Anda di halaman 1dari 18

PENGUJIAN II

POIN LOAD TEST


A. Tujuan.
Untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tidak langsung
dilapangan.
B. Landasan Teori.
Klasifikasi massa batuan dianggap penting pada kegiatan proyek
rekayasa batuan. Made, dkk. (2013) menyatakan agar terowongan bisa
bertahan aman sepanjang masa penggunaannya maka sangat penting untuk
mengetahui secara detil keadaan batuan utuh, massa batuan dan geologi
struktur sebelum melakukan perancangan dan konstruksi. Banyak upaya telah
dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang massa batuan dengan
menggunakan metode eksperimental, observasi, dan empiris. Metode
eksperimental dilakukan sesuai dengan standar mekanika batuan, yang
merupakan metode yang paling umum digunakan dan paling akurat untuk
mengkarakterisasi massa batuan, walaupun terkadang memakan biaya dan
waktu untuk menyiapkan sampel batuan dan melakukan eksperimen. Dalam
kasus seperti ini, metode pengujian yang lebih sederhana, lebih cepat, lebih
mudah, portabel, lebih murah, dan tidak banyak memerlukan persiapan
spesimen lebih disukai.
Terdapat banyak metode yang bisa digunakan dalam menentukan
klasifikasi massa batuan, salah satunya adalah uji beban titik atau Point Load
Test (PLT). PLT merupakan metode pengujian yang tujuannya untuk
menentukan nilai kekuatan dari suatu jenis batuan. ASTM (2008) Uji ini
dilakukan dengan membebani spesimen batuan dengan beban yang semakin
terkonsentrasi hingga terjadi kegagalan akibat pecahnya spesimen tersebut.
Beban terkonsentrasi diterapkan melalui koaksial, pelat kerucut terpotong.
Beban kegagalan digunakan untuk menghitung indeks kekuatan beban titik.

(Sumber: Astika putri roshinta, Dkk.


Gambar: 2.1 contoh sistem pemuatan (uji indeks kekuatan benda titik)
(ASTM, 1995).
(Astika putri roshinta, Dkk. 2020).

1|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


Uji poin load test murupakan uji indeks yang telah sacara luas
digunakan untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan secara tidak langsung,
di lapangan. Hal ini disebabkan prosedur pengujian yang sederhana, preparasi
contoh yang mudah, dan dapat dilakukan dilapangan, peralatan yang
digunakan mudah dibawah bawah, tidak begitu besar dan cukup ringan
sehingga dapat dengan cepat diketahui kekuatan batuan di lapangan, sebelum
dilakukan pengujian dilaboratorium.
Contoh yang digunakan untuk pengujian ini dapat berbentuk silinder
ataupun suatu bongkah batuan dan disarankan untuk pengujian ini berbentuk
silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54 mm, lihat ISRM, 2985).
Menurut broch dan franklin (1982), indeks poin load (is) suatu contoh
batuan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.

P
Iₛ

Apabila diamater contoh batuan yang digunakan bukan 50 mm, maka


diperlukan factor koreksi terhadap persamaan yang diturunkan oleh broch dan
franklin. Menurut Greminger (1982), selang faktor koreksi tergantung
bersarnya diameter, karena diameter ideal yang digunakan adalah 50mm.
Maka Greminger menurunkan persamaan.

I ₛ ₍ ₅₀ ₎=
P
F

d
Dimana F ( ) ⁰ ̍ ̍ ˙ ⁴⁵ , sehingga suatu persamaan poin load indeks
50
yang telah dikoreksi sebagai berikut:

d
F( ) ⁰ ̍ ̍ ˙ ⁴⁵
50
P

2|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


Jika Iₛ=1 Mpa indeks tersebut tidak memiliki arti, maka penelitian
kekuatan harus berdasarkan uji UCS, dan menentukan Bieniawaski dengan
diameter.
Contoh 50 mm mak UCS dapat ditentukan melalui σc = 23 Iₛ.

