Anda di halaman 1dari 34

02.

SCHEDULING PIT

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 1 / 34


SEJARAH PERBAIKAN

Tanggal Versi Keterangan Penulis


Oct 2015 1.0 Manual Awal Widya
Penambahan beberapa fitur baru.
March 2016 2.0 Telah diperiksa oleh Tanty, Adit Arif
dan Ida.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 2 / 34


DAFTAR ISI

SEJARAH PERBAIKAN ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
1. SCHEDULING PIT ........................................................................................ 4
2. SKENARIO .................................................................................................. 4
2.1. Konseptual ....................................................................................... 4
2.2. Penerapan ........................................................................................ 4
3. PENGATURAN SKENARIO ............................................................................ 5
3.1. Konseptual ....................................................................................... 5
3.2. Penerapan ........................................................................................ 5
4. PROCESSES ................................................................................................ 7
4.1. Konseptual ....................................................................................... 7
4.2. Penerapan ........................................................................................ 9
5. PENGATURAN EQUIPMENT ......................................................................... 9
5.1. Konseptual ....................................................................................... 9
5.2. Penerapan ...................................................................................... 10
5.3. Advanced ....................................................................................... 11
6. SOURCE PATHS ......................................................................................... 12
6.1. Konseptual ..................................................................................... 12
6.2. Penerapan ...................................................................................... 14
7. DEPENDENCIES ........................................................................................ 18
7.1. Konseptual ..................................................................................... 18
7.2. Penerapan ...................................................................................... 22
8. CONSTRAINTS .......................................................................................... 27
8.1. Konseptual ..................................................................................... 27
8.2. Penerapan ...................................................................................... 27
9. MENJALANKAN SKENARIO DAN SNAPSHOT VIEWER ................................ 32
9.1. Konseptual ..................................................................................... 32
9.2. Penerapan ...................................................................................... 32
10. DELAYS .................................................................................................... 34
10.1. Konseptual ..................................................................................... 34
10.2. Penerapan ...................................................................................... 34

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 3 / 34


1. Scheduling Pit
Scheduling Pit merupakan suatu proses dimana user dapat menentukan cara
penambangan suatu sumber daya mulai dari skenario sampai penentuan alat yang
akan digunakan untuk proses scheduling. Tersedia depedencies yang dapat digunakan
untuk pengaturan sistem penambangan yang lebih kompleks.

2. Skenario
2.1. Konseptual
Setelah berhasil menginput data tambang, tahap selanjutnya adalah membuat
Skenario. Skenario merupakan sebuah wadah yang akan digunakan untuk
melakukan setup data untuk scheduling tambang. Termasuk dan tidak terbatas pada
tipe penambangan dan pengaturan alat yang digunakan untuk penambangan

Masing-masing skenario memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya (perubahan


pada satu skenario tidak mengubah skenario yang lain). User dapat meng-copy
sebuah skenario untuk mempertahankan master skenario. Berbeda skenario
mungkin juga mengandung perbedaan tipe alat yang digunakan untuk penambangan
dan perbedaan strategi penambangan.

2.2. Penerapan
Untuk membuat skenario, Klik kanan tombol skenario dan pilih Add-> New Case.

Untuk meng-copy sebuah skenario, klik kanan tombol skenario dan pilih copy.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 4 / 34


Untuk meng-export atau untuk melihat apa yang terkandung dalam suatu skenario
klik kanan tombol skenario dan pilih Export Case/s

Masing-masing Skenario mengandung :


• Equipment
• Processes
• Trucks
• Haulage Logic
• Network (Road Network)
• Input Schedule
• Segment Codes
• Ramps
• Corners
• Reports
• Reporting Levels
• Delays
• Destination Paths
• Depedencies
• Custom Fields
• Spreadsheets
• Gantt Charts
• Constraints

3. Pengaturan Skenario
3.1. Konseptual
Setelah berhasil membuat skenario baru, tahap selanjutnya adalah mengatur
beberapa parameter. Hal ini akan menghubungkan skenario dengan data pit, data
disposal, simulasi tanggal awal dan akhir, dan kalender.

3.2. Penerapan
Pengaturan dasar skenario terdiri dari 3 simulasi diantaranya : Source Scheduling,
Destination Scheduling dan Haulage. Pilih dengan cara mencentang simulasi yang
ingin digunakan.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 5 / 34


Tabel data untuk scheduling pit dapat di set pada section “Data”, “Source Prefilter
Range” digunakan untuk membatasi penggunaan data dari sejumlah data yang
tersedia, jika user hanya akan bekerja pada sebagian dari keseluruhan data
tambang yang sudah berhasil di import ke dalam SPRY.

Start dan End Date digunakan untuk menentukan batasbataswaktu dalam simulasi
scheduling. Scheduling Engine Setup Script digunakan untuk memilih script yang
akan di gunakan untuk proses scheduling (apabila menggunakan script). Jika
menggunakan Table Calendar, Calendar Start Date Field harus ditentukan mengacu
pada field start date.

Tab Initial state dapat digunakan jika user ingin menggunakan pre-schedule.
Penggunaan pre-schedule dimaksudkan jika user memiliki surface topografi update
yang ingin digunakan dalam scheduling.

Pengaturan default Initial state dengan besaran nilai persentase nol (0%). Jika user
ingin menggunakan initial state, user harus menyediakan triangulasi data topografi
update lalu import dan SPRY akan menyesuaikan dengan update surface topografi
tersebut dengan menggunakan besaran persentase pada initial state.

