Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK PELEDAKAN

1. Apakah definisi bahan peledak ?


A. Pengertian Bahan Peledak
Bahan peledak (explosive) adalah bahan yang berbentuk padat, cair, menjadi zat-zat lain
yang lebih stabil, yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai efek panas dan tekanan yang sangat
tinggi.
B. Klasifikasi Bahan Peledak
1. Berdasarkan komposisi
 Bahan Peledak senyawa tunggal
Bahan peledak ini terdiri dari satu senyawa saja. Yang merupakan bahan peledak senyawa
tunggal antara lain PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrate) dan TNT (Trinitro Toluen).
 Bahan Peledak senyawa campuran
Bahan peledak ini merupakan campuran dari berbagai senyawa tunggal misalnya : ANFO,
dinamit dan sebagainya.
2. Berdasarkan Kepekaan
Beberapa bahan peledak dengan mudah dapat meledak apabila terkena api, panas,
gesekan dan benturan. Sebaliknya ada juga bahan peledak yang bila kena api hanya terbakar,
dan apabila kena gesekan dan benturan sukar meledak, bahan peledak ini pada prinsipnya
hanya akan meledak apabila ada ledakan lain yang mendahuluinya. Berdasarkan kepekaan ini
bahan peledak dibagi menjadi dua, yaitu :
 Bahan Peledak primer
Bahan peledak primer adalah bahan peledak yang mudah meledak dengan adanya api,
benturan, gesekan dan sebagainya. Misalnya : Hg(OCN)2, DDNP, PbN6 dan lain-lain. Bahan
peledak ini biasanya digunakan untuk mengisi detonator.
 Bahan Peledak sekunder
Bahan peledak sekunder adalah bahan peledak yang relatif tidak mudah meledak dengan
adanya api, benturan dan gesekan. Bahan peledak ini hanya akan meledak apabila ada
ledakan yang mendahuluinya, misalnya adanya ledakan detonator. Bahan peledak sekunder
antara lain DNT dan ANFO.
Berdasarkan kepekaan ini maka penyimpanan kedua jenis bahan peledak ini tidak boleh
disatukan, misalnya dinamit dengan detonator. Bila ditinjau dari kecepatan reaksinya, bahan
peledak sekunder lebih tinggi.
Dalam suatu alat peledak atau sistem peledakan bahan peledak primer hanya dipakai dalam
jumlah yang terbatas, sekedar untuk memulai terjadinya ledakan. Ledakan yang sebenarnya
diperoleh dari meledaknya bahan peledak sekunder. Meskipun bahan peledak sekunder
dikatakan tidak mudah meledak dengan adanya api, benturan, gesekan dan sebagainya,
namun segala upaya pencegahan terjadinya kebakaran harus benar-benar diusahakan pada
saat kita mengelola bahan peledak. Bila sebagian massanya sudah mulai terbakar maka api
akan segera menjalar ke seluruh massa bahan peledak. Dan apabila bahan peledak tersebut
tertutup atau menumpuk akan terjadi ledakan. Peristiwa ini disebut pemanasan lokal.
3. Penggunaanya berdasarkan tujuan
 Bahan Peledak militer
Merupakan bahan peledak yang digunakan dalam operasi-operasi militer.
 Bahan Peledak komersil
Merupakan bahan peledak yang digunakan dalam operasi-operasi konstruksi maupun
pembangunan sarana dan prasarana untuk kesejahteraan manusia. Pada kenyataannya ada
beberapa bahan peledak militer yang digunakan sebagai bahan peledak komersil dan
sebaliknya, misalnya: PETN, Black powder,dsb.
4. Berdasarkan kecepatan rambat reaksi
Ledakan merupakan reaksi kimia yang merambat dari satu titik ke titik yang lain dalam
massa bahan peledak. Berdasarkan kecepatan rambat reaksinya bahan peledak dibagi
menjadi:
 5X LB
Merupakan bahan peledak yang kecepaan rambat reaksinya di bawah 1000 meter per detik,
misalnya black powder (sumbu api). Peristiwa perambatan reaksinya disebut pembakaran
(sangat lambat) atau deflargasi (agak cepat).
 High explosive
Merupakan bahan peledak yang kecepatan rambat reaksinya di atas 1000 meter per detik,
misalnya : dinamit, TNT, PETN. Peristiwa perambatan reaksi disebut detonasi (ledakan).

