SCHEDULING PIT
2. Skenario
2.1. Konseptual
Setelah berhasil menginput data tambang, tahap selanjutnya adalah membuat
Skenario. Skenario merupakan sebuah wadah yang akan digunakan untuk
melakukan setup data untuk scheduling tambang. Termasuk dan tidak terbatas pada
tipe penambangan dan pengaturan alat yang digunakan untuk penambangan
2.2. Penerapan
Untuk membuat skenario, Klik kanan tombol skenario dan pilih Add-> New Case.
Untuk meng-copy sebuah skenario, klik kanan tombol skenario dan pilih copy.
3. Pengaturan Skenario
3.1. Konseptual
Setelah berhasil membuat skenario baru, tahap selanjutnya adalah mengatur
beberapa parameter. Hal ini akan menghubungkan skenario dengan data pit, data
disposal, simulasi tanggal awal dan akhir, dan kalender.
3.2. Penerapan
Pengaturan dasar skenario terdiri dari 3 simulasi diantaranya : Source Scheduling,
Destination Scheduling dan Haulage. Pilih dengan cara mencentang simulasi yang
ingin digunakan.
Start dan End Date digunakan untuk menentukan batasbataswaktu dalam simulasi
scheduling. Scheduling Engine Setup Script digunakan untuk memilih script yang
akan di gunakan untuk proses scheduling (apabila menggunakan script). Jika
menggunakan Table Calendar, Calendar Start Date Field harus ditentukan mengacu
pada field start date.
Tab Initial state dapat digunakan jika user ingin menggunakan pre-schedule.
Penggunaan pre-schedule dimaksudkan jika user memiliki surface topografi update
yang ingin digunakan dalam scheduling.
Pengaturan default Initial state dengan besaran nilai persentase nol (0%). Jika user
ingin menggunakan initial state, user harus menyediakan triangulasi data topografi
update lalu import dan SPRY akan menyesuaikan dengan update surface topografi
tersebut dengan menggunakan besaran persentase pada initial state.
Solid Tooltips dan Initial state memungkinkan user untuk menggunakan ekspresi
untuk menambah informasi tambahan ke dalam jendela Animasi. Pada saat user
menjalankan animasi scheduling, Solid Tooltip akan menampilkan tambahan text
seperti contohnya quality, sehingga pengaturan Solid Tooltip seperti dibawah:
4. Processes
4.1. Konseptual
Proses SPRY adalah proses atau aktifitas dari masing-masing alat yang bekerja yang
mana harus dijadwalkankan dan dilaporkan terpisah dari yang lain. Beberapa proses
ini bisa merupakan proses yang produktif (berhubungan dengan nilai data seperti
volume atau meters) ataupun proses non-produktif (mewakili jeda dalam beraktifitas
seperti libur umum atau perbaikan alat)
Setiap proses yang produktif memiliki nilai yang berhubungan dengan Field pada
Tabel Deposit. Scheduling Pit berdasarkan pada kuantitas atau sebuah nilai yang
dapat dikerjakan dari suatu proses atau disebut dengan Source Quantity. Contohnya
adalah Volume, meter, ton. Catatan : dua atau lebih proses yang berbeda
kemungkinan menggunakan field yang sama untuk Source Quantity, tetapi tidak
terbagi melainkan terduplikasi.
Setiap lapisan yang memiliki volume >0 dapat ditampilkan secara visual dengan
menggunakan 3D Solids. Solid untuk Pre-schedule juga dapat ditampilkan secara
visual (50% Pre-scheduled = 50% terlihat, 100% Pre-scheduled = 0%
terlihat/kosong).
Sebagai alternatif pada solid field jika solid utama tidak tersedia.
Untuk menambahkan proses baru, klik kiri Add Process button di bawah tab
Productive atau Non-Productive.
• Field Default Source Quantity hanya akan berfungsi dengan tipe Double Precision
Float Field.
• Field Initial Percentage Completed hanya akan berfungsi dengan tipe Field
Percentage.
• Field Solids hanya akan berfungsi dengan tipe Field Solid.
• Centroid Field, pilih centroid yang akan digunakan.
• Solid Colour, pemilihan warna untuk masing-masing proses
• Show in Animation, centang agar dapat ditampilkan dalam animasi
Untuk menjalankan simulasi, centang proses produktif agar dalam keadaan aktif.
