d 0,45
Dimana F = ( ) , sehingga suatu persamaan point load indeks yang telah
50
dikoreksi sebagai berikut :
42 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
Jika Is = 1 Mpa indeks tersebut tidak memiliki arti, maka penelitian kekuatan
harus berdasarkan uji UCS, dan menurut Bieniewski dengan diameter contoh
50 mm maka UCS dapat ditemtukan melalui σ c = 23 Is
Uji aksial dan uji irregular lump menggunakan diameter ekivalen (De)
dalam perhitungan point load indeks yang diturunkan dari luas penampang
minimum.
Dimana :
Keterangan :
Is(50) = Point load indeks dia 50 mm (Mpa)
P = Beban maksimum contoh pecah (N)
D = Jarak antara konus penekan (mm)
d = Diameter contoh (mm)
A = WD = Luas area penampang specimen
Hawkins (1989) melakukan penelitian hubungan efek skala PLI
terhadap kuat tekan pada dua bentuk contoh uji yaitu, kubus dan silinder.
Tampak bahwa semakin kecil ukuran contoh uji baik untuk kubus dan
silinder makan nilai kuat tekannya juga menurun. Selain itu juga tampak
bahwa variasi nilai kuat tekan pada contoh uji bentuk kubus lebih besar
daripada contoh bentuk silinder (Sahrul, 2022).
Uji Point Load, sama halnya dengan UCS, merupakan salah satu
metode untuk menentukan sifat mekanik batuan. Dari uji ini dihasilkan nilai
Indeks Point Load (PLI) (Is). Di PT Arutmin Indonesia, pengujian Point Load
menggunakan alat Point Load Tester yang mengikuti standard dari ISRM
43 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
1985. Menurut standar tersebut, sampel batuan uji dapat berupa silinder
ataupun berupa bongkah batuan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, UCT menggunakan
Standard dari ISRM 1985. UCT merupakan uji indeks yang telah secara luas
digunakan untuk memprediksi nilai UCS dari batuan. Sampel batuan uji dapat
berupa silinder ataupun berupa bongkah batuan. Diameter sampel uji
disarankan berbentuk silinder dengan diameter 50 mm. Menurut Broch &
Franklin (1972), Indeks Point Load (Is) sampel batuan dapat dihitung dengan
persamaan :
P
Is(50) =
D²
d 0,45 P
Is(50) = ( )
50 D²
Untuk mencari korelasi yang terdapat diantara nilai UCS dan PLI dalam
bentuk persamaan maka digunakan metode analisis regresi linier sederhana.
Analisis regresi digunakan memprediksikan seberapa jauh perubahan yang
terjadi pada nilai variabel dependen, jika nilai variabel independen
dimanipulasi atau diubah. Koefisien korelasi adalah pengukuran statistik
kovarian antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1
hingga -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linier dan
44 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
arah hubungan dua variabel. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah, sebaliknya jika koefisien korelasi
negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.
45 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
(Zainal kahfi, 2021)
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Point Load Test
1. Gesekan yang terjadi antara plat tekan dengan permukaan conto batu.
2. Geometri sampel batuan seperti bentuk, perbandingan tinggi dan
diameter.
3. Kecepatan pembebasan
4. Lingkungan seperti kandungan uap air dan cairan
5. Mineralogi, ukuran butir dan porositas
(Kamandaka, 2021)
b. Macam-macam Point Load Test,
Menurut ISRM (Indonesia Single Risk Management), Point Load Test
dibagi menjadi beberapa macam tes lagi yaitu :
1. Diametral Test
Spesimen dengan rasio panjang/diameter lebih besar dari 1.0 cocok
untuk pengujian diametral.
Harus ada sampel minimal lebih dari 10 kali pengujian per sampel,
lebih jika sampel adalah heteregenous atau anisotropic.
Specimen dimasukkan kedalam mesin uji dan plat tertutup untuk
melakukan kontak sepanjang diameter inti, memastikan bahwa
jarak antara titik kontak dan ujung bebas terdekat setidaknya 0,5
kali diameter inti.
Panjang jarak D ± 2%
Beban yang terus meningkat sehingga terjadi kegagalan dalam
waktu 10-60 detik, dan beban kegagalan P di catat. Tes harus
ditolak dan tidak sah jika permukaan fraktur yang melewati palung.
46 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
Gambar 3.4 Standar Bentuk Spesimen Untuk Diametral Test
2. Axial Test
3. Block Test
47 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
c. Fungsi alat yang digunakan
1) Mesin penguji Point Load Test untuk menekan sampel yang berbentuk
silinder, balok atau bentuk tidak beraturan, dari satu arah secara
menerus atau continu hingga sampel tersebut pecah.
2) Mistar, untuk mengetahui jarak perubahan axial antara dua konus
penekan pada alat Point Load Test.
3) Dial gangue untuk mengukur beban maksimum yang dapat diterima
contoh batuan hingga contoh tersebut pecah.
