Anda di halaman 1dari 18

BAB V

RENCANA PENAMBANGAN

5.1. Sistem/Metoda dan Tata Cara Penambangan


Hal terpenting dalam sistem penambangan adalah memilih metode penambangan yang
sesuai dengan keberadaan dan kondisi teknis maupun kondisi ekonomis sumber daya dan
cadangan batu gamping yang akan ditambang dan menentukan besarnya volume batu gamping
yang dapat ditambang. Dengan memperhatikan kondisi penyebaran batu gamping, rancangan
desain tambang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan metodepenambangan yang dipilih
dan batasan-batasan desain yang telah ditetapkan. Peralatan tambang yang akan digunakan
adalah kombinasi breaker dan excavator sebagai alat gali dan muat dan truk sebagai alat angkut.
Kegiatan penambangan akan dilakukan dengan cara Quarry Mining. Teknik
penggaliannya bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai
kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan, yaitu pada elevasi 620 m dpl. Arah
kemajuan penambangan batu gamping tiap tahun mengikuti penyebaran endapan. Metode
operasi penambangan dengan sistem ini, secara prinsip adalah penggalian dan pemuatan
material batu gamping menggunakan excavator dan pengangkutan material menggunakan truk
sebagai peralatan utama.
Untuk melaksanakan penambangan yang berada di wilayah rencana Operasi Produksi,
metode quarry (Quarry Mining) dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis yang
mencakup model geologi, kondisi endapan batu gamping, serta pertimbangan jumlah sumber
daya dan cadangan. Metode penambangan ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas dan
selektifitas dalam penambangan, antara lain seperti:
1. Biaya investasi awal yang lebih kecil.
2. Perolehan (Recovery) yang maksimal.
3. Tingkat produksi yang lebih besar.
4. Penanganan peralatan tambang yang lebih mudah.
5. Keselamatan tambang dan karyawan yang lebih baik.

Quarry Mining merupakan teknik penambangan batu gamping yang dinilaicocok dan
sesuai untuk diterapkan pada desain penambangan batu gamping di wilayah IUP PT ABC.
Penggalian ini dikerjakan dengan membentuk jenjang-jenjang yang memiliki geometri tertentu
berdasarkan hasil kajian geoteknik dan rencana pengoperasian alat-alat penambangan. Dengan
teknik penambangan ini diharapkan endapan batu gamping yang penyebarannya jelas, dapat
ditambang dengan baik.

5.2. Rencana Produksi


Kegiatan operasi penambangan batu gamping yang direncanakan pada setiap bukaan
tambang akan mencakup:
1. Operasi Pembersihan Lahan
Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi dimana tambang
akan dibuka. Berkaitan dengan operasi ini akan dilakukan beberapa pekerjaan, yaitu:
a. Operasi Penebangan Pohon dan Pemotongan Kayu
Dalam operasi pembersihan lahan, apabila ditemukan pohon-pohon, maka
terlebih dahulu dilakukan operasi penebangan pohon dan operasi pemotongan
kayu. Bila pohon-pohon tersebut dinilai mampu ditumbangkan dengan tenaga
excavator, maka operator akan langsung menggunakan excavator.
Untuk pohon-pohon berukuran besar, untuk penebangannya perlu dibantu
dengan menggunakan gergaji mesin (chain shaw). Bila kayu yang dikerjakan
memiliki ukuran yang besar, maka operasi pemindahan kayu dari lokasi
penambangan ketempat penyimpanan kayu ini perlu dipergunakan alat angkat
untuk beban berat dan rantai besi untuk pengikat dan penarik, serta truk
pengangkut kayu. Bila kayu memiliki ukuran yang kecil, maka operasi
pemindahan kayu dari lokasi penambangan ke lokasi penyimpanan kayu ini cukup
dipergunakan tenaga manusia dan truk pengangkut kayu.
Kayu-kayu hasil penebangan dan pemotongan akan disimpan di lokasi
penyimpanan yang telah direncanakan. Lokasi penyimpanan kayu dapat dipilih
pada lahan-lahan terbuka yang dekat dengan daerah penambangan dan dilintasi
oleh jalan angkut. Kayu-kayu yang disimpan ini dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan bangunan, jembatan, atau kepentingan lainnya. Dilokasi rencana
penambangan batuan PT ABC tidak terdapat beberapa pohon–pohon besar yang
perlu ditebang untuk pembukaan lokasi penambangan.

