PEMBAHASAN
41
Gambar 4.1
Model Longsoran Busur
Sebagai pedoman lereng dalam keadaan mantap untuk lereng tunggal adalah FK ≥
1,20 dan untuk lereng keseluruhan FK ≥ 1,30 (Canmet, 1979). Tabel faktor
keamanan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.
42
Pendekatan I II
Parameter kuat geser puncak 1.5 1.3
Parameter kuat geser sisa 1.3 1.2
Memasukkan faktor gempa bumi 1.2 1.1
Keterangan :
I : Longsoran dianggap akan mengakibatkan kerusakan berat.
II : Longsoran dianggap tidak akan mengakibatkan kerusakan berat
Tabel 4.2
Faktor Keamanan Minimum Kemantapan Lereng (Canmet, 1979)
43
Tinggi keseluruhan : 70 meter
Kemiringan keseluruhan : 30o
Lebar jenjang : 10 meter
Sedangkan untuk timbunan, PT. Bintan Karisma Pratama akan menggunakan
dimensi lereng sebagai berikut :
Tinggi keseluruhan : 15 meter (tinggi maksimal)
Kemiringan keseluruhan : 20o
Lebar berm : 10 meter
Gambar 4.2
Dimensi lereng total
Gambar 4.3
Dimensi lereng timbunan
44
4.2. Kajian Metode Penggalian
Metoda ini akan dikaji dengan menggunakan Grafik Kolleth (Gambar 4.4). Batas
maksimal kuat tekan uniaksial yang dapat digali dengan peralatan tersebut adalah
80 MPa. Pada gambar terlihat arsir hijau merupakan nilai maksimal kuat tekan
uniaksial dari material yang ada di konsesi PT. Bintan Karisma Pratama.
Gambar 4.4
Grafik Kolleth (1990)
Untuk kriteria ini, parameter yang digunakan adalah jarak antar bidang discontinu
dan indeks point load dari uji point load. Spasi bidang diskontinyu digunakan
sebagai ukuran karakteristik diskontinuitas pada massa batuan yang merupakan
cerminan adanya cacat pada massa batuan.
45
Untuk kriteria ini, parameter yang digunakan adalah jarak antar bidang discontinu
dan indeks point load dari uji point load. Spasi bidang diskontinyu digunakan
sebagai ukuran karakteristik diskontinuitas pada massa batuan yang merupakan
cerminan adanya cacat pada massa batuan, asumsi joint spacing ialah 1 meter,
maka batasan minimal indeks point load yang harus dilakukan peledakan adalah
0,9 Mpa. (lihat Gambar 4.5).
Gambar 4.5
Indeks Kekuatan Franklin
Tabel 4.3
Sampel Uji Point Load
46
Hasil analisa dari uji Point Load yang telah dilakukan PT. Bintan Karisma
Pratama, didapatkan nilai uji point load 6,21-9,92 Mpa pada bukit 1 dan 10,77-
11,29 Mpa. Berdasarkan hasil uji point load tersebut ditinjau dari indeks
kekuatan franklin, maka dapat disimpulkan proses pemberaian batuan dilakukan
dengan metode peledakan.
D P (kN) Is
Rata-rata k
(mm) 1 2 3 (kN/mm2) (kg/cm2) Mpa
50.5 27 24 15 22.00 1.00 0.01 88.36 8.67
50.3 18 16 13 15.67 1.00 0.01 63.31 6.21
50.7 29 22 25 25.33 1.01 0.01 101.13 9.92
50.5 40 25 18 27.67 1.00 0.01 111.12 10.9
50.5 32 24 26 27.33 1.00 0.01 109.78 10.77
50.5 36 26 24 28.67 1.00 0.01 115.14 11.29
Tabel 4.4
Hasil Uji Point Load Batuan
47
Gambar 4.6
Kondisi massa batuan pada Pit sebelah Timur PT. Bintan Karisma Pratama
Secara umum bidang diskontinu merupakan bidang yang membagi massa batuan
menjadi bagian-bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993), bidang diskontinu
adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat tarik
paling lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen(1990), keterjadian bidang
diskontinu tidak terlepas dari masalah perubahan stress (tegangan), strain
(regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi dalam waktu yang panjang.
