Anda di halaman 1dari 27

BAB IX

LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

9.1. Perlindungan Lingkungan

9.1.1. Dampak Kegiatan

Perlindungan lingkungan kawasan pertambangan ini juga didasarkan

pada pemanfaatan ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan,

kebutuhan prasarana, sarana dan pengembangan kegiatan penambangan

dan dampaknya terhadap kawasanyang ada di sekitarnya. Pengelolaan

seperti tersebutdi atas juga dibutuhkan untuk menghindarikemungkinan

terjadinya permasalahan di kemudian hari seperti: masalah status

kepemilikan lahan, konflik penggunaan lahan, dan penyesuaiannya dengan

rencana tata ruang wilayah sekitarnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah

daerah. Pengamatan sepintas, pengelolaan lingkunganpenambangan pada

Wilayah Izin Usaha Eksplorasi sekitarnya terlihat masih belum dilakukan

secara baik.

Terlihat pada saat pengupasan/ penggalian tanah penutup tanah

humus (top soil) tidak mengalami pemisahan terlebih dahulu, selain material

tanah/batuan hasil penggalian yang tidak mengandung bijih (waste) ditimbun

di atas permukaan tanah dengan tidak memperhatikan masalah pencemaran

terhadap badan air di sekitarnya terutama bila terkena air limpasan pada

waktu hujan. Air limpasan mengalir melintasi timbunan waste yang

mengandungberpotensi untuk menjadi air asam tambang.

PT.BASTEMINDONESIA
93
Hal-hal yang perlu dilakukan dalampenanggulangan terhadap

dampak yang terjadi dalam pengelolaan lingkungan tambang, adalah

sebagai berikut ini.

1) Timbunan waste terutama yang mengandung pirit harus ditimbun di

tempat tertentu yang dijaga agar tempat tersebut tidak dilintasi air

limpasan pada waktu hujan turun, untuk hal tersebut perlu dibuat parit-

parit untuk menyalurkan air limpasan agar tidak melintasi timbunan waste.

2) Timbunan waste yang mengandung pirit perlu ditutup dengan lapisan

tanah lempung danbatugamping serta dipadatkan agar lapisan piritnya

tidak berhubungan dengan udara.

3) Perlu dibuat kolam pengendap sebelum air limpasan hujan memasuki

sungai.

9.1.2. Pengelolaan Lingkungan

9.1.2.1. Pengelolaan Limbah

Kegiatan penambangan akan menghasilkan limbah yaitu

limbahpenambangan dan limbah pengolahan. Limbah penambangan pada

sistem tambang terbuka berasal dari lapisan penutup (overburden) yang

terdiri dari batu-batu bongkahan, kerikil dan batuan yang lebih halus,

sedangkan limbah penambangan pada system tambang bawah tanah

berasal dari batuan samping hasil penggalian lubang tambang. Limbah

penambangan berupa batu bongkahan tersebut, bila terdapat banyak mineral

sulfidaditambah kehadiran udara dan curah hujan yang cukup tinggi serta

adanya bakteri alam tertentu seperti Thiobacillus Ferrooxidan akan

PT.BASTEMINDONESIA
94
berpotensi untuk terbentuknya air asam tambang (acid mine drainage). Air

asam tambang ini apabila memasuki aliran permukaan akan merusak

kehidupan tanaman dan

mengubah kimia dan biologi tanah, dan apabila masuk ke dalam badan air

akan memobilisasi logamlogam dari tailing.

Komponen yang paling mendapat sorotan dari kegiatan pengolahan

emas adalah merkuri, di mana merkuri digunakan sebagai pengikat

konsentrat emas. Merkuri tergolong logam berat yang berpotensi sebagai

limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) apabila dilepas ke lingkungan.

Belum adanya legalitas dari badan terkait dan pemberi modal yang cukup,

maka pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat menjadi tidak

terkoordinir dan sistem pengolahan hasil tambang dilakukan dengan

konvensional. Hal tersebut selaintidak memaksimalkan hasil tambang juga

merusaklingkungan akibat pengolahan yang konvensional dansistem

pengolahan limbah buangan yang tidak memadai.

9.1.2.2. Rencana Reklamasi

Tanggung jawab pelaksanaan reklamasi merupakan kewajiban berupa

kesungguhan perusahaan, untuk melakukan kegiatan operasi penambangan

yang ramah lingkungan, dan senantiasa menghargai nilai sosial serta

keberagaman fungsi tataguna lahan yaitu lahan pertanian (kondisi awal

sebelum kegiatan pertambangan dilakukan).Tanggung awab dari

pelaksanaan reklamasi sejalan dengan pelaksanaan konsep pembangunan

yang berkelanjutan (Suitainable Development), yang menjelaskan bahwa

PT.BASTEMINDONESIA
95
kegiatan pertambangan tidak berdiri sendiri atau bekerja sendiri melainkan

menompang pelaksanaan kegiatan pembangunan lainnya yang terdiri atas

beberapa sektor seperti pertanian, perkebunan, dan pengembangan industri

atau jasa.

