2
BERITA ACARA KAJIAN TEKNIS KESTABILAN LERENG
RENCANA PEMBANGUNAN VILLA
Nomor : 800/83/DISTAMBEN/03/2013
Pada hari ini Kamis, tanggal Dua Puluh Delapan Bulan Februari Tahun Dua
Ribu Tigabelas, kami Tim Bidang Geologi dan Sumberdaya Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Lombok Barat, sesuai dengan surat Kepala Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Lombok Barat Nomor 503/028/BPMP2T-
LB/2013 Tanggal 25 Februari 2013, telah melakukan pengecekan lapangan dan
survey resistivity sounding untuk menerbitkan Rekomendasi Kestabilan Lereng
yang diajukan oleh :
A. Pemohon :
Nama : LILI FLEMING
Pekerjaan : Wiraswasta
Peruntukan : Villa
Elevasi : 89 mdpl
Luas : 2.352 M2
B. Permohonan :
Perihal : Kajian Teknis Kesetabilan Lereng
1 Joko Marhaendriyanto, ST
4 Rully Mahendra, SE
3
METODE RESISTIVITY SOUNDING
I. DASAR TEORI
Keterangan:
V : Voltmeter
I : Ampere meter
K : Jarak bentangan elektroda potensial (tembaga)
L : Jarak bentangan elektroda arus (besi)
MN : Elektroda potensial (tembaga)
AB : Elektroda arus (besi)
4
Dari dua data AB dan MN ini akan diperoleh harga faktor koreksi geometri
(K) dan dapat diturunkan nilai tahanan jenis ( ρ ). Untuk konfigurasi Schlumberger
di atas, nilai K dapat diturunkan menjadi:
Berdasarkan data beda potensial (∆V) dan kuat arus (I) hasil pengukuran
lapangan dihitung nilai tahanan jenis semu dengan formulasi:
∆
ρa = K
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat geolistrik
tahanan jenis (resistivity meter) Merk Naniura NRD 22S buatan Indonesia dengan
spesifikasi teknis sebagai berikut:
5
Gambar: Skema Alat Geolistrik Jenis Naniura NRD 22S
6
LOKASI KEGIATAN
PETA LOKASI
Foto satelie kondisi awal lokasi survey sebelum diadakan kegiatan pembangunan
dan peletakan titik sounding Res_1 dan Res_2, dengan garis merah sebagai
lintasan resistivity imagery (Google Earth imagery date: 30 April 2012)
7
GEOLOGI KOMPLEK SENGGIGI, DAYA DUKUNG TANAH DAN
TINGKAT PELAPUKANNYA
8
gampingan dan setempat-setempat terdapat lava, yang merupakan batuan kuarter
dari formasi Kalibabak dan Formasi Kalipalung, berwarna abu-abu kehitaman,
agak kompak sampai kompak yang agak sukar sampai sukar digali dengan
peralatanan non mekanik, seperti pada cuplikan Peta Geologi Teknik berikut.
9
Tabel Kelas Pelapukan Komplek Senggigi (Agustawijaya dkk.,2006)
Kelas Pelapukan Kelas Pelapukan
Komplek Lokasi
(GSEGWP, 1995) (ISRM, 1978)
Batu Layar B (Lapuk) Grade II
Batu Bolong B (Lapuk) Grade II
Alang-Alang B (Lapuk) Grade II
Malaka B (Lapuk) Grade II
Senggigi
Malaka II C (Sangat Lapuk) Grade II
Setangi B (Lapuk) Grade II
Malimbu C (Sangat Lapuk) Grade II
Malimbi II B (Lapuk) Grade II
10
HASIL SOUNDING RESISTIVITY
Penempatan posisi alat sounding di lokasi survey adalah seperti pada table
berikut ini, dan disesuaikan dengan kondisi medan.
11
III. RESISTIVITY IMAGERY
12
INTERPRETASI PEMODELAN
I. PROFIL LITO-RESISTIVITY
Dari hasil resistivity imagery antara Lintasan Res_1 dan Res_2 diperoleh
hasil berupa profil lito-resistivity sebagai berikut:
Di lokasi tersebut tersusun oleh 3 jenis litologi utama, yaitu: lava andesite
(baik yang dalam kondisi fresh ataupun kondisi fractured), breksi andesit dan yang
paling atas berupa pasir vulkanik berbatuapung. Singkapan (outcrops) dari
seluruh litologi serta kontak antara batuan dengan dengan resistensi tinggi dengan
13
batuan dengan resistensi rendah sangat jelas ditemukan di lapangan, sehingga
dapat dijadikan referensi model lito-resistivity.
Dari hasil resistivity imagery antara Lintasan Res_1 dan Res_2 dikorelasikan
dengan data pengamatan singkapan batuan (outcrops) di lapangan diperoleh hasil
berupa Kolom Lito-Resistivity sebagai berikut:
KOLOM LITO-RESISTIVITY
14
Pondasi-pondasi utama bangunan harus dibuat hingga menembus ke
batuan keras, yaitu hingga menembus lava andesit yang fresh dan tidak lapuk,
sehingga didapatkan daya dukung yang paling baik.
