Anda di halaman 1dari 36

MODUL

PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

LABORATORIUM GEOMEKANIKA DAN PERALATAN TAMBANG


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 1
TOPIK: Uji Sifat Fisik Contoh Batuan
TUJUAN:
Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan di laboratorium dengan peralatan yang tersedia
CAKUPAN:
Bobot isi asli (natural density); Bobot isi kering (dry density); Bobot isi jenuh (saturated density);
Berat jenis semu (apparent specific gravity); Berat jenis sejati (true specific gravity); Kadar air asli
(natural water content); Kadar air jenuh (saturated water content); Derajat kejenuhan (degree of
saturation); Porositas dan Void ratio.
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Timbangan

2. Oven

3. Desikator dan pompa

4. Bak air
5. Air
PROSEDUR :

Langkah Kerja Catatan


1. Siapkan contoh batuan yang akan dipreparasi
2. Penimbangan berat contoh batuan natural: Wn.
3. Kemudian contoh batuan dimasukkan ke dalam desikator.
4. Persiapan:
 Desikator dibersihkan kemudian bagian tepi dan tutupnya
diolesi vaselin.
 Contoh batuan dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-
hati.
5. Isi desikator dengan air hingga penuh dan udara dalam desikator
dihisap dengan bantuan pompa vakum sampai tidak ada
gelembung udara yang keluar dari contoh batuan.
6. Penimbangan berat contoh batuan jenuh : Ws, (setelah contoh
batuan dijenuhkan dengan air di dalam desikator yang hampa
udara selama 24 jam).
7. Penimbangan berat contoh batuan jenuh tergantung di dalam air
: Ww.
8. Penimbangan berat contoh batuan kering : Wo, (setelah contoh
batuan dikeringkan di dalam oven selama 24 jam pada
temperatur oven + 105oC).
PERHITUNGAN :

1. natural density = Wn / ( Ws-Ww )


2. dry density = Wo / ( Ws-Ww )
3. saturated density = Ws / ( Ws-Ww )
4. apparent specific gravity = Wo / ( Ws-Ww ) per bobot isi air
5. true specific gravity = Wo / ( Wo-Wsw) per bobot isi air
6. natural water content = [( Wn-Wo ) / Wo]x 100 %
7. saturated water content = [( Ww-Wo ) / Wo] x 100 %
8. degree of saturation = [( Wn-Wo ) / ( Ws-Wo )] x 100 %
9. porositas (n) = [( Ws-Wo ) / (Ws-Ww )] x 100 %
10. void ratio (e) = n / ( 100-n )

Glosari :

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 68-70.
Data Hasil Uji Sifat Fisik
Kedalaman W wadah W wdh gtg W natural W kering W jenuh W gantung
No Kode Litologi
(m) ( gr ) ( gr ) ( gr ), Wn ( gr ), Wo ( gr ), Ws ( gr ), Ww
1 13.2 7.3
2 13.2 7.3
3 13.2 7.3
4 13.2 7.3

Perhitungan Hasil Uji Sifat Fisik

n = Wn / ( Ws-Ww ) (gr/cm3)

d = Wo / ( Ws-Ww ) (gr/cm3)

s = Ws / ( Ws-Ww ) (gr/cm3)

W = [( Wn-Wo ) / Wo] x 100 %

S = [( Wn-Wo ) / ( Ws-Wo )] x 100 %

n = [( Ws-Wo ) / (Ws-Ww )] x 100 %

e = n / ( 100-n )

n = Natural Density s = Saturated Density S= Degree of Saturation e= Void Ratio


d = Dry Density w = Natural Water Content n= Porosity
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 2
TOPIK: Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian test)
TUJUAN:
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batuan berbentuk
silinder secara tak langsung.
CAKUPAN:
Mengetahui nilai kuat tarik (tensile strength) tak langsung dari batuan yang diuji.
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Mesin tekan “Control”