2. A. Teknik peledakan dalam bidang pertambangan memiliki tujuan yang berbeda dengan
peledakan yang digunakan dibidang lainnya . jelaskan pernyataan tersebut!
Jawaban :
- Peledakan pada bidang Pertambangan bertujuan untuk memberai massa batuan
guna mempermudah kegiatan penambangan.
- Peledakan pada bidang lain contohnya untuk merubuhkan bangunan. Kegiatan
ini dilakukan untuk merubuhkan bangunan agar lebih mudah dibangun
kembali.

B, Pemahaman Teknik peledakan dalam bidang pertambangan harus didukung dengan


pengetahuan-pengetahuan lainnya, jelaskan dan mengapa demikian !
Jawaban :

3. Proses peledakan menghasilkan energi peledakan


A. Berapakan jenis energi peledakan, sebutkan dan jelaskan proses terjadinya energi
preledakan tersebut!
Jawaban : ada 2 jenis yaitu shock energy ( energi kejut) dan energi gas
 Energi kejut (shock energy) Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan
terhadap batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak. Tekanan
detonasi adalah fungsi dari densitas bahan peledak kali kuadrat kecepatan reaksi
bahan peledak yang hasilnya merupakan energi kinetik. Tekanan detonasi atau
tekanan ledak dibentuk oleh rambatan atau propagasi gelombang detonasi
sepanjang kolom bahan peledak. Cukup sulit untuk merumuskan besarnya
tekanan detonasi karena adanya perbedaan simbul matematis yang pada
akhirnya terjadi perbedaan jawaban. Namun demikian, besar tekanan detonasi
akibat reaksi kimia dalam proses peladakan dapat diestimasi menggunakan
persamaan:
−7 2
4 , 18 x 10 x SGe x Ve
P=
(1+ 0 ,8 SGe)
Dimana: P = tekanan detonasi, kbar (1 Kbar = 14,504 psi = 1,02 kg/cm2)
SGe = berat jenis bahan peledak
Ve = kecepatan detonasi, ft/sec
Tekanan detonasi maksimum terjadi pada arah aliran gelombang kejut dan
pada bahan peledak cartridge dimana posisi tekanannya berlawanan arah dengan
arah inisiasi peledakan. Pada bagian sisi cartridge, tekanan detonasi mendekati nol
sepanjang gelombang detonasi tidak melebihi bagian ujung cartridge. Untuk
mendapatkan efek tekanan detonasi maksimum dari bahan peledak (cartridge),
maka inisiasi bahan peledak sebaiknya dilakukan pada salah satu ujung yang
berlawanan arah terhadap bagian ujung lain yang kontak dengan material atau
batuan (Gambar 1.3.b). Permukaan material yang sejajar dengan bagian sisi
cartridge akan menerima efek tekanan detonasi kecil (Gambar 1.3.a), namun
demikian, material akan hancur karena dampak yang disebabkan oleh ekspansi gas
secara radial setelah gelombang detonasi berlangsung.

Untuk memaksimalkan penggunaan tekanan detonasi diperlukan juga


memaksimalkan daerah kontak antara bahan peledak dengan bahan galian. Proses
peledakan dapat dipicu pada ujung yang berlawanan dengan daerah kontak bahan
galian yang akan diledakkan (lihat Gambar 1.3). Bahan peledak yang digunakan
harus bertekanan dan berdensitas tinggi. Perpaduan antara kekuatan detonasi dan
densitas yang tinggi akan menghasilkan tekanan ledak yang tinggi pula. Besar
tekanannya dapat dihitung menggunakan rumus (1.1).
 Energi gas (gas energy)
Energi gas hasil proses peledakan adalah tekanan dari ekspansi gas yang
menerobos dinding lubang ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi gas
yang dilepaskan selama proses detonasi tersebut merupakan penyebab utama
pecahnya batuan. Tekanan gas, disebut juga dengan tekanan ledak, dipengaruhi oleh
temperatur reaksi dan volume gas yang dibebaskan pada saat terjadinya reaksi yang
besarnya diperkirakan satu setengah kali tekanan detonasi. Besarnya tekanan
ledakan berhubungan langsung dengan volume gas per unit berat bahan peledak dan
besarnya jumlah panas yang dikeluarkan selama proses reaksi kimia berlangsung.
Semakin tinggi temperatur reaksinya pada keadaan volume gas yang konstan, maka
akan semakin tinggi tekanan gasnya. Semakin banyak volume gas yang dikeluarkan
pada temperatur yang sama, maka tekanannya akan semakin meningkat. Tekanan
ledak dapat diukur melalui uji ledakan bawah air atau underwater test.

