Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kestabilan Lereng

Penyelidikan geoteknik untuk mendukung kegiatan operasional penambangan


batu granit dengan sistem penambangan terbuka (open pit / quary) bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng galian yang dapat
meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding galian.
Data yang diperlukan untuk penyelidikan ini adalah sebagai berikut:
a. Susunan batuan
Susunan batuan pembentuk lereng yang dapat teramati pada daerah
penyelidikan terdiri dari soil, batupasir dan batu granit, keras dan kompak.
b. Struktur lapisan batuan
Struktur lapisan batuan dengan batuan dasar granit kompak dan memiliki
rekahan – rekahan kekar.
4.1.1. Dasar Perhitungan Kemantapan Lereng

Kajian kemantapan lereng penambangan batu granit PT. Bintan Karisma


Pratama menggunakan konsep kesetimbangan batas. Prinsip dasarnya adalah gaya
geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan akan dibandingkan
dengan gaya yang menyebabkan kelongsoran. Gaya penyebab kelongsoran yang
selanjutnya disebut sebagai momen penggerak berasal dari berat tanah dan berat
air yang berada di atas bidang gelincir. Sedangkan gaya atau momen penahan
kelongsoran berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang gelincir. Kedua
momen ini dibandingkan sehingga didapatkan faktor keamanan (FK) pada bidang
yang berbentuk busur tersebut. Dengan cara perhitungan berulang-ulang
(iterative) di berbagai busur yang diperkirakan sebagai bidang gelincirnya, akan
diperoleh faktor keamanan terkecil yang menyatakan bidang gelincir yang paling
berbahaya. Model longsoran berbentuk busur dapat dilihat pada Gambar 4.1.

41
Gambar 4.1
Model Longsoran Busur

Beberapa metode yang dapat diterapkan pada konsep kesetimbangan batas,


diantaranya adalah metode Bishop, Fellenius, Hoek & Bray. Dari beberapa
metode tersebut dipilih metode Bishop dengan beberapa pertimbangan:
 Lapisan penutup terdiri dari beberapa material yang berbeda-beda sifatnya.
 Menghasilkan angka faktor keamanan yang lebih teliti karena
memperhitungkan harga kuat geser dari tiap lapisan tanah yang ada.

Jenis Uniaxial Compressive


No Lokasi Sampel
Material Strength (UCS) MPa
1 1 Granit 55.33
2 Bukit 1 2 Granit 74.93
3 3 Granit 90.33
4 1 Granit 71.64
5 Bukit 2 2 Granit 111.45
6 3 Granit 101.08
Tabel 4.1
Hasil Uji Uniaxial Compressive Strength

4.1.2. Dasar Penilaian Kemantapan Lereng

Sebagai pedoman lereng dalam keadaan mantap untuk lereng tunggal adalah FK ≥
1,20 dan untuk lereng keseluruhan FK ≥ 1,30 (Canmet, 1979). Tabel faktor
keamanan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

42
Pendekatan I II
Parameter kuat geser puncak 1.5 1.3
Parameter kuat geser sisa 1.3 1.2
Memasukkan faktor gempa bumi 1.2 1.1
Keterangan :
I : Longsoran dianggap akan mengakibatkan kerusakan berat.
II : Longsoran dianggap tidak akan mengakibatkan kerusakan berat
Tabel 4.2
Faktor Keamanan Minimum Kemantapan Lereng (Canmet, 1979)

4.1.3. Parameter Pemodelan Lereng

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis kemantapan lereng


tambang tunggal adalah:
 Variasi material dianggap homogen dan mempunyai kekuatan geser sisa
(Cr, Φr).
 Material dalam kondisi setengah jenuh.
 Tinggi muka airtanah dianggap mengikuti tinggi permukaan lereng.
 Untuk tiap lapisan material digunakan nilai karakteristik rata-rata dari
hasil pengujian laboratorium.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis kemantapan lereng
tambang keseluruhan adalah:
 Analisis dilakukan pada model lereng dengan kondisi material yang
tersusun oleh soil, batupasir dan batugranit, keras dan kompak
(batugranit).
 Variasi tiap material dianggap homogen dan mempunyai kekuatan geser
sisa (C dan Φr).
 Struktur geologi yang diperhitungkan hanya perlapisan batuan.

