Anda di halaman 1dari 24

PROSEDUR

PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG


No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

DAFTAR ISI PROSEDUR

I. TUJUAN
II. RUANG LINGKUP
III. DEFINISI
IV. KETENTUAN PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
V. LAMPIRAN
A. KARTU IJIN MENGOPERASIKAN ALAT PERUSAHAAN (KIMPER)
B. MANAJEMEN LALU LINTAS TAMBANG

Pengesahan :

Riwayat Revisi :

No Tanggal Diajukan Disetujui


Penjelasan Revisi
Revisi Revisi Oleh Oleh
Perubahan Ketentuan Pengoperasian Dozer (Kecepatan
dozer pada saat traveling)
Perubahan Ketentuan Pengoperasian Compactor
(Kecepatan unit saat travel)
Perubahan Ketentuan Pengoperasian Water Truck
(Pengisian air, pengoperasian untuk water spray dan MSA Bagus
washing Priyantoro & Andi
01 13-09-18
Perubahan Ketentuan Pengoperasian Wheel Loader Rahman Mangkona
(Pengoperasian digging dan loading material) Effendi
Perubahan Ketentuan Pengoperasian Truck Trailer
(Melepas vessel dari prime mover)
Perubahan Ketentuan KIMPER (persyaratan pengajuan
KIMPER dan Jenis KIMPER)
Refresh Training
Perubahan pada Definisi
Penambahan pada ketentuan:
MSA Bagus Andi
02 01-08-19 1. Mesin Drilling
Priyantoro Mangkona
2. Penerbitan Kimper
3. Manajemen Lalu Lintas Umum

Halaman : 1 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

I. TUJUAN
Memberikan panduan untuk pengoperasian alat berat dan aspek keselamatan dalam
pengoperasiannya

II. RUANG LINGKUP


Ketentuan umum dan ketentuan spesifik mengenai pengoperasian setiap alat berat,
keselamatan, pelanggaran, serta sanksi.

III. DEFINISI
1. Alat Tambang adalah semua unit atau alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pertambangan
2. Alat berat bergerak adalah semua unit atau alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pemindahan tanah dan batuan pada kegiatan pertambangan seperti digger, truck lebih dari
20 ton, grader, dozer, backhoe, loader.
3. Articulated Dump Truck (ADT) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan dan
membuang material dengan kapasitas terbatas dan kondisi jalan berlumpur dan tempat
manuver yang sempit.
4. Blind spot adalah area atau batasan yang menghalangi pandangan operator pada saat
mendekati alat berat.
5. Buggy Whip adalah istilah untuk tiang bendera dari unit kendaraan ringan dan angkutan
karyawan yang dipasang untuk sebagai penanda unit tersebut dan berfungsi antisipasi
blind spot terhadap unit yang berada di lokasi tambang.
6. Buku Pedoman Pengoperasian & P2H adalah buku yang diterbitkan oleh PT. CK yang
dipakai sebagai pegangan operator untuk pedoman pengoperasian dan Pelaksanaan
Pemeriksaan Harian (P2H) terhadap Unit dan dibagi menjadi per model.
7. Bulldozer atau Dozer adalah alat yang dirancang untuk mendorong material, meratakan
atau menyebarkan material, mengupas permukaan tanah dan penggunaan lainnya yang
sesuai.
8. Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan seperti excavating
(menggali), loading (memuat material), lifting (mengangkat beban), hammering,
(menghancurkan batuan), drilling (mengebor) dan lain sebagainya yang sesuai.
9. Ground Level Shutdown adalah sakelar (Switch) yang berfungsi mematikan mesin pada
saat terjadi emergency dengan tujuan untuk mengamankan alat dan operator apabila
terjadi kecelakaan.
10. Job Safety Analysis (JSA) adalah upaya untuk mempelajari/menganalisa dan serta
pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan, dilanjutkan dengan identifikasi
potensi-potensi bahaya di dalamnya kemudian diselesaikan dengan menentukan upaya
terbaik untuk mengurangi ataupun menghilangkan/mengendalikan bahaya-bahaya pada
pekerjaan yang dianalisa tersebut.
11. Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV) adalah setiap kendaraan transportasi ringan yang
biasa dioperasikan di jalan umum.

Halaman : 2 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

12. Kartu Ijin Mengoperasikan Alat Perusahaan (KIMPER) adalah kartu yang terbitkan oleh
perusahaan yang menyatakan kesiapan dari segi pengetahuan dan keterampilan dalam
mengoperasikan alat tertentu yang disahkan oleh KTT.
13. Knowledge adalah pengetahuan mengenai operasi dan aplikasi alat berat yang dimaksud.
14. Kontak Positif adalah tindakan berkomunikasi dengan operator alat berat bergerak dan
operator alat berat memberikan tanda atau isyarat bahwa dia menerima dan mengerti
maksud dari pemberi informasi.
15. Kepala Teknik Tambang (KTT) adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam
struktur organisasi lapangan pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang
baik.
16. Laporan Operator Harian (LOH) adalah laporan terpadu operator yang didalamnya
mencakup pernyataan kesiapan bekerja operator (fit to work), checklist P2H, WO/Target
operasional, catatan aktivitas operasional, dan SMU.
17. Manual Retarder System (MRS) / Automatic Retarder Control (ARC) adalah alat yang
dipergunakan untuk memperlambat laju unit pada unit OHT.
18. Melewati atau melintasi adalah manuver di sekitar alat berat bergerak yang sedang
dioperasikan atau diparkir dengan maksud berjalan terus ke suatu tujuan tertentu,
misalnya melewati atau melintasi grader yang sedang merapikan jalan, dozer yang sedang
menghampar material.
19. Mendekati alat berat bergerak adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh orang lain
selain operator unit / alat tersebut untuk berada dalam radius minimum yang ditentukan
baik untuk kegiatan yang berhubungan dengan unit/alat tersebut ataupun tidak
berhubungan sama sekali misalnya kegiatan pengambilan data oleh crew survey tetapi
tidak termasuk kegiatan melewati atau melintasi alat berat.
20. Mine Permit adalah ijin memasuki dan/atau melakukan suatu kegiatan di area
pertambangan yang dikeluarkan KTT.
21. Motor Grader adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pembangunan dan pemeliharaan jalan, diantaranya: grading, spreading, ditching,
Scarifying, side sloping, ripping.
22. Off Highway Truck (OHT) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material dengan
kapasitas yang besar mulai 40 TON sampai 360 TON.
23. On Job Training (OJT) adalah upaya terencana untuk memfasilitasi pembelajaran
pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
24. Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan
khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut serta memiliki KIMPER dan SIO
yang masih berlaku.
25. Over Take adalah kegiatan mendahului unit/kendaraan yang ada di depannya.
26. Pelaksanaan Pemeriksaaan Harian (P2H) adalah pelaksanakan pemeriksaan kondisi alat
yang akan dioperasikan.
27. Penanggung Jawab Operasional (PJO) adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi
dalam struktur organisasi perusahaan jasa pertambangan, dan bertanggung jawab kepada

Halaman : 3 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

KTT/PTL atas dilaksanakannya dan ditaatinya peraturan perundang-undangan mengenai


kaidah teknik pertambangan yang baik.
28. Rambu-rambu over take adalah tanda pada daerah tertentu sebagai petunjuk boleh dan
tidaknya untuk melakukan kegiatan mendahului kendaraan di depannya.
29. Service Meter Unit (SMU) adalah angka pembacaan lama waktu kerja dari unit yang
dioperasikan.
30. Skill adalah keterampilan atau kompetensi mengoperasikan dan mengaplikasikan alat
berat.
31. Strobe Light adalah lampu kilat atau flash untuk memberi signal sebuah alat pada alat
tambang yang sedang bekerja.
32. Sub-Contractor (SubCont) adalah perusahaan penyedia jasa yang berhubungan dengan
salah satu department PT Cipta Kridatama.
33. Surat Ijin Operator (SIO) adalah sertifikat yang diberikan menyangkut ijin perorangan
dalam pengoperasian alat angkat dan alat angkut.
34. Truck ringan adalah setiap kendaraan transportasi atau kendaraan pemeliharaan / service
yang kurang dari 20 ton yang digunakan di area tambang.
35. Wheel Loader adalah alat untuk memuat material ke dalam dump truck.