b. Operasi Pembabatan Semak dan Tanaman Perdu


Pekerjaan pembabatan semak dan perdu ini akan dilakukan dengan
menggunakan excavator yang dapat menjalankan fungsi gali dan dorongdengan
memanfaatkan bucket. Semak dan perdu yang sudah dibabat tersebut selanjutnya
akan didorong ke daerah-daerah lembah atau area penimbunan sementara yang
dekat dengan areal penambangan. Di lokasi rencana penambangan banyak
terdapat Semak belukar, sehingga untuk tahapan awal penambangan perlu
dilakukan operasi pembabatan semak.
2. Operasi Pengupasan Top Soil dan Tanah Penutup
Setelah operasi pembersihan selesai, selanjutnya dilakukan operasi pengupasan
lapisan tanah atas (top soil) yang banyak mengandung bahan-bahan organik hasil
pelapukan, yang sangat baik untuk penyuburan tanah. Lapisan tanah subur ini dikupas
dengan menggunakan excavator.
Operator excavator sambil mengupas tanah subur tersebut sekaligus mendorong dan
mengumpulkannya pada lokasi tertentu di dekat daerah operasi. Dengan demikian pada
lahan penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah subur yang pada gilirannya
akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas penambangan.
3. Operasi Penggalian dan Pemindahan Batuan
Operasi penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator breaker PC 200,
pemilihan metoda penggalian batuan ini didasarkan pada target produksi yang ingin
dicapai serta kondisi lingkungan setempat. Hasil dari pemberaian batuan menggunakan
excavator breaker kemudian dimuat kedalam dump truck menggunakan excavator PC
200.
Dalam operasi pemindahan batuan akan digunakan dump truck dengan Kapasitas 10
Ton sebagai alat angkut. Dump truck akan mengangkut batuan dari front penambangan
ke lokasi feeder crusher di utara lokasi penambangan dengan jarak rata - rata 200 meter.
4. Operasi Penanganan Air Tambang
Operasi penanganan air tambang atau penirisan tambang mutlak diperlukan, karena
lantai tambang yang berair selain mengganggu kelancaran produksi, juga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Sumber air tambang berasal dari air hujan di area
penambangan dan air limpasandari luar area penambangan.

Untuk menangani air tambang yang terdapat dalam bukaan tambang maka diperlukan
saluran yang akan mengalirkan air ini ke level dibawahnya. Pada dasarnya karena
kemiringan lapisan di lokasi yang tegak maka air yang akan masuk dalam akuifer sangat
kecil sehingga potensi air tanahnya juga akan kecil. Selain munculnya rembesan air
tanah, pemantauan berkala secara rutin seperti yang akan dilakukan peda pemantauan
lereng tetap akan juga dilakukan.

5.2.1. Jadwal Rencana Produksi


Cadangan adalah bagian dari sumber daya yang telah diketahui dimensi, sebaran,
kuantitas dan kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk
ditambang. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam perhitungan cadangan batuan ini
adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan cadangan tertambang berdasarkan batasan dari kajiangeoteknik
2. Perhitungan cadangan tertambang berdasarkan batasan dari rancangandesain pit
penambangan.
3. Perhitungan cadangan tertambang menggunakan pemodelan 3D.
Berdasarkan penyelidikan, di daerah IUP ditemukan endapan bau gamping yang tidak
dapat dieksploitasi karena faktor lingkungan dan ada pula yang disebabkan oleh faktor
finansial (kurang ekonomis). Sehingga cadangan ini akan dijadikan acuan utama untuk
keperluan berbagai proses pengkajian teknisdan non teknis.
Perhitungan cadangan ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas batuan
batu gamping yang dapat ditambang (metode tambang terbuka) berdasarkan batasan yang
telah ditetapkan sesuai kualitas batuan batu gampinguntuk pemanfaatan terutama sebagai
bahan material industri tertentu dengan pertimbangan keekonomian dan lingkungan hidup
dari rencana penambangan yang akan dilakukan.
Faktor-faktor teknis antara lain; kehilangan batu gamping dan kestabilan lereng untuk
pit limit terhadap low wall (jika terbentuk karena adanya batas IUP yang ada) telah
dipertimbangkan dalam perhitungan cadangan dengan menggunakan perangkat lunak yang
digunakan.