4.1.4. Rekomendasi Lereng Penambangan

Dalam kajian rekomendasi lereng dengan melihat karakteristik geologi endapan


maka rekomendasi lereng penambangannya adalah sebagai berikut:
Tinggi tunggal : 10 meter
Kemiringan lereng tunggal : 50o

43
Tinggi keseluruhan : 70 meter
Kemiringan keseluruhan : 30o
Lebar jenjang : 10 meter
Sedangkan untuk timbunan, PT. Bintan Karisma Pratama akan menggunakan
dimensi lereng sebagai berikut :
Tinggi keseluruhan : 15 meter (tinggi maksimal)
Kemiringan keseluruhan : 20o
Lebar berm : 10 meter

Gambar 4.2
Dimensi lereng total

Gambar 4.3
Dimensi lereng timbunan

44
4.2. Kajian Metode Penggalian

Produktifitas akan meningkat jika penggalian (pemberaian) berjalan efektif.


Pemberaian dapat dilakukan dengan cara konvensional, peledakan atau kombinasi
keduanya. Untuk mengetahui metoda pemberaian yang akan dilaksanakan di
lokasi tambang, PT. Bintan Karisma Pratama perlu melaksanakan kajian
kemampugalian. Parameter yang digunakan dalam kajian ini berasal dari
karakteristik kuat tekan uniaksial dan point load index material batuan yang akan
dikaji.

a. Kriteria Kuat Tekan Uniaksial

Metoda ini akan dikaji dengan menggunakan Grafik Kolleth (Gambar 4.4). Batas
maksimal kuat tekan uniaksial yang dapat digali dengan peralatan tersebut adalah
80 MPa. Pada gambar terlihat arsir hijau merupakan nilai maksimal kuat tekan
uniaksial dari material yang ada di konsesi PT. Bintan Karisma Pratama.

Gambar 4.4
Grafik Kolleth (1990)

b. Kriteria Indeks Kekuatan Franklin

Untuk kriteria ini, parameter yang digunakan adalah jarak antar bidang discontinu
dan indeks point load dari uji point load. Spasi bidang diskontinyu digunakan
sebagai ukuran karakteristik diskontinuitas pada massa batuan yang merupakan
cerminan adanya cacat pada massa batuan.

45
Untuk kriteria ini, parameter yang digunakan adalah jarak antar bidang discontinu
dan indeks point load dari uji point load. Spasi bidang diskontinyu digunakan
sebagai ukuran karakteristik diskontinuitas pada massa batuan yang merupakan
cerminan adanya cacat pada massa batuan, asumsi joint spacing ialah 1 meter,
maka batasan minimal indeks point load yang harus dilakukan peledakan adalah
0,9 Mpa. (lihat Gambar 4.5).

Gambar 4.5
Indeks Kekuatan Franklin

Uji Point Load Rekomendasi


No Lokasi Sampel Jenis Material
(Is) Mpa Penggalian
1 1 Disposal 8.67 Peledakan
2 Bukit 1 2 Disposal 6.21 Peledakan
3 3 Disposal 9.92 Peledakan
4 1 Disposal 10.9 Peledakan
5 Bukit 2 2 Disposal 10.77 Peledakan
6 3 Disposal 11.29 Peledakan

Tabel 4.3
Sampel Uji Point Load

46
Hasil analisa dari uji Point Load yang telah dilakukan PT. Bintan Karisma
Pratama, didapatkan nilai uji point load 6,21-9,92 Mpa pada bukit 1 dan 10,77-
11,29 Mpa. Berdasarkan hasil uji point load tersebut ditinjau dari indeks
kekuatan franklin, maka dapat disimpulkan proses pemberaian batuan dilakukan
dengan metode peledakan.
D P (kN) Is
Rata-rata k
(mm) 1 2 3 (kN/mm2) (kg/cm2) Mpa
50.5 27 24 15 22.00 1.00 0.01 88.36 8.67
50.3 18 16 13 15.67 1.00 0.01 63.31 6.21
50.7 29 22 25 25.33 1.01 0.01 101.13 9.92
50.5 40 25 18 27.67 1.00 0.01 111.12 10.9
50.5 32 24 26 27.33 1.00 0.01 109.78 10.77
50.5 36 26 24 28.67 1.00 0.01 115.14 11.29

Tabel 4.4
Hasil Uji Point Load Batuan

4.3. Klasifikasi Massa Batuan

4.3.1. Massa Batuan

Palmstrorm (2001) menjelaskan konsep massa batuan yang idealnya merpakan


susunan dari sistem blok-blok dan fragmen-fragmen batuan yang dipisahkan oleh
bidang-bidang diskontinu yang masing-masing saling bergantung sebagai sebuah
kesatuan unit.