Solid Tooltips dan Initial state memungkinkan user untuk menggunakan ekspresi
untuk menambah informasi tambahan ke dalam jendela Animasi. Pada saat user
menjalankan animasi scheduling, Solid Tooltip akan menampilkan tambahan text
seperti contohnya quality, sehingga pengaturan Solid Tooltip seperti dibawah:

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 6 / 34


Equipment label memuat informasi pada equipment di animasi, contohnya bisa
dibuat lokasi strip block seam pada equipment yang sedang berjalan sehingga lebih
informatif pada saat running animasi. Pengaturan untuk Equipment Labelnya seperti
di bawah ini :

4. Processes
4.1. Konseptual
Proses SPRY adalah proses atau aktifitas dari masing-masing alat yang bekerja yang
mana harus dijadwalkankan dan dilaporkan terpisah dari yang lain. Beberapa proses
ini bisa merupakan proses yang produktif (berhubungan dengan nilai data seperti
volume atau meters) ataupun proses non-produktif (mewakili jeda dalam beraktifitas
seperti libur umum atau perbaikan alat)

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 7 / 34


Proses Produktif: Source Quantity

Setiap proses yang produktif memiliki nilai yang berhubungan dengan Field pada
Tabel Deposit. Scheduling Pit berdasarkan pada kuantitas atau sebuah nilai yang
dapat dikerjakan dari suatu proses atau disebut dengan Source Quantity. Contohnya
adalah Volume, meter, ton. Catatan : dua atau lebih proses yang berbeda
kemungkinan menggunakan field yang sama untuk Source Quantity, tetapi tidak
terbagi melainkan terduplikasi.

Proses Produktif: Initial Percentage Completed (pilihan)

Masing-masing proses produktif dapat dilakukan Pre-scheduled dengan memasukkan


Initial Percentage Completed Field. Pre-scheduled memastikan bahwa user hanya
melakukan scheduling pada material yang masih belum ditambang.

Proses Produktif: Solids

Setiap lapisan yang memiliki volume >0 dapat ditampilkan secara visual dengan
menggunakan 3D Solids. Solid untuk Pre-schedule juga dapat ditampilkan secara
visual (50% Pre-scheduled = 50% terlihat, 100% Pre-scheduled = 0%
terlihat/kosong).

Proses Produktif: Alternate Solid Field

Sebagai alternatif pada solid field jika solid utama tidak tersedia.

Proses Produktif: Centroid Field

Diperlukan jika user menggunakan Cone Depedencies, Proximity Centroids dan


Haulage. Pada umumnya, untuk pit menggunakan Floor Centroid, sedangkan untuk
dump menggunakan Roof Centroid.

Proses Produktif: Solid Colour

Pemilihan warna untuk masing-masing proses yang ada.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 8 / 34


4.2. Penerapan

Untuk menambahkan proses baru, klik kiri Add Process button di bawah tab
Productive atau Non-Productive.
• Field Default Source Quantity hanya akan berfungsi dengan tipe Double Precision
Float Field.
• Field Initial Percentage Completed hanya akan berfungsi dengan tipe Field
Percentage.
• Field Solids hanya akan berfungsi dengan tipe Field Solid.
• Centroid Field, pilih centroid yang akan digunakan.
• Solid Colour, pemilihan warna untuk masing-masing proses
• Show in Animation, centang agar dapat ditampilkan dalam animasi

Untuk menjalankan simulasi, centang proses produktif agar dalam keadaan aktif.
User dapat tidak mencentang jika tidak ingin mengaktifkan proses tersebut kedalam
suatu proses scheduling.

Pastikan memasukkan Default Source Quantity Field dengan masing-masing volume


yang sesuai dengan proses terkait.

Contoh Proses Produktif :


• Topsoil
• Freedig
• Drill & Blast
• Waste
• Coal

Contoh Proses Nonproduktif :


• Maintenance
• Wait on Block
• Public Holiday
• Delayed Start

5. Pengaturan Equipment
5.1. Konseptual
Setiap proses yang dicantumkan pada bagian proses harus memiliki paling tidak satu
Equipment untuk dihubungkan dengan Source Quantity. Masing-masing
Equipment memiliki parameter yang menentukan tingkat pekerjaan, bagaimana akan
ditampilkan dalam animasi dan bagaimana delays/downtime diterapkan dan
dilaporkan.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 9 / 34


Availability & Utilisation

Alat yang digunakan pada proses penambangan tidak bekerja 100% sepanjang
waktu. Pergantian shift, breakdowns, scheduled maintenance dan lain-lain. Hal-hal
seperti diatas terakomodasi oleh fieldsAvailability and Utilisation . Masing-masing site
memiliki perhitungan yang berbeda-beda.
Hourly Rate
Pengaturan Hourly Rate adalah menentukan Source Quantity units per Operating
Hour dimana Equipment bekerja dan ditentukan per proses.
Source path
Masing-masing Equipment yang digunakan memiliki path yang biasa disebut dengan
Source path. Source path ini digunakan untuk mengatur arah umum pergerakan alat.
Misalnya user ingin menambang searah block atau menambang searah strip dapat
diatur pada source path. Jika user ingin mulai menambang pada block tertentu atau
strip tertentu juga dapat diatur pada source path. Lebih rinci akan di jelaskan pada
bagian selanjutnya.

5.2. Penerapan
Untuk membuat Equipment baru, klik kanan pada header Equipment dan pilih Add->
New Equipment.

Spesifikasi

Pengaturan di bawah ini di perlukan dan menggunakan Expression Editor :


• Name, Penamaan alat yang digunakan
• Image at Source, pemilihan gambar yang akan digunakan. User dapat
menggunakan gambar sendiri.
• Inactive Process, pilih proses nonproduktif yang akan diaktifkan pada suatu alat
• Delays, Pilih delay yang akan diaktifkan pada suatu alat
• Availability (default 1.0, tidak lebih besar dari 1.0)
• Utilisation (default 1.0, tidak lebih besar dari 1.0)
• Equipment Count (default 1.0, Umumnya menggunakan 1)

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 10 / 34


Processes

Centang proses yang akan dikerjakan oleh masing-masing equipment serta tentukan
nilai Productivity alat tersebut pada bagian “Hourly Rate”. Jika ingin memasukkan
nilai productivity yang bersifat tetap dari awal penambangan hingga akhir
penambangan (tidak mengikuti kalender), tuliskan nilai tersebut pada bagian “Hourly
Rate”.