IV. KETENTUAN PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG


1. Ketentuan Umum Pengoperasian Unit Alat-alat Tambang
1.1 Operator yang mengoperasikan unit wajib dilengkapi dengan KIMPER.
1.2 Operator wajib memperhatikan kesehatan tubuhnya dan tidak diperkenankan untuk
mengoperasikan unit dalam keadaan lelah/fatigue, mengantuk, pengaruh obat-
obatan dan alkohol serta dalam keadaan sakit/tidak fit. Apabila operator tidak fit dan
kondisi yang lain tersebut, wajib menginformasikan kepada Pengawas.
1.3 Selama memasuki daerah lokasi kerja/tambang operasi PT. CK, semua unit wajib
menyalakan lampu besar, strobe light, pada saat siang dan malam hari serta
menghidupkan radio komunikasi sesuai dengan channel yang ditetapkan atau
diperuntukan.
1.4 Operator wajib mengetahui dimensi unit antara lain: berat kosong, kapasitas
muatan, panjang maksimum, lebar maksimum, tinggi maksimum, radius putar
maksimum & mengetahui semua sistim alat kendali yang ada di kabin. Rincian
informasi tersebut ada di dalam Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
1.5 Operator wajib melakukan Pelaksanaan Pemeriksaan Harian (P2H) terhadap unitnya
sebelum operasi dan mencatat kelainan yang timbul selama pengoperasian
termasuk memeriksa kelengkapan SKAT (Standar Kelengkapan Alat Tambang) sesuai
dengan Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
1.5.1 Ketentuan ini tidak berlaku apabila ada aturan Project setempat yang
mengatur tentang pelaksanaan aktivitas ini seperti pada proses implementasi
program hot change shift.
1.6 Hasil P2H unit dicatat dalam format Laporan Operator Harian yang sudah tersedia di
unit dan pencatatan dilakukan oleh masing-masing operator yang dikumpulkan pada

Halaman : 4 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

saat akhir shift kepada Pengawas, dan pengawas wajib memeriksa dan
menandatanganinya.
1.7 Di lokasi kerja/tambang diluar kabin, operator wajib menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) : helm pengaman, rompi pantul/seragam kerja yang dilengkapi dengan
reflective dan safety shoes. Sedangkan di dalam kabin menggunakan seragam yang
dilengkapi dengan reflective. APD tambahan untuk operator yang mengoperasikan
unit tanpa cabin wajib memakai APD lengkap dan ditambah kacamata pengaman
dan masker. Tidak diperkenankan operator melepaskan seragam selama berada di
dalam kabin saat mengoperasikan unit.
1.8 Operator wajib menggunakan metode three point contact/tiga titik tumpu saat naik
atau turun unit.
1.9 Operator wajib menggunakan sabuk pengaman dan Safety Shoes selama
mengoperasikan unit.
1.10 Operator wajib melakukan Prosedur Menghidupkan dan Mematikan Mesin serta
memeriksa sistem, indikator dan jarum penunjuk alat ukur (gauge) sesuai dengan
Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
1.11 Operator wajib memahami sistem peringatan yang ada pada unit seperti Prosedur
Pengetesan Hydraulic, Brake, Steering dan lain-lain, sesuai dengan Buku Pedoman
Pengoperasian & P2H.
1.12 Operator wajib menjaga kebersihan kabin meliputi dashboard, lantai, plafon, kaca,
jendela, akses keluar masuk kabin dan hand drail.
1.13 Bila berada pada lokasi kerja aktif, pastikan komunikasi radio dengan unit-unit di
sekitar aktifitas terdekat (misal: ada perbaikan unit) untuk memastikan kondisi aman
sebelum melakukan aktifitas.
1.14 Operator wajib mematuhi semua petunjuk rambu lalu lintas yang terpasang di
semua jalan tambang, pit dan jalan lintas perusahaan lain.
1.15 Manuver U turn dilakukan pada tempat-tempat yang telah ditentukan sesuai dengan
rambu yang telah disediakan dan operator wajib melakukan komunikasi dua arah
dengan unit di sekitarnya baik yang berada di depan atau di belakangnya.
1.16 Parkir Unit harus di lokasi yang ditentukan, dan sesuai jenis unit tersebut.
1.17 Operator wajib menghentikan unit yang dioperasikan apabila jarak pandang kurang
dari 50 meter.
1.18 Penggunaan isyarat klakson dengan cara dan pada kondisi sebagai berikut :
1.18.1 Bunyikan klakson 1 X pada saat akan menghidupkan engine unit.
1.18.2 Bunyikan klakson 2 X pada saat unit akan bergerak maju.
1.18.3 Bunyikan klakson 3 X pada saat unit akan bergerak mundur.
1.19 Operator sebelum meninggalkan unit harus meyakinkan bahwa unit sudah dimatikan
dan terkunci serta aman sehingga tidak dapat bergerak tanpa disengaja. Kecuali
pada site yang sudah menjalankan Prosedur Hot Change Shift.
1.20 Operator harus mengaktifkan Parking Brake dan Lock Switch Hydraulic System pada
saat parkir maupun pada saat berhenti untuk sementara waktu.

Halaman : 5 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

1.21 Operator harus melakukan Prosedur Parkir dan Mematikan Mesin sesuai dengan
Buku Pedoman Pengoperasian & P2H kecuali pada site yang sudah menjalankan
Prosedur Hot Change Shift.
1.22 Semua kegiatan mobilisasi/perpindahan antar site perpindahan pit / melewati jalur
yang banyak aktifitas/ke workshop unit harus dilakukan pengawalan dengan tetap
memperhatikan faktor keselamatan kerja dan dilakukan pemeriksaan terhadap unit
yang akan dilakukan mobilisasi.
1.23 Larangan dalam pengoperasian unit:
1.23.1 Dilarang naik atau turun dari unit yang sedang bergerak, melompat dari unit,
melakukan pindah posisi antar unit dengan cara langsung dari atas unit.
1.23.2 Dilarang memarkir unit yang menghalangi unit lain, menghalangi alat-alat
tanggap darurat (misalnya: Fire Extinguisher (APAR), Fire hydrant,
Ambulance) di tikungan dan dalam radius 100 meter dari tikungan.
1.23.3 Dilarang menghentikan unit di daerah terlarang atau berbahaya (di tikungan,
daerah turunan, daerah tanjakan, jembatan, daerah longsoran, maupun
pada tempat-tempat yang dilarang berhenti sesuai petunjuk rambu) kecuali
keadaan darurat.
1.23.4 Dilarang memarkir unit pada area rambu STOP pada jarak kurang dari 5
(lima) meter.
1.23.5 Dilarang mendekatkan unit yang sedang dioperasikan dengan unit operasi
lainnya untuk memberikan atau menerima suatu barang. Misalnya rokok,
makanan, minuman, korek api, check list dll.
1.23.6 Dilarang melakukan aktivitas yang bisa menganggu konsentrasi selama
mengoperasikan unit, seperti penggunaan telpon genggam, penggunaan
radio komunikasi untuk tujuan lain diluar pekerjaan atau untuk
bercanda/main-main, dan lain sebagainya.
1.23.7 Dilarang membawa penumpang yang tidak berkepentingan di unit kecuali
operator trainer atau operator pendamping, mekanik yang melakukan
pengetesan dan personel yang ditunjuk untuk pengambilan data.
1.23.8 Dilarang mengoperasikan unit untuk mendorong atau menarik (evakuasi)
unit yang lainnya tanpa seijin dari pengawas.
1.23.9 Dilarang merokok atau menyalakan api terbuka (korek api, pematik rokok)
pada saat mengisi bahan bakar atau memeriksa baterai. Apabila memeriksa
unit di tempat gelap menggunakan senter.
1.23.10 Dilarang menempelkan sticker/tempelan apapun bentuknya pada kaca unit
tanpa seizin pihak OSHE, karena dapat mengurangi keleluasaan pandangan
operator (blind spot).
1.23.11 Dilarang parkir bagi semua unit, pada rambu atau tanda dilarang parkir serta
dipastikan tidak menutupi rambu-rambu lalu lintas yang ada, untuk unit yang
rusak di lokasi yang dimaksud harus diupayakan untuk dipindah/towing ke
areal yang lebih aman.