Uji aksial dan uji irregular lump menggunakan diameter ekivalen (Dₑ)
dalam perhitungan poin load indeks yang diturunkan dari luas penampang
minimum

π
A=WD= Dₑ ²
4

4
Dₑ ²= WD
π

Sehingga persamaan yang digunakan menjadi

I ₛ ₍ ₅₀ ₎=
P
F

Dimana:

d
F( )⁰ ˙ ⁴⁵
50

Keterangan :

Iₛ ₍ ₅₀ ₎ = Poin load indeks dia. 50mm (Mpa)

P = Beban maksimum contoh pecah (N)

D = Jarak antara konus penekan (mm)

D = Diameter contoh (mm)

A=WD = Luas area penampang spesimen

3|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


Hawkins (1989) melakukan penalitian hubungan efek sekala PLI
terhadap kuat tekan pada dua bentuk contoh uji yaitu, kubus dan silinder.
Tampak bawah semakin kecil ukuran contoh uji baik untuk kubus dan
silinder maka nilai kuat tekannya juga menurut. Selain itu juga tampak bawah
variasinilai kuat tekan pada contoh uji bentuk kubus lebih besar dari pada
contoh bentuk silinder.
(IR. Sahrul, S.T, M.T., I.P.P., 2022).
Uji point load Index merupakan uji indeks yang telah secara luas
digunakan untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan secara tidak langsung
di lapangan. Hal ini disebabkan prosedur pengujian yang sederhana, preparasi
conto yang mudah dan dapat dilakukan langsung di lapangan. Peralatan yang
digunakan mudah dibawabawa, tidak begitu besar dan cukup ringan sehingga
dapat dengan cepat diketahui kekuatan batuan di lapangan, sebelum
dilakukan pengujian di laboratorium.
Pada awalnya pengujian punch dilakukan oleh Lacharite yang
menggunakan uji shear punch untuk mengetahui nilai kuat geser dari
batupasir. Dia mengatakan bahwa ketika ukuran diameter sampel bertambah
maka nilai kuat gesernya juga akan bertambah dan ketika ketebalan sampel
yang divariasikan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada nilai kuat
gesernya.
Kemudian pengujian punch dikembangkan menjadi alat block punch
index (BPI) di Belanda yang dilakukan oleh Taselaar (1982) yang mana alat
ini digunakan untuk menetukan kuat geser batuan. Bentuk asli dari alat block
punch index (BPI) pertama kali dikembangkan di Laboratorium Teknik
Geologi di Universitas Teknologi Delft.
Pada tahun 1988, Schrier menggunakan alat uji block punch index
(BPI) yang dirancang oleh Taselaar untuk menguji sampel sebanyak 1185
sampel berbentuk silinder, yang memiliki ketebalan 10 mm dan diameter 40
mm. Ada 9 jenis batuan yang dijadikan sampel pada penelitian ini, yaitu
breksi, kalkarenit, calcilutite, dunit, gneiss, batukapur, marmer, batu lumpur
dan batupasir. Pengujian ini dilakukan unutk mengetahui hubungan antara
UCS, kuat tarik Brazilian dan block punch index (BPI). Schrier menyarankan
bahwa uji block punch index (BPI) adalah pengujian indeks yang praktis
untuk memperkirakan nilai kuat tekan UCS.
Pengujian UCS (Unconfined Compressive Strength) merupakan
pengujian kuat tekan dalam satu arah dengan sampel geometri batuan yang
beraturan, baik berbentuk silinder, balok dan prisma. Pada tambang bawah
tanah pengukuran kuat tekan menjadi parameter yang penting dalam
kestabilan pillar. Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine)
dan dalam pembebanannya mengikuti standard International Society Rock
Mechanics (ISRM).