47
Gambar 4.6
Kondisi massa batuan pada Pit sebelah Timur PT. Bintan Karisma Pratama

Adanya bidang diskontinu ini membedakan kekuatan massa batuan dengan


kekuatan batuan utuh atau intact rock. Massa batuan akan memiliki kekuatan yang
lebih kecil dibandingkan dengan batuan utuh. Variasi yang besar dalam hal
komposisi dan struktur dari batuan serta sifat dan keberadaan bidang diskontinu
yang memotong batuan akan membawa komposisi dan struktur yang kompleks
terhadap massa batuan.

4.3.2. Bidang Diskontinu

Secara umum bidang diskontinu merupakan bidang yang membagi massa batuan
menjadi bagian-bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993), bidang diskontinu
adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat tarik
paling lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen(1990), keterjadian bidang
diskontinu tidak terlepas dari masalah perubahan stress (tegangan), strain
(regangan), mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi dalam waktu yang panjang.

48
Beberapa macam bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan
komposisi bidang diskontinu adalah sebagai berikut :
1. Fault atau patahan
Fault atau patahan adalah bidang diskontinu yang secara jelas
memperlihatkan tanda-tanda bidang tersebut mengalami pergerakan.
Tanda –tanda tersebut diantaranya aalah zona hancuran maupun
slickensideed atau jejak yang terdapat disepanjang bidang fault.
2. Joint atau kekar
Beberpa pengertian joint atau kekar :
 Berdasarkan ISRM (1980, joint atau kekar adalah bidang
diskontinu yang terbentuk secara alami tanpa ada tanda –tanda
pergeseran yang terlihat.
 Menurut Price (1966), joint adalah retakan pada batuan yang tidak
menunjukkan tanda-tanda pergerakan, atau meskipun mengalami
pergerakan tetapi sangat kecil sehingga bisa diabaikan.
Joint berdasarkann lokasi keterjadiannya dapat dikelompokkan menjadi :
 Foliatio joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang
bidang foliasi pada batuan metamorf.
 Bedding joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang
bidang perlapisan pada batuan sedimen.
 Tectonic joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk karena
tegangan tarik yang terjadi pada proses pengangkatan atau
tegangan lateral.
3. Fracture
Fracture adalah bidang diskontinu pada batuan yang terbentuk karena
adanya proses pelipatan dan patahan yang intensif (Glossary of Geology,
1980).
4. Crack
Crack adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil atau tidak menerus
(ISRM 1975). Namun dibeberapa rock mechanic engineer menggunakan
istilah fracture dan crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang

49
terjadi pada saat pengujian batuan, peledakan dan untuk menjelaskan
mekanisme pecahnya batuan.
5. Rupture
Rupture adalah pecahan atau bidang diskontinu yang terjadi karena proses
eskavasi atau pekerjaan manusia lain.
6. Fissure
Fissure adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil, terutama yang
tidak terisi atau terbungkus oleh material lain.
7. Bedding (bidang perlapisan)
Merupakan istilah untuk bidang perlapisan pada batuan sedimen. Bedding
terdapat pada permukaan batuan yang mengalami perubahan ukuran dan
orientasi butir dari batuan serta perubahan mineralogi yang terjadi selama
proses pembentukan batuan sedimen.
8. Seam adalah :
 Zona lempung dengan ketebalan beberapa centimeter. Ketika
muncul sebagai zona lemah pada material sedimen, seam bisa
menjadi lebih tebal. Disisi lain, seam bisa direprentasikan sebagai
sesar kecil atau zona alterasi sepanjang bidang lemah.
 Bidang perlapisan batubara pada lapisan-lapisan berbeda yang
mudah terpisahkan (Dictionary of Geological Terms, 1962).
9. Shear adalah bidang pergeseran yang berisi material hancuran akibat
tergerus oleh pergerakan kedua sisi massa batuan dengan ukuran celah
yang lebih lebar dari kekar. Ketebalan material hancuran yang berupa batu
atau tanah ini bervariasi dari ukuran beberapa milimeter sampai meter.