B. Enegi peledakan merupakan suatu bentuk energi kinetik, jelaskan dan bagaimana
hubungannya dengan hukum termodinamika!
Jawaban : Dalam hukum pertama termodinamika, kita diperkenalkan dengan sebuah
besaran baru, yakni energi dalam (U). Energi dalam merupakan jumlah total energi
kinetik molekul-molekul dan energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara
atom-atom penyusun molekul atau interaksi antara molekul-molekul penyusun suatu
benda atau makhluk hidup. Setiap benda tersusun dari atom-atom atau molekul-molekul.
Dengan demikian, setiap benda yang ada di alam semesta ini pasti punya energi dalam.
Setiap proses perpindahan energi yang melibatkan Kalor dan Kerja akan mengakibatkan
perubahan energi dalam. Hal ini yang kita bahas dalam hukum pertama termodinamika.
Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi

C. Bagaimana mekanisme pecahnya massa batuan oleh adanya proses peledakan pada
massa batuan, jelaskan !
Jawaban: Proses pecahnya batuan akibat peledakanKonsep yang di pakai disini adalah
proses pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik dalam batuanhomogen. Perlu ditekankan
bahwa sifat mekanis dalam batuan yng homogen akan berbeda dari sifatmekanis batuan
yang mempunyai rekahan dan heterogen seperti yang sering di jumpai dalamperkerjaan
peledakan.Proses pemecahan batuan dibagi menjadi tiga tahap :
a. Proses pemecahan tahap I Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang
ditimbulkan akan menghancurkanbatuan di daerah sekitar lubang tembak. Gelombang
kejut (Shock wave) yang meninggalkanlubang tembak merambat dengan kecepatan
9.000 – 17.000 ft/det akan mengakibatkantegangan tangensial (tangensial stress) yang
menimbulkan rekahan radial (radial cracks) yangmenjalar dari daerah lubang tembak.
Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1-2 ms.
b. Proses Pemecahan tahap II Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan
lubang tembak pada proses pemecahantahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut
mencapai bidang bebas (free face), gelombangtersebut akan dipantulkan. Bersamaaan
dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dankemudian berubah menjadi negatif
serta menimbulkan gelombang tarik (tension wave)gelombang tarik ini merambat
kembali ke dalam batuan. Oleh karena batuan lebih keciltahananya terhadap tarikan
(tension) daripada tekanan (compression), maka akan terjadirekahan-rekahan (primary
failure cracks) karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat sehingga
menyebabkan terjadinya “scabbing” atau “spalling” pada bidang bebas. Dalam proses
pemecahan tahap I dan II fungsi energy yang ditimbulkan oleh gelombang kejut adalah
membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil pada batuan. Secara teoritis jumlah energy
gelombang kejut hanya berkisar antara 5-15 % dari energy total bahan peledak. Jadi
gelombangkejut tidak secara langsung memecahkan batuan, tetepi mempersiapkan
kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir.
c. Proses pemecahan tahap III Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-
gas hasil peledakan maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar/diperbesar
secara cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial
dan pembajian. Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan posisinya
dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yangberada dalam batuan akan
dilepaskan, seperti spiral kawat yang di tekan kemudian dilepkan.Akibat pelepasan
tegangan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang begitu besar di massabatuan.
Tegangan inilah yang menyebabkan pecahnya batuan.

4. Suatu proses peledakan (secondary blasting), dengan menggunakan bahan peledak dengan
kecepatan detonasi (VOD) 6000 m/s, dengan specific gravity bahan peledak 2,8
gram/cm3.
A. Berapakah detonation pressure yang dihasilkan ( dalam Mpa)
B. Berapakah explotion pressure yang dihasilkan (dalam Mpa)
−7 2
4 , 18 x 10 XSGex Ve
Jawaban :a. P=
1+(0 , 8 x SGe)
Diketahui : SGe = 2,8 gram/cm3
Ve = 6000 m/s 19680 ft/s
−7 2
4 , 18 x 10 X 2 , 8 gr /cm 3 x 1968 0 ft /s
P=
1+(0 , 8 x 2.8 gr /cm 3)
P=139,90 Kbar 1 kbar = 100 Mpa
=13390 Mpa
5. A. Jika untuk memecah suatu bongkah batuan dibutuhkan detonation pressure sebesar
45000 Psi dengan spesisific gravity bahan peledak yang digunakan adalah 2,5 gr/cm3,
berapakah kecepatan detonasi (VOD) bahan peledak yang dibutuhkan ?
Jawaban : Diketahui : P = 45000 Psi = 3102,6408 Bar
= 3,1 Kbar
SGe = 2,5 m/cm3
2 P(1+ ( 0.8 x SGe ))
Ve = −7
4 , 18 x 10 x SGe