1. Lahan yang Akan Direklamasi

Pelaksanaan operasi penambangan oleh PT.Bastem Indonesia yang

rencananya dimulai pada awal Tahun 2022 telah dilakukan berbagai tahapan

kegiatan yaitu: sosialisasi, pembebasan lahan, persiapan, perintisan, land

clearing dan konstruksi sarana penunjang juga persiapan dan perencanaan

tambang seperti: pembangunan infrakstruktur dan pembangunan pada front

kerja.

Kegiatan operasi produksi nantinya akan meninggalkan lahan bekas

tambang, berupa tanah pedataran yang diatur berjenjang pada bekas front

penambangan. Lahan tersebut pada tahap pasca tambang direncanakan

sebagai area perumahan,, sehingga kestabilan lereng akan sangat kami

jaga.adapun rencana reklamasi di areal ini akan di buat penghijauan

khususnya di sepanjang batas jalan desa dan WIUP, juga pada jalan

tambang utama permanen.

Perusahaan dalam perencanan dan pelaksanaan kegiatan operasi

penambangan sangat sulit memisahkan antara tanah pucuk dan tanah

penutup, tanah pucuk yang akan di manfaatkan nantinya sebagai media

tanam akan didatangkan dari sekita lokasi penambanganyang nantinya akan

ditanami kopi dan cengkeh sebagaimana rona awal.

PT.BASTEMINDONESIA
96
2. Jalan tambang dan non tambang yang tidak digunakan lagi

Jalan sepanjang 1-2 Km didalam blok Wilayah Izin Usaha sesuai

dengan fungsinya kelak dirancang akan dimanfaatkan sebagai jalan untuk

para petani dan tukang kebun.

3. Bekas Kolam Sedimen

Perusahaan membuat kolam sedimen dan pengendapan, kebutuhan

akan air untuk kegiatan operasi penambangan jumlahnya relatif besar

olehnya dibuat kolam pengendapan yang berada di sisi selatan dari front

penambangan berdekatan dengan jalan desa. Namun lokasi penambangan

yang dipengaruhi oleh cuaca menyebabkan dibutuhkan sumber air yang

sifatnya continuitas ada terus menerus, juga supaya kegiatan penambangan

dapat berlangsung sepanjang tahun dibutuhkan kolam pengendapan

sebagai tempat penampungan air larian permukaan akibat hujan, dimensi

kolam pengendapan adalah 8 x 8 dengan kedalaman maksimal 4 meter.

Pada tahap pascatambang, Kolam pengendapan akan kembali ditimbun

menggunakan material sisa dari front penambangan.

4. Fasilitas PenunjangLainnya

Saranan fasilitas penunjang seperti: Pos Security, Direksi Keet, pada

tahap pasca tambang akan dibongkar, dan akan digunakan sebagai lahan

perkebunan penduduk. Sedangkan sarana berupa tempat penimbunan BBM

setelah kegiatan penambangan berakhir akan dibongkar.

Pelaksanaan revegetasi merupakan kegiatan utama dalam reklamasi

dan pascatambang, namun harus dipahami dengan kondisi awal atau fungsi

Dari tata guna lahan yang sudah ada sejak sebelum kegiatan penambangan
PT.BASTEMINDONESIA
97
yaitu perkebunan budidaya cengkeh dan kopi. PT.Bastem Indonesia

berkomitmen dalam melaksanakan aktifitas penambangan untuk tetap

menjaga vegetasi yang sudah ada sejak kegiatan pertambangan dimulai,

penanaman vegetasi baru dilokasi tambang harus menjadi pertimbangan

karena disekitar WIUP PT.Bastem Indonesia adalah lahan atau areal

pemukiman, namun perusahaan tetap berkomitmen untuk mengadakan bibit

kelapa dan cengkeh tetapi hal ini tetap berkoordinasi dengan masyarakat,

tanah atau tempat penanaman pohon yang dimaksud merupakan area

sekitar tambang.

Penataan ulang atau area atau lahan yang telah ditambang masuk

dalam item biaya langsung dan dikerjakan menggunakan biaya operasional

kegiatan penambangan yang dilaksanakan oleh PT.Bastem Indonesia,

setiap front kerja yang telah ditambang langsung direklamasi sesuai dengan

perencanaan dan peruntukannya disekitarnya, bukaan atau galian ditutup

kembali hingga stabil dan aman, sehingga tidak menimbulkan resiko

penurunan tanah/ambles.

9.1.2.3. Studi Geokimia Mengenai Potensi Air Asam Tambang

Studi mengenai geokimia pada komponen lingkungan fisik kimia yang

mengalami perubahan belum ditemukan karena kegiatan yang dilakukan

berupa survei lapangan, belum ada kegiatan fisik. Begitupun upaya

pengelolaan lingkungan belum dilakukan oleh kegiatan ini belum

melakasanakan kegiatan fisik, maka dampak yang timbul berupa fisik kimia

belum ada.

PT.BASTEMINDONESIA
98
9.1.2.4. Pengelolaan Air Asam Tambang

Pengelolaan air asam tambang belum ditemukan karena kegiatan

pengelolaan pertambangan Emas (Au) di lokasi WIUP belum dilaksanakan

dan pengelolaan baru direncanakan pada awal Januari 2022.

