Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN PRAKTIKUM

MEKANIKA BATUAN
2017/2018

Oleh

Tim Asisten dan Dosen

LABORAORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
ASISTEN PRAKTIKUM

MEKANIKA BATUAN

M. Haeril Fadly

Fauzan Azmi Ramandhan

Raynaldi Dharma Saputra

Kurniyati Rachman

Ajen siska Ery

Ashabul Kahfi
TATA TERTIB

A. Syarat Praktikum

1. Praktikan harus hadir tepat pada waktunya.


2. Maksimal keterlambatan 5 menit setelah jadwal praktikum yang telah
disepakati.
3. Tidak mengikuti acara ptaktikum lebih dari satu kali, dinyatakan tidak
lulus praktikum.
4. Tas disimpan di tempat yang telah ditentukan.
5. Setiap kelompok wajib membuat bon alat apabila meminjam barang di
laboratorium.
6. Selesai mengikuti acara praktikum praktikan wajib membereskan
peralatan praktikum seperti semula dan dalam keadaan bersih.
7. Dilarang meninggalkan tempat sebelum peralatan praktikum tersebut di
cek ulang oleh asisten yang bertugas pada saat itu.
8. Praktikan wajib mengganti pralatan praktikum bila terjadi kerusakan atau
pecah, saat melaksanakan praktikum.
9. Tidak diperbolehkan merokok selama praktikum berlangsung.

B. Laporan Praktikum

1. Laporan sementara harus disahkan oleh asisten pada saat itu


2. Laporan Mingguan:
a. Dibuat sesuai dengan aturan penulisan ilmiah
b. Bentuk laporan terdiri atas :
- Halaman muka memuat : acara praktikum, nama praktikan, nim, prodi,
kelompok.
- Isi laporan ( memuat : pendahuluan, dasar teori, metodologi percobaan,
hasil dan pembahasan, penutup )
- Daftar pustaka
c. Laporan diserahkan seminggu setelah praktikum berlangsung.
d. Setiap praktikan membuat laporan mingguan dan melampirkan laporan
sementara yang telah diperiksa asisten.
ACARA I
UJI SIFAT FISIK BATUAN

A. Tujuan : Praktikan diharapkan mampu memahami cara pengujian sifat-sifat


fisik batuan

B. Dasar Teori
Sifat fisik batuan merupakan sifat batuan yang dapat dilihat secara langsung
terhadap fisik batuan. Adapun yang termasuk kedalam sifat fisik batuan adalah
sebagai berikut:
Bobot Isi Asli (n)
Merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan volume total
batuan.
Bobot Isi Kering (o)
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering dengan volume total
batuan.
Bobot IsiJenuh (w)
Merupakan perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume total
batuan.
Apparent Specific Gravity (GSA)
Merupakan perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot isi air.
True Specific Gravity (GST)
Merupakan perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan bobot isi air.
Kadar Air Asli (n)
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan asli dengan berat
butiran batuan dan dinyatakan dalam %.
Kadar Air Jenuh (sat)
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat
butiran batuan dan dinyatakan dalam %.
Derajat kejenuhan (S)
Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan
dinyatakan dalam %.
Porositas (n)
Merupakan perbandingan antara volume rongga dalam batuan dengan
volume total batuan.
Void ratio (e)
Merupakan perbandingan antara volume rongga dalam batuan dengan
volume butiran batuan.

Berdasarkan Hukum Archimedes, Suatu benda apabila dimasukkan kedalam air


maka beratnya akan berkurang sebanyak zat cair yang dipindahkan.