Halaman : 6 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

2. Pengoperasian Dump truck


2.1 Di Area Loading Point (tempat proses pemuatan material tambang).
2.1.1 Ketika memasuki area loading point berputar searah jarum jam, kecuali ada
instruksi khusus dari Pengawas untuk menyesuaikan dengan kondisi area
kerja yang lebih aman.
2.1.2 Jarak antri antar dump truck di loading point minimal adalah 1 x panjang dump
truck.
 OHT 777 = 9.7 meter
 OHT 773 = 9.1 meter
 OHT 775F = 10.3 meter
 ADT 740 = 11 meter
2.1.3 Pada saat menunggu antrian posisi unit excavator harus bisa terlihat oleh
operator dump truck.
2.1.4 Operator dump truck yang antri harus bisa melihat posisi dump truck yang
sedang diisi oleh excavator.
2.1.5 Operator menempatkan dump truck pada saat bucket excavator telah terisi dan
terangkat dengan posisi searah dengan bucket excavator atau sesuai dengan
arahan operator excavator. Operator dump truck berhenti pada posisi siap
untuk dimuat dan bergerak setelah selesai pemuatan apabila mendengar aba-
aba dari operator excavator.
2.1.6 Selama proses loading, operator dump truck harus tetap di dalam kabin dan
rem parkir selalu terpasang.
2.1.7 Setelah selesai pemuatan operator dump truck harus memastikan muatan
maksimum pada Payload on Board Display (POD) sesuai standar dan selalu
berkomunikasi dengan operator excavator tentang muatan pada proses
loading.
2.1.8 Tinggalkan area loding point dengan hati – hati setelah muatan terisi maximum.
2.1.9 Jarak minimal saat parkir untuk unit angkut adalah dengan ketentuan sebagai
berikut :
 OHT 777 = 4 meter,
 OHT 773 = 3 meter,
 ADT 740 = 3 meter,
 DT Hauling = 2 meter.
2.2 Jalan Hauling (Pengangkutan)
2.2.1. Selama di jalur hauling operator wajib mematuhi rambu-rambu yang terpasang.
2.2.2. dump truck kosongan memberikan prioritas terhadap dump truck yang
bermuatan.
2.2.3. Kecepatan diatur sesuai kondisi permukaan jalan, grade jalan, maupun saat
memasuki tikungan.
2.2.4. Menempatkan tingkat gigi transmisi yang sesuai (lock gear) dengan grade jalan
harus dilakukan sebelum tanjakan dan sebelum turunan.
2.2.5. Menginformasian ke Pengawas jika jalan perlu dilakukan perbaikan.

Halaman : 7 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

2.2.6. Untuk memperlambat unit operator diwajibkan menggunakan Manual Retarder


System (MRS) sesuai dengan Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
2.2.7. Pada kondisi jalan menurun gunakan gigi transmisi yang sesuai, Aktifkan
retarder otomatis (ARS/ARC) dan bantu dengan retarder manual jika retarder
otomatis tidak mampu mengurangi laju unit.
2.2.8. Jarak beriringan (convoy) antar dump truck minimal adalah 40 meter atau diatur
dengan rambu-rambu khusus jarak beriringan.
2.3 Dumping di Area Disposal
2.3.1. Jarak tumpukan dengan pinggir disposal 7.5 meter, sesuai dengan Prosedur
Loading dan Dumping.
2.3.2. Kurangi kecepatan saat memasuki area disposal.
2.3.3. Pastikan jarak dump truck aman terhadap posisi orang dan unit lainnya.
2.3.4. Operator harus memperhatikan rambu-rambu di area dumping dan kondisi
disposal (ujung disposal, tanah lembek, tinggi safety berm).
2.3.5. Manuver unit dump truck searah jarum jam untuk memeriksa bagian tepi
disposal dari potensi longsor atau retakan.
2.4 Penumpahan material (dumping) di Area ROM (Run of Mine) atau Stockpile
2.4.1. Sesuaikan channel radio komunikasi di area ROM/Stockpile.
2.4.2. Patuhi rambu-rambu kecepatan maksimum.
2.4.3. Jaga jarak antrian minimal 5 (lima) meter antar sesama dump truck saat antri
menuju hopper. Saat mengantri pastikan posisi dump truck yang di belakang
terlihat oleh spion dump truck yang di depan.
2.4.4. Untuk OHT/ADT jika manuver di area penumpahan material, harus searah jarum
jam (clockwise) agar operator mudah menganalisa area penumpahan material
yang berbahaya, retak, lembek. Jika tidak searah jarum jam (counter clockwise)
harus ada saling kesepakatan antara pengawas dan operator yang melakukan
penumpahan di area tersebut.
2.4.5. Dump truck yang ukurannya kecil (kelas 30 ton) pada saat mengantri di
belakang OHT posisinya harus mengarah lebih pada sisi kiri atau sisi kabin OHT.
2.4.6. Selama melakukan aktifitas dumping di area ROM, operator harus mengikuti
arahan yang diberikan Pengawas.
2.5 Larangan Dalam Pengoperasian Dump truck
2.5.1 Dilarang melakukan dumping pada landasan disposal yang tidak rata atau
miring.
2.5.2 Dilarang berhenti, berbelok atau menambah kecepatan secara tiba – tiba.
2.5.3 Dilarang menggunakan service brake untuk mengurangi kecepatan kecuali
untuk menghentikan unit dengan kecepatan di bawah 10 km/jam.
2.5.4 Dilarang memotong pergerakan mundur unit lain yang beroperasi di area
disposal tersebut.
2.5.5 Dilarang memposisikan Unit siap mundur bagi semua dump truck ketika antri di
depan hopper. Manuver dilakukan setelah dump truck yang dumping keluar dari
hopper.

Halaman : 8 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

2.5.6 Dilarang menurunkan dump body/vessel sambil berjalan.

3. Pengoperasian Hydraulic Excavator


3.1 Menjalankan unit untuk berpindah lokasi kerja (Travelling)
3.1.1 Memastikan jalan yang akan dilalui dalam kondisi aman (jembatan, sungai,
kabel listrik, surat perijinan, lebar & kestabilan jalan).
3.1.2 Operator memastikan posisi boom, stick/arm dan bucket saat jalan mendatar,
mendaki dan menurun sesuai dengan Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
3.1.2.1 Setiap 1 (satu) jam perjalanan untuk excavator ukuran kecil & sedang
harus berhenti minimum 15 menit. Jangan melakukan penyiraman
pada bagian/komponen yang mengalami panas berlebihan.
3.1.2.2 Untuk excavator ukuran besar (big machine) jika perjalanan melebihi
100 meter atau selama 3 (tiga) menit, harus melibatkan Plant Crew
untuk memonitor suhu Final Drive Component dengan menggunakan
“Heat Gun“.
3.1.2.3 Jika suhu final drive mencapai lebih dari 800 C, maka hentikan sesaat
sampai suhu dingin kembali, bila perjalanan jauh maka gunakan
bantuan Water Truck untuk melakukan penyiraman secara berangsur-
angsur dari awal untuk mempertahankan suhu pada Final Drive
Component tidak terjadi overheating.
3.1.3 Jika excavator diangkut dengan lowboy trailer harus dilakukan pengikatan
atau pengganjalan agar excavator tidak bergerak dari lowboy.
3.2 Land Clearing (Pembersihan Lahan)
3.2.1 Pengawas memastikan operator mempunyai kompetensi untuk melakukan
kegiatan land clearing dengan meminta masukkan dari operator trainer.
3.2.2 Dilakukan dengan menggunakan excavator ukuran kecil dan dilengkapi
proteksi pada kabin.
3.2.3 Selama pekerjaan land clearing berlangsung harus ada pengawas yang
ditunjuk untuk mengawasi pekerjaan land clearing.
3.2.4 Dilarang menumbangkan pohon dengan diameter lebih besar dari 15 cm pada
saat pengaplikasian excavator pada aktivitas land clearing.
3.3 Loading (Pemuatan Material)
3.3.1 Landasan posisi excavator (loading pad) mempunyai bench (jenjang) setinggi
vessel dump truck atau setinggi panjang stick/arm excavator, posisi track
miring (150– 200).
3.3.2 Membunyikan klakson jika sudah selesai proses pemuatan.
3.3.3 Operator excavator tidak boleh meratakan secara khusus permukaan loading
point, harus meminta bantuan Bulldozer.
3.3.4 Pada saat reposisi tidak dianjurkan untuk melakukan Jack Swing, karena akan
memperpendek umur track link dan bagian undercarriage lainnya.
3.3.5 Memarkir & mematikan hydraulic excavator:
3.3.5.1 Lokasi parkir harus di tempat rata, kuat dan aman dari kemungkinan