2. Dial Gauge

3. Jangka sorong

4. Stop watch
P P

2R

H
Uji Kuat Tarik Tak Langsung

PROSEDUR:
Langkah Kerja Catatan
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara
manual.
3. Siapkan contoh batuan dengan ukuran dimensi panjang = setengah
kali diameter ( L = ½ D)
4. Lakukan persiapan mesin tekan. Letakkan contoh batuan di pusat
antara plat atas dan plat bawah mesin tekan, dengan dinding
silinder menempel pada plat atas dan plat bawah dengan terlebih
dahulu dilapisi kertas karbon untuk pembacaan sudut
5. Pasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial.
6. Hidupkan mesin tekan sehingga contoh batuan menyentuh plat
tekan bagian atas.
7. Lakukan pembacaan penambahan gaya setiap interval 1 kN atau 2
kN dan catat proses pembebanan deformasi aksial sampai contoh
batuan pecah dan jarum hitam akan bergerak kembali ke nol.
PERHITUNGAN :
2F
Kuat tarik :  t =
DT
dimana :  t = Kuat tarik (MPa)
F = gaya saat contoh batuan failure (N)
D = diameter (mm)
T = tebal (mm)

GLOSARI

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 103-104
Data Hasil Uji Brazilian
Kedalaman T1 T2 T3 Trata2 D1 D2 D3 Drata2 Force
No Kode Litologi
(m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (N)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perhitungan Hasil Uji Brazilian

2F
t= MPa
DT

t = Kuat tarik (MPa) D= Diameter sampel (mm)


F = Gaya saat sampel pecah (N) T= Tebal sampel (mm)
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 3
TOPIK: Uji Sifat Dinamik Batuan (Sonic Velocity Test)
TUJUAN:
 Untuk mengukur cepat rambat gelombang ultrasonik pada contoh batuan yang biasanya
dilakukan sebelum uji UCS.

CAKUPAN:
Cepat rambat gelombang ultrasonik
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Portable Unit Non-destructive Digital Indicated
Tester (PUNDIT)

2. Jangka sorong

3. Pasta / gemuk

sampel
pundit batuan

PUNDIT
Pelaksanaan Uji Ultrasonic Velocity

PROSEDUR :
Langkah Kerja Catatan
1. Mempersiapkan alat uji yaitu Portable Unit Non-destructive
Digital Indicated Tester (PUNDIT)
2. Lakukan pengkoreksian / kalibrasi waktu perambatan pada
PUNDIT
a) Lumasi permukaan dan bawah material kalibrasi agar seluruh
permukaan mengalami kontak yang merata dengan transducer.
b) Tempatkan material yang sudah diketahui waktu perambatan
gelombang sekundernya diantara transducer.
3. Mengukur waktu perambatan gelombang sekunder contoh
batuan. Lumasi permukaan atas dan bawah contoh batuan agar
seluruh permukaan mengalami kontak yang merata dengan
transducer.
4. Tempatkan contoh batuan diantara transducer.
5. Berikan beban rendah pada transducer penerima.
6. Hidupkan PUNDIT dan catat waktu perambatan gelombang
sekunder pada display (μ sec).
PERHITUNGAN :
1. Perhitungan faktor koreksi (Fcor)
Fcor = ts
tc

Keterangan:
ts = waktu standar (s); sesuai sertifikat kalibrasi
tc = waktu kalibrasi (s)

2. Waktu perambatan gelombang primer terkoreksi (tpcor)


tpcor = Fcor x tp

Keterangan:
tp = waktu perambatan gelombang primer (s)
3. Kecepatan rambat gelombang primer (Vp; 103 m/s)
Vp = L
tpcor
Keterangan:
L = panjang contoh (mm)

Glosari :

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 157-160
Data Hasil Uji Sifat Dinamik Batuan (Sonic Velocity Test)
Kedalaman L1 L2 L3 Lrata2 D1 D2 D3 Drata2
No Kode Litologi tp (μs)
(m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1
2
3
4

Perhitungan Hasil Uji Sifat Dinamik Batuan (Sonic Velocity Test)