4.3.3. Metode Klasifikasi Massa Batuan

Klasifikasi massa batuan digunakan sebagai alat dalam menganalisis kemantapan


lereng yang menghubungkan antara pengalaman di bidang massa batuan dengan
kebutuhan pemantapan diberbagai kondisi lapangan yang dibutuhkan.
Pada dasarnya pembuatan klasifikasi massa batuan bertujuan (Bieniawski, 1989) :

50
 Mengindetifikasi parameter-parameter penting yang mempengaruhi
perilaku massa batuan.
 Membagi formasi batuan kedalam grup yang mempunyai perilaku sama
menjadi kelas massa batuan.
 Memberikan dasar-dasar untuk pengertian karakteristik dari setiap kelas
massa batuan.
 Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di satu lokasi
dengan lokasi lainnya.
 Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancanagan rekayasa.
 Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara para
insinyur dan geologiwan.
Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling tidak tiga
keuntungan bagi perencangan kemantapan lereng yaitu (Bieniawski, 1989) :
 Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data masukan
minimum sebagai parameter klasifikasi.
 Memberikan informasi/data kuantitatif untuk tujuan rancangan.
 Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif pada
suatu proyek.

4.3.3.1. Rock Quality Designation (RQD)

Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan Rock Quality Designation (RQD)


sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan kualitas dari massa batuan secara
kuantitatif. RQD ddefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor yang
secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian
yang lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor (core). Hanya bagian
yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (4 nchi) yang dijumlahkan
kmudian dibagi panjang total pengeboran (core run) (Deere, 1967). Diameter inti
bor (core) harus berukuran minimal NW (54.7 mm atau 2.15 inchi) dan harus
berasal dari pemboran menggunakan double tube core barrel.

51
Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa batuan diperkenalkan
oleh Deere (1967) seperti Tabel 4.5 berikut ini.

RQD (%) Kualitas Batuan


< 25 Sangat Jelek (very poor)
25 - 50 Jelek (Poor)
50 - 75 Sedang (Fair)
75 - 90 Baik (Good)
90 -100 Sangat Baik (Excellent)
Tabel 4.5
Hubungan RQD dan kualitas massa batuan (Deere, 1967)

Dalam menghitung nilai RQD, metode tidak langsung digunakan apabila core
logs tidak tersedia, diantaranya yaitu :
 Menurut Priest dan Hudson (1976)

Dimana = jumlah total kekar per meter.


 Menurut Palmstrom (1982)
RQD = 115 – 3.3 Jv
Dimana, Jv = jumlah total kekar per meter3.
Hubungan antara RQD dan Jv dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

52
Gambar 4.7
Hubungan RQD dan Jv (Palmstrom, 1982)

Gambar 4.8
Pengamatan Orientasi Kekar/Joint pada dinding Pit PT. BKP

53
Berdasarkan hasil pengamatan data kekar yang dilakukan didapatkan hasil Rock
Quality Designation (RQD) sebesar 85 %, seperti yang terlihat pada Tabel
dibawah ini.

Kekar/Joint Kekar/Joint Spacing Frekuensi


Joint set 1 0.4 2.9
Joint set 2 0.5 2.0
Joint set 3 0.6 1.7
Jumlah kekar/Joint Random 26 2.6
Joint Volumetric (Jv) 9.1

RQD = 115 - 3.3 Jv 85


Tabel 4.6
Perhitungan Rock Quality Designation (RQD)

4.3.3.2. Rock Mass Rating (RMR)

Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu metode klasifikasi massa batuan yang


dikenal dengan Geomechanics Classification atau Rock Mass Rating (RMR).
Metode rating dipergunakan pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut
didasarkan pada pengalaman Bieniawski dalam mengerjakan proyek-proyek
terowongan dangkal.
Metode ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan lokasi
yang berbeda-beda seperti tambang pada batuan kuat, terowongan, tambang
batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Klasifikasi ini juga sudah
dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan adanya data baru agar dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan dan sesuai dengan standar internasional.

a. Parameter – parameter Rock Mass Rating (RMR)

Sistem klasfikasi massa batuan RMR menggunakan enam parameter berikut ini
dimana rating setiap parameter dijumlahkan untuk memperoleh nilai total dari
RMR :
1. Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of disconuities)

54
4. Kondisi kekar (Condition of discontinuities)
5. Kondisi air tanah (Groundwater conditions)

a) Kuat Tekan Batuan Utuh (Strength of Intact Rock Material)

Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari Uji Kuat Tekan Uniaksial (Uniaxial
Comperrive Strength, UCS) dan Uji Point Load (Point Load Test, PLI). UCS
menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah
(uniaxial). Sampel batuan yang diuji dalam bentuk silinder dengan perbandingan
antara tinggi dan diameter tertentu.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot
berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI nya seperti pada Tabel dibawah ini :

Deskripsi Kualitatif UCS (Mpa) PLI (Mpa) Rating


Sangat kuat Sekali (Exceptionally strong) > 250 > 10 15
Sangat Kuat (Very strong) 100 - 250 4 - 10 12
Kuat (Strong) 50 - 100 2-4 7
Sedang (Average) 25 - 50 1-2 4
Lemah (Weak) 5 -25 Penggunaan 2
Sangat lemah (Very weak) 1-5 UCS lebih 1
Sangat lemah sekali (Extremely weak) <1 dianjurkan 0
Tabel 4.7
Kekuatan material batuan utuh (Bieniawski, 1989)

b) Rock Quality Designation (RQD)

Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD) diberi
bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti pada Tabel 4.8 dibawah ini.
RQD (%) Kualiatas Batuan Rating
< 25 Sangat Jelek (Very poor) 3
25 - 50 Jelek (Poor) 8
50 - 75 Sedang (Fair) 13
75 - 90 Baik (Good) 17
90 - 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Tabel 4.8
Rock Quality Designation (RQD) (Bieniawski, 1989)

55
c) Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of Discontinuities)

Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar
berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Menurut ISRM,
jarak antar (spasi) kekar adalah jarak tegak lurus antara bidang kekar yang
berdekatan dalam satu set kekar.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar (spasi) kekar diberi bobot
berdasarkan nilai spasi kekar-nya seperti pada Tabel 4.9 dibawah ini.

Deskripsi Spasi Kekar (m) Rating


Sangat lebar (Very wide) >2 20
Lebar (Wide) 0.6 - 2 15
Sedang (Moderate) 0.2 - 0.6 10
Rapat (Close) 0.006 - 0.2 8
Sangat rapat (Very close) < 0.006 5
Tabel 4.9
Jarak antar (spasi) kekar (Bieniawski, 1989)

d) Kondisi Kekar (Condition of Discontinuities)

Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar,
meliputi kemenerusan, jarak antar permukaan kekar ata celah
(separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi
(infilling/gouge), dan tingkat pelapukan (weathering).
 Kemenerusan (persistence/continuity)
Panjang dari suatu kekar dapat dikuantifikasi secara kasar dengan
mengamati panjang jejak kekar pada suatu bukaan. Seringkali panjang
jejak kekar pada suatu bukaan lebih kecil dari panjang kekar
sesungguhnya, sehingga kemenerusan yang sesungguhnya hanya dapat
ditebak. Jika jejak sebuah kekar pada suatu bukaan berhenti atau terpotong
kekar lain atau terpotong oleh solid/massive rock, ini menunjukkan adanya
kemenerusan.
 Jarak antar permukaan kekar atau celah (separation/aperture)
Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada
bidang diskontinu.

56
 Kekasaran kekar (roughness)
Tingkat kekasaran permukaan kekar dapat dilihat dari bentuk gelombang
permukaannya. Gelombang ini diukur relatif dari permukaan datar dari
kekar. Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser kekar dan
dapat juga mengubah kemiringan pada bagian tertentu dari kekar tersebut.
 Material pengisi (infilling/gouge)
Material pengisi berada pada celah antara dua dinding bidang kekar yang
berdekatan. Sifat material pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan
induknya.
 Tingkat pelapukan (weathering)
Penentuan tingkat kelapukan kekar didasarkan pada perubahan warna pada
batuannya dan terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar
tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi, batuan semakin
lapuk.
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing-masing
dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi kekar. Pemberian bobot
berdasarkan pada Tabel 4.10 dibawah ini.
Parameter Rating
<1m 1-3m 3 - 10 m 10 - 20 m > 20 m
Panjang kekar (Persistence/continuity)
6 4 2 1 0
Jarak antar permukaan kekar Tidak ada < 0.1 mm 0.1 -1.0 mm 1 - 5 mm > 5 mm
(Separation/aperture) 6 5 4 1 0
Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slickensided
Kekasaran kekar (Roughness)
6 5 3 1 0
Keras Lunak
Tidak ada
Material pengisi (Infilling/gouge) < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm
6 4 2 2 0
Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat lapuk Hancur
Pelapukan (Weathering)
6 5 3 1 0

Tabel 4.10
Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)

e) Kondisi air tanah (Groundwater conditions)

Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekardiidentifikasikan


sebagai salah satu kondisi berikut : kering (completely dry), lembab (damp), basah
(wet), terdapat tetesan air (dripping), atau terdapat aliran air (flowing). Pada

57
perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater conditions)
diberi bobot berdasarkan Tabel 4.11 dibawah ini.