Halaman : 9 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

terjadinya longsor baik pada landasan pijak maupun tebing sekitar,


aman dari lalu lintas unit lain.
3.3.5.2 Jarak parkir dengan unit lain aman dari jangkauan gerak maksimum
swing.
3.3.5.3 Posisi final drive di belakang & implement terletak di landasan
(punggung bucket di tanah, arm dan boom membentuk sudut 900),
attachement sudah diturunkan ke permukaan tanah.
3.3.5.4 Tuas pengunci hydraulic implement pada posisi terpasang.
3.3.5.5 Dalam mematikan mesin, biarkan mesin low idle <5 menit kemudian
matikan mesin.
3.3.5.6 Dalam situasi darurat excavator harus diparkir ditempat yang tidak
rata, maka turunkan bucket kepermukaan tanah dan aktifkan lock
hydraulic kemudian matikan mesin sesuai Buku Pedoman
Pengoperasian & P2H.
3.3.6 Bekerja di daerah bawah tebing/rawan longsor/tepi air
3.3.6.1 Jika bekerja di daerah yang rawan longsor, bawah tebing, dan tepi air
posisi track dilarang sejajar pada area itu (Idler harus diposisikan di
belakang) dan supaya siap menjauh dari area tersebut.

4. Pengoperasian Dozer
4.1 Saat travelling sebaiknya :
4.1.1 Gunakan maksimal transmisi di gigi 2 (dua) di jalan tambang untuk mencegah
keausan dini pada undercarriage bulldozer.
4.1.2 Naikan blade + 40 – 50 cm dari permukaan tanah.
4.1.3 Atur kecepatan unit & putaran Engine (rpm), sesuai kondisi jalan.
4.2 Jika Buldozer diangkut dengan Trailler maka harus dilakukan pengikatan atau
pengganjalan agar Buldozer tidak bergerak dari Trailer. Bila perlu dilakukan
pelepasan blade agar tidak melebihi lebar Trailer sesuai lebar jalan yang dilalui.
4.3 Jika parkir dalam situasi darurat, Buldozer harus diparkir ditempat yang tidak rata,
maka turunkan dan tekan shank ripper agak tertanam, blade diturunkan
kepermukaan tanah dan aktifkan rem pakir kemudian matikan engine.
4.4 Untuk pekerjaan dozing, ripping, dan land clearing lihat teknik pengopeasian di Buku
Pedoman Pengoperasian & P2H.

5. Pengoperasian Motor Grader


5.1 Pastikan indikator tidak ada yang abnormal.
5.2 Sebelum mengoperasikan motor grader pastikan kekencangan semua Tire-nya, khusus
Tire nomor 4 (empat) dan 6 (enam) juga harus sama kondisinya agar saat menerima
beban putaran ke spindle dan tire tersebut sama rata.
5.3 Kurangi kecepatan motor grader bila sedang bergerak di tempat yang sempit.
5.4 Penggunaan differential lock

Halaman : 10 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

Dalam mengaktifkan dan menonaktifkan differential lock dalam kondisi unit berhenti
dan transmisi netral.
5.5 Jika grading di turunan tebal, maka pemotongan disesuaikan dengan bentuk
permukaan jalan jika melakukan grading di tanjakan, gunakan maximum gear 2,
dengan beban ringan.
5.6 Bekerja di area yang lunak/lembek:
5.6.1 Mengartikulasikan motor grader sehingga roda depan berada di tempat yang
lunak sedangkan roda-roda tandem berada di bahu jalan.
5.6.2 Usahakan roda-roda tandem tetap di bahu jalan agar unit tidak tergelincir.
5.7 Ripping.
5.7.1 Saat melakukan ripping gunakan transmisi/gigi 1
5.8 Larangan dalam Pengoperasian Motor Grader:
5.8.1 Dilarang melakukan pemotongan/Grading dari bawah ke atas atau menanjak
apalagi saat jalan licin (pasca hujan), karena dengan grading menurun akan
lebih baik untuk power dan handling yang maksimal.
5.8.2 Dilarang mengartikulasikan motor grader sepenuhnya ketika motor grader
mendaki lereng yang terjal.
5.8.3 Dilarang melakukan steering / berbelok maupun artikulasi saat sedang ripping.
5.8.4 Dilarang menggunakan differential lock dalam waktu yang lama.
5.8.5 Dilarang berbelok dengan berartikulasi.

6. Pengoperasian Compactor
6.1 Saat Travel atur kecepatan unit sesuai kondisi jalan.
6.2 Jika Compactor diangkut dengan Trailler harus dilakukan pengikatan atau
pengganjalan agar Compactor tidak bergerak dari Trailler.
6.3 Penggunaan vibration :
6.3.1 Saat penggunaan vibration dengan high amplitude maka ketebalan material
yang dipadatkan bisa mencapai lebih 25 cm.
6.3.2 Saat penggunaan vibration dengan low amplitude maka ketebalan material yang
dipadatkan hanya mencapai kurang dari 25 cm.
6.4 Saat melakukan pemadatan, vibration diaktifkan setelah Compactor dijalankan.
Sebaliknya saat menghentikan Compactor maka vibration di non aktifkan lebih dahulu.
6.5 Saat akan mengubah arah maju dan mundur, pastikan Compactor harus dihentikan
lebih dahulu.
6.6 Dilarang menggunakan Vibration bila yang dipadatkan materialnya masih basah, agak
lembek, bagian dalam materialnya mengandung air.

7. Pengoperasian Crane Truck


7.1 Operator harus mempunyai SIO dari lembaga resmi dan dibuatkan JSA (Job Safety
Analysis) terhadap pekerjaan pengangkatan di luar kondisi normal.
7.2 Operator harus menguasai standar kode isyarat dalam proses pengangkatan barang,
memahami pembacaan table kapasitas angkat sesuai working radiusnya.

Halaman : 11 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

7.3 Aktifitas pekerjaan pengangkatan beban harus menggunakan seorang Rigger.


Termasuk untuk Crane kapasitas 6 (enam) ton yang menggunakan remote control,
operator Crane tetap harus didampingi oleh seorang Rigger.
7.4 Saat proses pengangkatan beban yang dipandu oleh seorang Rigger, maka
pemahamannya tentang Rigging harus sama antara operator Crane dengan Riger Man
tersebut. Proses pengangkatan mengacu pada Prosedur Aktivitas Pengangkatan.
7.5 Pastikan dalam proses pengangkatan beban hanya ada satu orang komando yang
memberikan aba-aba.
7.6 Pengikatan beban dengan alat pengikat, jangan sampai material besi dengan bahan
pengikat besi.