Fcor = ts
tc

tpcor = Fcor x tp

Vp = L x 1000
tpcor

ts = waktu standar (s); sesuai sertifikat kalibrasi Vp = cepat rambat gelombang (m/ s)
tc = waktu kalibrasi (s)
tp = waktu perambatan gelombang primer (s)
L = panjang contoh (mm)
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 4
TOPIK: Uji Point Load
TUJUAN:
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tidak langsung di
lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan
CAKUPAN:
Mencari nilai Point Load Index / Indeks Franklin (Is)
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Point Load tester

2. Jangka sorong
PROSEDUR:

Langkah Kerja Catatan


1. Gunakan peralatan safety shoes dan safety google
yang diperlukan
2. Contoh batuan yang disarankan untuk pengujian ini
adalah berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm.
3. Tempatkan contoh batuan di antara konus penekan.
4. Atur kedua konus dengan menggunakan pompa
hidraulik sampai contoh batuan dalam keadaan
terjepit oleh kedua konus penekan.
5. Kalibrasi alat pengukur beban dalam keadaan nol,
kemudian set dalam keadaan peak.
6. Ukur jarak antara kedua konus penekan sebelum
pengujian.
7. Tambah tekanan konus pada contoh batuan secara
konstan sampai batuan failure.
8. Catat beban maksimum saat contoh batuan failure
dan ukur jarak antar kedua konus penekan setelah
pengujian.
PERHITUNGAN :
1. Indeks Point Load
Is = P/De2
Keterangan :
Is = Point load strength index (Index Franklin)
dengan diameter 50 mm
P = Beban maksimum sampai contoh batuan
pecah
De = Jarak antar konus penekan
2. Kuat Tekan
 c = 18 ~ 23 Is

GLOSARI

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 161-164
Data Hasil Uji Point Load
Kedalaman T1 T2 T3 Trata2 D1 D2 D3 Drata2 Force
No Kode Litologi
(m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (kN)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perhitungan Hasil Uji Point Load

Is = P/De2

 c = 18 ~ 23 Is

Is = Point load strength index (Index Franklin) dengan diameter 50 mm


P = Beban maksimum sampai contoh batuan pecah
De = Jarak antar konus penekan
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 5
TOPIK: Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
TUJUAN:
Untuk mengetahui kuat geser batuan, harga kohesi dan sudut geser dalam baik puncak (peak), semu
(apparent) atau sisa dari batuan pada tegangan normal tertentu
CAKUPAN:
garis kuat geser Coulomb, kohesi (C), sudut gesek dalam (), kuat geser (MPa)
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. direct shear box apparatus test

2. jangka sorong

3. Stopwatch

F normal

F geser F geser

Uji Geser Langsung


PROSEDUR:
Langkah Kerja Catatan
1. Gunakan peralatan safety google dan safety shoes yang diperlukan.
2. Contoh batuan diletakkan dalam suatu cetakan beton dengan
perbandingan tertentu sehingga merupakan suatu kesatuan dengan
beton tersebut
3. Letakkan contoh batuan yang telah berada dalam cetakkan beton
ke dalam alat shear box.
4. Pasang dial gauge untuk mengukur perpindahan pada arah
pergeseran. Atur pada posisi nol.
5. Berikan gaya normal menggunakan bandul dengan berat tertentu.
6. Berikan gaya geser dengan besar tertentu menggunakan mesin
direct shear otomatis.
7. Lakukan pembacaan pertambahan gaya setiap interval deformasi
sebesar 0,5 mm. Lakukan tegangan geser mencapai puncak
(kondisi peak).
8. Setelah contoh patah, berikan gaya yang berlawanan arah dengan
gaya yang sebelumnya sampai tegangan gesernya mencapai
puncak (kondisi residual).
9. Selama pemberian gaya, lakukan pula pembacaan gaya setiap
interval deformasi sebesar 0,5 mm.
PERHITUNGAN :

1. Penentuan Beban Normal (Fn)


Beban normal ditentukan berdasarkan berat overburden,
sesuai dengan kedalaman setiap contoh batuan.