Kering Lembab Basah Terdapat air Terdapat aliran


Kondisi Umum
(Completely dry) (damp) (Wet) (dripping) air (flowing)
Debit air tiap 10 m panjang terowongan
Tidak ada < 10 10 - 25 25 - 125 > 125
(liter/menit
Tekanan air pada kekar / tegangan
0 < 0.1 0.1 - 0.2 0.1 - 0.2 > 0.5
prinsipal mayor
Rating 15 10 7 4 0

Tabel 4.11
Kondisi air tanah (Bieniawski, 1989)

Parameter Nilai Rating


Uniaxial Compresive Strength 100-250 12
Rock Quality Designation (RQD) 85% 17

Jarak (spasi) antar kekar Sedang (0.2 10


- 0.6 m)
Panjang kekar
4m 2
(Persistence/continuity )
Jarak antar permukaan kekar
2 mm 1
(Separation/aperture )
Kondisi Kekar Kekasaran kekar (Roughness ) Kasar 5
Keras, > 5
Material pengisi (Infilling/gouge ) 2
mm
Pelapukan (Weathering ) Lapuk 3
Kondisi Air Tanah Basah (Wet) 7
Rock Mass Rating (RMR) 59

Tabel 4.12
Perhitungan Rock Mass Rating (RMR)

b. Penggunaan Rock Mass Rating (RMR)

Setelah nilai bobot masing-masing parameter-parameter diatas diperoleh, maka


jumlah keseluruhan bobot tersebut menjadi nilai total RMR. Nilai RMR ini dapat
dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan, memperkirakan kohesi

58
dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa batuan seperti terlihat pada Tabel
4.13 dibawah ini.
Profil massa batuan Deskripsi
Rating 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 20 - 0
Kelas massa batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek
Kohesi > 400 kPa 300 - 400 kPa 200 - 300 kPa 100 - 200 kPa < 100 kPa
Sudut geser dalam > 45 35 - 45 25 - 35 15 - 25 < 15

Tabel 4.13
Kelas massa batuan, kohesi dan sudut geser dalam berdasarkan RMR (Bieniawski,
1989)

Berdasarkan hasil perhitungan Rock Mass Rating (RMR), batuan pada PT. Bintan
Karisma Pratama memiliki RMR sebesar 59 – 67. Dengan demikian batuan yang
terdapat pada PT. Bintan Karisma Pratama memiliki kelas batuan Sedang – Baik,
dengan kohesi dan sudut geser dalam 200 – 400 kPa dan 25 – 45o.

4.4. Fragmentasi Peledakan

Kajian teknis peledakan dapat dikaji dari geometri peledakan yang digunakan dan
fragmentasi hasil peledakan. Dengan adanya upaya menganalisis distribusi
fragmen batuan hasil peledakan, diharapkan akan mendapatkan dsitribusi
fragmentasi yang optimum. Ukuran fragmen batuan yang terlalu besar
mengakibatkan produktivitas alat gali muat dan alat angkut turun serta dapat
mengahambat laju pengumpanan, sehingga bisa merusak crusher dan
menghambat proses produksi. Semakin kecil ukuran fragmen batuan yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan peledakan, maka proses pemuatan oleh alat gali
muat akan semakin mudah dilakukan dan alat angkut dapat diisi dengan kapasitas
maksimum.
Metode yang digunakan untuk menganalisis fragmentasi hasil peledakan dalam
penelitian yaitu secara teoritis dengan menggunakan metode Kuz-Ram dan metode
image analysis dengan menggunakan software Split Desktop.