48
Beberapa macam bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan
komposisi bidang diskontinu adalah sebagai berikut :
1. Fault atau patahan
Fault atau patahan adalah bidang diskontinu yang secara jelas
memperlihatkan tanda-tanda bidang tersebut mengalami pergerakan.
Tanda –tanda tersebut diantaranya aalah zona hancuran maupun
slickensideed atau jejak yang terdapat disepanjang bidang fault.
2. Joint atau kekar
Beberpa pengertian joint atau kekar :
Berdasarkan ISRM (1980, joint atau kekar adalah bidang
diskontinu yang terbentuk secara alami tanpa ada tanda –tanda
pergeseran yang terlihat.
Menurut Price (1966), joint adalah retakan pada batuan yang tidak
menunjukkan tanda-tanda pergerakan, atau meskipun mengalami
pergerakan tetapi sangat kecil sehingga bisa diabaikan.
Joint berdasarkann lokasi keterjadiannya dapat dikelompokkan menjadi :
Foliatio joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang
bidang foliasi pada batuan metamorf.
Bedding joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang
bidang perlapisan pada batuan sedimen.
Tectonic joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk karena
tegangan tarik yang terjadi pada proses pengangkatan atau
tegangan lateral.
3. Fracture
Fracture adalah bidang diskontinu pada batuan yang terbentuk karena
adanya proses pelipatan dan patahan yang intensif (Glossary of Geology,
1980).
4. Crack
Crack adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil atau tidak menerus
(ISRM 1975). Namun dibeberapa rock mechanic engineer menggunakan
istilah fracture dan crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang
49
terjadi pada saat pengujian batuan, peledakan dan untuk menjelaskan
mekanisme pecahnya batuan.
5. Rupture
Rupture adalah pecahan atau bidang diskontinu yang terjadi karena proses
eskavasi atau pekerjaan manusia lain.
6. Fissure
Fissure adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil, terutama yang
tidak terisi atau terbungkus oleh material lain.
7. Bedding (bidang perlapisan)
Merupakan istilah untuk bidang perlapisan pada batuan sedimen. Bedding
terdapat pada permukaan batuan yang mengalami perubahan ukuran dan
orientasi butir dari batuan serta perubahan mineralogi yang terjadi selama
proses pembentukan batuan sedimen.
8. Seam adalah :
Zona lempung dengan ketebalan beberapa centimeter. Ketika
muncul sebagai zona lemah pada material sedimen, seam bisa
menjadi lebih tebal. Disisi lain, seam bisa direprentasikan sebagai
sesar kecil atau zona alterasi sepanjang bidang lemah.
Bidang perlapisan batubara pada lapisan-lapisan berbeda yang
mudah terpisahkan (Dictionary of Geological Terms, 1962).
9. Shear adalah bidang pergeseran yang berisi material hancuran akibat
tergerus oleh pergerakan kedua sisi massa batuan dengan ukuran celah
yang lebih lebar dari kekar. Ketebalan material hancuran yang berupa batu
atau tanah ini bervariasi dari ukuran beberapa milimeter sampai meter.
50
Mengindetifikasi parameter-parameter penting yang mempengaruhi
perilaku massa batuan.
Membagi formasi batuan kedalam grup yang mempunyai perilaku sama
menjadi kelas massa batuan.
Memberikan dasar-dasar untuk pengertian karakteristik dari setiap kelas
massa batuan.
Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di satu lokasi
dengan lokasi lainnya.
Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancanagan rekayasa.
Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara para
insinyur dan geologiwan.
Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling tidak tiga
keuntungan bagi perencangan kemantapan lereng yaitu (Bieniawski, 1989) :
Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data masukan
minimum sebagai parameter klasifikasi.
Memberikan informasi/data kuantitatif untuk tujuan rancangan.
Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif pada
suatu proyek.
51
Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa batuan diperkenalkan
oleh Deere (1967) seperti Tabel 4.5 berikut ini.