Berat air yang dipindahkan


sebanyak volume benda

C. Peralatan
Timbangan analitik
Cawan
Oven
Eksikator dan pompa
Bak air
Tisu
Alat Tulis
Contoh batuan

D. Prosedur Pengujian :
a) Siapkan sampel batuan yang akan diuji.
b) Masing-masing sampel batuan dimasukkan ke dalam cawan-cawan yang
diberi nomor.
c) Masing-masing cawan berisi sampel batuan ditimbang sebagai berat sampel
batuan natural (Wn)
d) Persiapan :
Eksikator dibersihkan kemudian bibir tutupnya diolesi vaselin.
Sampel batuan dimasukkan ke dalam eksikator dengan hati-hati.
e) Isi eksikator dengan air hingga penuh dan udara dalam eksikator dihisap
dengan bantuan pompa vakum sampai tidak ada gelembung udara yang
keluar dari sampel batuan.
f) Penimbangan berat sampel batuan jenuh (Ww) setelah sampel dijenuhkan
dengan air di dalam eksikator yang hampa udara selama 24 jam.
g) Penimbangan berat sampel batuan jenuh tergantung di dalam air (Ws).
h) Penimbangan berat sampel batuan kering (Wo) setelah sampel dikeringkan
di dalam oven selama 24 jam pada temperatur oven 90C.

Perhitungan :
1. natural density (n) = Wn / (Ww Ws)
2. dry density (d) = Wo / (Ww Ws)
3. saturated density (s) = Ww / (Ww Ws)
4. apperent specific gravity = Wo / (Ww Ws) per bobot isi air
5. true specific gravity = Wo / (Wo Ws) per bobot isi air
6. natural water content (n) = [(Wn Wo) / Wo] x 100%
7. saturated water content (s) = [(Ww Wo) / Wo] x 100%
8. degree of saturation (S) = [(Wn Wo) / (Ww Wo)] x 100%
9. porosity (n) = [(Ww Wo) / (Ww Ws)] x 100%
10. void ratio (e) = (n / 100) / [1 (n / 100)]
ACARA 2
UJI KUAT TEKAN BATUAN

A. Tujuan : Praktikan diharapkan mampu memahami cara pengujian sifat


mekanik berupa kuat tekan

B. Dasar Teori
Kuat tekan batuan dapat diperoleh dari lapangan dan dari laboratorium. Beban
yang diberikan berupa penekanan dari satu arah (uniaxial). Hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk mencari nilai Modulus Young dan Poisson ratio.
Penyebaran tegangan di dalam contoh batu secara teoritis adalah searah dengan
gaya yang dikenakan pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah
tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena
ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit contoh. Sehingga
bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya
melainkan berbentuk kerucut.

(a). Teoritis (b). Eksperimental


C. Peralatan
Mesin tekan
Dial gauge
Jangka sorong
Stop watch

D. Prosedur Pengujian
a) Siapkan sampel batuan yang harus memenuhi syarat L/D = 2.
b) Letakkan conto batuan di pusat antara plat atas dan plat bawah mesin tekan.
Contoh batuan diletakkan dengan permukaan bawah menempel pada plat
bawah.
c) Pada mesin tekan dipasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial,
lateral 1 dan lateral 2.
d) Pompa dihidupkan, hingga oli yang bertekanan tinggi masuk ke dalam
silinder. Piston dalam silinder bergerak ke bawah sampai permukaan contoh
menyentuh plat tekan bagian atas. Besarnya gaya yang ada dalam contoh
batuan di transmisikan ke sistem alat pengukur gaya.
e) Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol
f) Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap
interval 1 kN hingga terjadi failure. Catat nilai pembebanan deformasi
aksial dan lateralnya.
g) Catat lamanya waktu percobaan

Perhitungan :
1. Kuat tekan (c) = Ffailure/A

Nilai KuatTekan (ASTM) :

Nilai Kuat Tekan (Protodiakonov) :


Nilai kuat Tekan terkoreksi (SNI) =

Nilai Kuat Tekan Terkonversi (d=50 mm) (c50)



2. Modulus young = E
a
1
3. Poissons ratio =
a1
ACARA 3
UJI KUAT TARIK BATUAN

A. Tujuan : Praktikan diharapkan mampu memahami cara pengujian sifat mekanik


berupa kuat tarik

B. Dasar Teori
Uji kuat tarik dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh batu
berbentuk silinder secara tak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti
pada uji kuat tekan. Beban yang diberikan berupa penekanan dari satu arah (uniaxial).
Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari nilai kuat tarik dari batuan yang
biasa digunakan dalam :
- Rancangan penguatan atap terowongan
- peledakan