User dapat tidak mencentang jika tidak ingin mengaktifkan proses tersebut kedalam
suatu proses scheduling.
5. Pengaturan Equipment
5.1. Konseptual
Setiap proses yang dicantumkan pada bagian proses harus memiliki paling tidak satu
Equipment untuk dihubungkan dengan Source Quantity. Masing-masing
Equipment memiliki parameter yang menentukan tingkat pekerjaan, bagaimana akan
ditampilkan dalam animasi dan bagaimana delays/downtime diterapkan dan
dilaporkan.
Alat yang digunakan pada proses penambangan tidak bekerja 100% sepanjang
waktu. Pergantian shift, breakdowns, scheduled maintenance dan lain-lain. Hal-hal
seperti diatas terakomodasi oleh fieldsAvailability and Utilisation . Masing-masing site
memiliki perhitungan yang berbeda-beda.
Hourly Rate
Pengaturan Hourly Rate adalah menentukan Source Quantity units per Operating
Hour dimana Equipment bekerja dan ditentukan per proses.
Source path
Masing-masing Equipment yang digunakan memiliki path yang biasa disebut dengan
Source path. Source path ini digunakan untuk mengatur arah umum pergerakan alat.
Misalnya user ingin menambang searah block atau menambang searah strip dapat
diatur pada source path. Jika user ingin mulai menambang pada block tertentu atau
strip tertentu juga dapat diatur pada source path. Lebih rinci akan di jelaskan pada
bagian selanjutnya.
5.2. Penerapan
Untuk membuat Equipment baru, klik kanan pada header Equipment dan pilih Add->
New Equipment.
Spesifikasi
Centang proses yang akan dikerjakan oleh masing-masing equipment serta tentukan
nilai Productivity alat tersebut pada bagian “Hourly Rate”. Jika ingin memasukkan
nilai productivity yang bersifat tetap dari awal penambangan hingga akhir
penambangan (tidak mengikuti kalender), tuliskan nilai tersebut pada bagian “Hourly
Rate”.
5.3. Advanced
Calendar and Expression Editor
Jika user memiliki Table Kalender set, user dapat menggunakan fungsi
“GetValue(CalendarFieldName)” untuk melengkapi nilai Availability, Utilisation,
Equipment Count and Hourly Rate.
Seperti disebutkan diatas, Source path paling sederhana adalah hanya dengan
menuliskan satu karakter yakni Wildcard (*). Terdapat dua macam wildcard,
diantaranya :
• Explicit : Tertulis didalam Source path. Pit/BL05/ST05/A/* yang artinya akan
bekerja pada setiap bench pada Pit → Block 05 → Strip 05 → Seam A
• Implicit : Ada beberapa penulisan source path yang tidak tertulis secara
langsung, seperti contoh: Pit/BL05/ST05/A, maka akan bekerja sampai ke
semua bench, sama pengertiannya dengan Pit/BL05/ST05/A/* .
Urutan kerja wildcard tergantung dari urutan the Indeks of the Position (Pada bagian
Setup level). Secara otomatis wildcard akan bekerja dari indeks nol menuju indeks
yang lebih tinggi. User dapat membalikkan fungsi ini (reverse) dengan menggunakan
simbol minus (-) sebelum wildcards. Seperti gambar tabel di bawah.
Span -
Karakter Span digunakan untuk mendefinisikan sebuah range dari suatu posisi pada
Source path. Berbeda dengan wildcards dimana penggunaan span harus ditentukan
batas awal dan akhir.
Pit/BL01/ST01/A/95-75 Pit/BL01/ST01/A/75-95
Breaks down to Breaks down to
Pit/BL01/ST01/A/95 Pit/BL01/ST01/A/75
Pit/BL01/ST01/A/90 Pit/BL01/ST01/A/80
Pit/BL01/ST01/A/85 Pit/BL01/ST01/A/85
Pit/BL01/ST01/A/80 Pit/BL01/ST01/A/90
Pit/BL01/ST01/A/75 Pit/BL01/ST01/A/95
Order
Apa yang terjadi jika user memiliki lebih dari satu wildcards atau span?
Pit/BL01/ST01/A-B/95-90
Breaks down to
Pit/BL01/ST01/A/95
Pit/BL01/ST01/A/90
Pit/BL01/ST01/B/95
Pit/BL01/ST01/B/90
User dapat dengan mudah memilih beberapa pilihan path element dengan cara klik –
kanan menu.