8. Pengoperasian Water Truck (Water Sprayer dan Washing Truck)


8.1 Pengisian air ke Water Truck di tempat pengambilan air:
8.1.1 Water Truck masuk dan keluar dari tempat pengisian air dengan selalu berputar
searah jarum jam.
8.1.2 Memastikan ketinggian pengisian air sesuai dengan papan informasi tabel untuk
durasi pengisian air ke tanki Water Truck & Washing Truck sehingga air tidak
meluber pada saat perjalanan.
8.2 Pengoperasian Water Truck untuk Water Sprayer:
8.2.1 Penyiraman dilakukan jika kondisi jalan kering dan berdebu, sesuai dengan
instruksi pengawas.
8.2.2 Selama proses penyiraman operator harus tetap di dalam kabin dan sambil
mengoperasikan switch penyiraman sesuai kebutuhan.
8.2.3 Di jalan turunan, tanjakan atau belokan penyiraman dilakukan putus-putus, agar
jalan tidak semuanya basah sehingga menimbulkan jalan licin.
8.2.4 Selama kegiatan penyiraman RPM Max. 1000 / menit.
8.3 Pengoperasian Water Truck untuk Washing:
8.3.1 Pastikan semua peralatan pencucian sudah siap dan berfungsi dengan baik.
8.3.2 Pastikan alat yang akan dicuci, kondisi engine nya sudah dingin.
8.3.3 Pastikan komponen – komponen elektrik, precleaner dan air filter aman dari air.
8.3.4 Jika pada saat pencucian memerlukan bantuan alat pencongkel, pastikan tidak
merusak komponen antara lain bottom guard, equalizer bar, transmission
guard, electrical system, hydraulic system, hose, tube/pipa, kabel, rod silinder,
breather.
8.3.5 Pastikan jarak aman penyemprotan bila menggunakan high pressure pump.
8.3.6 Saat melakukan washing pada unit pastikan muffler/exhaust manifold tidak
kemasukan Air terutama unit yang muffler-nya menyatu dengan dump
body/vessel.
8.4 Water Truck harus mengurangi kecepataan atau menghentikan unitnya jika jarak
pandang kurang dari 50 m.
8.5 Larangan dalam Pengoperasian Water Truck

Halaman : 12 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

8.6.1 Dilarang mengurangi gigi transmisi di turunan dan di tanjakan tetapi kurangilah
gigi transmisi sebelum turunan dan sebelum tanjakan.
8.6.2 Dilarang menghentikan Water Truck di tanjakan atau turunan kecuali kondisi
darurat.
8.6.3 Dilarang menggunakan rem service untuk mengurangi kecepatan, kecuali jika
harus menghentikan Water Truck.
8.6.4 Dilarang menyiram pada area rambu-rambu khusus area yang dilarang
dilakukan penyiraman.

9. Pengoperasian Wheel Loader


9.1 Pengoperasian digging dan loading material:
9.1.1 Kondisi landasan harus rata, keras dan kering untuk kestabilan unit.
9.1.2 Pada saat merubah arah dari maju ke mundur atau sebaliknya unit harus
berhenti sempurna baru merubah arah
9.1.3 Digging tegak lurus material loading ke truck dengan sudut 45o.
9.1.4 Untuk cyle time loading apabila kondisi memungkinkan usahakan maksimal
travel 1½ putaran roda (saat digging dan loading ke truck)
9.2 Cara penempatan material saat dumping ke atas truck:
9.2.1 Lakukan siklus kerja berikutnya secara cepat, tepat dan aman dan lakukan
pembersihan kembali lantai / landasan saat menunggu truck datang berikutnya.
9.2.2 Hindari pengereman secara mendadak saat dalam bucket dalam posisi
terangkat dan hindari menggerakkan implement kontrol secara
kasar/menyentak sesuai dengan Buku Pedoman Pengoperasian & P2H.
9.2.3 Selama siklus kerja jaga keempat roda tidak slip ditempat, dan hati-hati
terhadap bahaya yang tak terduga.
9.3 Larangan dalam Pengoperasian Wheel Loader
9.3.1 Dilarang menurunkan bucket dengan keras/kasar diatas permukaan tanah,
karena hal ini merusak hydraulic cylinder dan frame, bushing / pin dan struktur
mesin.
9.3.2 Dilarang mendorong/menggali material dengan sisi bucket karena hal ini akan
berpegaruh pada frame dan struktur mesin.
9.3.3 Dilarang mengangkat beban melebihi batas maksimal kemampuan unit /
kapasitan bucket
9.3.4 Dilarang melindas batu-batu yang berserakan di area pemuatan.

10. Pengoperasian Truck Trailer


10.1 Loading material:
10.1.1 Pastikan unit parkirnya sudah lurus antara prime mover dengan Trailer.
10.1.2 Pasang parking brake setelah berada pada posisi siap dimuat dan netralkan
transmisi.
10.2 Dumping material:

Halaman : 13 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

10.2.1 Jika dumping di hopper pastikan unit berhenti di depan hopper, hindari ban
menabrak tanggul pembatas hopper.
10.2.2 Jika dumping diluar hopper jarak degan stock minimal 2 (dua) sampai dengan 3
(tiga) meter, sesuai dengan instruksi pengawas.
10.2.3 Posisi prime mover dengan trailer harus lurus, landasan dumping tidak boleh
miring.
10.2.4 Pastikan tail gate terbuka lebih dahulu dan apabila tail gate tidak terbuka maka
jangan dilanjutkan dumping, segera laporkan ke pengawas.
10.2.5 Setelah proses dumping dan sebelum menurunkan dump body ke posisi semula,
pastikan muatan sudah habis ditumpahkan ke hopper.
10.3 Melepas Vessel dari Prime Mover.
10.3.1 Jika akan melepaskan vessel, pastikan peletakan vessel di tempat yang
landasannya kuat, pasang jack stand vessel dan kalau perlu dudukan jack stand
tambah dengan landasan (kayu, papan, plat besi)
10.3.2 Jika terpaksa Vessel yang bermuatan dilepaskan dari Prime Mover, pastikan
landasan untuk Jack Stand Vessel harus diberi plat yang lebar, tebal dan kuat
agar tidak mudah amblas, dan sebelum melepasnya pihak Operation harus
koordinasi dengan pihak Plant, OSHE
10.4 Larangan pada pengoperasian truck trailer
10.4.1 Dilarang dumping sambil berjalan.
10.4.2 Dilarang menggunakan trailer brake pada proses loading material.
10.4.3 Dilarang melakukan manuver dengan sudut yang sempit, karena akan berakibat
lepasnya trailer dari prime mover.

11. Pengoperasian Mesin Pemboran (Drilling Machine)


Sebelum menjalankan drilling machine, pastikan jack terangkat dari permukaan tanah,
membunyikan klakson sebelum atau sesudah mengoperasikan drilling machine.
11.1 Travelling
11.1.1 Memastikan kesiapan operasi drilling machine dan perlengkapannya sesuai
kebutuhan terhadap kondisi jalan yang ditempuh.
11.1.2 Memastikan menara/mast posisi turun, terkunci, posisi jack terangkat,
menghidupkan lampu kerja dan rotary sesuai dengan Buku Pedoman
Pengoperasian & P2H.

11.2 Pengeboran
11.2.1 Memposisikan drilling pada titik/tanda yang akan dibor.
11.2.2 Memastikan propel pada posisi drill.
11.2.3 Mengaktifkan jack stand sebelum menaikkan menara/mast.
11.2.4 Mendirikan menara sesuai dengan sudut pengeboran, memasang lock mast
(pengunci menara).

Halaman : 14 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

11.2.5 Jika lokasi miring melebihi sudut yang diijinkan atau akan manuver lepaskan
lock menara kemudian turunkan menara sesuai dengan Buku Pedoman
Pengoperasian & P2H.
11.2.6 Dilarang mengangkat machine body dengan jack yang mengakibatkan kedua
track menggantung dari permukaan tanah.