9.1.2.5. Pengelolaan Lubang Bekas Tambang

Area tambang batuan akan diratakan,karena akan dilanjutkan dengan

pengembangan area perumahan. Penanganan bekas front penambangan

akan dilakukan pada tahap mine close penambangan Emas (Au). Dilakukan

penimbunan material tanah dan diratakan dengan buldozer untuk

memperoleh permukaan lahan yang rata dan padat.

9.1.3. Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan fisik kimia

yang mengalami perubahan belum ditemukan karena kegiatan yang

dilakukan berupa survei lapangan, belum ada kegiatan fisik.Jenis dampak

pada tahap survei lapangan jenis dampak yang berpengaruh pada fisik kimia

lingkungan belum ditentukan.

Lokasi pemantauan dan metode pengukuran belum dilakukan

pengukuran dampak karena kegiatan survei tidak menimbulkan dampak

fisik- kimia lingkungan. Tolak ukur belum ada dampak yang timbul masih

dalam tahap survei

9.1.4. Organisasi Perlindungan Lingkungan

Rencana dari pelaksanaan penutupan tambang dan pascatambang

yang dilakukan oleh PT. Bastem Indonesia bukan hanya bertanggung jawab

PT.BASTEMINDONESIA
99
terhadap masalah reklamasi dan pascatambang, juga mencakup kondisi

permasalahan sosial seperti kondisi masyarakat penerima dampak, aspek

tenaga kerja dan perburuhan serta upah karyawan. Oleh sebab hal tersebut

perlu disusun suatu susunan organisasi yang diajukan oleh perusahaan

pemegang IUP-Operasi Produksi. Keterkaitan peranan dan perlibatan

bersama antara stakeholder yang memegang peranan dengan prinsip

keterbukaan dalam melaksanakan program penutupan tambang dan

pascatambang baik yang telah direncanakan dalam Rencana Jaminan

Reklamasi, Rencana Penutupan dan Pascatambang, RKAB, RKTTL maupun

kesungguhan dan keterbukaan dalam pelaksanaan CSR serta Comunity

Development adalah suatu tanggung jawab besar yang harus dipantau dan

diawasi bersama. Untuk itu perlu disusun suatu struktur organisasi yang

sifatnya mengikat dan dapat saling member solusi.

PT.Bastem Indonesia

Gambar 8. Organisasi Penutupan dan Pascatambang

PT.BASTEMINDONESIA
100
9.1.5. Kegiatan Pascatambang

9.1.5.1. Pemanfaatan Lahan Pascatambang

Dalam program pasca tambang terdapat dua tahapan atau 3 hal yang

menjadi standar atau acuan dalam pelaksanaan pasca tambang yaitu

program pasca tambang, pemeliharaan serta perawatan, dan sosial dan

ekonomi.Ketiga program tersebut akan dirinci sebagai berikut :

1. Reklamasi Pada Lahan Bekas Tambang dan Lahan Diluar


BekasTambang

a. Tapak Bekas Tambang Emas (Au)

1) Perawatan Fasilitas Tambang, Sesuai rencanapada masa akhir pasca

tambang batuan, akan menjadi area pengembangan untuk perumahan,

sehingga faslitas tambang yang tersedia berupa Direksi Keet, workshop,

kolam pengendap, jalan tambang,dll tidak akan dibongkar, akan dirawat

untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai fasilitas pengembangan

perkebunan.

2) Reklamasi lahan Bekas Fasilitas Tambang : Karena tidak ada

pembongkaran fasilitas, maka tidak ada kegiatan reklamasi pada tapak

bekas fasilitas tambang.

3) Pembongkaran dan Reklamasi jalan tambang : Jalan tambang

eksisting tidak akan dibongkar, tapi akan dimanfaatkan kembali pada

tahapan penambangan batuan

4) Reklamasi lahan bekas tambang permukaan : area permukaan pada

lahan bekas tambang permukaan takan dilakukan penataan lahan

seperlunya dengan meratakan lahan, penimbunan pada lokasi cekungan

PT.BASTEMINDONESIA
101
dan pengikisan pada area gundukan untuk menciptakan lahan yang rata.

Agar mudah dalam penyiapan tanah perumahan.

5) Reklamasi lahan bekas kolam pengendapan: Lahan kolam pengendap

atau storage dari air limpasan permukaan dan air dari front penambangan

akan direvitalisasi dengan ditambah dimensi luasnya, dan dilakukan

pengerukan jika terjadi sedimentasi, untuk selanjutkan kembali digunakan

sebagai kolam penampung air atau danau buatan.

6) Pengamanan semua lahan bekas tambang : lokasi front penambangan

yang telah direklamasi khususnya area buffer zone tambang dengan

perkampungan warga akan tetap dirawat hingga masa akhir tambang .

b. Fasilitas pengolahan dan/ataupemurnian

1) Pembongkaran fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian : dalam

pelaksanaan kegiatan operasi pertambangan dan operasi produksi pada

WIUP PT.Bastem Indonesia tidak dibangun pengolahan.

2) Reklamasi Lahan kolam tailing dan upaya stabilisasi: kegiatan ini

dilakukan dengan pembuatan kolam pengendapan agar sedimen dari

hasil penambangan batuan terkumpul dikolam tersebut.