- Berat Overburden
Ph = .g.h (Pa)

Keterangan :  = Bobot Isi Jenuh (kg/m3)


G = 10 m/s2
H = kedalaman (m)

- Beban Normal (Fn)


Fn = Ph x A

Keterangan : Fn = Beban normal (N)


A = Luas contoh batuan (m2)

2. Penentuan
a. Garis kuat geser Coulomb
b. Kuat geser (shear strength)
c. Sudut gesek dalam ()
d. Kohesi (C)
Kurva Kuat geser

= n tan 42,6 + 1,56


6
R2 = 0,94

Tegangan Geser (MPa)


5

4
= n tan 34,6 + 0,96
3 R2 = 0,77

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tegangan Normal (MPa)

GLOSARI

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 144-150
Data Hasil Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Diameter Sudut Diameter Sudut Diameter Sudut


Sampel Sampel Sampel
(mm) Bid. Geser (mm) Bid. Geser (mm) Bid. Geser
D1 D1 D1
D2 D2 D2
A A A

Gaya Normal = kN Gaya Normal = kN Gaya Normal = kN


Deformasi Deformasi Deformasi
Pergeseran Puncak Residual Pergeseran Puncak Residual Pergeseran Puncak Residual
(mm) mm mm (mm) mm mm (mm) mm mm
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.5 0.5 0.5
1 1 1
1.5 1.5 1.5
2 2 2
2.5 2.5 2.5
3 3 3
3.5 3.5 3.5
4 4 4
4.5 4.5 4.5
5 5 5
5.5 5.5 5.5
6 6 6
6.5 6.5 6.5
7 7 7
7.5 7.5 7.5
8 8 8
8.5 8.5 8.5
9 9 9
9.5 9.5 9.5
10 10 10
Perhitungan Hasil Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

n (MPa) = (Fnormal /A)*1000

A = 3.14 * (D1/2) * (D2/2)

Fgeser = 0.02031 * deformasi

 (MPa) = (Fgeser /A)*1000


deformasi (x 0.01mm) F geser (MPa)
No Kode Depth (m) Litologi F normal n (MPa) A
Peak Residual Peak Residual Peak Residual

Area Fnormal Fshear (kN) σnormal (MPa)


No 2
(mm ) (kN) Peak Residual (MPa) Peak Residual

Peak
Cohesion (MPa) : (dari persamaan garis dalam grafik)
o : (dari persamaan garis dalam grafik)
Internal Friction Angle ( )

Residual
Cohesion (MPa) : (dari persamaan garis dalam grafik)
Internal Friction Angle (o) : (dari persamaan garis dalam grafik)
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

Prosedur Kerja
No Dokumen: 6
TOPIK: Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength / UCS Test)
TUJUAN:
Untuk menentukan Unconfined Compressive Strength (UCS), Young’s Modulus, dan Poison Ratio.
CAKUPAN:
Nilai UCS, Modulus Young, dan Poison Ratio
PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Mesin tekan “Control”

2. Dial gauge

3. Jangka sorong

4. Stop watch
F

Plat tekan
Dial gauge pengukuran
lateral
Dial gauge pengukuran
aksial
sampel batuan

F
Uji Kuat Tekan

PROSEDUR:
Langkah Kerja Catatan
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes

2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara


manual.