5.2.2. Sekuen Penambangan dan Penimbunan


1. Pembersihan Lahan
Tahapan pertama dalam pelaksanaan penambangan secara tambang terbuka adalah
pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup
lainnya, sehingga pelaksanaan pengupasan tanahpucuk yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya dapat berjalan denganlancar. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan
excavator. Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan arah kemajuan
penambangan.
2. Penanganan Tanah Pucuk
Lapisan tanah pucuk (top soil) yang mempunyai ketebalan sampai 50 cm dari
permukaan tanah dikumpulkan dengan excavator dan dipindahkan kesuatu tempat
yang bebas banjir dan bebas erosi. Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
menggunakan excavator, untuk pemindahan tanah pucuk dilakukan dengan excavator
ke lokasi penimbunan sementara yang terdekat dengan area operasi. Tanah tersebut
nantinya akan dimanfaatkan untuk program reklamasi.
3. Penggalian dan Pemuatan Secara Mekanik
Kegiatan penambangan akan dilakukan dengan cara Quarry Mining. Teknik
penggaliannya bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai
kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan, yaitu 620 m dpl.
Arah kemajuan penambangan batu gamping tiap tahun mengikuti penyebaran
endapan. Metode operasi penambangan dengan sistem ini, secara prinsip adalah
penggalian dan pemuatan material batu gamping menggunakan breaker dan excavator
serta pengangkutan material menggunakan truk sebagai peralatan utama.
4. Sekuen Penambangan
Dengan memperhatikan batasan-batasan desain tambang di wilayah IUPPT ABC,
penentuan rancangan tahapan-tahapan penambangan dilakukan untuk mencapai hasil
yang optimal. Kegiatan pre-stripping dilakukan sebelum operasi penambangandimulai
atau dilakukan bersamaan waktunya dengan langkah akhir dari konstruksi tambang.
Kegiatan penggalian yang dilakukan dalam pre-stripping ini meliputi:
a. Clearing dan grubbing.

b. Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk pada area yang ditentukan sebagai
tempat pengelolaan dan penimbunan tanah pucuk sementara.

c. Pembuatan jalan masuk dari luar menuju ke area awal bukaan tambang.

d. Pembuatan kolam pengendap (settling pond) untuk penanganan air di lokasi


galian tambang.
e. Penggalian tanah untuk penataan front galian sesuai dengan rencana operasi
fleet peralatan dan untuk mendapatkan material yang siap tambang.

5.2.3. Peledakan
Peledakan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk pemberaian batuan atau
material pada penambangan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal
apabila perlengkapan yang di pakai sesuai dengan metode peledakan yang di terapakan.
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendakannya terlebih
dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. Peralatan peledakan (Blasting
equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting machine,
crimper dan sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam
satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode
peledakan, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda.
1. Tujuan Peledakan
Tujuan peledakan dalam dunia pertambangan adalah memecah atau membongkar
batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau
massive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam
proses produksi berikutnya. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan peledakan adalah:
a. Kondisi batuan yaitu karakteristik struktur batuan dan sifat-sifat geoteknik
batuan yang akan mempengaruhi jarak antar lubang bor serta kemajuan yang
akan diperoleh.
b. Pola peledakan akan mempengaruhi hasil ledakan. Keberhasilan tujuan
peledakan sangat tergantung pada pola peledakan yang digunakan. Pola
peledakan juga akan menetukan ukuran fragmentasi dan arah lemparan material
yang diledakan.
c. Pengisian dan penembakan, pemilihan bahan peledak tergantung pada diameter
lubang bor, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi dan blastability batuan.