Halaman : 15 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

V. LAMPIRAN
A. KARTU IJIN MENGOPERASIKAN ALAT PERUSAHAAN (KIMPER)
1 Persyaratan pengajuan KIMPER :
1.1 Karyawan perusahaan atau karyawan Sub kontraktor.
1.2 Semua visitor yang menggunakan unit atau kendaraan yang diperkenankan masuk ke
area pertambangan wajib memiliki KIMPER.
1.3 Menunjukkan SIM polisi asli dan masih berlaku sesuai undang-undang 22 tahun 2009 :
1.3.1 Untuk semua model alat berat harus menggunakan SIM B II,
1.3.2 Untuk kendaraan ringan dengan total muatan kurang dari 3.5 Ton – SIM A,
1.3.3 Untuk kendaraan ringan dengan total muatan lebih dari 3.5 ton – SIM B I.
1.4 Khusus untuk KIMPER Restricted / Terbatas ( R ) tidak harus menyertakan SIM polisi,
cukup dengan menyertakan hasil uji teori dan praktek operasi oleh operator trainer
dan telah di setujui oleh Dept. Head yang mengajukannya.
1.5 Khusus untuk jenis Crane atau alat angkat lainnya, disamping harus memiliki KIMPER
dan SIM B II, harus memiliki SERTIFIKAT pengoperasian juga yang masih berlaku dari
lembaga sertifikasi yang resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.
1.6 Menyertakan foto diri untuk ditempel dalam “KIMPER” (umumnya ukuran 2x3).
1.7 Surat permohonan KIMPER yang telah disetujui Project Manager.
1.8 OSHE mengajukan permintaan untuk uji skill and knowledge ke operator trainer dan
selanjutnya operator trainer memberikan hasil uji skill and knowledge kepada OSHE.

2 KIMPER dibagi menjadi 5 (lima) jenis yaitu:


2.1 KIMPER Training (T)
2.1.1 KIMPER Training diberlakukan bagi operator lama maupun new hire yang
menjalani proses training untuk model unit tertentu sampai mencapai SMU/jam
kerja minimal 50 jam.
2.2 KIMPER Sementara atau Percobaan (P)
2.2.1 KIMPER Sementara dapat dibuat oleh Trainer berdasarkan rekomendasi dari
OSHE Project & permintaan Departemen Head serta mendapat persetujuan
Project Manager dan Kepala Teknik Tambang, Untuk penggunaannya sebagai
berikut;
2.2.1.1 Karyawan baru untuk mengoperasikan unit tertentu dalam masa
tertentu, selama menunggu proses KIMPER yang sesuai atau belum
mencapai 50 SMU bagi New operator
2.2.1.2 Karyawan atau operator lama yang mendapatkan promosi untuk
mengoperasikan unit lain yang lebih besar kapasitasnya, setelah lulus
uji kompetensi oleh Trainer dengan tetap menggunakan KIMPER yang
lama dengan model unit yang sama, sampai mendapat KIMPER Full
dengan pencapaian SMU/jam kerja minimal 250 jam.
2.2.1.3 Pengunjung (visitor) yang berkerja kurang dari 1 bulan yang bertujuan
untuk pengujian kompetensi tertentu atau dalam rangka
melaksanakan pelatihan.

Halaman : 16 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

2.3 KIMPER Restricted / terbatas (R)


2.3.1 KIMPER Restricted (R) terbatas dibuat oleh PT. CK dan atau Pemilik Tambang
bagi Karyawan (Mekanik atau pengawas tambang) dengan tugas tertentu,
bukan untuk kegiatan produksi penambangan, tetapi antara lain :
2.3.1.1 Bagi mekanik dalam rangka kegiatan melaksanakan perbaikan &
pemeliharaan alat berat atau kendaraan di daerah lokasi tambang
atau di sekitar area work shop.
2.3.1.2 Kimper (R) ini hanya diberikan bagi pengawas tambang yang dulunya
di promote dari operator model unit tertentu dan pernah
mengoperasikan nya minimal 2500 SMU dan di rekomendasikan oleh
Supervisor Trainer operator,
2.3.2 Tujuan KIMPER Restricted (R) antara lain :
2.3.2.1 Memberikan contoh peningkatan teknik operasi yang benar saat
operator menjalani on job training pada periode SMU 251 – 500 jam.
2.3.2.2 Saat emergency (operator yang sedang bertugas mengalami keadaan
darurat) atau dalam kegiatan mobilisasi-demobilisasi unit antar
tambang atau bongkar muat dari LCT/Trailer atau pada saat unit
melewati jembatan atau kondisi unit sangat mengkhawatirkan (namun
di samping pengawas tersebut berpengalaman dalam tugas-tugas
tersebut juga harus mendapat persetujuan dari Departemen Head-
nya).
2.3.2.3 Waktunya terbatas maksimum setengah jam (kecuali ada perintah dari
atasannya) untuk memberikan contoh teknik operasi yang benar,
bukan disebabkan kekurangan/absennya operator atau untuk
mencapai produksi.
2.4 KIMPER Full (F)
2.4.1 KIMPER Full bisa di buat oleh PT. CK dan atau Pemilik Tambang sebagai berikut:
2.4.1.1 Bagi operator yang sudah menjalani on job training dan telah
mencapai SMU/jam operasi lebih dari 250 jam.
2.4.1.2 Bagi operator untuk model yang sama namun lebih besar kapasitasnya
dan lulus uji kompetensi oleh Trainer serta telah mencapai SMU/jam
operasi lebih dari 50 jam. Namun jika model unit nya berbeda maka
harus mencapai SMU/jam operasi lebih dari 250 jam.
2.5 KIMPER Khusus Instruktur/Trainer (I)
2.5.1 KIMPER Khusus Trainer hanya berlaku bagi Trainer yang diterbitkan oleh PT. CK
dan atau Pemilik tambang dengan ketentuan sebagai berikut:
2.5.1.1 KIMPER hanya digunakan untuk melaksanakan Pelatihan dalam
memberikan contoh praktek operasi di lapangan.
2.5.1.2 Tidak berlaku untuk dipakai sebagai KIMPER Full, artinya Trainer tidak
dibenarkan mengoperasikan unit dalam rangka proses produksi
namun bisa digunakan untuk memberikan contoh kepada operator

Halaman : 17 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

bagaimana melaksanakan teknik metode produksi atau teknik operasi


yang benar.

3 Penerbitan KIMPER
3.1 User mengajukan permohonan KIMPER ke dept OSHE dengan mengisi form dan
melengkapi dokumen sesuai syarat yang ditentukan.
3.2 Dept. OSHE memeriksa kelengkapan dokumen pengajuan KIMPER. Khusus untuk
mengajukan KIMPER yang harus memiliki sertifikasi dari pemerintah atau lembaga sah
yang ditunjukoleh pemerintah, harus menyertakan sertifikat atau ijin yang dimaksud
(seperti : sertifikasi pengelasan, rigger, ahli listrik, dll).
3.3 Untuk mengajukan KIMPER setelah diverifikasi oleh dept OSHE, diajukan persetujuan
ke PJO dalam format Pengajuan Permohonan KIMPER dengan disertai format Rekap
Kelengkapan Data.
3.4 Untuk pengajuan KIMPER setetelah diverifikasi oleh dept OSHE menetapkan jadwal tes
yang disepakati oleh operator trainer. Khusus KIMPER operator yang harus memiliki
regulasi dari pemerintah harus menyertakan sertifikat atau ijin yang diterbitkan oleh
pemerintah (SIO).
3.5 OSHE mengajukan ke operator trainer untuk melaksanakan tes KIMPER (teori dan
praktek) sesuai jadwal yang ditetapkan.
3.6 Operator trainer melaksanakan tes KIMPER. Pelaksanaan tes KIMPER oleh operator
trainer dilakukan maksimal tiga kali. Bila tidak lulus pada tes pertama diberi
kesempatan untuk mengulang minimal seminggu setelah tes pertama dilakukan, bila
masih gagal dalam tes kedua, maka dilakukan tes ketiga minimal seminggu setelah tes
kedua. Bila tes ketiga masih gagal permohonan pengajuan KIMPER dinyatakan gagal
dan berhak mengulang setelah jangka waktu setahun.
3.7 Operator trainer mendistribusikan hasil tes KIMPER ke dept OSHE.
3.8 Dept OSHE melakukan verifikasi hasil tes KIMPER, jika tidak lulus akan menetapkan
jadwal tes berikutnya dan jika lulus maka form Permohonan KIMPER diajukan ke PJO
untuk dilakukan persetujuan.
3.9 Permohonan pengajuan KIMPER yang sudah disetujui oleh PJO, didistribusikan ke
Owner untuk mendapatkan validasi dari KKT.
3.10 Dept OSHE mendistribusikan KIMPER yang sudah dikeluarkan oleh KTT ke user.