4.4.1. Metode Kuz-Ram


Metode Kuz-Ram merupakan gabungan dari persamaan Kuznetsov dan persamaan
Rossin – Rammler. Persamaan Kuznetsov memberikan ukuran fragmen batuan rata

59
– rata dan persamaan Rossin – Rammler menentukan persentase material yang
tertampung pada ayakan dengan ukuran tertentu. Persamaan Kuznetsov yaitu :

.......................................... pers. 1

Dengan :
x = Ukuran rata-rata fragmen batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
Persamaan diatas untuk tipe bahan peledak TNT. Untuk itu Cunningham (1987)
memodifikasi persamaan tersebut untuk memenuhi penggunaan ANFO sebagai
bahan peledak. Sehingga persamaan tersebut menjadi :

.......................................... pers. 2

Dengan :
x = Ukuran rata-rata fragmen batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg
E = RWS bahan peledak : ANFO = 100, TNT = 115
Dari persamaan Kuznetsov juga dapat diturunkan rumus untuk mengetahui
volume batuan yang terbongkar, sehingga dapat dicari geometri peledakan yang
sesuai dengan target ukuran fragmen yang diinginkan :

.......................................... pers. 3

Dengan :
Vo = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
x = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan yang diinginkan (cm)
A = Faktor batuan

60
Untuk menentukan distribusi fragmen batuan hasil peledakan digunakan Rossin –
Rammler, yaitu :

.......................................... pers. 4
Dengan :
R = Persentase massa batuan yang lolos dengan ukuran X (%)
Xc = Karakteristik ukuran (cm)
X = Ukuran ayakan (cm)
n = Indeks Keseragaman
Karakteristik ukuran ayakan dihitung menggunakan persamaan berikut :

.......................................... pers. 5

Indeks n adalah indeks keseragaman yang dikembangkan oleh Cunningham


(1987) dengan menggunakan parameter dari desain peledakan. Indeks
keseragaman (n) ditentukan dengan persamaan di bawah ini :

.......................................... pers. 6

Dengan :
n = Indeks keseragaman
B = Burden (m)
D = Diameter charge (mm)
W = Standar deviasi lubang bor
A = Rasio spasi/burden
PC = Panjang kolom isian (m)
L = Tinggi jenjang (m)

4.4.1.1. Pembobotan Batuan


Salah satu data masukan untuk model Kuz- Ram adalah faktor batuan yang
diperoleh dari indeks kemampuledakkan atau Blastability Index (BI) yang
didefinisikan dengan rumus (Lily, 1986) :

61
BI = 0.5 ( RMD + JPS + JPO + SGI + H) .......................................... pers. 7
Dengan :
RMD = Rock Mass Description
JPS = Joint Plane Spacing
JPO = Joint Plane Orientantion
SGI = Specific Gravity Influence
H = Hardness

Nilai dari kelima parameter di atas dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan untuk nilai
kekerasan (hardness) batuan dapat dilihat pada tabel 4.15.

Parameter Rating
1. Rock mass descriptiom
1.1 Powdery/Friable 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing (JPS)
2.1 Close (< 0.1 m) 10
2.2 Intermediate (0.1 to 1 m) 20
2.3 Wide (> 1 m) 50
3. Joint Plane Orientantion (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
3.4 Dip into face 40
4. Specific Gravity Influence (SGI)
SGI = 25 SG - 50, where SG is equal to the specific gravity of the rock
5. Hardness (H)
Moh's hardness scale

Tabel 4.14
Nilai Parameter untuk Blastability Index (BI), Lily 1986

62
Material Moh's Hardness
Talc 1
Rock salt, gypsum 2
Calcite 3
Fluorspar 4
Apatite 5
Feldspar 6
Quartz 7
Topaz 8
Corundum 9
Diamond 10
Tabel 4.15
Nilai kekerasan skala Moh’s, Roberts, 1977

Menurut Kuznetsov, 1973 memberikan nilai bobot batuan sebesar 7 untuk medium
rock, 10 untuk batuan keras dengan banyak rekahan dan 13 untuk batuan keras
dengan sedikit sekali rekahan.

Untuk mendaptkan nilai bobot batuan (A) yang lebih baik, nilai Blastability Index
yang awalnya diajukan oleh Lily (1986) dimodifikasi oleh Cunningham (1987).
Sehingga persamaan faktor batuan menjadi :

A = 0.06 x ( RMD + JF + RDI + HF) ............................... pers. 8

Dimana nilai parameternya akan dijelaskan pada Tabel dibawah ini.