Penentuan isi bahan peledak akan digunakan tergantung pada kedalaman lubang
tembak, blastability batuan dan pola peledakan yang digunakan. Perencanan
sistem peledakan akan mempengaruhi:
1) Ukuran fragmentasi batuan, bentuk dan letak hasil ledakan
2) Arah lemparan massa batuan yang lepas, hingga dapat dipilih kearah
tertentu 3
3) Apabila ada batas getaran tanah yang lepas, hinggah dapat dipilih kearah
tertentu seketika (instantaneous ignition) dapat dikuranggi dan diganti
dengan peledakan beruntun

5.2.3.1. Geometri Peledakan


Dalam penentuan terdapat beberapa faktor yang butuh dipertimbangkan, yaitu
diameter lubang bor, ketinggian jenjang, burden dan spasi, struktur batuan, fragmentasi,
arah lemparan, kestabilan jenjang, perlindungan terhadap lingkungan sekitar dan jenis
bahan peledak yang akan digunakan. Geometri peledakan terdiri dari diameter lubang
bor, ketinggian jenjang dan kedalaman lubang bor, burden, spasi, subdrilling, stemming
dan powder column.

Gambar 5.1. Geometri Peledakan

1. Diameter Lubang Bor


Pemilihan ukuran diameter lubang bor bergantung pada tingkat produksi yang
diinginkan. Semakin besar ukuran lubang bor yang digunakan maka akan semakin
besar juga tingkat produksi yang dihasilkan. Namun untuk hasil peledakan yang baik,
berdasarkan pengalaman para ahli, diameter lubang bor sebaiknya berkisar antara
0,5% - 1% dari tinggi jenjang.
2. Tinggi Jenjang dan Kedalaman Lubang Bor
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan pengeboran
dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang harus disesuaikan dengan diameter
lubang bor, jadi semakin rendah tinggi jenjang makan diameter lubang bor ynag
digunakan juga semakin kecil dan semakin basar tinggi jenjang maka lubang bor
yang digunakan juga semakin besar.
3. Burden
Burden merupakan jarak terdekat antara lubang ledak dengan bidang bebas (free
face). Burden merupakan variabel paling penting dalam penentuan geometri
peledakan. Dengan jenis bahan dan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi
jarak burden agar kegiatan peledakan berjalan sukses dapat dihitung dengan dua cara
yaitu cara C.J Konya dan R.L Ash.
a. Cara C.J Konya
𝟑 𝑺𝑮𝒆
B = 3,15 . De . !𝑺𝑮𝒓

Keterangan: B = jarak burden (ft)


De = Diameter lubang bor (inch)
SGe = Density bahan peledak (gr/cc)
SGr = Density batuan (gr/cc)
b. Cara R.L Ash
𝑲𝒃𝒔𝒕𝒅 . 𝑨𝑭𝟏 . 𝑨𝑭𝟐 . 𝑫𝒆
B=
𝟏𝟐

! !"!#$% '()!"*%+, -+.+" '!,!/+0 1+"$ /%'+0+% ! 23! . 567.+"/+0 "


1) AF1 = ! !"!#% '()!"*%+, -+.+" '!,!/+0 *)+"/+#
= ! 23!*)/ . 567*)/"

! /!"*%)1 -+)8+" *)+"/+#) ! 23# *)/


2) AF2 = !/!"*%)% -+)8+" 1+"$ +0+" /%,!/+00+" = ! 23#

Keterangan: B = jarak burden (ft)


Kbstd = Koefisien burden standar
De = Diameter lubang bor (inch)
SGe = Density bahan peledak (gr/cc)
SGestd = Density bahan peledak standar (gr/cc)
SGr = Density batuan (gr/cc)
SGrstd = Density batuan standar (gr/cc)
VOD = Kecepatan detonasi (m/s)
VODstd = Kecepatan detonasi standar (m/s)
4. Spasi
Spasi merupakan jarak antara satu lubang dengan lubang yang lainnya yang saling
sejajar dengan bidang bebas (free face). Secraa teoritis, spasi optimum berkisar antara
1,1-1,8 dari burden. Jarak spasi agar kegiatan peledakan berjalan sukses dapat
dihitung dengan dua cara yaitu cara C.J Konya dan R.L Ash.
a. Cara C.J Konya
Ditentukan berdasarkan sistem delay yang ditentukan, yaitu:
a. Instataneous single row blast holes
1) Jika L<4B (L=tinggi jenjang)
𝑳"𝟐𝑩
S=
𝟑

2) Jika L>4B (L=tinggi jenjang)

S=2.B

b. Sequanced single row blast holes


1) Jika L<4B (L=tinggi jenjang)
𝑳"𝟕𝑩
S=
𝟖

2) Jika L>4B (L=tinggi jenjang)