Cara paling mudah adalah dengan menggunakan wildcard (‘*’) karakter yang mana
memerintahkan Equipment untuk bekerja mulai dari indeks terendah ke indeks
tertinggi (mengacu pada Source table Setup levels ) dan semua sublevel harus selesai
dikerjakan sebelum berpindah ke indeks selanjutnya.
*
Path dibangun dengan struktur yang mirip sebagai ranges dengan masing-masing
level dari tabel di pisahkan oleh slashes (‘\’ atau ‘/’). Untuk masing-masing level
dapat berupa Span diantara dua akhir (contoh :‘1-5’), individual Comma debatased
(contoh :’1,2,3,4,5′) atau sebuah kombinasi keduanya (contoh :’1-2,3,4-5′). Jika
ingin memasukkan semua posisi pada setiap level dapat menggunakan wildcard (‘*’)
atau (‘-*’) untuk memasukkan semua posisi dengan reverse order.
Processes: <“Processes”>
<Processes> merupakan comma separated list dari proses apa yang akan digunakan.
Contohnya :
Pit\BL01-BL05\ST01-ST05,ST07\*\* <Blasted, Freedig>
atau
Processes: Blasted, Freedig
<Node Prefix> bila digunakan akan menjadi awal untuk baris berikutnya
Prefix: Pit\
*\ST01-ST05,ST07\*\* <Blasted, Freedig>
Order: “NodeOrder”
Proses dapat digunakan pada node orders. Hal ini sangat membantu pada
penambangan by-seam. Contoh cara penulisannya seperti berikut
Prefix: Pit\
Order: Pit\Bench\Seam\Block\Strip
*\ST01-ST05,ST07\*\* <Waste, Coal>
Pengaturan standar (jika tidak didefinisikan): Level mengikuti Pengaturan standar.
Order dimulai dari Indeks ke-nol.
AllowAdvance: “On/Off”
Fungsi ini berpengaruh bila user menggunakan dependencies. Sehingga jika user
menset Allow advance ON, maka SPRY akan melakukan pekerjaan yang sudah
diurutkan dan diatur oleh dependencies. Sedangkan bila Allow Advance OFF, maka
SPRY tidak bekerja mengikuti aturan dan urutan dari dependencies. Contohnya seperti
berikut :
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Process\Seam
Allow Advance : On
*
Standar Pengaturan (jika tidak didefinisikan): Off
Delays
Delays untuk waktu dapat dibuat lebih detil menggunakan format ‘Time Delay:
TimeDelay TimeUnits <NonProductiveProcess>’ dimana TimeDelay adalah
definisi untuk lama terjadinya delay, TimeUnit adalah unit untuk yang digunakan
untuk mengukur besaran delay dan NonProductiveProcess merupakan nama yang
digunakan untuk sebuah non productive process untuk menggambarkan delay
(contohnya : ‘Time Delay: 6 hours <Relocation>’). Unit waktu yang valid dan dapat
digunakan adalah‘Minutes’, ‘Hours’, ‘Days’ atau ‘Weeks’.
Rate factor digunakan untuk mengatur persentase efisiensi penggunaan suatu alat
dari kondisi yang tersedia yaitu angka produktivitas (diluar penentuan utilisasi dan
availability). Contohnya seperti dibawah :
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Seam\Process
Allow Advance : On
* [50%]
Pengaturan standar(jika tidak didefinisikan): 100%
Percentage ‘( )’
Hampir mirip dengan Rate Factor, perbedaannya adalah jika pada Percentage tidak
mengacu pada alat tetapi mengacu pada suatu source data misalnya volume.
Sehingga jika user ingin membatasi persentase volume penambangan pada suatu
source data, salah satu caranya dapat menggunakan Percentage.
Order : Pit\Block\Bench\Strip\Seam\Process
Allow Advance : On
*\BL16-BL12\* (50%)
Pengaturan Standar (jika tidak didefinisikan): 100%
Path Arrays
Diperluas menjadi:
A\BL01-BL03\ST02-ST05\300-290 [0.9x]
A\BL02,BL04\ST02-ST05\280-270 [0.9x]
Jumlah items dari masing-masing array untuk sebuah path harus identik (sama
panjangnya). Dekatkan kursor pada baris path nya, untuk dapat melihat keseluruhan
array/path.
