Anda di halaman 1dari 3

Notula Rapat 04 Agustus 2022, : Pembahasan Draft Pedoman Penyusunan

STRADA dan RAD Provinsi dan 62 Kabupaten Daerah Tertinggal Tahun


2023

Saran dan Tanggapan dari Peserta Rapat

1.Bapak Leksono Subanu (UGM)

Tanggapan:

·  Draft juknis sudah lebih baik. Draft tidak lagi terlalu teoritis dan memberikan banyak
contoh relevan yang terkait kasus pembangunan di daerah tertinggal.

·    Perlu ditunjukkan dalam juknis hubungan antara RAN-PPDT dengan RAD-PPDT

Saran:

Penyusunan Juknis RAD-PPDT perlu mempertimbangkan kapasitas Bappeda di


daerah tertinggal. Perlu dilakukan simulasi penyusunan juknis dengan Bappeda.
Simulasi dilakukan dengan Bappeda Daerah Tertinggal yang diasumsikan memiliki
kapasitas perencanaan yang terbatas dan yang terbaik. Perhatikan penggunaan
bahasa penjelasan yang mudah dipahami oleh rekan-rekan di daerah.

Kesimpulan:

Simulasi penyusunan juknis dilakukan pada kesempatan Audiensi Ditjen PPDT


dengan Bappeda pada Hari Jumat, 05 Agustus 2022.

2. Bapak Abdul Rachman (UGM)

Tanggapan:

·     Penulisan juknis sudah dilakukan secara profesional

-    Pendekatan perencanaan berbasis Tematik-Holistik-Integratif-Spasial isa diperkaya


dengan konsep Related Economic Activity Indicators (Istilah sudah benar?). Karena
sektor ekonomi berbasi produk unggulan belum tentu memiliki daya pengungkit
belum tentu dapat menggerakkan ekonomi masyarakat.  

·     Mayoritas daerah tertinggal berada di wilayah Pulau Papua. Dengan demikian,


warna perencanaan pembangunan daerah tertinggal seharusnya adalah warna
pembangunan Papua.

Saran:

·      Perlu diperjelas hubungan antara RPJMD, STRADA dan RAD

·  Program yang sudah direncanakan secara Tematik, Holistik, Integrasi dan Spasial
perlu diterjemahkan dalam bentuk matriks
3. Bapak Basuki (Dit. PPSDAL - Ditjen PPDT)

Tanggapan:

Perencanaan pembangunan di Papua perlu perhatian khusus terutama dalam aspek


sumber daya manusia (SDM). Perencanaan harus membangun partisipasi
masyarakat agar implementasi pembangunan menjadi berkelanjutan. Perlu
pendekatan sosial budaya untuk pembangunan di Papua.

4. Ardian Hidayat (Dit. P2DK - Ditjen PPDT)

Saran:

·    Perlu konsistensi dalam penulisan istilah dan singkatan.

·  Catatan: Pada halaman 12 Juknis RAD-PPDT, subbab prioritas penanganan. Bahasan


tentang Persentase Penduduk Miskin tetapi tertulis : “ …masih jauh di atas IPM
nasional….”

·   Catatan: Kesalahan penulisan IPM adalah Indeks Pembangunan Masyarakat


seharusnya Indeks Pembangunan Manusia

 Penambahan dasar hukum seperti UU No 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah
 Batasan skema pembiayaan RAD-PPDT seperti APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, DAK
 Kelengkapan Dokumen PPDT dalam penyusunan Juknis RAD-PPDT

5. Ibu Ritna L (Sekretariat Ditjen PPDT)

 Pemda seringkali bingung dengan Juknis yang ditetapkan oleh Pemerintah.


Apakah Juknis RAD-PPDT wajib dibuat?
 Perlu dipertegas urgensi Juknis PPDT di Pemerintah Daerah

6. Bapak Dimposma

 Roh penyusunan Juknis RAD-PPDT adalah STRANAS pada Perpres 105 No.
Tahun 2021. Apakah bisa dilaksanakan oleh Pemda? Karena terkadang Pemda
belum tentu mengetahui penyebab ketertinggalan di daerahnya sendiri.
Kriteria ketertinggalan perlu diinternalisasi oleh pemda di daerah tertinggal.

7. Bapak Saptono Jenar


 Sosialisasi Juknis RAD-PPDT perlu dilakukan. Namun, sosialisasi perlu
didukung oleh asistensi penyusunan Juknis RAD-PPDT. Tujuannya adalah
untuk mengantisipasi perbedaan penafsiran tentang narasi Juknis RAD-PPDT.

8. Bapak Mansur Tiro


 Perlu dipertegas penanggungjawab (person in charge) di dalam matrik RAD-
PPDT

9. Bapak Desman.
 Perbaikan berdasarkan saran dan tanggapan akan ditabulasi dalam bentuk
Tabel Progres Perbaikan Juknis RAD-PPDT
10. Bapak Rafdinal
 Draft Juknis RAD-PPDT akan dipaparkan pada UKE-1 Ditjen PPDT 

Anda mungkin juga menyukai