D
R

Gambar Skema Uji Kuat Tarik

C. Peralatan
Mesin tekan
Jangka sorong
Stop watch
D. Prosedur Pengujian :
a) Siapkan sampel batuan yang harus memenuhi syarat L=1/2D.
b) Letakkan contoh batuan di pusat antara plat atas dan plat bawah mesin tekan.
Contoh batuan diletakkan dengan posisi direbahkan atau horizontal.
c) Pada mesin tekan dipasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial, lateral 1
dan lateral 2.
d) Pompa dihidupkan, hingga oli yang bertekanan tinggi masuk ke dalam silinder.
Piston dalam silinder bergerak ke bawah sampai permukaan contoh menyentuh
plat tekan bagian atas. Besarnya gaya yang ada dalam contoh batuan di
transmisikan ke system alat pengukur gaya.
e) Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol
f) Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 1 kN
hingga terjadi failure. Catat nilai pembebanan deformasi aksial dan lateralnya
g) Catat lamanya waktu percobaan

Perhitungan :

Kuat Tarik (t) = Ffailure/

Dimana :
Ffailure = Gaya saat terjadi runtuhan (kN)
R = Jari jari lingkaran (mm)
H = Panjang contoh (mm)
ACARA 4
UJI GESER BATUAN

A. TUJUAN
Praktikum diharapkan mampu memahami cara pengujian sifat mekanik berupa uji geser
batuan.kemudian mampu menentukan nilai garis coloumb shere strength, kuat geser untuk
strength (), sudut geser dalam (), dan kohesi (C).

B. DASAR TEORI
Dalam pengujian ini percontoh sampel di bebani dari arah vertical kemudian digeser secara
horizontal. Beban pada arah vertical akan menimbulkan tegangan geser, pada pengujian.
Pergeseran ini dilakukan dengan memakai kecepatan yang konstan (strain rate) dan perlahan
lahan. Untuk mendapatkan nilai garis coloumb shere strength, kuat geser untuk strength
(), sudut geser dalam (), dan kohesi (c) perlu dilakukan percobaan berulang ulang.

Lengan Beban
Proving Ring

Semen

Sampel Batuan

Besi Beban

Piston/Silinder

Gambar Skema Uji Geser

C. PERALATAN
1. Mesin geser (lower shear box dan upper shear box)
2. Pompa tekan dilengkapi load gauge 5 kN
3. Alat pencetak
4. Dial gauge
5. Proving Ring 1kN
6. Batuan yang akan di uji geser (setelah di lapisi semen)
D. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan sampel batuan yang akan di uji dan cetak sampel batuan dengan campuran
semen dan pasir sehingga rata.
2. Letakkan sampel batuan yang telah dicetak kedalam lower shear box.
3. Letakkan upper shear box pada bagian atas sampel.
4. Letakkan Proving Ring pada bagian atas upper shear box.
5. Berikan beban pada lengan pembeban dengan beban yang diberikan pada masing-
masing sampel 0,2 kN, 0,4 kN, dan 0,6 kN.
6. Pasang dial gauge 0,01 mm searah horisontal hingga menyentuh lower shear box.
7. Atur posisi jarum dial gauge pada angka 0 (nol).
8. Letakkan silinder pada posisi horisontal dan pastikan terpasang dengan aman
9. Tekan tuas pompa dan lakukan pembacaan pada load gauge dan dial gauge yang
searah horisontal.

E. PERHITUNGAN
Kuat Geser

Dimana :
F = Gaya (kN)
A = Luas (mm2)
ACARA 5

KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN

1. Tujuan

Praktikan diharapkan mampu mengetahui dan menerapkan metode-metode untuk


menganalisis kriteria keruntuhan batuan.