5.3. Advanced
Calendar and Expression Editor

Jika user memiliki Table Kalender set, user dapat menggunakan fungsi
“GetValue(CalendarFieldName)” untuk melengkapi nilai Availability, Utilisation,
Equipment Count and Hourly Rate.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 11 / 34


6. Source Paths
6.1. Konseptual
Source path merupakan primary set dari source scheduling instruction untuk alat-alat
tertentu. Source path mengatur lapisan mana yang akan dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya, mengontrol perilaku alat yang bekerja pada suatu area.
Kelebihan dari Source path terletak pada kemampuannya untuk dapat mendefinisikan
proses secara luas ataupun spesifik. Cara termudah pada Source path untuk
melakukan scheduling keseluruhan tambang ialah dengan menggunakan karakter
tunggal, dimana Source path yang paling kompleks dapat terdiri dari banyak baris.
Perhatikan uraian tabel di bawah ini yang akan digunakan untuk semua contoh pada
section ini :

Pada contoh di atas terdapat 25,600 kemungkinan leaves (Pit/BL01/ST01/A/20,


Pit/BL01/ST01/A/25 dsb.). SPRY memungkinkan anda untuk mengelompokkan
bagian-bagian dari Source path dengan menggunakan Wildcards (*) dan Span(-).
Wildcard *

Seperti disebutkan diatas, Source path paling sederhana adalah hanya dengan
menuliskan satu karakter yakni Wildcard (*). Terdapat dua macam wildcard,
diantaranya :
• Explicit : Tertulis didalam Source path. Pit/BL05/ST05/A/* yang artinya akan
bekerja pada setiap bench pada Pit → Block 05 → Strip 05 → Seam A
• Implicit : Ada beberapa penulisan source path yang tidak tertulis secara
langsung, seperti contoh: Pit/BL05/ST05/A, maka akan bekerja sampai ke
semua bench, sama pengertiannya dengan Pit/BL05/ST05/A/* .

Urutan kerja wildcard tergantung dari urutan the Indeks of the Position (Pada bagian
Setup level). Secara otomatis wildcard akan bekerja dari indeks nol menuju indeks
yang lebih tinggi. User dapat membalikkan fungsi ini (reverse) dengan menggunakan
simbol minus (-) sebelum wildcards. Seperti gambar tabel di bawah.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 12 / 34


Default Wildcard Reverse Wildcard
Pit/BL01/ST01/A/* Pit/BL01/ST01/A/-*
Breaks down to Breaks down to
Pit/BL01/ST01/A/20 Pit/BL01/ST01/A/95
Pit/BL01/ST01/A/25 Pit/BL01/ST01/A/90
Pit/BL01/ST01/A/30 Pit/BL01/ST01/A/85
Pit/BL01/ST01/A/35 Pit/BL01/ST01/A/80
Pit/BL01/ST01/A/40 Pit/BL01/ST01/A/75
Pit/BL01/ST01/A/45 Pit/BL01/ST01/A/70
Pit/BL01/ST01/A/50 Pit/BL01/ST01/A/65
Pit/BL01/ST01/A/55 Pit/BL01/ST01/A/60
Pit/BL01/ST01/A/60 Pit/BL01/ST01/A/55
Pit/BL01/ST01/A/65 Pit/BL01/ST01/A/50
Pit/BL01/ST01/A/70 Pit/BL01/ST01/A/45
Pit/BL01/ST01/A/75 Pit/BL01/ST01/A/40
Pit/BL01/ST01/A/80 Pit/BL01/ST01/A/35
Pit/BL01/ST01/A/85 Pit/BL01/ST01/A/30
Pit/BL01/ST01/A/90 Pit/BL01/ST01/A/25
Pit/BL01/ST01/A/95 Pit/BL01/ST01/A/20

Span -

Karakter Span digunakan untuk mendefinisikan sebuah range dari suatu posisi pada
Source path. Berbeda dengan wildcards dimana penggunaan span harus ditentukan
batas awal dan akhir.

Contoh, Source path Pit/BL01/ST01/A/95-75 breaks down menjadi oposite order


Pit/BL01/ST01/A/75-95

Pit/BL01/ST01/A/95-75 Pit/BL01/ST01/A/75-95
Breaks down to Breaks down to
Pit/BL01/ST01/A/95 Pit/BL01/ST01/A/75
Pit/BL01/ST01/A/90 Pit/BL01/ST01/A/80
Pit/BL01/ST01/A/85 Pit/BL01/ST01/A/85
Pit/BL01/ST01/A/80 Pit/BL01/ST01/A/90
Pit/BL01/ST01/A/75 Pit/BL01/ST01/A/95

Order

Apa yang terjadi jika user memiliki lebih dari satu wildcards atau span?

Jika memiliki Source path Pit/BL01/ST01/A-B/95-90 artinya hanya terdiri dari 4


leaves. Standar pengaturan SPRY akan mengerjakan semua level terendah terlebih
dahulu sebelum mengerjakan level diatasnya. Ilustrasi seperti berikut :

Pit/BL01/ST01/A-B/95-90
Breaks down to
Pit/BL01/ST01/A/95
Pit/BL01/ST01/A/90
Pit/BL01/ST01/B/95
Pit/BL01/ST01/B/90

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 13 / 34


6.2. Penerapan
Source path ditulis pada tab Source path pada masing-masing Equipment.

User dapat dengan mudah memilih beberapa pilihan path element dengan cara klik –
kanan menu.