4|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


Pengujian point load merupakan pengujian yang telah dikenal untuk
memprediksi nilai UCS suatu batuan secara tidak langsung di lapangan. Hal
ini disebabkan prosedur pengujiannya sederhana, preparasi sampel mudah
dan dapat dilakukan dilapangan.
Rock Quality Designation disingkat dengan RQD dikenalkan oleh
Deere tahun 1967. RQD ini berguna untuk mengetahui kualitas massa batuan
dari core hasil pemboran. RQD ini mendefinisikan persentase core yang utuh
per 100 mm (4 inches) dari total panjang core.
Spasi rekahan adalah jarak tegak lurus antara bidang-bidang rekahan
yang memiliki kesamaan arah dan biasanya diamati dilapangan dengan
bantuan meteran. Sedangkan kondisi rekahan terdiri atas kekasaran, lebar
bukaan, panjangnya (presistensi) dan pelapukan pada rekahan.
Stand Up Time merupakan waktu yang diperlukan batuan untuk
menyangga dirinya sendiri sebelum terjadi keruntuhan. Hasil pembobotan
nilai RMR nantinya akan di plot kedalam kurva sehingga kita dapat
mengetahui stand up time dari massa batuan. Nilai RMR yang diplotkan ialah
nilai RMR total yang didapat dari penjumlahan 5 parameter RMR seperti:
bobot UCS, bobot RQD, bobot untuk jarak kekar, bobot kondisi kekar dan
bobot kondisi air tanah.
(Refky Adi Nata Dan Alfi Sabri 2020).

Macam – Macam Point Load Test.

Menurut ISRM (Indonesia Single Risk Management), point load test


dibagi menjadi beberapa macam tes lagi yaitu :

1. Diametral Test
- Spesimen dengan rasio panjang / diameter lebih besar dari 1.0 cocok
untuk pengujian diametral.
- Harus ada sampel minimal lebih dari 10 kali pengujian per sampel,
lebih jika sampel adalah heteregeneous atau anisotropic.
- Spesimen dimasukkan ke dalam mesin uji dan plat tertutup untuk
melakukan kontak sepanjang diameter inti, memastikan bahwa jarak
antara titik kontak dan ujung bebas terdekat setidaknya 0,5 kali
diameter inti
- Panjang jarak D ± 2%
- Beban yang terus meningkat sehingga terjadi kegagalan dalam waktu
10 - 60 detik, dan beban kegagalan P dicatat. Tes harus ditolak dan
tidak sah jika permukaan fraktur yang melewati palung hanya memuat
satu titik

5|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


(Sumber : ISRM, 1985)
Gambar 2.2 Standar Bentuk Spesimen Untuk Diametral Test
2. Axial Test

(Sumber : ISRM, 1985)


Gambar 2.3 Standar Bentuk Spesimen Untuk Axial Test
3. Block Test

(Sumber : ISRM, 1985)


Gambar 2.4 Standar Bentuk Spesimen Untuk Block Test

4. Irregular Lump Test

(Sumber : ISRM, 198)

6|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


Gambar 2.5 Standar Bentuk Spesimen Untuk Irregular Lump Test
(Anonym, 2022).

C. Alat Dan Bahan


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian Poin Load Test
yaitu:
a. Point Load Test (PLT) f. Atk
b. Digital Point Load Test g. Sarung tangan
c. Jangka sorong.
d. Water pass
e. Kuas

a b c

7|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


d e f

(Sumber: Dokumentasi Sakri, 2022)


Gambar 2.8 Alat-alat yang digunakan dalam pengujian Point Load Test.

2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian Point
Load Test yaitu:
a. Sampel silinder kecil
b. Sampel silinder besar

a b
(Sumber: Dokumentasi Sakri, 2022)
Gambar 2.9 Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian Point
Load Test.

8|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


D. Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja yang kami lakukan saat percobaan point load test
adalah sebagai berikut.

1. pembuatan sampel

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan


digunakan selanjutnya pembuatan
sampel Point Load Test (PLT) antara
pasir, kerikil, dan semen menggunakan
mesin molen.

c. Selanjutnya sampel dicetak berbentuk


silinder menggunakan pipa yang telah
ditentukan

9|PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN


d kumudian sampel dijemur yang telah
. dicetak dibawah sinar matahari sampai
sampel benar-benar mengeras.

e. Setelah itu, sampel dikeluarkan dari


cetakan pipa.

f. Kemudian sampel direndam pada bahk


rendam yang telah diisi air untuk
dilakukan penjenuhan.

g Sampel yang telah direndam,


. selanjutnya dijemur kembali untuk
mendapatkan sampel dalam kondisi
kering.

h Dilakukan pengamplasan disetiap ujung


. sampel bertujuan untuk meratakan
permukaan sampel yang tidak rata

i. Diberikan kode pada setiap sampel yang


akan digunakan

(Sumber: Dokumentasi Sakri, 2022).