2. Kriteria Keruntuhan

Menurut Bineawski, Keruntuhan (failure)adalah proses material berubah perilaku dari satu
kondisi ke kondisi lain untuk mencapai suatu kesetimbangan yang baru. Kriteria keruntuhan
(Failure Criteria) batuan ditentukan berdasarkan hasil percobaan atau eksperimentasi.
Ekspresi dari kriteria ini mengandung satu atau lebih parameter sifat mekanik dari batuan dan
menjadi sederhana jika dihitung dalam 2 dimensi, dengan asumsi regangan bidang (Plane
Strain) atau tegangan bidang (Plane Stress).

Pada tegangan bidang, dua tegangan prinsipal (Principal Stresses) saja yang berpengaruh,
karena satu tegangan utama sama dengan nol. Pada regangan bidang, jika kondisinya seperti
demikian 1 > 2 > 3, maka tegangan prinsipal menengah (2) merupakan fungsi dari dua
tegangan utama lainnya atau kriteria runtuh hanya berfungsi pada dua tegangan utama
tersebut (1 dan 3 ).

Gambar diatas menunjukka ruang tegangan dengan titik-titik dari permukaan kekuatan relatif
batuan yang diperoleh dari uji laboratorium yang biasa dilakukan. Dijelaskan bahwa kondisi
tegangan pada uji kuat tekan adalah 1 = c, dan 2= 3=0 (titik C). Pada kuat tarik yaitu 1 =
2 = 0, dan 3 = - t (titik T). Dan pada uji triaksial berlaku 1 > 2 = 3 (Kurva CM).

2.1 Kriterian Keruntuhan Mohr-Coulomb

Untuk mempermudah perhitungan dalam mekanika batuan, maka selubung mohr dianggap
sebuah garis lurus dengan persamaannya dinyatakan sebagai kriteria mohr-coulomb, yaitu :
Misalkan, 1 dan 3 adalah tegangan utama maksimum dan minimum, maka kriteria mohr
coulomb sebagai berikut :
2.2 Kriteria Keruntuhan Empirik Hoek dan Brown (2002)

Untuk menentukan nilai kohesi dan sudut gesek massa batuan dengan metode hoek brown,
perlu dilakukan pengujian triaksial dan dengan menurunkan persamaan hoek brown berikut
ini :

For intact rock :

Dengan m dan s adalah konstanta material, dimana s =1 untuk batuan utuh.

Rumus dari parameter yang digunakan :

x y x y
n cos 2 xy sin 2 pers 1
2 2
x y
nt sin 2 xy cos 2 Pers 2
2
1 = (x + y ) + ( )
3 = (x + y ) - ( )
3. Alat dan Bahan
a. Data Hasil Uji Triaksial
b. Data penyelidikan bidang geser dan blok geser
c. Kertas Milimeter blok
d. Jangka dan penggaris
e. Kalkulator
ACARA 6
PENGUKURAN KEKAR DAN PROYEKSI STEREOGRAFIS

A. Tujuan : Menentukan nilai jurus dan kemiringan pada suatu kekar/rekahan


batuan serta proyeksi stereografis untuk menentukan jenis longsoran

B. Latar Belakang :
- Kekar adalah pecahan pada batuan yang terbentuk secara alami akibat adanya
gaya tarik (tension) tanpa adanya pergeseran (displacement) pada bidang
pecahan (fracture plane)
- Jurus (Strike) merupakan suatu arah yang ditunjukkan dari suatu gejala
geologi yang besarnya diukur searah jarum jam
- Kemiringan (dip) merupakan sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh
bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak
lurus terhadap strike
- Apparent Dip adalah sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan
dengan bidang horizontal dari pengukuran dengan arah tegak lurus strike.
- Dip dirrection adalah besarnya arah strike ditambah 90
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan di tambang
terbuka (Hoek and Bray, 1981) yaitu :
1. Longsoran bidang (plane failure)

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang

luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar

maupun bidang perlapisan batuan.


