan, maka terdapat 3 parameter yang harus diketahui,yaitu
antara lain :
1. Sifat-sifat batuan yang akan dibongkar,

III - 18
2. Sifat-sifat bahan peledak yang akan digunakan,
3. Rancangan peledakan yang diterapkan.

3.5.1 Sifat-Sifat Batuan yang Akan Dibongkar


1. Kekerasan
Kekerasan dari Batugamping klastik yang terdapat di dusun Diran adalah 3-
4.5 skala mohs.
2. Kekuatan (strength)
Berdasarkan pengujian percontoh yang dilakukan di Laboratorium
Mekanika Batuan, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta, maka
dapat disimpulkan bahwa Batugamping klastis di dusun Gegunung
mempunyai sifat mekanik sebagai berikut :
Kuat Tekan Uniaksial : 33,992 Mpa
3. Bobot isi/ Berat jenis
Bobot isi dari batugamping adalah : 2,38 Ton/m3
4. Elastisitas
Batas Elastik dari batugamping adalah : 27,19 Mpa.
5. Struktur Geologi
Struktur geologi yang dijumpai pada lokasi pengamatan di dusun Diran
berupa struktur sekunder yaitu berupa kekar. Kekar pada Batugamping
klastis di dusun Diran termasuk kekar shear joint.

3.5.2 Perhitungan Perancangan Peledakan

Perhitungan cut dengan jumlah cut hole 3 dengan diameter lubang kosong
(d) 76 mm, kedalaman lubang ledak (H) = 3m dan diameter lubang ledak adalah 45
mm, ukuran terowongan lebar 5m dengan tinggi 5m dengan bobot isi batuan 2,38
ton/m3. Perhitungan cut menggunakan segi empat I sampai IV dimana perhitungan
tersebut adalah senagai berikut :
a. Kemajuan Penggalian
L = 0,94 x 3 m = 2,82 m

III - 19
b. Diameter Lubang Samaran

DH = d

DH = 76 = 131 mm ≈ 0,131 m

c. Cut Holes
Segi Empat I adalah :
Burden maksimum
Bmaks = 1,7 DH = 1,7 x 0,131 = 0,2227 m
Burden Praktis (B1)
B1 = 1,7 DH – ( αH + β )
B1 = ( 1,7 x 0,131 ) – ((0,01 x 3 ) + 0,02 ) = 0,1727 m ≈ 0,17 m
Ep = ( αH + β ), drilling error (m)
α = Angular deviasi (m/m), yang ditetapkan 0,01 m/m
β = Collaring error (m), yang ditetapkan 0,02 m
Konsentrasi muatan (q)
q = 55 Ø (B / DH)1,5 x (B – DH /2 ) x (c/0,4 ) ( kg/m )
PRPANFO
q = 55x0,045x (0,2227/0,131)1,5 x (0,2227 – 0,131/2 ) x (0,4/0,4 ) (kg/m)
1,05
q = 0,8623 kg/m ≈ 0,86 kg/m
dimana :
PRPANFO = Weight strength relative terhadap ANFO = 105%
c = Rock constant = 0,4
Jarak antara lubang ledak (V1)

V1 = B1

V1 = x 0,17 = 0,24 m

Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)


Ho = 10 Ø = 10 x 0,045 = 0,45 m
Jumlah dodol yang diisi dalam lubang ledak :

III - 20
N= = 8,5 9 batang magnapex

Perhitungan segi empat II adalah :


Perhitungan segi empat yang baru (W2)
Ep = (αH + β) = ((0,01 x 3 ) + 0,02 ) = 0,05

W2 = (B1- Ep) = (0,17- 0,05) = 0,169 m ≈ 0,17 m

Burden maksimum (Bmax) adalah :

Bmax = 8,8 x 10-2

= 8,8 x 10-2

= 0,208 ≈ 0,21 m
Burden Praktis (B2)
B2 = 0,21 – 0,05 = 0,16 m
Ada batas yang harus dikenakan terhadap B2, yaitu :
B2 ≤ 2Bmax, 0,16 ≤ 0,42 (terpenuhi)
Jarak lubang ledak (V2) adalah :

V2 = x (B2 + 1/2V1) = x (0,16 + ½(0,24)) = 0,39 m ≈ 0,4 m

Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)


ho = 10 Ø = 10 x 0,045 = 0,45 m
Jumlah dodol yang diisi dalam lubang ledak :

n= = 8,5 9 batang magnapex

Perhitungan segi empat III adalah :


Perhitungan segi empat yang baru, lebar bukaan (W3)

W3 = x (B2 + 1/2V1 – Ep) = x (0,16+(1/2x(0,24)) – 0,05)

= 0,325 m ≈ 0,33 m
2W3 = 0,66 m

III - 21
Burden maksimum (Bmax) adalah :