Terdapat beberapa macam pilihan yang ditawarkan, seperti :


Pengaturan dasar

Cara paling mudah adalah dengan menggunakan wildcard (‘*’) karakter yang mana
memerintahkan Equipment untuk bekerja mulai dari indeks terendah ke indeks
tertinggi (mengacu pada Source table Setup levels ) dan semua sublevel harus selesai
dikerjakan sebelum berpindah ke indeks selanjutnya.
*

Path dibangun dengan struktur yang mirip sebagai ranges dengan masing-masing
level dari tabel di pisahkan oleh slashes (‘\’ atau ‘/’). Untuk masing-masing level
dapat berupa Span diantara dua akhir (contoh :‘1-5’), individual Comma debatased
(contoh :’1,2,3,4,5′) atau sebuah kombinasi keduanya (contoh :’1-2,3,4-5′). Jika
ingin memasukkan semua posisi pada setiap level dapat menggunakan wildcard (‘*’)
atau (‘-*’) untuk memasukkan semua posisi dengan reverse order.

Processes: <“Processes”>

<Processes> merupakan comma separated list dari proses apa yang akan digunakan.
Contohnya :
Pit\BL01-BL05\ST01-ST05,ST07\*\* <Blasted, Freedig>
atau
Processes: Blasted, Freedig

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 14 / 34


Pit\*\ST01-ST05,ST07\*\*

Standar Pengaturan (jika tidak didefinisikan) : Semua Proses

Prefix: “Node Prefix”

<Node Prefix> bila digunakan akan menjadi awal untuk baris berikutnya
Prefix: Pit\
*\ST01-ST05,ST07\*\* <Blasted, Freedig>

Standar Pengaturan (jika tidak didefinisikan) : None

Order: “NodeOrder”

Merubah order dapat berdampak signifikan terhadap pergerakan equipment. Node


Order harus memiliki nama yang sama dengan yang tertulis pada Setup level Tabel.
Tidak semua level harus digunakan, tetapi level tidak dapat digunakan lebih dari satu
kali. Penggunaan order akan menimpa order pengaturan pada Source Setup level
Tabel user. Hal ini berlaku pada setiap equipment yang menggunakan Node Order.

Proses dapat digunakan pada node orders. Hal ini sangat membantu pada
penambangan by-seam. Contoh cara penulisannya seperti berikut
Prefix: Pit\
Order: Pit\Bench\Seam\Block\Strip
*\ST01-ST05,ST07\*\* <Waste, Coal>
Pengaturan standar (jika tidak didefinisikan): Level mengikuti Pengaturan standar.
Order dimulai dari Indeks ke-nol.

AllowAdvance: “On/Off”

Fungsi ini berpengaruh bila user menggunakan dependencies. Sehingga jika user
menset Allow advance ON, maka SPRY akan melakukan pekerjaan yang sudah
diurutkan dan diatur oleh dependencies. Sedangkan bila Allow Advance OFF, maka
SPRY tidak bekerja mengikuti aturan dan urutan dari dependencies. Contohnya seperti
berikut :
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Process\Seam
Allow Advance : On
*
Standar Pengaturan (jika tidak didefinisikan): Off
Delays

Delays untuk waktu dapat dibuat lebih detil menggunakan format ‘Time Delay:
TimeDelay TimeUnits <NonProductiveProcess>’ dimana TimeDelay adalah
definisi untuk lama terjadinya delay, TimeUnit adalah unit untuk yang digunakan
untuk mengukur besaran delay dan NonProductiveProcess merupakan nama yang
digunakan untuk sebuah non productive process untuk menggambarkan delay
(contohnya : ‘Time Delay: 6 hours <Relocation>’). Unit waktu yang valid dan dapat
digunakan adalah‘Minutes’, ‘Hours’, ‘Days’ atau ‘Weeks’.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 15 / 34


Delay untuk tanggal dapat dibuat lebih rinci dengan menggunakan format ‘Date
Delay: DelayToDate <NonProductiveProcess>’ dimana DelayToDate adalah
sebuah text yang menggambarkan tanggal delay (dengan format user’s region
pengaturans) dan NonProductiveProcess merupakan sebuah proses non produktif
yang akan digunakan sebagai delay (contoh: ‘Date Delay:1/1/2016 <Delayed Start>’)
Prefix: Pit \
Order: Pit\ Block\Strip\Seam\Bench
AllowAdvance: On
*\ST01-ST05,ST07\*\* <Blasted>
Date Delay: 1/1/2016 <Maintenance>
Time Delay: 5 hours <Relocation>

Rate Factor ‘[ ]‘ (Source path Only)

Rate factor digunakan untuk mengatur persentase efisiensi penggunaan suatu alat
dari kondisi yang tersedia yaitu angka produktivitas (diluar penentuan utilisasi dan
availability). Contohnya seperti dibawah :
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Seam\Process
Allow Advance : On
* [50%]
Pengaturan standar(jika tidak didefinisikan): 100%

Percentage ‘( )’

Hampir mirip dengan Rate Factor, perbedaannya adalah jika pada Percentage tidak
mengacu pada alat tetapi mengacu pada suatu source data misalnya volume.
Sehingga jika user ingin membatasi persentase volume penambangan pada suatu
source data, salah satu caranya dapat menggunakan Percentage.
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Seam\Process
Allow Advance : On
*\BL16-BL12\* (50%)
Pengaturan Standar (jika tidak didefinisikan): 100%