(Gambar Longsoran Bidang Dan Proyeksi Stereografisnya)

2. Longsoran baji (wedge failure)

Longsoran baji terjadi bila terdapat dua bidang lemah atau lebih berpotongan
sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng (gambar di
bawah).Longsoran baji ini dapat dibedakan menjadi dua tipe longsoran yaitu
longsoran tunggal (single sliding) dan longsoran ganda (double sliding).Untuk
longsoran tunggal, luncuran terjadi pada salah satu bidang, sedangkan untuk
longsoran ganda luncuran terjadi pada perpotongan kedua bidang.

(Gambar Longsoran Baji Dan Proyeksi Stereografisnya)

3. Longsoran guling (toppling failure)

Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada batuan yang
keras dimana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom (Gambar di bawah).
Longsoran jenis ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang ada berlawanan dengan
kemiringan lereng.
(Gambar Longsoran Guling Dan Proyeksi Stereografisnya)

4. Longsoran busur (circular failure)

Longsoran busur umumnya terjadi pada material yang bersifat lepas (loose material)
seperti material tanah.Sesuai dengan namanya, bidang longsorannya berbentuk busur
(Gambar di bawah). Batuan hancur yang terdapat pada suatu daerah penimbunan
dengan dimensi besar akan cenderung longsor dalam bentuk busur lingkaran (Hoek
and Bray, 1981). Pada longsoran busur yang terjadi pada daerah timbunan, biasanya
faktor struktur geologi tidak terlalu berpengaruh pada kestabilan lereng
timbunan.Pada umumnya, kestabilan lereng timbunan bergantung pada karateristik
material, dimensi lereng serta kondisi air tanah yang ada dan faktor luar yang
mempengaruhi kestabilan lereng pada lereng timbunan.

Peralatan :
1. Papan Scanner
2. KompasBrunton
3. AlatTulis
4. Meteran
C. Prosedur Pengujian :
1. Cara Pengukuran Strike
Tempelkan sisi kompas geologi yang bertuliskan E pada bidang struktur yang
akan diukur
Masukkan gelembung nivo kotak agar berada ditengah-tengah dengan cara
menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisinya tetap menempel pada
bidang yang akan diukur.
Setelah gelembung berada ditengah, maka baca angka yang ditunjukkan oleh
jarum utara, serta goreskan garis pada bidang yang diukur sesuai sisi kompas
yang menempel pada bidang yang diukur.
Angka tersebut akan menunjukkan nilai strike
2. Cara Pengukuran Dip
Tempelkan sisi kompas yang bertuliskan W pada sisi bidang yang diukur dan
tegak lurus garis yang telah dibuat
Atur gelembung pada nivo tabung agar beradi ditengah-tengah denga cara
menggerakkan pengatur yang berada dibagian belakang kompas.
Baca angka skala yang ditunjukkan oleh skala dip.
3. Plotting Data pada Stereonet
- Digunakan schmidth net dan kalsbeek net pada plotting data strike dan dip
kekar serta lereng batuan
- Dihimpitkan kalkir dengan scmidth net dan ditandai arah north (N)
- Dititikkan arah strike pada nilai yang ada pada pinggir lingkaran
- Diputar kalkir sehingga titik strike berhimpit dengan arah north (N)
- Diproyeksikan nilai dip dengan menambah nilai dip dengan 90o
- Dikembalikan kalkir pada posisi semula
- Dilakukan plotting data pada semua kekar
- Dihimpitkan kalkir yang telah berisi titik-titik dari plotting schmidth net pada
kalsbeek net
- Ditentukan angka dengan meghitung jumlah titik-titik yang berada di dalam
segi enam kalsbeek net
- Dibuat kontur dengan menghubungkan angka-angka yang sama
- Diambil kontur tertinggi, kemudian diproyeksikan lagi 90o
- Diplotting data strike dan dip lereng pada scmidth net
- Ditentukan jenis longsoran
ACARA 7
PENENTUAN KLASIFIKASI BATUAN