Equipment Path Tool
Dirilis pada SPRY versi 1.2, pada Animation Window Design tersedia akses untuk
melakukan manual scheduling dengan menggunakan Equipment Path Tool
yang mana akan memindahkan solid yang anda pilih dan
menambahkannya ke dalam Equipment Path. User dapat secara langsung melihat
proses pemindahan material pada animasi setelah memilih block.
Terdapat tiga pilihan yang berkaitan dengan cara interaksi user dengan Animation
Window.
Solid yang sudah terpilih akan ditandai dengan warna pink, jika ingin melihat
keseluruhan solid yang sudah dipilih, sort multiple line pada equipment path dan
hasilnya akan menunjukkan perubahan warna pink untuk solid-solid yang sudah
dipilih.
Terdapat juga fasilitas untuk mengulang ataupun menghapus block yang telah di pilih
dengan menggunakan fasilitas undo dan redo .
Jika user ingin menggunakan fungsi undo, cukup pilih posisi mana yang akan diulangi
(akan muncul warna pink pada posisi yang dipilih) lalu klik icon undo. User dapat
langsung menghapus line yang diinginkan. Seperti gambar di bawah ini.
Sebelumnya, ketahui terlebih dahulu bagaimana cara kerja wildcards dan spans.
Sebagai contoh, Jika user ingin memastikan pada Block 1, Strip 1-10, Seam G tidak
ditambang sebelum Seam A-F selesai ditambang. Penulisannya seperti berikut :
Saat user menuliskan span pada suatu dependency (atau wildcard) yang dilakukan
adalah menjadikan satu (grouping) keseluruhan dari seluruh Nodes Predecessor
(Pit/BL01/ST01-ST10/A-F) dan akan di pasangkan dengan Nodes Successor
(Pit/BL01/ST01-ST10/G)
Konsep kunci : lapisan pada successor tidak dapat dikerjakan sampai lapisan
pada predecessor selesai dikerjakan.
Predecessor: Pit/BL01/ST01-ST10/{A;B;C;D;E;F}
Successor: Pit/BL01/ST01-ST10/{B..G}
Fitur di bawah ini akan membantu user dalam melakukan pemasangan predecessor
dan successors.
▪ @Position: Menggunakan posisi indeks (Dibandingkan nama). Cek pada setup
level. @0 mengindikasikan item pertama (Indeks ke-0) dan @-1
mengindikasikan item terakhir (@-2 item kedua terakhir dst)
▪ #Jump: Gunakan opsi ini dalam hubungannya dengan sebuah arrayspan untuk
melompat lebih dari satu posisi pada suatu waktu. Contoh: */*/*/*/{D..G#2}
sama artinya dengan */*/*/*/D;F
Relevan untuk Sequence (essential) dan Solid Overlap Depedencies. Juga di gunakan
pada Table Plots dan Proximity Constraints.
Sebagai contoh Dig Top Down Dependency, user ingin membuat Grouping Expression
yang mencangkup atribut horisontal (dan mengabaikan atribut vertikal). Hasilnya
seperti dibawah ini :
Text(SourcePit)+”//”+Text(SourceStrip)+”//”+Text(SourceBlock)
Setiap group yang menggunakan ekspresi seperti di atas akan berbagi Pit, Strip dan
Block tetapi memperbolehkan interaksi diantara level, positions dan task lainnya.
Default, sebuah Sequence Dependency hanya terdiri dari satu Dependency Entry
dengan sebuah blank filter. Menciptakan dependency diantara sequential leaves dalam
suatu list (Higher = Predecessor, Lower = Successor). Seperti :
Dengan mengurutkan Leaf List, user dapat membuat berbagai macam dependency
entry dalam masing-masing group. Pahami diagram di bawah :
klik “Add-Entry” .
Release Delay: ketika range Predecessor sudah komplit, Release Delay mengkontrol
berapa lama hingga Range Successor sudah boleh mulai dikerjakan.