Path Arrays

Path arrays memungkinkan untuk menggabungkan beberapa path (dalam beberapa


baris) menjadi satu baris.. Path Arrays diuraikan diantara karakter {} dengan
menggunakan semi-colons (;)debatasing entries atau Array Spans (..) . Contohnya
seperti di bawah :
A\{BL01-BL03;BL02,BL04;BL01}\ST02-ST05\{300;280;260}-{290;270;250}
[0.9x] ;
B\{BL01-BL03;BL02,BL04;BL01;BL05}\ST02-ST05\ {300;290;280;270} <Coal
Mining> ;
C\BL01\ST01\408

Diperluas menjadi:
A\BL01-BL03\ST02-ST05\300-290 [0.9x]
A\BL02,BL04\ST02-ST05\280-270 [0.9x]

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 16 / 34


A\BL01\ST02-ST05\260-250 [0.9x]
B\BL01-BL03\ST02-ST05\300 <Coal Mining>
B\BL02,BL04\ST02-ST05\290 <Coal Mining>
B\BL01\ST02-ST05\280 <Coal Mining>
B\BL05\ST02-ST05\270 <Coal Mining>
C\BL01\ST01\408

Jumlah items dari masing-masing array untuk sebuah path harus identik (sama
panjangnya). Dekatkan kursor pada baris path nya, untuk dapat melihat keseluruhan
array/path.
Equipment Path Tool

Dirilis pada SPRY versi 1.2, pada Animation Window Design tersedia akses untuk
melakukan manual scheduling dengan menggunakan Equipment Path Tool
yang mana akan memindahkan solid yang anda pilih dan
menambahkannya ke dalam Equipment Path. User dapat secara langsung melihat
proses pemindahan material pada animasi setelah memilih block.
Terdapat tiga pilihan yang berkaitan dengan cara interaksi user dengan Animation
Window.

1. Simple Mode: Pemilihan solid secara individu menambah satu


persatu dengan cara Klik-kiri

2. Range Mode: menambahkan multiple solid kedalam equipment path


diantara klik-kiri yang pertama dengan kedua

3. Surface Intersection Mode: Menambahkan beberapa solids yang


berpotongan dengan garis dihasilkan dari mengklik-kiri dua kali

Solid yang sudah terpilih akan ditandai dengan warna pink, jika ingin melihat
keseluruhan solid yang sudah dipilih, sort multiple line pada equipment path dan
hasilnya akan menunjukkan perubahan warna pink untuk solid-solid yang sudah
dipilih.

Terdapat juga fasilitas untuk mengulang ataupun menghapus block yang telah di pilih
dengan menggunakan fasilitas undo dan redo .

Jika user ingin menggunakan fungsi undo, cukup pilih posisi mana yang akan diulangi
(akan muncul warna pink pada posisi yang dipilih) lalu klik icon undo. User dapat
langsung menghapus line yang diinginkan. Seperti gambar di bawah ini.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 17 / 34


7. Dependencies
7.1. Konseptual
Pada Section sebelumnya, dijelaskan bagaimana caranya membangun sebuah Source
path. Fitur lanjutan dari source path ialah dependencies, dimana merupakan sebuah
logika seperti “Jangan melakukan ini hingga selesai yang ini”. Dependency merupakan
pasangan dari Predecessors (lakukan ini sebelum) dan Successors (lakukan ini
setelah). Jadi untuk logika di atas, “Jangan melakukan ini (successor), hingga selesai
dulu yang ini (predecessor).
Terdapat enam tipe Dependencies SPRY :
• Process Order: digunakan untuk menentukan pergerakan alat dalam
melakukan pemindahan material berdasarkan proses scheduling yang
dilakukan. Seperti misalnya, material freedig waste, freedig coal, drill blast,
blasted waste, blasted coal, tidak akan dilakukan proses sebelum soil
dipindahkan.
• Sequence: Set Dependecies diantara task yang berbeda dalam sebuah group.
Biasanya digunakan untuk membuat dig top down atau bottom up vertikal
Dependencies.
• Offset: digunakan untuk menentukan pergerakan alat dalam melakukan
pemindahan material berdasarkan pengaturan satu atau beberapa offset. Pada
umumnya digunakan untuk mendapatkan suatu bentuk kemajuan tambang
yang bentuknya reguler (mempunyai pola tertentu).
• Range: digunakan untuk menentukan pergerakan alat dalam melakukan
pemindahan material berdasarkan range block tambang yang ditetapkan.
Biasanya digunakan untuk mengarahkan kemajuan tambang secara block atau
strip, menjaga perbedaan ketinggian bench antar block, membatasi area
penambangan, dll.
• Cone: digunakan untuk menentukan pergerakan alat dalam melakukan
pemindahan material berdasarkan pengaturan titik centroid yang digambarkan
berbentuk cone (kerucut). Pada umumnya digunakan dalam pembuatan sudut
overall highwall dan waste dump.
• Solid Overlap: Set Depedencies dimana solid overlap pada basis planview dan
dinyatakan dengan persentase. Contohnya untuk memastikan proses dumping
belum dimulai sebelum tersedia ruang yang cukup.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 18 / 34


Beberapa konsep tambahan yang perlu dipahami untuk menambah pemahaman
mengenai Dependencies, seperti di bawah :
Released Vs Unreleased
Kunci terminologi yang harus diperhatikan pada SPRY adalah Released (tidak ada
dependency pada task ini) dan Unreleased (menunggu dependency).

KONSEP (RANGE DEPENDENCY SPECIFIC)


Pairing

Sebelumnya, ketahui terlebih dahulu bagaimana cara kerja wildcards dan spans.
Sebagai contoh, Jika user ingin memastikan pada Block 1, Strip 1-10, Seam G tidak
ditambang sebelum Seam A-F selesai ditambang. Penulisannya seperti berikut :

Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/A-F Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/G

Saat user menuliskan span pada suatu dependency (atau wildcard) yang dilakukan
adalah menjadikan satu (grouping) keseluruhan dari seluruh Nodes Predecessor
(Pit/BL01/ST01-ST10/A-F) dan akan di pasangkan dengan Nodes Successor
(Pit/BL01/ST01-ST10/G)

Konsep kunci : lapisan pada successor tidak dapat dikerjakan sampai lapisan
pada predecessor selesai dikerjakan.