Ve=
√ 3 , 1(1+0 , 8 x 2 , 5)
4 , 18 x 10−7 x 2 ,5
Ve = 2983,206585 ft/s
Parameter Massa Batuan
Pada kegiatan peledakan tidak akan lepas dari batuan (material), karena pada dasarnya
kegiatan peledakan bertujuan untuk memecahkan batuan agar lebih mudah saat melakukan
kegiatan penambangan. Batuan memiliki massa yang menunjukan tingkat kekerasan pada
batuan itu sendiri. Untuk mengetahui massa batuan, terdapat beberapa parameter yang
mengklasifikasikan massa batuan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan
massa batuan adalah Rock Mass Rating (RMR) dimana RMR adalah pembobotan massa
batuan dari Bieniawski (1989) dimana terdapat lima (5) parameter yang diperhitungkan dalam
sistem pengkelasan RMR, yaitu kekuatan batuan, Rock Quality Designation (RQD), spasi
diskontinuitas, kondisi permukaan diskontinuitas dan kondisi keairan yang memiliki nilai
bobot masing-masing sesuai dengan Gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Tabel Rock Mass Rating


Sumber : https://www.slideserve.com/josiah-hester/klasifikasi-massa-batuan
1. Kekuatan Batuan
Menentukan kekuatan batuan dapat dengan menggunakan metode index kekuatan
point load test dan kuat tekan uniaksial. Untuk dilakukannya pengujian kekuatan
batuan ini diperlukan sampel dengan permukaan datar.
2. Rock Quality Designation
RQD merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui kekuatan
batuan yang didasarkan kepada kerapatan kekar. Tingkat kerapatan kekar
mempengaruhi kekuatan batuan dimana semakin rapat kekar atau bidang
diskontinuitas maka semakin rendah kekuatan batuan.
3. Spasi Rekahan
Spasi rekahan juga merupakan salah satu bagian dari RQD dimana menghitung
jarak rata-rata antar rekahan (kekar), semakin jauh semakin baik untuk kekuatan
batuan.
4. Kondisi Rekahan
Kondisi rekahan dapat diliat pada permukaan kekar dengan penilaian berdasarkan
permukaan, kelapukan dan lebar rekahan. Setiap penilaian memiliki pembobotan
masing-masing.

5. Air Tanah
Kondisi air tanah dilihat dari daerah sekeliling pengukuran, apakah terdapat air
yang mengalir atau bahkan kering. Samakin kering semakin menandakan batuan
tidak lapuk atau baik.

Pada parameter massa batuan terdapat pembobotan dimasing-masing parameter yang


memiliki makna tersendiri. Pembobotan dari parameter-parameter tersebut dijumlahkan
untuk mendapatkan total nilai (Rating). Kualitas massa batuan di daerah penelitian menurut
metode RMR dari Bieniawski (1992) terbagi menjadi lima kelas yaitu sangat baik, baik,
cukup, buruk dan sangat buruk. Setiap kualitas batuan memiliki patokan total nilai (Rating)
sendiri-sendiri sebagai acuan tiap-tiap kualitas batuan Untuk lebih jelasnya dapat melihat
Tabel 2.1
Kualitas Batuan Rock Mass Rating
Sangat Baik 100 – 81
Baik 80 – 61
Cukup 60 - 41
Buruk 40 – 21
Sangat Buruk < 21

Tabel 2.1 Klasifikasi Kualitas Batuan

Untuk mengetahui massa batuan dapat menggunakan metode RMR dimana akan
didapatkan nilai total dari setiap parameter yang akan menunjukan kualitas batuan tersebut
berdasarkan nilai total (Lihat Tabel 2.1).
Massa batuan sangat berpengaruh terhadap kegiatan peledakan. Pengaruhnya akan
berdampak kepada bahan peledak yang digunakan untuk melakukan kegiatan peledakan.
Semakin baik kualitas batuan menandakan batuan tersebut semakin keras, kekerasan batuan
tentu juga menuntut agak ledakan yang dihasilkan bahan peledak lebih besar agar fragmentasi
ledaknya lebih luas. tinjauan terhadap sifat fisik dan mekanik batuan serta parameter massa
batuan agar dapat menentukan rancangan geometri usulan yang dapat mengoptimalkan hasil
peledakan.