15
Tanah akan mendapatkan tambahan beban dari bangunan villa yang ada di
atasnya (termasuk kolam renang) serta dari jumlah infiltrasi air hujan (W) yang
menyebabkan terjadinya tegangan air pori, sehingga akan memicu terjadinya
gerakan tanah di sepanjang bidang gelincir tersebut.
Pada suatu lereng bekerja gaya pendorong dan gaya penahan. Gaya
pendorong adalah gaya tangensial dari berat massa tanah, sedangkan gaya
penahan berupa tahanan geser tanah. Analisis kemantapan suatu lereng harus
dilakukan dengan memperhitungkan besarnya gaya pendorong dan gaya penahan.
Suatu lereng akan longsor bila keseimbangan gaya – gaya yang bekerja terganggu,
yaitu gaya pendorong lebih besar dari gaya penahan. Oleh karena itu prinsip
penaggulangan keruntuhan lereng adalah mengurangi gaya pendorong atau
menambah gaya penahan.
16
REKOMENDASI TEKNIS
Foto dinding penahan tanah yang dibuat Foto dinding penahan tanah yang dibuat
terlalu tegak tanpa cantilever (foto ke arah terlalu tegak tanpa cantilever dan tidak ada
utara tepat di atas dinding penahan tanah) pipa-pipa drainase air pori (foto ke arah
selatan di bawah dinding penahan tanah)
17
Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi yang dibuat untuk
menahan tanah agar tidak longsor. Konstruksi ini diperlukan apabila akan
dilakukan pembuatan suatu rancang bangunan gedung yang berada di
tebing/kelerengan yang relative curam atau tegak yang mana apabila diabaikan
maka akan berakibat terhadap settlement atau penurunan bahkan kelongsoran
terhadap konstruksi yang berada di atasnya.
REKOMENDASI:
1. Agar dibuatkan konstruksi dinding penahan tanah dari konstruksi beton
bertulang di sebelah barat bagunan untuk menjaga stabilitas bangunan
terhadap kemungkinan guling, pergeseran, maupun beban-beban lainnya;
2. Dimensi konstruksi ditentukan berdasarkan baik/tidaknya tanah maupun
besar kecilnya gaya-gaya yang bekerja;
3. Tekanan di bawah pondasi harus lebih kecil dari daya dukung tanah yang
ada;
4. Dinding penahan dibuat dengan jarak 3 meter dengan tulangan standar SNI
Φ 12” bisa juga dikombinasikan dengan tulangan Φ 10” SNI’
18
penahan tanah, karena muka air tanah lebih tinggi. Adanya perbedaan
tinggi muka air ini menyebabkan air akan berusaha mengalir menyusuri
dinding pondasi sehingga perlu dibuatkan drainase berupa pipa Φ ˃ 10 cm
dipasang pada jarak 3 – 5 meter (bidang gambar)
7. Apabila dinding penahan tanah lebih dari 5 m, maka perlu dipasang pada
arah vertical lebih dari 1 baris tiap 1 – 2 m dan pada tiap baris ditempatkan
2 atau lebih pipa drainase.
REKOMENDASI:
REKOMENDASI:
1. Penanaman tumbuhan.
Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah
permukaan, mengurangi peresapan air permukaan dan pengaruh cuaca.
Penanaman tumbuhan dapat dilakukan antara lain dengan penaburan biji
rerumputan atau lempengan rumput. Untuk mempercepat air limpasan
permukaan, lereng juga dapat disemprot aspal.
2. Tata salir
Tata salir/saluran permukaan sebaiknya dibuat pada bagian luar
keruntuhan lereng dan mengelilingi keruntuhan lereng sehingga dapat
mencegah aliran limpasan yang datang dari lokasi yang lebih tinggi. Untuk
20
saluran terbuka yang dipasang pada daerah keruntuhan lereng harus diberi
kemiringan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air secara cepat
agar air tidak meresap ke dalam daerah keruntuhan lereng. Alas saluran
terbuka dilapis dengan material yang kedap. Dimensi dan kemiringan
saluran terbuka harus pula diperhitungkan terhadap debit dan kecepatan
pengaliran yang dikehendaki. Bila melewati daerah dengan material lepas,
sebaiknya dibuat saluran tertutup.
3. Menutup rekahan
Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan
pada lereng. Rekahan dapat ditutup dengan tanah lempung, aspal atau
semen yang disesuaikan dengan jenis tanahnya. Penutupan rekahan akan
mencegah masuknya air permukaan, sehingga tidak akan menimbulkan
naiknya tekanan hidrostatik atau lembeknya massa tanah yang bergerak.
4. Perbaikan permukaan lereng
Perbaikan permukaan lereng dapat dilakukan dengan merapatkan
permukaannya (adanya
tonjolan, cekungan) sehingga dapat mempercepat aliran limpasan dan
memperkecil rembesan air.
21
DOKUMENTASI KEGIATAN
22
Foto Pengecekan Batas-batas tanah dan Desain Bangunan
23