DESTINATION SCHEDULING
SEJARAH PERBAIKAN
1.1. Konseptual
Pada pembahasan sebelumnya (Scheduling Pit) membahas tentang bagaimana
mengatur skenario dan menjalankan skenario penggalian dimulai dari pengaturan
Processes, Equipment, Source Path, Depedencies, Constraints, Delay. Untuk melakukan
Destination Scheduling, sebelumnya anda harus sudah memiliki sebuah Schedule Pit.
1.2. Penerapan
Untuk membuat Destination Path, Klik- kanan “Destination Paths” dan pilih Add New
Destination Path. Lalu tentukan Equipment, Source Range, Process dan Date Limit.
2. Destination Paths
2.1. Konseptual
Jika user sudah memahami konsep Source path pada pembahasan Scheduling Pit, akan
lebih mudah memahami destination path. Destination Path memiliki lebih sedikit
pilihan.
2.2. Penerapan
Destination Path dapat terdiri dari banyak baris. Masing-masing baris tersebut akan
menambahkan langkah pada destination path.
The Basics
Destination Path yang paling simple adalah dengan menggunakan wildcard (‘*’).
Karakter ini memerintahkan equipment untuk bekerja dari index paling bawah ke index
tertinggi (mengacu pada Destination Tabel Setup Level) dan semua sub level sudah
dikerjakan sebelum berpindah ke index yang selanjutnya.
Contoh Path Line : *
Node Order menentukan urutan schedule melalui tingkat urutan level untuk
menghasilkan individual task yang harus dikerjakan oleh equipment yang digunakan.
Node order harus memiliki penamaan yang sama dengan yang sudah tersedia pada
Tabel dan dipisahkan oleh “\”. Tidak semua level harus digunakan, tetapi masing-
masing level hanya dapat digunakan satu kali.
Percentage ‘()’ :
Path Arrays :
3. Priorities
3.1. Konseptual
Prioritas dibutuhkan jika user memiliki lebih dari satu Destination Path dan memiliki
beberapa instruksi yang berbeda pada sebuah equipment. Jika tidak menggunakan
fungsi prioritas, urutan pembuangan mengikuti urutan index pada Destination Tabel.
Index terendah akan dijadikan tujuan pertama pembuangan. Bila user ingin merubah
hal ini, user dapat menggunakan fungsi Priorities pada SPRY dengan terlebih dahulu
menentukan skala prioritas dari semua Destination Path yang ada.
Contoh jika user memiliki tiga disposal outpit dump (WD1, WD3) dan satu disposal inpit
(Inpit1). User menginginkan urutan prioritas pembuangan overburden diawali oleh
WD3 lalu setelah WD3 terisi penuh, akan otomatis pindah ke WD1, setelah WD1 terisi
penuh, akan dilanjutkan ke Inpit1. Hal ini terjadi beriringan dengan stok batubara
menuju ROM. Pengaturan prioritasnya seperti gambar di bawah ini.
4. Dependencies
4.1. Konseptual
Bagian ini merupakan pengembangan dari bagian Depedencies pada Scheduling Pit,
namun yang berbeda dependencies ini berlaku juga di dump.
4.2. Penerapan
Range Dependencies
Pengertiannya,
“Disposal WD2 blok 17 tidak boleh dilakukan proses pembuangan sebelum Pit blok
15 selesai dikerjakan”
Pengertiannya:
“Pit blok 11 tidak boleh dikerjakan sebelum disposal WD3 blok 19 selesai dilakukan
proses pembuangan”
kemudian begitu seterusnya sampai baris paling akhir:
“Pit blok 05 tidak boleh dikerjakan sebelum disposal WD3 blok 13 selesai dilakukan
proses pembuangan”
Destination Wait on Destination : Destination Task yang mulai dikerjakan
setelah Destination Task tertentu selesai dikerjakan
Pengertiannya,
“Disposal WD2 blok 13 tidak boleh dikerjakan sebelum disposal WD2 blok 17
selesai dilakukan proses pembuangan”.
Kemudian begitu seterusnya sampai baris paling akhir:
“Disposal WD2 blok 11 tidak boleh dikerjakan sebelum disposal disposal WD2 blok
12 selesai dilakukan proses pembuangan”.
5. CONSTRAINTS
5.1. Konseptual
Bagian ini merupakan pengembangan dari bagian constraint pada Scheduling Pit,
namun yang berbeda yaitu constraint ini berlaku di dump.
Proximity Constraint Dump, membatasi jumlah alat (truk) yang dapat dumping pada
satu waktu bersamaan.
Proximity Constraint