3. Contoh uji harus memenuhi syarat L/D = 2 – 2.5


4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan contoh batuan di
pusat antara plat atas dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan
diletakkan dengan permukaan bawah menempel pada plat bawah.
5. Pada mesin tekan dipasang tiga buah dial gauge untuk mengukur
deformasi aksial, lateral 1 dan lateral 2.
6. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan
masuk ke dalam silinder. Piston dalam silinder bergerak ke bawah
sampai permukaan contoh batuan menyentuh plat tekan bagian
atas. Karena kedua permukaan contoh batuan telah menyentuh plat
tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat sehingga gaya di
dalam contoh batuan meningkat. Besarnya gaya yang ada di dalam
contoh batuan ini ditransmisikan ke sistem alat pengukur gaya.
Matikan pompa.
7. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol.
8. Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya
setiap interval 2 kN hingga terjadi failure dan dicatat proses
pembebanan deformasi aksial dan lateralnya.
9. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu
jarum hitam dan jarum merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di
dalam contoh batuan, sedangkan jarum merah digerakkan oleh
jarum hitam. Bila contoh batuan hancur (failure) gaya di dalam
contoh batuan berkurang, jarum hitam akan bergerak kembali ke
nol dan jarum merah tertinggal pada skala terakhir yang
ditunjukkan jarum hitam. Maka gaya maksimum yang mampu
ditahan oleh contoh batuan akan ditunjukkan oleh jarum merah.
10. Matikan motor dan catat juga lamanya waktu percobaan. Lakukan
cara yang sama untuk contoh batuan yang lain.
PERHITUNGAN :
1. Kuat tekan (c) = Ffailure / A
2. Batas Elastik (E)
3. Modulus Young : E = / 
4. Poisson’s ratio : = l / a pada tegangan 1

σyp

σcc

GLOSARI

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 72-87
Data Hasil Uji UCS

Length (mm) Diameter (mm)


No Kode Kedalaman Litologi
1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
6

AKSIAL
Kode
Force 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kN)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
LATERAL 1
Kode
Force 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kN)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
LATERAL 2
Kode
Force 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kN)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
 Lateral (mm) = l   l .D

 Axial (mm) = l   a .D

l
 Lateral (%) =  
l
D
l
Axial (%) = a 
l
Volumetric (%) =     2
v a l

c  Lateral Axial  Lateral  Axial Volumetric


No
(MPa) (µm) (10µm) % % %
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

σc = Compressive Strength c (MPa)


Δ = Deformation E (MPa)
ε = Strain 
Kurva Tegangan vs Regangan Hasil Uji UCS
Laboratorium Geomekanika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung
Prosedur Kerja
No Dokumen: 7
TOPIK: Uji Triaksial
TUJUAN:
Dari hasil pengujian triaksial dapat dibuat kurva Mohr Coulomb sehingga dapat ditentukan:
1. kurva intrinsik (Strength envelope)
2. Kuat geser (shear strength)
3. Sudut gesek dalam ()
4. Kohesi (C)
CAKUPAN:
Kurva Mohr Coulomb, Strength envelope, kuat geser, sudut gesek dalam, dan kohesi

PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Teknisi Laboratorium Mekanika Batuan
PERALATAN:
Alat Gambar
1. Mesin tekan “Control”

2. Sel triaksial
3. Dial gauge

4. Jangka sorong

5. Stop watch
6. Karet ban
Mekanisme Sel Triaksial Keterangan :
1. Sliding seal 9. Seal pada dudukan sel
2. Silinder penekan 10. Baut
3. Indikator muatan fluida (oli) 11. Lubang keluar masuk fluida oli
4. Fluida (oli) 12. Ultrasonik transmitter
5. Lubang keluar masuk udara 13. Ultrasonik receiver
6. Klem 14. Pipa stainless steel
7. Selubung karet ban 15. Kabel ke ultrasonik transmitter
8. Contoh batu uji 16. Kabel ke ultrasonik receiver

PROSEDUR:
Langkah Kerja Catatan
1. Gunakan peralatan safety shoes dan safety google yang
diperlukan
2. Contoh batuan yang digunakan berdimensi panjang = dua kali
diameter
3. Contoh batuan dimasukkan ke dalam selubung karet kemudian
ditutup pada kedua ujungnya dengat plat, lalu diletakkan ke
dalam sel triaksial dan ditutup. Di dalam sel triaksial ini akan
dipompakan oli bertekanan dari pompa hidraulik untuk
memberikan tekanan pengungkungan.
4. Letakkan sel triaksial yang berisi contoh batuan di pusat antara
plat atas dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan
diletakkan dengan permukaan bawah menempel pada plat
bawah.
5. Pada alat mesin tekan dipasang dial gauge untuk mengukur
deformasi aksial.
6. Hidupkan mesin tekan sehingga sel triaksial menyentuh plat
tekan bagian atas. Matikan mesin.
7. Atur jarum penunjuk dial gauge pada posisi nol.