Berdasarkan contoh di atas, Pit/BL01/ST06/G tidak akan dikerjakan hingga setiap


lapisan di dalam Pit/BL01/ST01-ST10/A-F selesai dikerjakan. Contoh lain user ingin
membuat masing-masing seam (A,B,C dst) bergantung terhadap seam sebelumnya
dikerjakan. Untuk contoh kasus seperti ini dapat diselesaikan dengan menggunakan
Arrays.
Arrays

User dapat menuliskannya seperti dibawah ini :

Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/A Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/B


Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/B Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/C
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/C Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/D
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/D Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/E
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/E Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/F
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/F Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/G

Jika disingkat menjadi seperti di bawah ini :

Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/{A;B;C;D;E;F}
Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/{B..G}

Dengan menggunakan array, user mendefinisikan pasangan secara eksplisit.


Multi-Dimensional Arrays

Contoh di atas, kita telah mengaplikasikan seam dependency dengan menggunakan


arrays, tetapi cara ini menggabungkan semua block (B1-B10). Jika user ingin merinci
agar bekerja block by block, user perlu memahami konsep dari additional dimension.
Seperti gambar di bawah ini :

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 19 / 34


Yang perlu diperhatikan ialah untuk masing-masing array harus memiliki panjang
yang sama (Predecessor Array = Successor Array).

@Position, ..ArraySpan and #Jump (Range Depedencies)

Fitur di bawah ini akan membantu user dalam melakukan pemasangan predecessor
dan successors.
▪ @Position: Menggunakan posisi indeks (Dibandingkan nama). Cek pada setup
level. @0 mengindikasikan item pertama (Indeks ke-0) dan @-1
mengindikasikan item terakhir (@-2 item kedua terakhir dst)

▪ ..ArraySpan: Gunakan opsi ini untuk rentang multiple Positions. Contoh :


*/*/*/*/{D..G} sama artinya dengan */*/*/*/D;E;F;G

▪ #Jump: Gunakan opsi ini dalam hubungannya dengan sebuah arrayspan untuk
melompat lebih dari satu posisi pada suatu waktu. Contoh: */*/*/*/{D..G#2}
sama artinya dengan */*/*/*/D;F

Contoh : Array sebelumnya


Predecessor : Pit/BL01/ST01-ST10/{A;B;C;D;E;F}
Sekarang dapat ditulis sebagai
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/{@0..@-1}

KONSEP (SEQUENCE DEPENDENCY SPECIFIC)

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 20 / 34


Grouping Expressions

Relevan untuk Sequence (essential) dan Solid Overlap Depedencies. Juga di gunakan
pada Table Plots dan Proximity Constraints.

Grouping Expression, menciptakan group dari beragam tingkatan dari Tabel


(menyimpan informasi berupa Deposit, Disposal, data kalender. masing-masing tabel
memiliki “tree-oriented” yang unik yang terdiri dari Level, Position & Fields).

Sebagai contoh Dig Top Down Dependency, user ingin membuat Grouping Expression
yang mencangkup atribut horisontal (dan mengabaikan atribut vertikal). Hasilnya
seperti dibawah ini :

Text(SourcePit)+”//”+Text(SourceStrip)+”//”+Text(SourceBlock)

Setiap group yang menggunakan ekspresi seperti di atas akan berbagi Pit, Strip dan
Block tetapi memperbolehkan interaksi diantara level, positions dan task lainnya.

Filter Depedency Entry

Default, sebuah Sequence Dependency hanya terdiri dari satu Dependency Entry
dengan sebuah blank filter. Menciptakan dependency diantara sequential leaves dalam
suatu list (Higher = Predecessor, Lower = Successor). Seperti :

Dengan mengurutkan Leaf List, user dapat membuat berbagai macam dependency
entry dalam masing-masing group. Pahami diagram di bawah :

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 21 / 34


7.2. Penerapan
Klik – Kanan Dependencies dan pilih Add→ New “X”s Dependency

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 22 / 34


Range Dependencies

Masing-masing Range Dependency dapat terdiri dari beberapa entry (spesific


predesesor dan successor details). User dapat membuat sebuah entry dengan meng-

klik “Add-Entry” .

Relationship: Mengontrol hubungan antara Predecessor dengan Successor. Terdapat


beberapa pilihan, contohnya Source to Destination artinya Destination Task menunggu
Source Task selesai dikerjakan.

Name: Digunakan untuk mengidentifikasi Dependency pada Snapshot Viewer.


Berguna untuk mendiagnosa isu yagn berhubungan dengan dependencies.

Predecessor/Successor Range: Tampat untuk menuliskan text Dependency

Precessor/Successor Processes: Memungkinkan user untuk mengkontrol proses apa


yang akan digunakan untuk dependency.

Release Delay: ketika range Predecessor sudah komplit, Release Delay mengkontrol
berapa lama hingga Range Successor sudah boleh mulai dikerjakan.

Klik-kanan Dependency Entry – Show Dependency Pairs. Akan menunjukkan


pasangan hasil entry yang dibuat.

Perhatikan bahwa masing-masing pasangan mengikuti konsep yang sudah disebutkan


sebelumnya pada section konseptual.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 23 / 34


Konsep : Setiap lapisan di dalam Successor tidak akan mulai dikerjakan
hingga setiap lapisan di dalam Predecessor 100% selesai dikerjakan.