S = 1,4 . B

b. Cara R.L Ash

S = Ksstd . AF1 . AF2 . B


Keterangan: S = Jarak spasi (m)
Ksstd = Koefisien spasi standar
B = Jarak burden (m)
5. Subdrilling
Subdrilling merupakan tambahan kedalam dari lubang bor di bawah lantai
jenjang. Subdrilling dibuat untuk menghindari masalah tonjolan pada lantai hasil
peledakan. Bila ukuran subdrilling berlebih maka akan menghasilkan getaran yang
berlebih pula sedangkan jika subdrilling kurang makan akan menghasil tonjolan pada
lantai jenjang maka dari itu subdrilling harus dihitung dengan baik. Berikut
merupakan rumus perhitungan subdrilling menurut C.J Konya dan R.L Ash:
a. C.J Konya

J = Kj . B

Keterangan: J = Subdrilling (m)


Kj = Subdrilling ratio (0,2-0,4)
B = Jarak burden (m)
b. R.L Ash

J = Kjstd . AF1 . AF2 . B

Keterangan: J = Subdrilling (m)


Kjstd = Koefisien subdrilling standar
B = Jarak burden (m)
6. Stemming
Stemming merupakan tempat material penutup di bagian atas lubang bor.
Stemming berfungsi untuk mengisolasi gas-gas hasil peledakan. Untuk menentukan
panjang stemming dapat digunakan cara C.J Konya dan R.L Ash:
a. C.J Konya
1) Untuk batuan massive, T = B
2) Untuk batuan berlapis, T = 0,7 . B

Keterangan: T = Stemming (m)


B = Jarak burden (m)
b. R.L Ash

J = KTstd . AF1 . AF2 . B


Keterangan: T = Stemming (m)
KTstd = Koefisien stemming standar
B = Jarak burden (m)

Hasil perhitungan dengan metode R. L Ash cenderung memiliki nilai ynag lebih
kecil dibandingkan hasil perhitungan dengan metode C. J Konya. Hal ini disebabkan
karena perhitungan geometri peledakan dengan metoda R. L Ash selalu disertai
dengan faktor koreksi berupa koefisien standar untuk tiap parameter geometri, faktor
pengali untuk batuan (AF1) dan faktor pengali untuk bahan peledak (AF2), sehingga
ketelitian hasil perhitungan menggunkan metode R. L Ash lebih besar dibanding C.
J Konya.

5.2.4. Rencana Pengangkutan Material


1. Desain Jalan
Jalan tambang merupakan salah satu fasilitas penting dalam kegiatan penambangan
karena berkaitan langsung dengan proses produksi. Oleh karena itu, jalan harus di
desain dan dibuat sebaik mungkin dan nyaman sehingga mendukung kelancaran
proses pengangkutan batuan dan material timbunan.
Dimensi jalan tambang harus didesain dan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
peralatan yang digunakan. Untuk jalan yang memiliki lalu lintas dua arah, menurut
aturan umum (rule of thumb), harus memiliki lebarlebih besar atau sama dengan 2 kali
lebar truk untuk jalan lurus, sedangkan untuk jalan belok diperlukan lebar jalan 3 kali
lebar truck. Kecepatan maksimum kendaraan yang melintas disesuaikan dengan
kondisi setempat, misalnya 10 km/jam di tambang, dan 20 km/jam dijalan angkut.
Ilustrasi desain jalan yang baik dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2. Ilustrasi Desain Jalan

Berkaitan dengan desain jalan tambang, ada 2 hal yang harus diperhatikan yaitu
kemiringan longitudinal (grade jalan) dan kemiringan lateral (cross fall). Apabila
terdapat jalan yang menanjak dan menurun, maka grade jalan dibuat 5%-20%. Grade
jalan ini dinyatakan dalampersen (%) yang dihitung berdasarkan perbandingan antara
perbedaan ketinggian dengan jarak mendatar. Ilustrasi % kemiringan dapat dilihat
pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Ilustrasi Kemiringan Jalan