Sequence Dependencies
Sequence Dependency digunakan untuk mengatur task yang berbeda di dalam satu
group. Untuk menggunakan sequence dependency ini, user harus mengkelompokkan
terlebih dahulu grouping expression. Level Direction mengatur bagaimana urutan
task. Misalnya urutan Level Direction dari Bench yang user miliki tidak sesuai (jika
elevasi tertinggi berada pada indeks paling bawah pada Setup level Source Tabel,
maka user harus membalikkan menjadi indeks teratas). Maka user dapat
menggunakan Level Direction. Contohnya pada gambar di bawah ini.
Contoh diatas ialah salah satu contoh untuk top down dependency. Jika user
menginginkan penambangan dari berurut dari lapisan paling atas sampai ke bawah.
Pada contoh diatas, akan membentuk setiap 2 block akan terdapat perbedaan
ketinggian sebesar 2 bench. Seperti gambar di bawah
Cone Dependencies
Cone Dependencies bergantung pada proses centroid yang sudah diset dan
menciptakan dependencies berdasarkan arah dan sudut diantaranya. Z batas dan
Radius mempengaruhi performa Cone dependencies
Overlap Percentage = 0%
8.2. Penerapan
Capacity Constraint
▪ Processes and Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan
dikenakan capacity Constraint
Time Constraint
▪ Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan dikenakan Time
Constraint
▪ Exclude When: Between, Before, After or Before & After . pilih sesuai
kebutuhan. Range waktu yang di-exclude, artinya pada waktu itu tidak ada
task (alat tidak bekerja).
▪ Processes and Equipment: Pilih Proses dan Equipment apa yang akan
dikenakan Time Constraint
▪ Maximum Expression: Jumlah maksimum alat (n) yang diijinkan pada lokasi
tertentu (berdasarkan grouping expression), apabila value expression diisi 1.
Inventory Constraint
Sebelum pengaturan lebih lanjut, Inventory Constraint akan hampir selalu terlibat
dalam pembuatan posisi baru, leaves, fields, processes, dan equipment untuk
mengatur inventory. Sebagai contoh, jika kita ingin membuat sebuah coal
stockpile yang akan memproses coal pada kecepatan (rate) tertentu, berikut
adalah tahapannya:
▪ Buat sebuah posisi pada setup level, dinamakan Stockpile
▪ Buat sebuat field dengan setup field pada source tabel, dinamakan Stockpile
▪ Buat sebuah single leaf pada tabel terhadap posisi stockpile baru.
▪ Unlock tabel dan secara manual ketik nilai pada leaf tersebut, sekurang-
kurangnya sejumlah coal source (coal source quantity).
▪ Buat tambahan alat (equipment) yang bekerja untuk coal process tersebut,
tetapkan hourly rate untuk proses tersebut (coal processing / crushing).
- Waktu target akhir coal processing harus sesuai dengan waktu target proses
penambangan coal.
9.1. Konseptual
Setelah user membuat Processes dan Equipment Setup, Schedule sudah dapat
dijalankan. Snapshot viewer didesign sebagai alat untuk mendiagnosa apa yang
terjadi pada suatu waktu saat user menjalankan sebuah skenario. Sangat berguna
untuk menentukan dependency apa saja yang digunakan juga isu-isu yang
mungkin terjadi dari penggunaan Source path dan Contraints.
9.2. Penerapan
Tab General akan menampilkan jumlah task yang bekerja dan dependencies yang
digunakan.
Pada Tab Usages, Double-klik pada Source path akan membawa pada relevan
section dari Equipment tab
10. Delays
10.1. Konseptual
Pada section Source path pada pembahasan sebelumnya, user dapat
menambahkan delay ke dalam Source path dengan menggunakan Date Delay
atau Time Delay. Hal ini berfungsi jika user membutuhkan delay untuk terjadi
setelah setelah menyelesaikan Task tertentu seperti relocation atau delay start.
Bagaimana pun user tetap membutuhkan delay yang tetap terjadi tanpa
mempertimbangkan parameter scheduling seperti public holiday dan planned
maintenance. SPRY juga menyediakan fitur Recurrence yang memudahkan user
untuk mengulang delay sesuai dengan kebutuhan.
Perlu dicatat, untuk tidak menambahkan delays pada SPRY, apabila delay-delay
tersebut sudah tercover (terhitung) di dalam parameter PA / UA agar tidak terjadi
perhitungan ganda.
10.2. Penerapan
Klik-kanan Delays pilih Add→New Delay
Masing-masing delay dapat terdiri dari beberapa entry. Untuk membuat entry
KP