3) Reklamasi Lahan Bekas Timbunan Komoditas tambang :Tidak

dilakukan perlakukan khusus, cukup diratakan untuk penyiapan lahan

perkebunan.

4) Pemulihan atau remediasi tanah bekas timbunan yang

terkontaminasi bahan kimia dan serata Bahan Berhaya dan Beracun

(B3) dan Limbah Bahan Berhaya dan Beracun ; remediasi hanya

dilakukan pada tanah yang terdapatdisekitarpenyimpanan Bahan kimia,

PT.BASTEMINDONESIA
102
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun dengan memberikan simbol dan label serta alat penunjang

lainnya.

c. Fasilitas Penunjang

1) Reklamasi lahan bekas landfill ; sampah yang dihasilkan oleh aktifitas

penambangan maupun aktifitas tenaga kerja seperti bungkus sisa

makanan, kantung semen plastik, plastik air mineral sebagian langsung

dibuang pada tempah sampah non B3 dan dimusnahkan, sedangkan

material lain yang lebih besar dikumpulkan terlebih dahulu.Setelah

pascatambang landfill yang dipenuhi dengan material lebih besar akan

diremediasi dan diolah setelah material pengisinya dipindahkan terlebih

dahulu.

2) Pembongkaran sisa-sisa bangunan, transmisi listrik, pipa, pelabuhan

(udara dan air), dan fasilitas lainnya : kegiatan ini tidak dilakukan

karena tidak ada kegiatan pembongkaran pasca tambang batuan.

3) Reklamasi Pembongkaran sisa-sisa bangunan, transmisi listrik, pipa,

dan fasilitas lainnya : kegiatan ini tidak dilakukan karena tidak ada

kegiatan pembongkaran pasca tambang Emas (Au).

4) Pembongkaran Peralatan, Mesin, Tangki Bahan Bakar minyak dan

Pelumas : kegiatan pembongkaran peralatan mesin dan tangki BBC

pasca tambang batuan akan dilakukan sesaat setelah tahap mine close,

Tangki BBC dan peralatan mesin akan dipindahkan ke site penambangan

yang lain.

PT.BASTEMINDONESIA
103
5) Penanganan sisa Bahan Bakar Minyak, Pelumas dan Bahan Kimia:

kegiatan penanganan sisa BBC dilakukan dengan memindahkan sisa

BBC berikut dengan tangki BBC ke site penambangan yang lain.

6) Reklamasi lahan Bekas sarana Transportasi :kegiatan ini dilakukan

penghijauan disepanjang jalan lahan bekas area transportasi tambang.

Ban Bekas dimanfaatkan sebagai pelindung tanaman agar tidak mudah

diganggu oleh hewan ternak.

7) Reklamasi Lahan Bekas Bangunan dan Fondasi Beton : kegiatan ini

dilakukan karena ada kegiatan pembongkaran bekas bangunan dan

fondasi Beton pada tahap pasca tambang batuan, semua fasilitas masih

akan digunakan untuk penyiapan lahan perkebunan.

8) Pemulihan atau remediasi tanah bekas timbunan yang

terkontaminasi bahan kimia dan serata Bahan Berhaya dan Beracun

(B3) dan Limbah Bahan Berhaya dan Beracun; remediasi hanya

dilakukan pada tanah yang terdapat disekitar penyimpanan Bahan kimia,

Bahan Berbahaya dan Bearcun serta Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun dengan memberikan symbol dan label serta alat penunjang

lainnya.

3. Pengembangan Sosial, Budaya dan Ekonomi


a. Masalah Pemutusan Hubungan Kerja

Terhadap masalah pemutusan hubungan kerja Perusahaan berusaha

mencari solusi tentang masalah pemutusan hubungan kerja, dengan

berakhirnya IUP batuan, maka penambangan dilanjutkan dengan

PT.BASTEMINDONESIA
104
pengembangan area perumahan sehingga tidak ada PHK (Pemutusan

Hubungan Kerja).

b. Program CSR

Bentuk tanggung jawab dari perusahaan yaitu PT.Bastem Indonesia

adalah berkewajiban untuk senantiasa membantu segala kegiatan dan

pengembangan usaha lokal dengan pemberian bantuan keuangan untuk

modal usaha, bantuan untuk fasilitas sosial dan keagamaan. Pelaksanaan

CSR akan diutamakan untuk program atau kegaitan yang sifatnya

membangun, bukan membagikan nilai nominal finansial. Perusahaan bekerja

sama dengan Pemerintah dan LSM akan merumuskan kegiatan yang

sifatnya memberdayakan masyarakat sesuai lokasi domisilidansumberdaya

yang terdapat pada Kecamatan Tahuna Barat khususnya Desa Penekeng.

4. Pemeliharaan

Pada bahagian ini pemeliharaan dan perawatan lebih difokuskan pada

jalan rintisan tambang, pemeliharaan pohon dan kolam pengendapan. Jalan

rintisan tambang kemungkinan akan diperbaiki dan diperkuat sehingga dapat

dilewati dengan mudah dan aman oleh kendaraan apalagi jika kendaraan

tersebut adalah kendaraan yang berfungsi untuk mengangkut hasil produksi

pertanian. Pemiliharaan pohon akan di perluas sebisa mungkin pohon akan

penanaman dan pemeliharaan pohon diperbanyak guna mengembalikan

penghijauan daerah pascatambang. Begitu halnya dengankolam

pengendapan akan ditambah luasnya, diperdalam dan ditebarkan bibit ikan.