8. Oli dipompakan ke dalam sel triaksial dengan menggunakan


pompa hidrolik sampai pada tekanan tertentu (tekanan
pengukungan 1 = σ3 x 1). Pada saat yang bersamaan, hidupkan
kembali mesin tekan dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap
interval tertentu (2 kN atau 1 kN) hingga terjadi failure .
9. Catat deformasi aksial pada setiap pembacaan gaya selama
proses pembebanan.

10. Bila contoh batuan hancur (failure) yang ditunjukkan oleh


jarum hitam yang bergerak kembali ke nol, matikan motor dan
catat juga lamanya waktu percobaan.

11. Lakukan prosedur yang sama untuk contoh batuan ke-2 dan
ke-3, tetapi dengan tekanan pengukungan yang berbeda (σ3 x 2
dan σ3 x 3).

GLOSARI

Pustaka:
Rai, M.A., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K., TA 3111 Mekanika Batuan hal. 113-144
Data Hasil Uji Triaksial

Length (mm) Diameter (mm)


No Kode Kedalaman Litologi
1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
6

AKSIAL
Kode
Force 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kN)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
Sampel 1 2 3
Kode
Kedalaman (m)
Litologi

Diameter (mm)

D Rata-rata

Length (mm)

L Rata-rata
F1 (kN)
σ3 (MPa)
Perhitungan Hasil Uji Triaksial (σci dan mi metode Generalized Hoek-Brown Criterion)

Persamaan dasar:
a
 σ ' 
σ1 '  σ 3 '  σ ci  m b 3  s  (1)
 σ ci 
 1’ dan 3’ : Tegangan efektif maksium dan minimum pada saat failure
 mb : Konstanta Hoek-Brown untuk massa batuan
 s dan a : Konstanta
 ci : Kuat tekan uniaksial batuan utuh

Untuk batuan utuh, persamaan (1) di atas menjadi:


0.5
 σ ' 
σ1 '  σ 3 '  σ ci  mi 3  1 (2)
 σ ci 

Jika diturunkan, persamaan (2) menjadi:


σ1 ' - σ 3 '2  m i . σ ci . σ 3 '  σ ci 
2
(3)

Persamaan garis pada grafik dalam Gambar 7.1:


y = ax + b (4)

Hubungan persamaan (3) dan (4):


y  σ 1 ' σ 3 '
2

x  σ3 '
(5)
a  m i . σ ci
b  σ ci 
2

Gambar 7.1. Grafik (1’ –  3’)2 vs  3’


Perhitungan Hasil Uji Triaksial (c dan ) Mohr Coulomb

Dari pengabungan dan penurunan persamaan-persamaan di atas didapatkan:

Kohesi (c) = b/c

tan  -1 
     tan
o

 1

 
1 2 3

σ1 (MPa)

xy

x2

Σx

Σy

Σxy

Σx2

Coeff

C (MPa)

(o)

σ1 (MPa) = F1*1000/(3.14*0.25*(Drata2)2)

x = σ1

y = σ3

xy

x2

Σx = x1 + x2 + x3

Σy = y1 + y2 + y3

Σxy = xy1 + xy2 + xy3

Σx2 = x12 + x22 + x32

Coeff = (Σxy- Σx* Σy/3)/( Σx2-(Σx)2/3)

a = arcsin ((coeff-1)/(coeff+1))

b = Σy/3 –coeff * Σx/3

c (MPa) = b*(1-sin(a))/(2*cos(a))

(o) = =degree (a)

Anda mungkin juga menyukai