2. Pengujian Point Load Test (PLT)

10 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan

b. Kemudian, dilakukan pengukuran


diameter awal menggunakan jangka
sorong, lalu dicatat nilainya.

c. Selanjutnya, melakukan pengukur


panjang sampel menggunakan jangka
sorong untuk menentukan titik tengah
dari panjang sampel.

d. kemudian diletakkan sampel diantara


dua konus pada alat point load test tepat
pada titik yang telah dibuat
sebelumnya.

e. kemudian dilakukan penambahan


jumlah tekanan pada konus hingga
sampel terbelah menjadi dua bagian
dengan menggunakan pompa hidrolik.

f. Selanjutnya, dicatat tegangan maksimal


yang ditampilkan oleh digital point load
test, saat setelah sampel terbelah
menjadi dua bagian

11 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
g. Kemudian dilakukan pengukuran jarak
antara dua konus sebagai diameter
akhir, dengan menggunakan jangka
sorong lalu di catat nilainya.

h. Mengembalikan konus pada posisi


semula dengan melonggarkan sekrup
pengunci pada alat dengan
menggunakan batang besi, kemudian
menekan konus kebawah hingga
kembali keposisi awal. Ulangi prosedur
kerja untuk sampel berikutnya.
(Sumber: Dokumentasi Sakri, 2022).

E. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari pengujian Point Load Test
dijabarkan sebagai berikut:
Table 2.1 Data Hasil Pengujian Point Load Test

Dawal D(akhir) P(kN


No Sampel d (cm) D2(cm)
(cm) (cm) )
1 Slk 1 5.35 5.35 4.44 0.91 3.65
2 Slk 2 5.33 5.33 3.92 1.41 1.21
3 Slb 1 6.84 6.84 4.82 2.02 5.54
4 Slb 2 6.84 6.84 5.65 1.19 6.96
(Sumber: Data Hasil Pengujian , 2022)

Rumus:
P
a. Indeks Strength : Is = 2
D
b. Kuat Tekan: σc = 23 x Is
P
c. Point Load Index Is(50) = F 2
D

12 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
d 0,45
d. Dimana: F=( )
50
Keterangan:
d = Diameter (cm)
2
Is = Indeks strength (KN/cm )
P = Beban maksimum sampai sampel pecah (kN)
D2 = Jarak antar konus penekan(cm)
σc = Kuat tekan (Mpa)
23 = Ketetapan/ ketentuan

Perhitungan
a. Sampel silinder kecil
1) Sampel silinder kecil 1
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 5.35 – 4.44
= 0.91 cm

P
b) IS(50) = F
D2

= ( 50d ) 0,45
P
D2
3,65
= 0,048
0,91
= 0,193 kN/cm2
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,193
= 4,441 kN/cm2
= 44,42 Mpa
2) Sampel silinder kecil 2
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 5,33 – 3,92
= 1,41 cm
P
b) IS(50) =F
D2

13 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
= ( 50d ) 0,45
P
D
2

1,21
= 0,47
1,41
= 0,041 kN/cm2
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,041
= 0,95 kN/cm2
= 9,47 Mpa

b. Sampel silinder besar


1) Sampel silinder besar 1
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 6,84 – 4,82
= 2,02cm
P
b) IS(50) = F 2
D

= ( 50d ) 0,45
P
D2
5,54
= 0,06156
2,02
= 0,169 kN/cm2
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,169
= 3,88kN/cm2
= 38,83 Mpa
2) Sampel silinder besar 2
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 6,84 – 5,56
= 1,19 cm
P
b) IS(50) =F
D2

= ( 50d ) 0,45
P
D2

14 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
6,96
= 0,06156 x
1,19
= 0,360 kN/cm2
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,360
= 8,281 kN/cm2
= 82,81 Mpa

Table 2.2 Data Hasil Pengujian Point Load Test

D awal D(akhir) 2 Is σc
No Sampel d(cm) D (cm) P(kN)
(cm) (cm) (kN/Cm2) (Mpa)
1 slk 1 5.35 5.35 4.44 0.91 3.65 0.193 44.42
2 slk 2 5.33 5.33 3.92 1.41 1.21 0.041 9.47
3 slb 1 6.84 6.84 4.82 2.02 5.54 0.169 38.83
4 slb 2 6.84 6.84 5.65 1.19 6.96 0.360 82.81
(Sumber: Data Hasil Pengujian, 2022)