Dalam menghitung nilai RQD, metode tidak langsung digunakan apabila core
logs tidak tersedia, diantaranya yaitu :
Menurut Priest dan Hudson (1976)
52
Gambar 4.7
Hubungan RQD dan Jv (Palmstrom, 1982)
Gambar 4.8
Pengamatan Orientasi Kekar/Joint pada dinding Pit PT. BKP
53
Berdasarkan hasil pengamatan data kekar yang dilakukan didapatkan hasil Rock
Quality Designation (RQD) sebesar 85 %, seperti yang terlihat pada Tabel
dibawah ini.
Sistem klasfikasi massa batuan RMR menggunakan enam parameter berikut ini
dimana rating setiap parameter dijumlahkan untuk memperoleh nilai total dari
RMR :
1. Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of disconuities)
54
4. Kondisi kekar (Condition of discontinuities)
5. Kondisi air tanah (Groundwater conditions)
Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari Uji Kuat Tekan Uniaksial (Uniaxial
Comperrive Strength, UCS) dan Uji Point Load (Point Load Test, PLI). UCS
menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah
(uniaxial). Sampel batuan yang diuji dalam bentuk silinder dengan perbandingan
antara tinggi dan diameter tertentu.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot
berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI nya seperti pada Tabel dibawah ini :
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD) diberi
bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti pada Tabel 4.8 dibawah ini.
RQD (%) Kualiatas Batuan Rating
< 25 Sangat Jelek (Very poor) 3
25 - 50 Jelek (Poor) 8
50 - 75 Sedang (Fair) 13
75 - 90 Baik (Good) 17
90 - 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Tabel 4.8
Rock Quality Designation (RQD) (Bieniawski, 1989)
55
c) Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of Discontinuities)
Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar
berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Menurut ISRM,
jarak antar (spasi) kekar adalah jarak tegak lurus antara bidang kekar yang
berdekatan dalam satu set kekar.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar (spasi) kekar diberi bobot
berdasarkan nilai spasi kekar-nya seperti pada Tabel 4.9 dibawah ini.
Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar,
meliputi kemenerusan, jarak antar permukaan kekar ata celah
(separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi
(infilling/gouge), dan tingkat pelapukan (weathering).
Kemenerusan (persistence/continuity)
Panjang dari suatu kekar dapat dikuantifikasi secara kasar dengan
mengamati panjang jejak kekar pada suatu bukaan. Seringkali panjang
jejak kekar pada suatu bukaan lebih kecil dari panjang kekar
sesungguhnya, sehingga kemenerusan yang sesungguhnya hanya dapat
ditebak. Jika jejak sebuah kekar pada suatu bukaan berhenti atau terpotong
kekar lain atau terpotong oleh solid/massive rock, ini menunjukkan adanya
kemenerusan.
Jarak antar permukaan kekar atau celah (separation/aperture)
Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada
bidang diskontinu.
56
Kekasaran kekar (roughness)
Tingkat kekasaran permukaan kekar dapat dilihat dari bentuk gelombang
permukaannya. Gelombang ini diukur relatif dari permukaan datar dari
kekar. Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser kekar dan
dapat juga mengubah kemiringan pada bagian tertentu dari kekar tersebut.
Material pengisi (infilling/gouge)
Material pengisi berada pada celah antara dua dinding bidang kekar yang
berdekatan. Sifat material pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan
induknya.
Tingkat pelapukan (weathering)
Penentuan tingkat kelapukan kekar didasarkan pada perubahan warna pada
batuannya dan terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar
tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi, batuan semakin
lapuk.
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing-masing
dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi kekar. Pemberian bobot
berdasarkan pada Tabel 4.10 dibawah ini.
Parameter Rating
<1m 1-3m 3 - 10 m 10 - 20 m > 20 m
Panjang kekar (Persistence/continuity)
6 4 2 1 0
Jarak antar permukaan kekar Tidak ada < 0.1 mm 0.1 -1.0 mm 1 - 5 mm > 5 mm
(Separation/aperture) 6 5 4 1 0
Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slickensided
Kekasaran kekar (Roughness)
6 5 3 1 0
Keras Lunak
Tidak ada
Material pengisi (Infilling/gouge) < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm
6 4 2 2 0
Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat lapuk Hancur
Pelapukan (Weathering)
6 5 3 1 0
Tabel 4.10
Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)
57
perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater conditions)
diberi bobot berdasarkan Tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11
Kondisi air tanah (Bieniawski, 1989)
Tabel 4.12
Perhitungan Rock Mass Rating (RMR)
58
dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa batuan seperti terlihat pada Tabel
4.13 dibawah ini.