Untuk memfasilitasi air permukaan (runoff), permukaan tengah jalan umumnya


dibuat kemiringan kearah kiri-kanan jalan (cross fall). Cross fall ini dinyatakan dalam
persen (%). Kebanyakan jalan tambang dibuat dari kerikil dan batuan yang sudah
dihancurkan (split). Untuk kondisi jalan seperti ini kemiringan permukaan jalan
sebaiknya ½ inch per feet (0.04 ft/ft). Untuk jalan yang lebih halus seperti aspal beton
yang lebih mudah mengalirkan air maka kemiringan jalannya bisa lebih landai,
misalnya ¼ inch per feet (0.02 ft/ft) (Hustrulit, 2006). Ilustrasi kemiringan permukaan
jalan dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Ilustrasi Kemiringan Permukaan Jalan


2. Jalan Angkut
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana
Infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitarnya. Jalan tambang
berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang
dengan area crushing plan, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan
karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan.
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota.
Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang
sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut dikota, karena jalan
tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya
excavator dan sebagainya. Untuk membuat jalan angkut tambang diperlukan
bermacam-macam alat mekanis, antara lain:
a. excavator yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan danpembabatan,
perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan dll;
b. alat muat untuk memuat hasil galian yang volumenya besar;
c. alat angkut untuk mengangkut hasil galian tanah yang tidak diperlukan dan
membuangnya di lokasi penimbunan.
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus dilengkapi
penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran harus mampu
menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan harus mampu pula
mengatasi luncuran partikel partikel kerikil atau tanah pelapis permukaan jalan yang
terseret arus air hujan menuju penyaliran.
3. Geometri Jalan Angkut
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaranoperasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin
terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan
jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Geometri jalan
angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya, yaitu:
a. Lebar jalan angkut,
b. Jari-jari tikungan dan super- elevasi,
c. Kemiringan jalan, dan
d. Cross slope.
Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih lebar, panjangdan
lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu,
geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat
angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
4. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan lancar
dan aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul dilapangan, maka
lebar jalan minimum harus diperhitungan dengan cermat. Perhitungan lebar jalan
angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda, karena pada posisi membelok
kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan
belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar. Disamping itu, perhitungan lebar
jalan pun harus mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan satu
arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah.

5.3. Peralatan Penambangan


5.3.1 Jenis dan Spesifikasi Alat
Sebagaimana dijelaskan pada penentuan metoda penambangan sebelumnya, telah
ditentukan bahwa PT ABC akan melakukan penambangan dengan sistem quarry
menggunakan breaker, excavator, dan truk. Pada dasarnya dalam evaluasi peralatan untuk
kegiatan penambangan terbuka ini, dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
1. Pemilihan Jenis Peralatan
Pemilihan jenis peralatan ini adalah untuk menentukan jenis-jenis peralatan apa saja
yang dibutuhkan dalam proses operasi produksi penambangan batu gamping. Oleh
karena itu, sebelum pemilihan jenis peralatan, terlebih dahulu dilakukan
penggambaran skema operasi penambangan yang direncanakan dan identifikasi atas
seluruh aktifitas yang akan diterapkan.
Penggambaran operasi penambangan dan identifikasi aktifitas ini penting, karena
selain menyangkut pada pemilihan alat berat yang akan dilakukan juga akan
berpengaruh pada pembangunan fasilitas-fasilitas lainnya selain alat berat yang
dibutuhkan dalam operasi produksi. Untuk itu, penggambaran skema operasi dan
identifikasi ini sangat erat kaitannya dengan desain, metode operasi, dan kondisi
tambang.
2. Pemilihan Kapasitas Peralatan
Pemilihan kapasitas peralatan didasarkan atas kondisi teknis dari material yang ada
dan lokasi kerja, serta target produksi. Khusus untuk kombinasi antara excavator dan
truk perlu diperhatikan kesesuaian kapasitas antara masing-masing unit.
3. Jenis dan Kapasitas Peralatan
Dengan melihat kondisi geologi dan ketebalan tiap endapan batu gamping dan
dengan pertimbangan kriteria perencanaan tambang tentang parameter geoteknik
material, maka rencana penambangan batu gamping dapat menggunakan peralatan
kapasitas kecil sampai menengah dimana hal ini secara umum akan memberikan
tingkat efisiensi yang lebih baik.