2. Pembahasan
Pada percobaan Point Load Test(PLT) dilakukan pengujian
sebanyak 4 kali dengan sampel yang berbeda, yaitu pada sampel SLK I,
SLK II, SLB I, dan sampel SLB II.
a. Sampel SLK I
Pada pengujian sampel SLK 1 ini diketahui diameter (d)
sampel yaitu 5.33 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 1.21
kN dengan jarak antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 3.92 cm.
sehingga didapatkan Index Strength (Is) sebesar 3.92 kN/cm2, serta
kuat tekan (σ c) sebesar 44.42 MPa.
b. Sampel SLK II
Pada pengujian sampel SLK 1I ini diketahui diameter (d)
sampel yaitu 5.35 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 3.65
kN dengan jarak antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 4.44 cm.

15 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
sehingga didapatkan Index Strength (Is) sebesar 0.193 kN/cm2, serta
kuat tekan (σ c) sebesar 9.47 MPa.
c. Sampel SLB 1
Pada pengujian sampel SLB III ini diketahui diameter (d)
sampel yaitu 6.84 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 5.54
kN dengan jarak antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 4.82 cm.
sehingga didapatkan Index Strength (Is) sebesar 0.169 kN/cm2, serta
kuat tekan (σ c) sebesar 38.83 MPa.
d. Sampel SLB 1V
Pada pengujian sampel SLB IV ini diketahui diameter (d)
sampel yaitu 6.84 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 6.96
kN dengan jarak antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 5.65 cm.
sehingga didapatkan Index Strength (Is) sebesar 0.360 kN/cm2, serta
kuat tekan (σ c) sebesar 82.81 MPa.

F. Kesimpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
a. Sampel SLK 1
Pada pengujian Point Load Test (PLT) untuk sampel SLK 1
memiliki nilai Index Strength (Is) sebesar 3.92 kN/cm2, dengan kuat
tekan (σ c) sebesar 44.42 MPa.

b. Sampel SLK II
Pada pengujian Point Load Test (PLT) untuk sampel 1 memiliki
nilai Index Strength (Is) sebesar 0.193 kN/cm2, dengan kuat tekan (σ
c) sebesar 9.47 MPa.
c. Sampel SLB III

16 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
Pada pengujian Point Load Test (PLT) untuk sampel 1 memiliki
nilai Index Strength (Is) sebesar 0.169 kN/cm2, dengan kuat tekan (σ
c) sebesar 38.83 MPa.
d. Sampel SLB IV
Pada pengujian Point Load Test (PLT) untuk sampel 1 memiliki
nilai Index Strength (Is) sebesar 0.360 kN/cm2, dengan kuat tekan (σ
c) sebesar 82.81 MPa.

2. Saran
Saran saya untuk asisten yaitu agar memperhatikan praktikan dalam
pengujian sehingga dapat meminimalkan kesalahan prosedur yang
dilakukan oleh praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2022. M – VI POINT LOAD TEST. https://.www.scribd.com.

Astika putri roshinta, Dkk. 2020. Tinjauan Literatur: Evaluasi dan Keandalan
Klasifikasi Massa Batuan Menggunakan Uji Beban Titik. Prosiding
Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XV Tahun 2020
(ReTII). Prodi Magister Teknik Pertambangan UPN.

IR. Sahrul, S.T, M.T., I.P.P. 2022. MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA


BATUAN. Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan
Teknologi, Universitas Sembilanbelas November Kolaka.

17 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N
Refky Adi Nata Dan, Alfi Sabri. 2020. BLOCK PUNCH INDEX (BPI) DAN
POINT LOAD INDEX (PLI) UNTUK MEMPREDIKSI NILAI KUAT
TEKAN BATUAN PENYUSUN LERENG TAMBANG GUNA
MENCEGAH TERJADINYA LONGSORAN DI CV. BARA MITRA
KENCANA, SAWAHLUNTO. Program Studi Pertambangan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

18 | P R A K T I K U M M E K A N I K A B A T U A N

Anda mungkin juga menyukai