PT.BASTEMINDONESIA
105
9.1.5.2. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

Realisasi atau rencana yang disusun dalam jadwal/time schedule

pelaksanaan kegiatan penutupan tambang harus sejalan dengan kegiatan

operasi penambangan atau operasi produksi, serta kegiatan reklamasi yang

direncanakan, semua kaitan dan hubungnan antara kegiatan direncanakan

dilakukan saling berurutan atau berhubungan satu sama lainnya.

Pelaksanaan rencana penutupan tambang dijadwalkan dengan time

schedule yang dijelaskan pada tabel terlampir pada penjelasan sebagai

berikut :

Tabel 14. Time schedule atau jadwal pelaksanaan kegiatan reklamasi dan
pascatambang pada PT.Bastem Indonesia

Masa Perizinan IUP Operasi Produksi Masa


Tahapan Pasca
Masa Pasca Tambang Ket
Kegiatan Tambang
2022 2023 2024 2025 2026 2026 2027 2028 2029 2030
Operasi
Produksi
Pasca
Tambang
dan
Penutupan
Tambang
Pasca
tambang

9.1.5.3. Biaya Pelaksanaan Pascatambang

Perhitungan jaminan pascatambang didasari atas komponen biaya

langsung dan tidak langsung, hal ini yang menjadi suatu satuan perhitungan

dalam pengerjaan pascatambang sebagai berikut:

PT.BASTEMINDONESIA
106
1. Biaya Langsung

Hal yang harus diperhatikan dalam komponen biaya langsung ini adalah:

a. Biaya Pada Tapak Bekas Tambang, terdiri atas biaya:

1) Penataan Lahan Bekas Fasilitas Tambang ; kegiatan ini berupa perataan

tapak tambang, dengan nilai biaya Rp.5.000.000,-

2) Perawatan Drainase ; kegiatan ini berupa perawatan saluran drainase

yangtelah eksis dengan penggalian dan pengerukan sedimen dengan

nilail biaya Rp 5.000.000,-

3) Perawatan Kolam Sedimen; kegiatan ini berupa perawatan kolam

sedimen yang telah eksis dengan penggalian dan pengerukan sedimen,

perawatan tanggul pengamannya untuk dapat digunakan pasa tahapan

penambangan batu gunung dengan nilail biaya Rp 3.500.000,-

4) Perawatan Direksi Keet ; kegiatan ini berupa perawatan direksi keet,

dengan kegiatan pengecatan dan pembersihan dengan nilai biaya Rp

4.000.000,-

5) Perawatan jalan tambang ; kegiatan ini berupa penataan kembali jalan

tambang, pernaikan safety berm, dengan nilai biaya Rp.5.000.000,-

6) Pemantauan stabilitas lereng ; kegiatan ini berupa pemantauan stabilitas

lereng dan gerakan tanah, khususnya pada bench dengan beda elevasi 8

meter, dilakukan dengan metode geolistrik dengan nilai biaya

Rp.6.000.000,-

7) Pemulihan (remediasi) Tanah Yang Terkontaminasi Bahan Kimia, Minyak,

Serta Bahan Berbahaya Dan Beracun Dan Limbah Bahan Berbahaya ;

PT.BASTEMINDONESIA
107
remediasi hanya dilakukan pada tanah yang terdapat disekitar

penyimpanan Baahan Bakar Cair, Bahan kimia, Bahan Berbahaya dan

Bearcun serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dengan

memberikan symbol dan label serta alat penunjang lainnya dengan nilai

biaya Rp. 4.000.000,-

8) Pembongkaran Tangki BBC dan Fasilitas Permesinan; dilakukan dengan

membongkar Tangki BBC dan peralatan permesinan untuk dipindahkan

ke likasi tambang lainnya dengan taksiran nilai biaya Rp. 4.000.000,-

b. Biaya pada fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian. Terdiri atas

biaya yaitu :

1) Pembongkaran fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian Rp.3.000.000

2) Reklamasi Lahan bekas Fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian

ditambang Emas (Au) PT.Bastem Indonesia dengan biaya Rp.7.500.000

3) Reklamasi Lahan kolam tailing dan upaya stabilisasi: kegiatan ini

dilakukan berupa pembuatan kolam pengendapan sedimen dari hasil

penambangan Emas (Au) terkumpul dikolam tersebut dengan nilai biaya

Rp.3.000.000,-

4) Reklamasi Lahan Bekas Timbunan Komoditas tambang : kegiatan ini

berupa penimbunan area yang berbentuk cekungan sehingga area

menjadi rata dan bisa dilakukan Penanaman Pohon untuk penghijauan

dengan nilai biaya Rp. 2.000.000,-

5) Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak,

serta bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya ;

remediasi hanya dilakukan pada tanah yang terdapat disekitar

PT.BASTEMINDONESIA
108
penyimpanan Baahan Bakar Cair, Bahan kimia, Bahan Berbahaya dan