A. Tujuan : Praktikan diharapkan mampu memahami cara penentuan kelas-kelas batuan


berdasarkan beda kelas massa batuan sesuai jenis materialnya

B. Latar Belakang :

Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh Bieniawski
(1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan adanya data baru agar
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai dengan standard Internasional. RMR
terdiri dari enam parameter untuk mengklasifikasi massa batuan (lihat Tabel 1) yaitu, UCS,
RQD, jarak kekar (discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar

Tabel 1 Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989)

A. Parameter klasifikasi dan bobot


Parameter Selang pembobotan
1 Kuat PLI > 10 4 - 10 2-4 12 Gunakan nilai
tekan (MPa) UCS
batuan UCS > 250 100 - 250 50 - 100 25 50 5-25 1-5 <1
utuh (MPa)
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD (%) 90 - 100 75 - 90 50 - 75 25 50 < 25
Bobot 20 17 13 8 3
3 Jarak kekar >2m 0.6-2 m 0.2-0.6 m 0.06-0.2 m < 0.06 m
Bobot 20 15 10 8 5
4 Kondisi kekar muka sgt muka agak muka agak muka gouge lunak >
kasar, tak kasar kasar slikenside 5 mm
menerus, pemisahan pemisahan d gouge < pemisahan > 5
tak < 1 mm, < 1 mm, 5 mm, mm, menerus
terpisah, dinding dinding pemisahan
dinding agak lapuk sangat 1-5 mm,
tak lapuk lapuk menerus
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran kosong < 10 10 - 25 25 125 > 125
per 10 m
panjang
singkapa
n
(Lt/men)
5 Air Tekanan 0 < 0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.5 > 0.5
tanah air/tegan
gan
utama
major
Kondisi Kering Lembab Basah Netes Mengalir
umum
Bobot 15 10 7 4 0

B. Penyesuaian bobot untuk orientasi kekar


Strike & Sangat Menguntung Sedan Tak Sangat tak
dip menguntungkan -kan g menguntungka menguntungkan
n
Tunn 0 -2 -5 - 10 - 12
el
Bob Fon- 0 -2 -7 - 15 - 25
ot dasi
Le- 0 -5 - 25 - 50 - 60
reng
C. Kelas massa batuan menurut bobot total
Bobot 100 81 80 - 61 60 - 41 40 21 < 20
No. Kelas. I II III IV V
Deskripsi Batu Batu Batu Batu Batu
sangat baik baik sedang buruk sangat buruk

D. Arti kelas massa batuan


No. Kelas I II III IV V
Stand up time rata-rata 20 th, 15 1 th, 10 m 1 minggu, 10 jam, 30 menit, 1 m
& span m 5m 2.5 m span
Kohesi massa batuan > 400 300 - 400 200 - 300 100 200 < 100
(kPa)
Sudut gesek dalam > 450 35 0- 450 25 0- 350 150 250 < 15
massa batuan

Parameter-parameter ini selanjutnya disatukan menjadi lima grup, dan karena beberapa
parameter tidak mempunyai kepentingan yang sama terhadap bobot total dari RMR, maka
pembobotan untuk setiap parameter berbeda. Bobot tinggi menunjukkan kualitas massa
batuan yang lebih baik.

C. Peralatan

- Kalkulator
- Tabel RMR (Bieniawski)
- Alat tulis

D. Langkah Kerja
- Dilakukan orientasi lapangan (praktikum acara 3)
- Dihitung nilai UCS sampel batuan
- Dihitung RQD dengan cara tidak langsung
- Dihitung spasi kekar rata-rata
- Ditentukan kondisi rekahan
- Ditentukan kondisi air tanah
- Dilakukan pembobotan dari parameter-parameter A pada RMR system
- Disimpulkan hasil yang didapat

E. Perhitungan

RQD

Keterangan:
RQD = Rock Quality Designation
= Jumlah Kekar Rata-rata Per Meter.

Anda mungkin juga menyukai