Bmax = 8,8 x 10-2

= 8,8 x 10-2 = 0,35 m

Burden praktis (B3)


B3 = Bmax – Ep (m)
= 0,35 – 0,05 = 0,3 m
Jarak lubang ledak (V3) adalah :

V3 = x (B3 + V2/2) (m)

= x (0,3+ 0,4/2) (m)

= 0,7071 ≈ 0,71 m
Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)
ho = 10 Ø
= 10 x 0,045 = 0,45 m
Jumlah dodol yang diisi dalam lubang ledak :

n= = = 8,5 ≈ 9 batang magnate

Perhitungan segi empat IV adalah :


Perhitungan segi empat yang baru, lebar bukaan baru (W4)

W4 = x ( B3 + V2/2 – Ep ) = x ( 0,3 + 0,4/2 – 0,05 )

= 0,64 m
Burden maksimum ( Bmax ) adalah :

Bmax = 8,8 x 10-2 = 8,8 x 10-2

III - 22
= 0,48 m
Burden praktis ( B4 )
B4 = Bmax – Ep (m)
= 0,48 – 0,05 = 0,43 m
Jarak lubang ledak ( V4 ) adalah :

V4 = x ( B4 + V3/2 ) (m) = x ( 0,43 + 0,71/2 )

= 1,11 m

Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak/stemming (ho)


ho = 10 Ø = 10 x 0,045 = 0,45 m
Jumlah dodol yang diisi dalam lubang ledak :

n= = = 8,5 ≈ 9 batang magnapex

Perhitungan Look Out ( LO )


Harga look out tidak boleh melebihi harga = ( 10 cm + 3 cm/m x
kedalaman lubang tembak (H))
LO = 0,1 + H (tan 30)
= 0,1 + 3 (tan 30) = 0,257 m
d. Perhitungan Lubang Lifter
Burden maximum (Bmax) adalah :

B max = 0,9

B max = 0,9 = 1,02

Dimana :
C = Koreksi konstanta batuan ( c + 0,05 = 0,4 + 0,05 = 0,45 )
f = faktor fixasi ( yang digunakan 1,45 )
S = spasi

III - 23
B = burden
(S/B=1)

Jumlah lubang ledak (N)

N = int erger

N = int erger

= 7.2 lubang 8 lubang

Dimana
Sin = sin 3 ( ketetapan )

Jumlah lubang ledak untuk lifter = 8 dengan masing – masing jarak antara
lubang 5 / 7 = 0.71 m

Spasi jarak antara lubang ledak ( SL )

SL =

SL = = 0,75 m

Spasi praktis (SLp)


SLp = SL – H sin

= 0,75 m – ( 3 x sin 3 ) = 0,59 m

Burden praktis ( BL )
BL = B max – H sin - Ep

= 1.02 m – ( 3 x sin 3 ) - 0,05

= 0,8 m
Panjang dari Bottom Charge (hb)

III - 24
Hb = 1,25 BL
= 1,25 x 0,8 = 1 m
Panjang dari Column Charge ( hc )
Hc = H – hb – ho
= 3 – 1 – 0,45 = 1,5 m
Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran
bahan peledak magnapex 38 x 300mm

Bottom Charge =

Bottom Charge = = 2,91 3 batang magnapex

Column Charge =

Column Charge = = 5 batang magnapex

e. Perhitungan lubang kontur


perhitungan lubang kontur untuk back
Jarak untuk Smooth Blasting ( S )
S=kxd
= 15 x 0,045 = 0,675 m
Dimana :
K = konstanta = 15 -16
S/B = 0,8
B = 0,675 / 0,8 = 0,84375 m 0,84 m

Di sebabkan oleh lok out dan deviasi maka practical burden (Br)
Br = B – H sin – Ep

= 0,84 – ( 3 x sin 3 ) – 0,05

= 0,63 m

III - 25
Konsentrasi muatan untuk smooth blasting minimum adalah :
q = 90 d2
= 90 x 0,0452 = 0,18225 0,18 kg

Burden maksimum ( Bmax ) adalah

B max = 0,9

=0,9

= 0,6 m
Digunakan perhitungan lingkaran untuk smooth blasting yang di sesuaikan dengan
ukuran standar terowongan yaitu standar B 5 H x 5 W m
X = jari – jari lingkaran
X2 = 2,52 + ( x-1,44 )2
X2 = 6,25 + X2 – 2,88X + 2,0736m
X = 2,89 m
Keliling lingkaran = 2π X = 2 x 3,14 x 1,66 = 10,42 m
Sin α = 2,5/2,89 = 0,86
α = 59,880
2α = 119,760
Jarak lengkung = (119,76 / 360) x 10,42 m = 3,46 m
Jumlah lubang ledak (N)

N= +2 = = 7,126 = 7 lubang

Panjang dari bottom charge ( hb )


hb = 1,25 Br = 1,25 x 0,63 m = 0,7875 m ≈ 0,8 m
Panjang dari column charge (hc)

III - 26
hc = H – hb – ho = 3 – 0,8 – 0,45 = 1,75 m
Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan
ukuran bahan peledak magnapex 38 x 300 mm dan Trimex 19 x 900 mm.