63
Symbol Quantity Rating
A Rock factor 8 to 12
RMD Rock Mass Description
- powdery/friable 10
- vertically jointed JF
- massive 50
JF JPS + JPA
JPS Vertical Joint Spacing
- < 0.1 m 10
- 0.1 to MS 20
- MS to DP 50
MS Oversize (m)
DP Drilling patern size (m) assuming
DP > MS
JPA Joint plane angle
- dip out of face 20
- strike perpendicular to face 30
- dip into face 40
RDI Density influence 25 x RD - 50
RD Density (t/m3)
HF Hardness factor
- If Y < 50 Gpa HF = Y/3
- If Y > 50 Gpa HF = UCS/5
Y Young modulus (Gpa)
UCS Unconfined compressive strength (Mpa)
Tabel 4.16
Nilai faktor batuan (A) menurut Cunningham (1987)

4.4.2. Metode Image Analysis

Program Split Desktop merupakan program yang berfungsi untuk menganalisa


ukuran fragmen batuan. Split Desktop adalah program penganalisaan gambar yang
dikembangkan oleh Universitas Arizona, Amerika Serikat. Program Split Desktop
digunakan untuk membantu menganalisis gambar fragmen material hasil
peledakan, hasilnya berupa grafik presentase lolos material dan ukuran fragmen
rata –rata yang dihasilkan dalam suatu peledakan.

Kelebihan dari program Split Desktop adalah sebagai berikut :

64
a. Dapat membaca file gambar dengan format : TIF, JPEG atau windows
BMP
b. Mengambil gambar dari video (video capture) dengan Scion
Framegrabber
c. Digital Video Capture dengan IEEE 1394 (fireware)
d. Kelebihan prosesing gambar standar (Scaling, filtering, dan sebagainya)
e. Peralatan edit gambar (image editing tools)
f. Digitasi automatik partikel batuan
g. Identifikasi automatik partikel halus
h. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO, US,
UK)
i. Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan
j. Basis pelaporan dalam HTML dan Text
k. Menggunakan perhitungan algoritma untuk menggabung dua gambar yang
berbeda skala
l. Kalkulasi automatik parameter dengan pendekatan metode distribusi
Rossin – Ramler atau Schumann.

Program Split Desktop dijalankan oleh engineer tambang atau teknisi di lokasi
tambang dengan mengambil input data berupa foto digital fragmentasi.

4.4.3. Prediksi Ukuran Fragmentasi

Prediksi model fragmentasi dengan menggunakan metode Kuz-Ram memerlukan


parameter-parameter sebagai berikut :

Burden (B) 2.50 meter


Spasi (S) 2.50 meter
Diameter lubang ledak (D) 3.50 inch
Rasio Spasi/Burden 1.00
Stemming (T) 3.00 meter
Subdrilling (J) 0.50 meter
Kedalaman lubang ledak 7.34 meter
Tinggi jenjang (L) 6.84 meter

65
Panjang Isian (PC) 4.34 meter
Volume (Vo) 42.75 m3
Faktor Batuan (A) 6.84
Berat bahan peledak tiap lubang (Q) 21.61 kg
RWS bahan peledak (E) 100

Dengan mengunakan parameter diatas, didapatkan hasil prediksi fragmentasi


sebagai berikut :

Fragmentasi Passing (%)


R10 = - 10 cm = 25%
R20 = -20 + 10 cm = 22%
R30 = -30 + 20 cm = 17%
R40 = -40 + 30 cm = 12%
R50 = -50 + 40 cm = 8%
R60 = -60 + 50 cm = 6%
R70 = -70 + 60 cm = 4%
+ 70 cm = 7%
Tabel 4.17
Prediksi fragmentasi Model Kuz-Ram

Perhitungan nilai Faktor Batuan (A) diperoleh dengan menggunakan rumus


Blastability Index (Lily, 1986)

66
Parameter Pembobotan untuk Blasting Index
Bobot
Parameter
1. Rock Mass description (RMD)
1.1 Powdery/Friable 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally Massive 50
Dipilih 20
2. Joint plane spacing (JPS)
2.1 Close (< 0.1 m) 10
2.2 Intermediate (0.1 - 1 m) 20
2.3 Wide (> 1 m) 50
Dipilih 20
3. Joint plane orientation (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
3.4 Dip into face 40
Dipilih 30
4. Specific gravity influence (SGI)
SGI = 25 x SG - 50
SG 2.65
SGI 16.25
5. Hardness
Rating of 1- 10 5
Dipilih 5

Blasting Index (BI) = 0.5 x ( RMD + JPS + JPO + SGI + H )


BI = 45.63
Rock Factor = BI x 0.15
RF = 6.84

67

Anda mungkin juga menyukai