4 Refresh Training
4.1 Operator trainer melakukan refresh training kepada operator dan driver untuk
memastikan kompetensi pengoperasikan unit operator dan driver tersebut tetap
terjaga.
4.2 Refresh Training dilakukan setelah operator dan driver selesai menjalankan cuti.
4.3 Refresh Training berlaku untuk operator alat berat di Departemen Operation dan
operator Supporting Truck di Departemen Plant dan SCM.

Halaman : 18 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

B. MANAJEMEN LALU LINTAS TAMBANG


1 Umum
1.1 Head light dan strobe light, semua kendaraan yang beroperasi di tambang harus
menghidupkan lampu depan/front lamp dan strobe light baik pada siang hari ataupun
malam hari.
1.2 Kendaraan ringan (LV) yang memasuki area tambang harus dilengkapi dengan buggy
whip atau tiang bendera.
2 Batas kecepatan kendaraan untuk tiap-tiap area ditentukan sebagai berikut :
2.1 Area PIT batas kecepatan maksimal yang diijinkan adalah 40 km/jam.
2.2 Area jalan hauling kecepatan maksimal yang diijinkan adalah 60 km/jam untuk
kendaraan beroda 4 (empat), sedangkan untuk kendaraan beroda 6 (enam) atau lebih
kecepatan maksimal yang diijinkan adalah 50 km/jam.
2.3 Terkecuali, ada rambu-rambu khusus tentang batas kecepatan (misalnya ditikungan
tajam, area camp, dll).
3 Batas jarak beriringan/konvoy
Pengemudi kendaraan pada saat beriringan/konvoi di belakang kendaraan lain, wajib
menjaga jarak dengan kendaraan yang di depannya. Jarak konvoi kendaraan dengan
kecepatan normal seperti diatas ditentukan sebagai berikut :
3.1 Kendaraan sarana (light vehicle) : minimal 20 meter.
3.2 Kendaraan dengan panjang lebih dari 5 meter : minimal 40 meter
4 Ketentuan tentang prioritas jalan tambang
Prioritas penggunaan kendaraan ditentukan sebagai berikut :
4.1 Kendaraan Emergency (Ambulance, Pemadam Kebakaran, Kendaraan Pertolongan Pada
Kecelakaan),
4.2 Kendaraan pengangkut Bahan Peledak,
4.3 Trailer pengangkut Alat Berat (Low Bed),
4.4 Truck produksi muatan,
4.5 Truck produksi kosongan,
4.6 Kendaraan suporting (service truck, fuel truck, water truck),
4.7 Kendaraan sarana (light vehicle).
5 Blind Spot
Batasan daerah atau area yang menghalangi pandangan pada saat berinteraksi dengan alat
berat :

Halaman : 19 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

PENGUKURAN BLIND SPOT


NO UNIT
DEPAN UNIT KANAN UNIT KIRI UNIT

1 OHT 777 CAT 5,5 M 14 M 4M


2 OHT 777 HINDUSTAN 5M 13 M 4M
3 OHT 775 CAT 6M 8M 4,5 M
4 OHT 773 CAT 5M 7,5 M 3M
5 ADT 740 CAT 6M 3M 3,5 M

6 Parkir
Untuk dinyatakan parkir adalah ketika driver/operator tidak berada di dalam unit/turun dari
unit. Ketentuan untuk parkir adalah sebagai berikut :
6.1 Parkir di dilakukan ditempat yang rata, lebih dari 20 meter dari slope atau benda yang
menggantung lainnya.
6.2 Operator Alat berat/Heavy Equipment harus menurunkan semua attachment seperti
bucket untuk excavator dan loader, serta blade untuk dozer dan grader.
6.3 Pastikan semua kaca serta pintu dalam keadaan tertutup, engine harus dimatikan, rem
parkir terpasang dan khusus untuk LV, kunci kontak diambil.
6.4 Untuk kendaraan tipe transmisi manual yang menggunakan clutch, masukkan transmisi
pada posisi F1/R.
6.5 Jarak parkir menyamping Alat Berat / Truck Produksi / Truck Sarana minimal 2 meter.
Kendaraan ringan/sarana (LV) minimal 1.5 meter.
6.6 Parkir Depan – Belakang : Arah kendaraan harus sama (ke depan semua / ke belakang
semua), jarak antar unit 10 meter.
6.7 Posisi parkir harus mundur (jika memungkinkan), atau pada pergerakan pertama unit
harus maju.
6.8 Jika mengharuskan untuk parkir di tanjakan atau turunan, maka roda harus dibelokkan
kearah tanggul/tebing, ban diganjal (minimal 2 (dua) ban yang diganjal). Jika posisi
menurun maka unit yang menggunakan kopling maka transmisi dimasukkan ke posisi R
(mundur), dan jika posisi naik (tanjakan) transmisi di masukkan ke posisi F1 (maju).
6.9 Untuk kendaraan sarana (LV) yang akan parkir disekitar alat berat / dump truck yang
sedang parkir, harus mengikuti ketentuan jarak dengan alat berat / dump truck
tersebut yaitu dari samping minimal berjarak 15 meter, dari belakang berjarak 30
meter, dari depan berjarak 5 (lima) meter.
6.10 Semua kendaraan/unit dilarang parkir pada tanda/rambu larangan berhenti atau parkir,
tikungan, diatas jembatan, radius 100 meter dari persimpangan, dimuka pintu
keluar/masuk, didalam radius 20 meter dari slope, didalam radius 30 meter dari alat
berat yang sedang beroperasi, ditempat yang dapat menutupi rambu-rambu, di area
blind zone (blind spot dan blind side) sekitar alat apapun.
6.11 Tidak diperkenankan meninggalkan LV, kecuali jika rem telah dipasang dan berada
pada gigi satu atau mundur.

Halaman : 20 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

6.12 Jangan meninggalkan kunci kontak pada kendaraan yang sedang diparkir.
6.13 Tidak diperkenankan memarkir kendaraan di depan fasilitas darurat antara lain : fire
hydrant, ambulance, fire truck atau daerah yang dilarang untuk parkir.

7 Mendahului kendaraan
7.1 Mengetahui batas jarak pandang dari unit yang akan didahului, dan memberikan isyarat
dengan dim, klakson, sein atau atau alat komunikasi bila dilengkapi.
7.2 Kendaraan yang akan mendahului ke pinggir samping kiri dan memberi tanda / isyarat
dengan lampu dan klakson.
7.3 Kendaraan yang akan didahului harus memastikan bahwa area di depan dalam kondisi
aman (pandangan bebas, tidak ada kendaraan lain). Memberikan informasi jangan
mendahului jika area di depan belum aman dengan informasi di radio komunikasi dan
isyarat lampu sign kanan.
7.4 Jika area depan sudah aman, kendaraan yang akan didahului harus mengurangi
kecepatan (10 – 20 km/jam dibawah kecepatan maksimal), dan memberi isyarat
dengan lampu sign kiri.
7.5 Kendaraan yang dibelakang baru dapat mendahului setelah diberi tanda / isyarat oleh
kendaraan yang di depannya. Dan dengan catatan : kecepatan saat mendahului tidak
boleh lebih dari kecepatan maksimal yang diizinkan.
7.6 Tidak boleh mendahului kendaraan lain jika : di tikungan, di tanjakan atau jalan dengan
pandangan tertutup, di persimpangan jalan, di jalan sempit, serta di area yang
dipasang rambu ‘DILARANG MENDAHULUI’.
7.7 Pastikan pengemudi kendaraan yang akan di dahului mengetahui maksud anda.
7.8 Lakukan komunikasi via radio dengan pengemudi yang akan didahului untuk
memastikan arah berlawanan dalam kondisi aman.

8 Memutar
8.1 Memutar hanya dilakukan pada tempat – tempat yang ditandai dengan rambu.
8.2 Jika terpaksa harus memutar di jalan, maka harus menepikan kendaraan dan berhenti
sejenak, memastikan dalam jarak + 100 meter di depan & belakang kendaraan tidak
ada kendaran lain dan menggunaakan isyarat belok kanan (sign kanan),
8.3 Tidak boleh memutar tanpa aba- aba/mendadak, pada tikungan, tanjakan turunan atau
jalan dengan jarak pandang yang terbatas.