Bottom Charge = = = 2,625 ≈ 3 batang magnapex

Column Charge = = = 1,94 ≈ 2 batang trimex

Perhitungan lubang kontur untuk Rib


Perhitungan burden maksimum (Bmax) adalah :
Untuk S/B = 1,25; f = 1,2

B max = 0,9 = 0,9 = 0,48 m

Perhitungan untuk burden praktis (Bw)


Bw = Bmax – Ep
= 0,48 – 0,05 = 0,43 m
Perhitungan spasi (S)
S/B = 1,25 Bmax
S = 1,25 x 0,48 = 0,6 m
Jumlah lubang tembak (N)

N=

Untuk menentukan panjang Rib = tinggi terowongan – burden pada lifter –


burden pada roof.
= 5 – 0,8 – 0,63 = 3,57 m

N= = 7,95 ≈ 8 lubang

Spasi praktis (Sw)

Sw = = = 0,51 m

III - 27
Panjang muatan bottom (hb)
hb = 1,25 x Bw = 1,25 x 0,43 = 0,54 m
Panjang muatan column (hc)
hc = H – hb – ho
= 3 – 0,54 – 0,45 = 2,01 m
Jumlah panjang dodol yang igunakan untuk muatan column charge dengan
ukuran bahan peledak magnapex 38 x 300 mm dan trimex 19 x 900 m

Bottom Charge = = = 1,8 ≈ 2 batang magnapex

Column Charge = = = 2,23 ≈ 2 batang Trimex

f. Perhitungan Lubang Stoping


Perhitungan untuk lubang stoping horizontal dan keatas dipengaruhi oleh
burden praktis pada lubang kontur serta lebar dari bukaan horizontal pada cut holes.
Burden praktis dari lubang kontur rib (Bw) = 0,43 m dan lebar terowongan 5 m.
Sehingga panjang tempat untuk lubang horizontal serta vertical keatas
= 5 – (2 x 0,43) = 4,14 m
Maksimum burden (Bmax) :

Bmax = 0,9 = 0,9 = 0,91 m

Burden praktis (Bh) = Bmax – Ep


= 0,91 – 0,05 = 0,86 m
Perhitungan spasi (S)
S/B = 1,25 Bmax
S = 1,25 x 0,86 = 1,08 m
Jumlah lubang tembak (N)

N= +2= = 5,83 ≈ 6 lubang

Dikarenakan ada 1 lubang cut pada spasi stoping, maka lubang stoping dikurangi
1 dari jumlah lubang stoping horizontal keatas = 6 -1 = 5 lubang

III - 28
Spasi Praktis (Sw)

Sw =

= = 0,828 m

Panjang muatan bottom (hb)


hb = 1,25 x Sw = 1,25 x 0,828 = 1,035 m
Panjang muatan Column (hc)
hc = H – hb – ho = 3 – 1,035 – 0,45 = 1,515 m
Jumlah dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran
bahan peledak magnapex 38 x 300 mm

Bottom charge = = = 3,45 ≈ 3 batang magnapex

Bottom charge = = = 5,05 ≈ 5 batang magnapex

Perhitungan untuk stoping dari atas kebawah, dipengaruhi oleh burden


praktis dari roof dan burden praktis dari lifter. Burden praktis dari lifter (B L) = 0,8
m dan burden praktis ari roof (B R) = 0,63 m. Tempat yang dapat diisi lubang
stoping kebawah
= tinggi terowongan - BL - BR = 5 – 0,8 – 0,63 = 3,57 m
Maksimum burden (Bmax)

Bmax = 0,9 = 0,9 =1m

Burden praktis (BD)


BD = Bmax – Ep
= 1 – 0,05 = 0,95 m
Perhitungan Spasi (S)
S/B = 1,25 x Bmax

III - 29
S = 1,25 x 0,95 = 1,1875 m ≈ 1,19 m
Jumlah lubang tembak (N)

N=

N= = 5 lubang

Spasi Praktis (Sw)

Sw =

= = 0,8925 m

Panjang muatan Bottom (hb)


hb = 1,25 x Sw
= 1,25 x 0,8925 = 1,1156 = 1,12 m
Panjang muatan Column (hc)
hc = H – hb – ho
= 3 – 1,12 – 0,45 = 1,43 m
Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan
ukuran bahan peledak magnapex 38 x 300 mm

Bottom Charge = = = 3,85 ≈ 4 batang magnapex

Column Charge = = = 4,76 ≈ 5 batang magmapex

III - 30

Anda mungkin juga menyukai