Sequence Dependencies

Sequence Dependency digunakan untuk mengatur task yang berbeda di dalam satu
group. Untuk menggunakan sequence dependency ini, user harus mengkelompokkan
terlebih dahulu grouping expression. Level Direction mengatur bagaimana urutan
task. Misalnya urutan Level Direction dari Bench yang user miliki tidak sesuai (jika
elevasi tertinggi berada pada indeks paling bawah pada Setup level Source Tabel,
maka user harus membalikkan menjadi indeks teratas). Maka user dapat
menggunakan Level Direction. Contohnya pada gambar di bawah ini.

Contoh diatas ialah salah satu contoh untuk top down dependency. Jika user
menginginkan penambangan dari berurut dari lapisan paling atas sampai ke bawah.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 24 / 34


Offset Depedencies

Pada contoh diatas, akan membentuk setiap 2 block akan terdapat perbedaan
ketinggian sebesar 2 bench. Seperti gambar di bawah

Cone Dependencies

Cone Dependencies bergantung pada proses centroid yang sudah diset dan
menciptakan dependencies berdasarkan arah dan sudut diantaranya. Z batas dan
Radius mempengaruhi performa Cone dependencies

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 25 / 34


Solid Overlap Dependencies

Berapa banyak solid yang harus di selesaikan sebelum melanjutkan ke langkah


berikutnya. Overlap percentage menunjukkan persentase overlap antara solid
misalnya antara solid pit dan dump. Overlap persentage memiliki range dari 0%-
100%. 0% overlap artinya tidak ada solid yang overlap, dengan kata lain proses
dump tidak akan dilakukan pada satu block, sebelum pit selesai pada block tersebut.
Expand berfungsi untuk menambahkan / memperluas jarak pengaruh dependencies
ini.

Overlap Percentage = 0%

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 26 / 34


8. Constraints
8.1. Konseptual
Jika user ingin melakukan suatu pembatasan misalnya membatasi volume
produksi, membatasi berdasarkan waktu dan atau area, juga dapat digunakan
untuk membatasi jumlah alat yang bekerja pada suatu area dapat menggunakan
salah satu fungsi pada SPRY yaitu constraint. Terdapat empat macam constraint :
Capacity, Time, Proximity dan Inventory.
Capacity Constraint memberlakukan pembatasan pada sebuah nilai selama
periode yang ditentukan. Contoh : jika user ingin membatasi jumlah produksi
sebesar 50,000 ton per bulan, atau membatasi jumlah waste yang yang akan di
buang pada disposal tertentu setiap hari, user dapat menggunakan Capacity
Constraint. Capacity Contraint dapat berdasar pada tabel kalender atau
memasukkan nilai secara manual dengan menggunakan time frame yang cocok
dengan scheduling yang dilakukan.
Time Constraint, membatasi berdasarkan waktu dimana Source atau Destination
Task bekerja.
Proximity Constraint, membatasi jumlah alat yang dapat bekerja pada satu waktu
bersamaan.
Inventory Constraint, membuat suatu wadah virtual yang dapat ditambahkan atau
dikurangi. Saat wadah tersebut penuh maka tidak bisa diisi lagi (membatasi
penambahan Task), dan saat wadah kosong maka tidak bisa dikurangi lagi
(membatasi pengurangan Task). Inventory constraint dibuat untuk membantu
user dalam pengaturan stockpile (ROM sementara), sebelum dilakukan coal
processing (crushing), sehingga berkaitan erat dengan aliran coal dari proses
penambangan sampai kepada coal processing (crushing). Jadi secara umum akan
ada 2 kondisi yang dilakukan constraint, yaitu apabila stockpile penuh maka
dilakukan constraint penambangan coal (pengurangan produksi), dan kondisi lain
apabila stockpile kosong atau tidak penuh maka dilakukan constraint coal
processing (crushing).

8.2. Penerapan
Capacity Constraint

Klik-kanan “Constraints” dan pilih “Add” → New Capacity Constraint

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 27 / 34


▪ Capacity Type: Input manual atau berdasarkan kalender
▪ Constraint Type: Source, Destination atau keduanya

▪ Source/Destination Range: Pilih Range yang akan digunakan (source atau


destination)

▪ Processes and Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan
dikenakan capacity Constraint

▪ Value: Biasanya menggunakan SourceQuantity atau DestinationQuantity

▪ Capacities (Manual Only): Gunakan wizard atau untuk menentukan


Start dan End Dates dan kuantitas pembatas

▪ Capacity Field (Calendar Only): Kuantitas pembatas di input ke dalam


Calendar Table field

▪ Aggregation Level (Calendar Only): Setup kalender mengikuti Setup level


Calendar Tabel

Time Constraint

Klik-kanan “Constraints” dan pilih “Add” → New Time Constraint


▪ Constraint Type: Source, Destination atau keduanya

▪ Source/Destination Range: : Pilih Range yang akan digunakan (source atau


destination)

▪ Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan dikenakan Time
Constraint

▪ Exclude When: Between, Before, After or Before & After . pilih sesuai
kebutuhan. Range waktu yang di-exclude, artinya pada waktu itu tidak ada
task (alat tidak bekerja).

▪ Start Time/End Time: Berkaitan dengan Exclude when

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 28 / 34


Proximity Constraint

Klik-kanan “Constraints” dan pilih “Add” → New Proximity Constraint

Contoh simple Proximity Contraint

2 Excavator per strip

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 29 / 34


Jarak Per Excavator 200m

▪ Constraint Type: Source, Destination atau keduanya

▪ Source/Destination Range: Pilih Range yang akan digunakan (source atau


destination)

▪ Processes and Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan
dikenakan Time Constraint

▪ Grouping Expression: menunjukkan grouping pembacaan nodes (posisi


block), biasanya menggunakan 3 dimensi/nodes seperti TEXT(SourcePit) +
“/” + TEXT(SourceStrip) + “/” + TEXT(SourceBlock)

▪ Value Expression: Pembobotan terhadap equipment yang digunakan,


defaultnya diisi 1, sehingga maximum expression di bawah akan mengacu ke
nilai sebenarnya.