Bearcun serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dengan

memberikan simbol dan label serta alat penunjang lainnya dengan nilai

biaya Rp 2.500.000,-

c. Pengembangan sosial, budaya dan ekonomi

Bantuan sosial, Budaya dan ekonomi kepada masyarakat berupa bantuan

untuk kegiatan keagamaan, membangung fasilitas umum, memberikan

Bea Siswa, melakukan pelatihan terhadap masyarakat sekitar, sunatan

massal, pengobatan gratis dan lain-lain. Adapun nilai biaya untuk program

ini ada di anggaran tahunan yang tercantum dalam Fisibility Study dan

RKAB Tahunan.

d. Pemeliharaan

Pada bahagian ini pemeliharaan dan perawatan lebih difokuskan pada

jalan rintisan tambang, pemeliharaan pohon dan kolam pengendapan.

Jalan rintisan tambang kemungkinan akan diperbaiki dan diperkuat

sehingga dapat dilewati dengan mudah dan aman oleh kendaraan apalagi

jika kendaraan tersebut adalah kendaraan yang berfungsi untuk

mengangkut hasil produksi pertanian. Pemeliharaan pohon akan di

perluas sebisa mungkin pohon akan penanaman dan pemeliharaan pohon

diperbanyak guna mengembalikan penghijauan daerah pascatambang.

Begitu halnya dengankolam pengendapan akan ditambah luasnya,

diperdalam dan ditebarkan bibit ikan.

PT.BASTEMINDONESIA
109
e. Pemantauan

Pelaksanaan dari kegiatan atau tahapan perencanaan pascatambang

yang dilakukan oleh perusahaan wajib untuk dilakukan pemantauan serta

evaluasi, baik dari pelaksanaan program-program yang telah dicanangkan

oleh perusahaan. Pemantauan tersebut mencakup pencatatan data,

analisa laboratorium, serta kondisi nyata areal atau lahan pada saat

pelaksanaan program reklamasi dan pascatambang, kemudian dilakukan

pelaporan kepada stake holder yang berfungsi sebagai tim penilai dan

pengawas kegiatan penutupan dan pascatambang. Poin-poin berikut

merupakan hal-hal yang menjadi standarisasi dari pelaporan kegiatan

tersebut.

2. Biaya Tidak Langsung

Hal yang menjadi komponen dalam biaya langsung dan dijaminkan

oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Biaya Mobilisasi alat, biaya ini terdiri atas mobilasi alat berat menuju lokasi

penambangan Emas (Au) PT.Bastem Indonesia sebesar 10% dari biaya

langsung. Adapun anggaran biaya Rp. 4.750.000.

b. Biaya perencanaan Pascatambang sebesar 8% dari biaya langsung yaitu

Rp.4.100.000,-

c. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ke-3 tiga sebesar 12% dari

biaya langsung yaitu Rp.5.500.000,-

d. Biaya supervisi sebesar 8% dari biaya langsung yaitu Rp.4.100.000-

PT.BASTEMINDONESIA
110
3.Total Biaya
Total Biaya keseluruhan dari Biaya Langsung ditambah Biaya Tidak

Langsung untuk Rencana Pasca Tambang Komoditi Emas (Au) PT.Bastem

Indonesia Rp 47.500.000,- + Rp. 18.450.000,- = Rp. 65.950.000,-

(Enam puluh Lima Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu rupiah).

9.2. Keselamatan Pertambangan

9.2.1. Manajemen Risiko Keselamatan Penambangan

Manajemen keselamatan operasi pertambangan dilakukan dengan

secara rutin apel pagi untuk mengingatkan seluruh tenaga kerja agar

menjaga keselamatan dan senantiasa berdoa kepada Allah,SWT sebelum

bekerja sekaligus memeriksa seluruh peralatan safety mulai dari ujung kaki

sampai ujung rambut apakah lengkap dan berfungsi dengan baik, dengan

adanya pemeriksaan setiap hari maka dengan sendirinya akan meminimalisir

kecelakaan tambang yang bisa terjadi.

9.2.1.1. Identifikasi Bahaya

Dalam penambangan bahaya emas (Au) relatif sama dengan

penambangan bahan galian lainnya bahwa resiko terjadinya bahaya banyak

disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang tidak disiplin dalam

menggunakan alat pelindung diri, tertimbun tanah longsor dan terhantam alat

berat.

9.2.1.2. Penilaian Resiko

Jika prosedur kesehatan dan keselamatan kerja ditaati dan alat

pelindung diri terus digunakan mulai kerja sampai selesai melakukan

PT.BASTEMINDONESIA
111
pekerjaan di lokasi penambangan, pengolahan dan pemurnian, nilai resiko

yang bisa terjadi adalah nihil atau nilai 0. Dan tentu itulah harapan kita

semua agar selalu sehat dan selamat dalam bekerja.