9 Menderek/towing
9.1 Menderek menggunakan tool unit derek yang memiliki sertifikasi yang valid.
9.2 Operator unit derek memiliki KIMPER yang masih berlaku.
9.3 Apabila tersedia gunakan towing bar, namun apabila tidak tersedia towing bar gunakan
sling atau rantai dengan ketentuan safe work load (SWL) yang sesuai.
9.4 Safety Chain atau rantai pengaman harus digunakan jika ada keraguan mengenai
kekuatan sambungan utama.
9.5 Jika tidak tersedia tow hook atau eyelet, maka sling sambungkan ke kerangka utama.

Halaman : 21 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

10 Mundur
10.1 Pastikan area di belakang unit/equipment bebas dari rintangan/hambatan.
10.2 Bunyikan klakson 3 kali pada saat akan bergerak mundur.
10.3 Lakukan secara perlahan-lahan dengan melihat kaca spion yang tersedia.
10.4 Apabila tidak yakin, turun dari unit/equipment untuk memastikan area di belakangnya
telah bebas dari rintangan.

11 Jarak pandang berkurang


11.1 Pastikan kondisi jendela, lampu dan reflector dalam kondisi bersih
11.2 Dalam kondisi jarak pandang yang berkurang kendaraan harus dihentikan di tempat
yang aman. Apabila jarak pandang tersebut kurang dari 50 meter, tunggu sampai
kondisinya membaik.
11.3 Pada malam hari lampu harus disediakan di area operasi tambang yang ditentukan.

12 Unit breakdown
12.1 Equipment/unit atau kendaraan apapun yang rusak dan tidak dapat dikemudikan
segera harus dipindahkan dari jalan atau sejauh mungkin ditempatkan di sebelah kiri
jalan dan diberi tanda dengan Safety Tape merah dan/atau kerucut pengaman/safety
cone.
12.2 Lampu hazard/warning harus dinyalakan sampai kendaraan pindah.

13 Mendahului Unit
13.1 Sebelum mendahului unit lain, operator wajib melakukan konfirmasi via radio
komunikasi dengan unit yang akan ada didahului, menyalakan lampu sign sebelah
kanan dan membunyikan klakson sebagai isyarat.
13.2 Operator wajib memberi ruang gerak di bagian sebelah kanan Unit apabila telah
memberi izin pada unit di belakangnya untuk mendahului.
13.3 Operator unit wajib memprioritaskan unit Ambulance, unit Fire Resque dan unit
Emergency Response Team yang akan melakukan pertolongan.
13.4 Operator unit yang menyusuri jalan menurun, harus mendahulukan unit yang sedang
menanjak jika kedua unit tersebut tidak memungkinkan saling berpapasan dan atau
diatur lain oleh rambu.
13.5 Pastikan sesama operator menggunakan cara berkomunikasi yang efektif menggunakan
cara yang tetap santun untuk minta ijin mendahului, menyebutkan identitas nomor
unit, baik unit yang akan didahului maupun yang akan mendahului, dan memastikan
konfirmasi dua arah dengan jelas.
13.6 Larangan dalam mendahului Unit:
13.6.1 Dilarang mendahului unit lain bagi unit Motor Grader, Water Truck, Fuel Truck.
13.6.2 Dilarang mendahului unit dalam jarak kurang atau sama dengan 50 meter dari
persimpangan jalan, tikungan jalan, tanjakan dan jembatan, jalan
berlumpur/lembek atau ada ceceran batu tajam dan ada rambu-rambu
larangan untuk menyalip serta saat jarak pandang terbatas, dan atau diatur lain
oleh rambu.

Halaman : 22 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

13.6.3 Dilarang mendahului unit lain yang sedang berjalan di depan sebelum
mendapat izin dari operator unit yang akan didahului.

14 Keselamatan Mendekati Alat Tambang


14.1 Personil yang akan melakukan kegiatan mendekati alat berat bergerak baik itu yang
dilakukan secara sendiri ataupun bersama dengan tim di daerah loading point, dumping
point, drilling area, area perbaikan jalan untuk tujuan pemeriksaan/pemeliharaan dan
perbaikan, pengambilan data oleh survey crew dan yang lainnya, pemberian instruksi
kerja oleh pengawas lapangan secara langsung, serta pembagian jatah makanan dan
minuman maka harus melakukan langkah-langkah yang ada dalam ketentuan berikut
ini:
14.1.1 Sebelum memasuki dan mendekati area kerja alat berat bergerak, maka
diharuskan meminta ijin melalui radio komunikasi dua arah kepada pengawas
tambang di area tersebut.
14.1.2 Sebelum pengawas tambang memberikan ijin untuk memasuki area kerja maka
pengawas tambang harus menginformasikan kepada operator alat berat yang
bekerja di area tersebut dan memastikan semua kegiatan di area tersebut telah
dihentikan.
14.1.3 Sebelum pengawas tambang memberikan ijin kendaraan atau personil yang
akan mendekati alat berat bergerak yang berada pada area yang diawasinya,
kendaraan atau personil tersebut telah berhenti/parkir diluar area kerja alat
berat yang di dekati (misalnya di luar loading point, di luar dumping point, di
luar area perbaikan jalan). Ketentuan untuk berhenti/parkir diluar area kerja ini
juga berlaku bagi pengawas tambang itu sendiri ketika akan mendekati alat
berat bergerak yang diawasinya.
14.2 Jika tersedia tempat parkir di sekitar area tersebut maka kendaraan harus di parkirkan
pada tempat yang telah disediakan dengan mengikuti peraturan parkir yang telah
ditentukan dan jika tidak tersedia tempat parkir maka harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
14.2.1 Kendaraan yang diparkir tidak mengganggu lalu lintas tambang.
14.2.2 Posisi kendaraan dapat dilihat secara langsung oleh operator alat berat, dan
perlu dipastikan lampu kendaraan tidak menyilaukan pandangan operator alat
berat.
14.3 Setelah mendapatkan ijin dari pengawas tambang maka sebelum memasuki area kerja
alat berat tersebut harus melakukan kontak positif dengan operator alat berat yang
akan didekati dengan menggunakan radio komunikasi dua arah.
14.4 Meminta operator alat berat untuk menghentikan operasinya dan melakukan prosedur
parkir alat berat sebelum orang atau kendaraan memasuki area kerja alat berat atau
sebelum memasuki area blind spot.
14.4.1 Jika kegiatan mendekati alat berat ini berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan,
pemeliharaan atau perbaikan alat berat bergerak maka operator hanya boleh
naik kedalam kabin untuk kegiatan pengetesan.

Halaman : 23 dari 24
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG
No : MIN-01-(2) Tgl. Berlaku : 01-09-2019

14.4.2 Jika semua pekerjaan telah selesai dilakukan dan semua kendaraan atau orang
yang melakukan pekerjaan di area tersebut harus keluar dari area operasi alat
berat atau area blind spot maka operator alat berat dapat masuk kedalam kabin
dan bersiap-siap untuk memulai operasi, serta memastikan kondisi lingkungan
dalam keadaan bersih dan bebas dari pontensi bahaya untuk individu maupun
lingkungan.
14.5 Kendaraan dan orang yang telah selesai melakukan kegiatan di area kerja alat berat
telah berada di luar area kerja alat berat harus memberikan informasi kepada
pengawas tambang yang bertugas di area tersebut bahwa pekerjaan telah selesai
dilakukan.
14.6 Sebelum memberikan instruksi kepada semua operator alat berat untuk memulai
kembali operasinya, maka pengawas tambang yang bertugas pada area tersebut harus
memastikan bahwa semua kendaraan dan orang yang bekerja atau beraktivitas telah
keluar dari area kerja alat berat tersebut.
14.7 Operator alat berat hanya diperbolehkan melakukan operasi setelah mendapatkan
instruksi dari pengawas tambang yang bertugas di area tersebut.

Halaman : 24 dari 24

Anda mungkin juga menyukai