Profil massa batuan Deskripsi
Rating 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 20 - 0
Kelas massa batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek
Kohesi > 400 kPa 300 - 400 kPa 200 - 300 kPa 100 - 200 kPa < 100 kPa
Sudut geser dalam > 45 35 - 45 25 - 35 15 - 25 < 15
Tabel 4.13
Kelas massa batuan, kohesi dan sudut geser dalam berdasarkan RMR (Bieniawski,
1989)
Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating (RMR), batuan pada PT. Bintan
Karisma Pratama memiliki RMR sebesar 59 – 67. Dengan demikian batuan yang
terdapat pada PT. Bintan Karisma Pratama memiliki kelas batuan Sedang – Baik,
dengan kohesi dan sudut geser dalam 200 – 400 kPa dan 25 – 45o.
Kajian teknis peledakan dapat dikaji dari geometri peledakan yang digunakan dan
fragmentasi hasil peledakan. Dengan adanya upaya menganalisis distribusi
fragmen batuan hasil peledakan, diharapkan akan mendapatkan dsitribusi
fragmentasi yang optimum. Ukuran fragmen batuan yang terlalu besar
mengakibatkan produktivitas alat gali muat dan alat angkut turun serta dapat
mengahambat laju pengumpanan, sehingga bisa merusak crusher dan
menghambat proses produksi. Semakin kecil ukuran fragmen batuan yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan peledakan, maka proses pemuatan oleh alat gali
muat akan semakin mudah dilakukan dan alat angkut dapat diisi dengan kapasitas
maksimum.
Metode yang digunakan untuk menganalisis fragmentasi hasil peledakan dalam
penelitian yaitu secara teoritis dengan menggunakan metode Kuz-Ram dan metode
image analysis dengan menggunakan software Split Desktop.
59
– rata dan persamaan Rossin – Rammler menentukan persentase material yang
tertampung pada ayakan dengan ukuran tertentu. Persamaan Kuznetsov yaitu :
.......................................... pers. 1
Dengan :
x = Ukuran rata-rata fragmen batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
Persamaan diatas untuk tipe bahan peledak TNT. Untuk itu Cunningham (1987)
memodifikasi persamaan tersebut untuk memenuhi penggunaan ANFO sebagai
bahan peledak. Sehingga persamaan tersebut menjadi :
.......................................... pers. 2
Dengan :
x = Ukuran rata-rata fragmen batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg
E = RWS bahan peledak : ANFO = 100, TNT = 115
Dari persamaan Kuznetsov juga dapat diturunkan rumus untuk mengetahui
volume batuan yang terbongkar, sehingga dapat dicari geometri peledakan yang
sesuai dengan target ukuran fragmen yang diinginkan :
.......................................... pers. 3
Dengan :
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
x = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan yang diinginkan (cm)
A = Faktor batuan
60
Untuk menentukan distribusi fragmen batuan hasil peledakan digunakan Rossin –
Rammler, yaitu :
.......................................... pers. 4
Dengan :
R = Persentase massa batuan yang lolos dengan ukuran X (%)
Xc = Karakteristik ukuran (cm)
X = Ukuran ayakan (cm)
n = Indeks Keseragaman
Karakteristik ukuran ayakan dihitung menggunakan persamaan berikut :
.......................................... pers. 5
.......................................... pers. 6
Dengan :
n = Indeks keseragaman
B = Burden (m)
D = Diameter charge (mm)
W = Standar deviasi lubang bor
A = Rasio spasi/burden
PC = Panjang kolom isian (m)
L = Tinggi jenjang (m)
61
BI = 0.5 ( RMD + JPS + JPO + SGI + H) .......................................... pers. 7
Dengan :
RMD = Rock Mass Description
JPS = Joint Plane Spacing
JPO = Joint Plane Orientantion
SGI = Specific Gravity Influence
H = Hardness
Nilai dari kelima parameter di atas dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan untuk nilai
kekerasan (hardness) batuan dapat dilihat pada tabel 4.15.