5.3.2 Jumlah Alat


1. Jam Kerja
Jumlah hari kerja tambang pertahun diperhitungkan selama 353 hari, dimana libur
yang direncanakan antara lain:
a. Hari Raya Idul Fitri
b. Hari Raya Idul Adha
c. Hari Natal
d. Tahun Baru
e. Hari Libur Nasional
Untuk memaksimalkan jam kerja alat, PT ABC berencana untuk beroperasi dalam
1 shift perhari. Perhitungan jam kerja efektif dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jam Kerja Efektif


Jam Kerja Rata-rata Operasional Alat Berat
Tambang per Tahun
Jumlah
Jam

Kegiatan Kehilangan Jam Kerja


Jam kerja Tersedia
Jam Kerja tersedia setahun 8760.00
Hari libur selama 3 hari 1320.00
Jam kerja yang digunakan 2480.00
Kehilangan jam kerja karena
Standby/hari Jam/tahun Menit/Shift
Is+Sho+ma 310 15+15+30
mnt/shift
Terlalu cepat berhenti Terlalu Cepat Stop 26 2 mnt/shift
Terlambat mulai Terlambat mulai 26 2 mnt/shift
Safety Talk Safety Talk 78 10 menit/shift
Is+Sho+ma Pergantian Shift 52 10 menit/shift
Hujan Hujan 258 60 menit/shift
Total Standby/tahun 750
Delay
Isi bahan bakar 52 10 menit/shift
Pindah lokasi 26 10 menit/shift
Delay peledakan 0 15 menit/shift
Perawatan harian 129 30 menit/shift
Break Down 72 6 jam/bulan
Persiapan pemuka kerja 78 15 menit/shift
357
Kehilangan jam kerja/ 1107
Tahun
Jam Kerja Effektif 1,373
Operasional / Tahun

2. Kebutuhan Peralatan
Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan unit peralatan untuk operasi
penambangan batuan harus diperhatikan beberapa batasan yang berkaitan dengan
kegiatan penambangan, serta asumsi-asumsi yangperlu diterapkan berkaitan dengan
gambaran operasional penambangan yang akan direncanakan.

BAB VI
RENCANA PENGOLAHAN

6.1. Tata Cara Pengolahan


Rangkaian prosedur kegiatan pengolahan dalam proses pengolahan batugamping di unit
atau pabrik pengolahan, tahapan tersebut berjalan secara berkelanjutan, untuk menjelaskan
secara lebih mudah prosedur pengolahan batu gamping dapat dilihat pada Gambar 6.1. Dalam
diagram alir tersebut dijelaskan secara sederhana perencanaan proses kegiatan pengolahan batu
gamping yangdilakukan di PT ABC. Lokasi kegiatan Pengolahan yang direncanakan berada di
wilayah IUP PT ABC.

Gambar 6.1 Rencana Bagan Alir Crushing Plant


6.2. Peralatan Pengolahan
Berdasarkan tahapan pengolahan yang dilakukan di lokasi pengolahan PT
ABC terdapat beberapa unit peralatan pengolahan. Daftar dan spesifikasi peralatan
pengolahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.1. Spesifikasi Crusher yang akan Digunakan
Kapasitas
No Jenis Kuantitas
(Ton/Jam)
1 Jaw Crusher 100 1
2 Hammer mill 16 4
3 Roller mill 16 4

6.2.1. Jenis dan Jumlah Produk Pengolahan


Dari rangkaian rencana kegiatan proses pengolahan batu gamping PT
ABC dapat diketahui terdapat 3 produk hasil pengolahan, rencana produk yang
diharapkan dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Produk Pengolahan Batu Gamping

Presentase Rencana
No Produk Pengolahan Produk Produk (Ton)
1 Split 30 mm x50 mm 50% 60.000
2 Tepung 45% 54.000
3 Tepung undersize (≤ 30mm) 5% 6.000

6.3. Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan


Rencana pengangkutan produk pengolahan didasarkan pada rencana
penjualan material hasil pengolahan. Pada rencana penambangan yang akan
dilakukan oleh PT ABC penjualan akan dilakukan langsung pada area
stockpile/warehouse. Oleh karena itu PT Kotajajar Limestone tidak membutuhkan
infrastruktur seperti jalan angkut untuk melakukan penjualan.

Anda mungkin juga menyukai