Parameter Bahan Peledak


Bahan peledak (handak) “adalah suatu bahan kimia yang berupa senyawa tunggal atau
campurannya yang berbentuk padat atau cair, yang apabila dikenai suatu aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan
berubah menjadi bahan-bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi.”

Sifat Umum Bahan Peledak


a) Kekuatan, adalah jumlah energi yang dilepaskan suatu peledak.
b) Berat jenis atau density suatu bahan peledak, adalah berat persatuan volume pada
bahan peledak.
c) Kepekaan atau sensitivity, adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakan
dari bahan peledakan akan terjadi atau mulai dan relative mudahatau tidaknya suatu
reaksi peledakan dirambatkan keseluruh muatan.
d) Cepat rambat, adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak yang dapat diukur
dengan menggunakan alat “micro timer” secara langsung dan dapat juga dengan cara
tidak langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong sumbu ledak yang telah
diketahui kecepatannya.
e) Sifat gas beracun, adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya
gas beracun yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida), NOx
(Nitrogen Oksida).
f) Daya tahan terhadap air, adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk
menahahan perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam
jumlah jam lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih dapat
diledakkan dengan baik.
g) Stabilitas kimia, adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan/
hadling. Makin stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya makin
aman.
h) Kemasan, adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan
kotaknya) juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan diperhitungkan
dalam campuran. Jenis pembungkus ini juga mempengaruhi terhadap gas-gas yang
dihasilkan dalam peledakan.
i) Kebolehan, adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan
peledak tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara, dimana pada
umumnya banyak terdapat gas CH 4 (gas methane) dan debu-debu batubara yang
mudah terbakar.

Energi yang Dibutuhkan pada Bahan Peledak


Energi yang dibutuhkan bahan peledak tergantung dari daya ledaknya itu sendiri. Daya
ledak suatu peledakan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: High Explosive dan Low Explosive.
a. High Explosive
Adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah peledak berbahan
kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta menciptakan tekanan
pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak rendah yang memiliki
tingkat reaksi yang jauh lebih rendah. Bahan peledak tinggi lebih dikategorikan
sebagai bahan peledak primer dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak
sangat sensitif, dapat diledakkan dengan mudah dan biasanya digunakan hanya pada
detonator listrik. Sekunder-tinggi bahan peledak kurang sensitif, memerlukan
kejutan gelombang energi tinggi untuk mencapai ledakan.
b. Low Explosive
Adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai kecepatan detonasi
(velocity of detonation) antara 400-800 meter perdetik. Bandingkan dengan bahan
peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000-8.500
meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong).

Faktor Density pada Bahan Peledak


Densitas secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat per volume.
Pernyataan densitas pada bahan peledak dapat mengekspresikan beberapa pengertian, yaitu:
1. Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume dinyatakan dalam
satuan gr/cc.
2. Densitas pengisian (loading density) adalah berat bahan peledak per meter kolom lubang
tembak (kg/m)
3. Cartridge count atau stick count adalah jumlah cartridge (bahan peledak berbentuk pasta
yang sudah dikemas) dengan ukuran 1¼” x 8” di dalam kotak seberat 50 lb atau 140
dibagi berat jenis bahan peledak.
Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai contoh densitas ANFO
antara 0,8 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak yang mempunyai densitas tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi. Bila diharapkan fragmentasi hasil
peledakan berukuran kecil-kecil diperlukan bahan peledak dengan densitas tinggi; bila
sebaliknya digunakan bahan peledak dengan densitas rendah. Demikian pula, bila batuan
yang akan diledakkan berbentuk massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang
mempunyai densitas tinggi; sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan
bahan peledak dengan densitas rendah.
Densitas pengisian ditentukan dengan cara perhitungan volume silinder, karena lubang
ledak berbentuk silinder yang tingginya sesuai dengan kedalaman lubang.

Kesimpulan
Peledakan adalah kegiatan memecahkan batuan yang keras dan berjumlah banyak. Pada
kegiatan penambangan terdapat dua parameter penting yaitu parameter marssa batuan dan
parameter bahan peledak.
Parameter massa batuan merupakan parameter untuk menentukan kekerasan batuan
sebelum dilakukan kegiatan peledakan agar mengetahui lebih baik menggunakan bahan
peledak yang mana atau seperti apa
Parameter bahan peledak merupakan parameter untuk menentukan fragmentasi ledakan
yang dihasilkan dari bahan peledak tersebut. Parameter bahan peledak ada untuk mengkontrol
kegiatan peledakan melalui bahan peledak.

Anda mungkin juga menyukai