Parameter Rating
1. Rock mass descriptiom
1.1 Powdery/Friable 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing (JPS)
2.1 Close (< 0.1 m) 10
2.2 Intermediate (0.1 to 1 m) 20
2.3 Wide (> 1 m) 50
3. Joint Plane Orientantion (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
3.4 Dip into face 40
4. Specific Gravity Influence (SGI)
SGI = 25 SG - 50, where SG is equal to the specific gravity of the rock
5. Hardness (H)
Moh's hardness scale
Tabel 4.14
Nilai Parameter untuk Blastability Index (BI), Lily 1986
62
Material Moh's Hardness
Talc 1
Rock salt, gypsum 2
Calcite 3
Fluorspar 4
Apatite 5
Feldspar 6
Quartz 7
Topaz 8
Corundum 9
Diamond 10
Tabel 4.15
Nilai kekerasan skala Moh’s, Roberts, 1977
Menurut Kuznetsov, 1973 memberikan nilai bobot batuan sebesar 7 untuk medium
rock, 10 untuk batuan keras dengan banyak rekahan dan 13 untuk batuan keras
dengan sedikit sekali rekahan.
Untuk mendaptkan nilai bobot batuan (A) yang lebih baik, nilai Blastability Index
yang awalnya diajukan oleh Lily (1986) dimodifikasi oleh Cunningham (1987).
Sehingga persamaan faktor batuan menjadi :
63
Symbol Quantity Rating
A Rock factor 8 to 12
RMD Rock Mass Description
- powdery/friable 10
- vertically jointed JF
- massive 50
JF JPS + JPA
JPS Vertical Joint Spacing
- < 0.1 m 10
- 0.1 to MS 20
- MS to DP 50
MS Oversize (m)
DP Drilling patern size (m) assuming
DP > MS
JPA Joint plane angle
- dip out of face 20
- strike perpendicular to face 30
- dip into face 40
RDI Density influence 25 x RD - 50
RD Density (t/m3)
HF Hardness factor
- If Y < 50 Gpa HF = Y/3
- If Y > 50 Gpa HF = UCS/5
Y Young modulus (Gpa)
UCS Unconfined compressive strength (Mpa)
Tabel 4.16
Nilai faktor batuan (A) menurut Cunningham (1987)
64
a. Dapat membaca file gambar dengan format : TIF, JPEG atau windows
BMP
b. Mengambil gambar dari video (video capture) dengan Scion
Framegrabber
c. Digital Video Capture dengan IEEE 1394 (fireware)
d. Kelebihan prosesing gambar standar (Scaling, filtering, dan sebagainya)
e. Peralatan edit gambar (image editing tools)
f. Digitasi automatik partikel batuan
g. Identifikasi automatik partikel halus
h. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO, US,
UK)
i. Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan
j. Basis pelaporan dalam HTML dan Text
k. Menggunakan perhitungan algoritma untuk menggabung dua gambar yang
berbeda skala
l. Kalkulasi automatik parameter dengan pendekatan metode distribusi
Rossin – Ramler atau Schumann.
Program Split Desktop dijalankan oleh engineer tambang atau teknisi di lokasi
tambang dengan mengambil input data berupa foto digital fragmentasi.
65
Panjang Isian (PC) 4.34 meter
Volume (Vo) 42.75 m3
Faktor Batuan (A) 6.84
Berat bahan peledak tiap lubang (Q) 21.61 kg
RWS bahan peledak (E) 100
66
Parameter Pembobotan untuk Blasting Index
Bobot
Parameter
1. Rock Mass description (RMD)
1.1 Powdery/Friable 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally Massive 50
Dipilih 20
2. Joint plane spacing (JPS)
2.1 Close (< 0.1 m) 10
2.2 Intermediate (0.1 - 1 m) 20
2.3 Wide (> 1 m) 50
Dipilih 20
3. Joint plane orientation (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
3.4 Dip into face 40
Dipilih 30
4. Specific gravity influence (SGI)
SGI = 25 x SG - 50
SG 2.65
SGI 16.25
5. Hardness
Rating of 1- 10 5
Dipilih 5
67