9.2.1.3. Pengendalian Resiko

Dalam rangka pengendalian resiko pihak manajemen secara rutin

melakukan apel pagi dan sore untuk mengevaluasi tugas dan tanggungjawab

karyawan, selalu memeriksa secara semua peralatan yang digunakan di

lapangan, memeriksa seluruh peralata Alat Pelindung Diri yang dipakai serta

senantiasa mengarahkan agar selalu berdoa dan konsentrasi sebelum

bekerja.

9.2.2. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

9.2.2.1. Pengelolaan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat dari

penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Jadi pengelolaan

suatu kegiatan pertambangan yang bertujuan agar tenaga kerja dapat

mengalami keselamatan dalam bekerja. Dimana unsur-unsur perusahaan

yang dilibatkan disini yaitu unsur keamanan dan kesehatan kerja, adanya

kesadaran tenaga kerja, teliti dalam bekerja dan bekerja sesuai dengan

prosedur.

Pengelolaan keselamatan kerja ini juga harus didukung oleh adanya

program keselamatan kerja sebagai berikut :

1. Apel tiap pagi

2. Pelatihan secara rutin

PT.BASTEMINDONESIA
112
3. Penggantian peralatan kerja

4. Evaluasi rutin

5. Training karyawan baru

6. Kaji dan investigasi tiap kecelakaan

7. Pasang tanda-tanda keselamatan di areal kerja

8. Sanksi dan denda yang melanggar

9.2.2.2. Pengelolaan Kesehatan Kerja

Masalah pengelolaan kesehatan kerja menjadi fokus pihak manajemen

PT.Bastem Indonesia karena hal ini sangat penting menciptakan tenaga

yang sehat fisik, mental, sosial dan ekonomi. Faktor kesehatan penting

karena jika kita tidak sehat akan berpengaruh dalam bekerja bahkan tidak

menutup kemungkinan bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.

Dalam rangka menjaga eksistensi agar seluruh tenaga kerja terjaga

dari kecelakaan, maka pihak manajemen melakukan pelayanan dan

penaganan kesehatan kerja dengan mengacu pada prosedur pelayanan dan

penanganan kesehatan kerja karyawan seperti pemeriksaan kesehatan awal,

pemeriksaan berkala, pemeriksaan khusus, penanganan khusus dan fasilitas

kesehatan kerja. Dan yang terpenting perusahaan juga senantiasa

memperhatikan gizi karyawan, penyediaan sarana kesehatan dan olahraga,

rekreasi bersama keluarga dan family gathering karyawan.

9.2.2.3. Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengelolaan lingkungan kerja pihak perusahaan akan selalu

memperhatikan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi suasana kerja

PT.BASTEMINDONESIA
113
yang tenang, nyaman, damai dan memberikan nuansa kebersamaan serta

kekeluargaan di antara seluruh karyawan yang ada dalam ruang lingkup

PT.Bastem Indonesia. Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan akan

memperhatikan lingkungan dari aspek Warna ruang atau kantor yang serasi

dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral kerja, dan menurunkan

terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna dinding yang

putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk

ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah

menjadi lebih luas.

Senantiasan memperhatikan penerangan yang memiliki manfaat yang

sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran kerja, karena

penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat mengganggu

penglihatan karyawan menjadi tidak jelas pada saat bekerja. Kemudian

menjauhkan dari adanya kebisingan yang dapat menganggu konsentrasi

dalam bekerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak

kesalahan atau rusak.

Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena

lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat

kerja yang tinggi bagi karyawan. Suatu perusahaan yang baik akan

memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang bekerja dan

membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan

kerja kotor atau berantakan. Senantiasa juga memperhatikan pertukaran

udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran,

sehingga dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.Sumber utama

PT.BASTEMINDONESIA
114
adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.

Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan

pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja,

keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa

sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan

tubuh akibat lelah setelah bekerja.

9.2.2.4. Pengelolaan Lingkungan Kerja

Sebelum penggunaan peralatan digunakan dalam kegiatan

pertambangan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian alat kelayakan

penggunaan peralatan. Peralatan yang digunakan lebih fokus pada kegiatan

eksplorasi, land clearing, penambangan komoditi batuan, sumur uji dan mobil

operasional.

Keselamatan dalam sistem pertambangan merupakan permasalahan

yang harus menjadi perhatian khusus karena terkait dengan nyawa manusia

dan keberlanjutan suatu usaha pertambangan. Oleh karena itu, sangatlah

penting untuk membuat program dan anggaran biaya keselamatan

pertambangan. PT. Bastem Indonesia membuat program secara terukur,

berkesinambungan dan terpadu dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan pengadaan APD dan alat keselamatan, manajemen

resiko, pelaporan, pencegahan dan penyelidikan kecelakaan Keselamatan

pertambangan tentu diharapkan juga adanya keseimbangan menjaga

kesehatan baik sumber daya manusia, sarana maupun lingkungan kerjanya

PT.BASTEMINDONESIA
115
seperti pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala,

diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja, penyediaan obat-obatan

dan P3K.

Dalam lingkungan kerja pertambangan tetap senantiasa diharapkan

terjaga suasana yang kondusif antara semua sumber daya manusia yang

terlibat dalam bekerja baik di kantor maupun di lapangan. Lingkungan kerja

pertambangan diharapkan untuk membuat program kerja dalam

pengendalian debu dan pengelolaan kebersihan lingkungan kerja.