(Wawinprabs12, 2014)
48 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian Point Load Test
(PLT) adalah sebagai berikut :
a. Point Load Test (PLT)
b. Digital Point Load Test (PLT)
c. Sarung tangan
d. Jangka sorong
e. Kabel roll
f. Waterpass
g. ATK
a b c
d e F
49 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian Point Load
Test (PLT), yaitu :
a. Sampel silinder kecil
b. Sampel silinder besar
a b
50 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
D. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada pengujian Point Load Test (PLT) yaitu
sebagai berikut :
1. Pembuatan sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
51 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
g. Sampel yang telah direndam, selanjutnya dijemur
kembali untuk mendapatkan sampel dalam kondisi
kering.
52 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
d. Dilakukan pendongkrakan sampai sampel pecah
sambil memperhatikan nilai pada digital Point
Load Test (PLT).
53 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian Point Load Test (PLT)
Rumus:
P
a. Index Strength : Is=
D2
b. Kuat Tekan : σc=23 x Is
P
c. Point Load Index : Is(50) ¿ F
D2
d 0,45
Dimana : F=( )
50
Keterangan :
d = Diameter sampel (cm)
D2 = Jarak antar konus penekan (cm)
Is = Index strength (kN/cm2)
Is(50) = Point Load Indeks 50 cm (MPa)
P = Beban maksimum sampel pecah (N)
σc = Kuat tekan (MPa)
23 = Ketetapan / ketentuan
54 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
Perhitungan :
Sampel silinder besar
1) Sampel silinder besar 1
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 7,76 – 4,57
= 2,69 cm
P
b) IS(50) = F
D2
= ( 50d ) 0,45
P
D2
3,59
= 0,420
2,69
= 0,560 kN/cm2
= 5,60 Mpa
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,560
= 12,88 kN/cm2
= 128,8 Mpa
2) Sampel silinder besar 2
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
= 7,21 – 5,88
= 1,33 cm
P
b) IS(50) =F 2
D
= ( 50d ) 0,45
P
D2
6,29
= 0,418 x
1,33
= 1,978 kN/cm2
= 19,78 Mpa
c) σc = 23 x IS
= 23 x 1,978
55 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
= 45,51 kN/cm2
= 455,1 Mpa
= ( 50d ) 0,45
P
D2
2,74
= 0,376
0,22
= 4,684 kN/cm2
= 46,84 Mpa
c) σc = 23 x IS
= 23 x 4,684
= 107,7 kN/cm2
= 1077 Mpa
2) Sampel silinder kecil 2
a) D2 = D(awal) – D(akhir)
=5,71– 5,25
= 0,46 cm
P
b) IS(50) =F
D2
= ( 50d ) 0,45
P
D2
4,45
= 0,376
0,46
= 3,644 kN/cm2
= 36,44 Mpa
56 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
c) σc = 23 x IS
= 23 x 3,644
= 83,812 kN/cm2
= 838,12 Mpa
= ( 50d ) 0,45
P
D
2
2,33
= 0,374
1,32
= 0,660 kN/cm2
= 6,60 Mpa
c) σc = 23 x IS
= 23 x 0,660
= 15,17 kN/cm2
= 151,7 Mpa
57 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
2. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengujian sebanyak 5 kali dengan
sampel yang berbeda, yaitu pada sampel silinder besar dan sampel silinder
kecil.
a. Sampel silinder besar 1
Pada pengujian sampel ini diketahui diameter (d) sampel yaitu
7,26 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 3,59 kN dengan jarak
antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 4,57 cm. Sehingga didapatkan Index
Strength (Is) sebesar 0,560 kN/cm2, serta kuat tekan (σ c) sebesar 128,8
MPa.
b. Sampel silinder besar 2
Pada pengujian sampel ini diketahui diameter (d) sampel yaitu
7,21 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 6,29 kN dengan jarak
antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 5,88 cm. Sehingga didapatkan Index
Strength (Is) sebesar 1,978 kN/cm2, serta kuat tekan (σ c) sebesar 455,1
MPa.
c. Sampel silinder kecil 1
Pada pengujian sampel ini diketahui diameter (d) sampel yaitu
5,69 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 2,74 kN dengan jarak
antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 5,47 cm. Sehingga didapatkan Index
Strength (Is) sebesar 4,684 kN/cm2, serta kuat tekan (σ c) sebesar 1077
MPa.
d. Sampel silinder kecil 2
Pada pengujian sampel ini diketahui diameter (d) sampel yaitu
5,71 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 4,45 kN dengan jarak
antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 5,25 cm. Sehingga didapatkan Index
Strength (Is) sebesar 3,644 kN/cm2, serta kuat tekan (σ c) sebesar
838,12 MPa.
e. Sampel silinder kecil 3
Pada pengujian sampel ini diketahui diameter (d) sampel yaitu
5,61 cm dan memiliki beban maksimum (P) yaitu 2,33 kN dengan jarak
antar dua konus akhir (Dakhir) yaitu 4,29 cm. Sehingga didapatkan Index
58 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
Strength (Is) sebesar 0,660 kN/cm2, serta kuat tekan (σ c) sebesar 151,7
MPa.
59 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Sampel silinder besar 1
Pada pengujian Point Load Test (PLT) untuk sampel SLB 1
memiliki nilai Index Strength (Is) yaitu 0,560 kN/cm2, dengan kuat
tekan (σ c) sebesar 128,8 MPa.
60 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n
DAFTAR PUSTAKA
61 | L a b o r a t o r i u m M e k a n i k a T a n a h D a n B a t u a n