▪ Maximum Expression: Jumlah maksimum alat (n) yang diijinkan pada lokasi
tertentu (berdasarkan grouping expression), apabila value expression diisi 1.

▪ Start/End Time: tentukan tanggal Start dan end dates

Inventory Constraint

Klik-kanan “Constraints” dan pilih “Add” → New Inventory Constraint

Sebelum pengaturan lebih lanjut, Inventory Constraint akan hampir selalu terlibat
dalam pembuatan posisi baru, leaves, fields, processes, dan equipment untuk
mengatur inventory. Sebagai contoh, jika kita ingin membuat sebuah coal
stockpile yang akan memproses coal pada kecepatan (rate) tertentu, berikut
adalah tahapannya:
▪ Buat sebuah posisi pada setup level, dinamakan Stockpile

▪ Buat sebuat field dengan setup field pada source tabel, dinamakan Stockpile

▪ Buat sebuah single leaf pada tabel terhadap posisi stockpile baru.

▪ Unlock tabel dan secara manual ketik nilai pada leaf tersebut, sekurang-
kurangnya sejumlah coal source (coal source quantity).

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 30 / 34


▪ Buat satu proses baru, misalnya coal process yang akan mengacu kepada
field tersebut.

▪ Buat tambahan alat (equipment) yang bekerja untuk coal process tersebut,
tetapkan hourly rate untuk proses tersebut (coal processing / crushing).

▪ Pastikan semua dependency dan constraints lainnya mengabaikan proses


tersebut (tidak diikutsertakan).

Kemudian selanjutnya, masuk ke inventory constraint contoh seperti berikut:

▪ Capacity Type: bisa pilih manually specified (seperti di atas) atau


berdasarkan data di calendar.

▪ Initial Value: seberapa banyak kondisi inventory di awal.

▪ Constraint type: Source, Destination, atau Both

▪ Source/destination range: range dimana constraint akan diberlakukan

▪ Processes and equipment: filter Task dimana constraint akan diberlakukan

▪ Value: umumnya dipakai SourceQuantity atau DestinationQuantity, tetapi


untuk beberapa kasus bisa juga Operating atau CalendarHours.

▪ Capacities (Manual Only): menggunakan tanda atau wizard, untuk


membuat Start dan End Dates dan ukuran Quantity untuk diatur ke wadah
virtual

▪ Capacity Field (Calendar Only): dari Calendar Tabel Field untuk


menggambarkan nilai Quantity

▪ Aggregation Level (Calendar Only): pengaturan calendar termasuk tahun


dan bulan.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 31 / 34


Jadi beberapa parameter yang harus ditentukan oleh user antara lain:

- Hourly rate (produktivitas) dari alat coal processing (crushing)

- Kapasitas maksimum dari stockpile

- Waktu target akhir coal processing harus sesuai dengan waktu target proses
penambangan coal.

9. Menjalankan Skenario dan Snapshot Viewer

9.1. Konseptual
Setelah user membuat Processes dan Equipment Setup, Schedule sudah dapat
dijalankan. Snapshot viewer didesign sebagai alat untuk mendiagnosa apa yang
terjadi pada suatu waktu saat user menjalankan sebuah skenario. Sangat berguna
untuk menentukan dependency apa saja yang digunakan juga isu-isu yang
mungkin terjadi dari penggunaan Source path dan Contraints.

9.2. Penerapan

Untuk menjalankan Skenario, Klik tombol Run


Untuk menjalankan Skenario dengan menggunakan Snapshot Viewer, klik

dropdown disamping . Lalu pilih “Run with Snapshot”

Snapshot Viewer memiliki 4 pilihan, seperti gambar di bawah ini

Tab General akan menampilkan jumlah task yang bekerja dan dependencies yang
digunakan.

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 32 / 34


Tab Source Task memungkinkan user untuk melihat individual leaves yang ada di
dalam Source Tabel dan mencangkup beragam filter dan beberapa informasi
lainnya. Jika Klik-kanan – Navigate To Tabel Deposit akan mengarahkan anda ke
Source Tabel secara otomatis atau jika memilih Find Usage akan mengarahkan
anda pada Tab Usages.

Pada Tab Usages, Double-klik pada Source path akan membawa pada relevan
section dari Equipment tab

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 33 / 34


Pada akhirnya Tab Equipment akan menunjukkan current path untuk masing-
masing equipment

10. Delays
10.1. Konseptual
Pada section Source path pada pembahasan sebelumnya, user dapat
menambahkan delay ke dalam Source path dengan menggunakan Date Delay
atau Time Delay. Hal ini berfungsi jika user membutuhkan delay untuk terjadi
setelah setelah menyelesaikan Task tertentu seperti relocation atau delay start.
Bagaimana pun user tetap membutuhkan delay yang tetap terjadi tanpa
mempertimbangkan parameter scheduling seperti public holiday dan planned
maintenance. SPRY juga menyediakan fitur Recurrence yang memudahkan user
untuk mengulang delay sesuai dengan kebutuhan.
Perlu dicatat, untuk tidak menambahkan delays pada SPRY, apabila delay-delay
tersebut sudah tercover (terhitung) di dalam parameter PA / UA agar tidak terjadi
perhitungan ganda.

10.2. Penerapan
Klik-kanan Delays pilih Add→New Delay
Masing-masing delay dapat terdiri dari beberapa entry. Untuk membuat entry

baru, Klik tombol Add Entry .

KP

02 Scheduling Pit V2 Confidential © Mitrais 34 / 34

Anda mungkin juga menyukai