Sedangkan dalam upaya menjaga keselamatan operasi pertambangan,

maka pengelolaan (perawatan dan perbaikan) sarana, prasarana, instalasi,

dan peralatan pertambangan.

PT.Bastem Indonesa sebagai perusahaan yang professional dan taat

pada aturan pertambangan yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka

manajemen perusahaan selalu terbuka kepada instansi terkait dalam hal ini

tim audit internal SMKP Minerba untuk melakukan memantau keselamatan,

kesehatan kerja dan lingkungan

9.2.2.4. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan

Sistem manajemen keselamatan pertambangan di tempat kerja

Pt.Bastem Indonesia akan melibatkan semua unsur manajemen, tenaga

kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka

mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dalam wilayah

kerja PT.Bastem Indonesia.

PT.BASTEMINDONESIA
116
9.2.3. Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan

9.2.3.1. Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana,


Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan

Semua peralatan pertambangan yang akan digunakan oleh

PT.Bastem Indonesia yang statusnya milik sendiri akan dibuatkan daftar

invetarisasi lengkap dengan nama alat, jenis, merek, spesifikasi, tanggal,

bulan dan tahun pembelian, penanggungjawab dan yang terpenting kondisi

alat tersebut. Setelah adanya inventarisasi alat penambangan, selanjutnya

akan dilakukan pengawasan, evaluasi dan pemeliharaan secara rutin

terhadap semua alat pertambangan.

9.2.3.2. Pengamanan Instalasi

Pengamanan dalam merancang atau menggambar instalasi listrik

pada bangunan teknik di lingkungan tambang itu sendiri dibutuhkan

penerangan dan tenaga. Selain itu, hal ini juga perlu diperhatikan melalui

analisa data perhitungan teknis mengenai susut tegangan, beban terpasang

dan kebutuhan beban maksimum, arus hubung singkat dan daya hubung

singkat pada proses pemasangannya.

Di sisi lainnya, masih perlu juga untuk melengkapi daftar kebutuhan

bahan instalasi beserta uraian teknis sebagai pelengkap yang meliputi

penjelasan tentang cara pemasangan peralatan atau bahan.

Cara pengujiannya pun perlu dibarengi dengan rencana waktu pelaksanaan,

rencana anggaran biaya, beserta lama waktu pengerjaan yang dibutuhkan.

Instalansi listrik bangunan ini dalam perancangannya memerlukan

PT.BASTEMINDONESIA
117
perencanaan lewat gambar instalasi listrik yang cermat dengan mengacu

pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam dunia teknik listrik.

9.2.3.4. Kompetensi Tenaga Teknik

Untuk menjaga kualitas dan kemampuan seluruh tenaga teknik, pihak

manajemen PT.Bastem Indonesia dari awal melakukan penyeleksian

penerimaan tenaga kerja secara professional dan transparan dari mulai

syarat administratif, ujian tertulis, pemeriksaan kesehatan, psikotes dan

wawancara.

9.2.3.6. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan

PT.Bastem Indonesia akan terus mengavaluasi secara komprehensif

dan professional terhadap semua laporan teknis yang banyak

dikerjasamakan kepada pihak konsultan atau instansi/organisasi profesi

lainnya seperti kegiatan pemetaan topografi, eskplorasi, AMDAL, Analisis

laboratorium,dll.

9.2.4. Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan

Dalam rangka menjaga keselamatan pertambangan, Pimpinan

PT.Bastem Indonesia akan melengkapi dan membentuk susunan organisasi

dan personil keselamatan pertambangan secara professional,

berpengalaman dan mampu bertanggungjawab sesuai dengan tugas dan

wewenang yang diberikan. Penyusunan dan penempatan sumber daya

manusia di organisasi dan personil keselamatan pertambangan di

PT.Bastem Indonesia akan dilibatkan Kepala Teknik Tambang, PJO untuk

perusahaan jasa pertambangan, bagian K3 dan KO pertambangan,


PT.BASTEMINDONESIA
118
Pengawas Operasional dan Teknik, Tenaga Teknik Khusus Pertambangan,

Komite Keselamatan Pertambangan, penunjukan team tanggap darurat,

seleksi dan penempatan personal, pendidikan, pelatihan dan kompetensi

kerja. komunikasi keselamatan pertambangan, administrasi keselamatan

pertambangan, pastisipasi, konsultasi, motivasi dan kesadaran.

9.2.5. Penyediaan Peralatan Pertambangan

Penyediaan peralatan pertambangan mutlak untuk sebuah

perusahaan yang bergerak dalam industri pertambangan, karena kalau tidak

akan sangat mengganggu ke depannya tingkat produksi komoditi Emas

(Au). Pihak manajemen PT.Bastem Indonesia akan melengkapi semua alat

dan bahan yang akan mendukung lancar kegiatan pengelolaan

pertambangan seperti excavator, bulldozer, mobil double cabin, alat geolitrik,

alat ukur, GPS, kompas geologi, palu geologi, lup, mikroskop polarisasi,

ayakan, komparator, APD, peralatan logistik,dll.

PT.BASTEMINDONESIA
119

Anda mungkin juga menyukai