Oleh:
DOSEN:
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberi rahmat serta karunia-Nya kepada kami, Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Ari Fadiati, M. Si selaku
dosen pengampu mata kuliah kesehatan dan lingkungan yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I …………
1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
3
PEMBAHASAN
3
2
2.1 Konsep Lingkungan Sehat
3
BAB III
60
PENUTUP
60
3.1 Kesimpulan
60
3.2 Saran
61
DAFTAR GAMBAR
17
3
Gambar 2.2.8 lalat 17 Gambar 2.2.9 kecoa 18 Gambar 2.2.10 pinjal 18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun 2015 juga melaporkan terdapat 3 juta kematian balita di dunia yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), diare, malaria, meningitis, tetanus, HIV, dan campak
(UNICEF, 2015). Di Indonesia, ISPA dan diare juga merupakan penyakit
berbasis lingkungan yang berkontribusi tinggi terhadap morbiditas dan
mortalitas balita (UNICEF, 2015).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
3
B. Kesehatan Lingkungan
4
3. Pengelolaan sampah (organik dan anorganik). Apabila tidak dikelola,
sampah akan menumpuk dan akhirnya membuat lingkungan menjadi
kotor dan tidak sehat
4. Saluran air yang lancar dan tidak berbau. Saluran air yang lancar
membuat masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti mandi dan
mencuci dengan baik.
5. Banyak tumbuhan hijau. Tujuan dari banyaknya tumbuhan hijau supaya
tidak gersang dan udara sekitar tetap terjaga kebersihannya. 6. Adanya
pengelolaan limbah yang baik. Pengelolaan limbah yang baik
ditujukan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan menjaga
kebersihan.
5
2.2 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan
1. Air
6
pinggiran kota atau penduduk yang hidup di daerah pedesaan (Soedarto,
2013).
8
Untuk mengurangi peningkatan penyakit akibat berbagai faktor yang berisiko
ini, penyediaan air bersih yang cukup, meningkatkan fasilitas pembuangan
limbah kotoran manusia yang baik, dan pendidikan kesehatan untuk
menjalankan kebiasaan hidup yang higienis merupakan modal penting yang
harus selalu diupayakan (Soedarto, 2013).
2. Udara
9
Menurut Data WHO Penyakit paru merupakan penyebab kematian
nomor tiga di Amerika Serikat, dengan jumlah terbaru yang dipublikasikan
pada tahun (2020), kematian penyakit paru-paru di Amerika Serikat mencapai
195,387 atau 7,80% dari total kematian. Sedangkan penyakit asma adalah
penyakit kronis yang paling banyak diderita oleh anak-anak, dan merupakan
penyebab utama kunjungan penderita ke rumah sakit.
10
● Dengan mengurangi polusi particulate matter (PM10) dari 70 sampai 20
mikrogram per kubik meter, angka kematian yang terkait dengan mutu
udara dapat diturunkan sampai 15%
0-50 Baik
51-100 Sedang
301-500 Berbahaya
3. Tanah
12
2. Kontaminasi tanah oleh mikroorganisme patogen
− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh patogen oportunistik atau muncul
dari mikroorganisme biota tanah seperti fungi, yaitu jamur yang umum
terdapat dalam di tanah yang dapat menginfeksi paru-paru.
− penyakit bawaan tanah yang menyebabkan keracunan akibat konsumsi makanan
yang terkontaminasi dengan neurotoksin yang dapat merusak sistem saraf.
− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh endemik patogen ke tanah
misalnya bakteri clostridium tatani yang bisa menyebabkan penyakit
tetanus.
− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh masuknya patogen ke dalam tanah
melalu ekskreta (buangan) dari hewan dan manusia termasuk bakteri, virus,
protozoa dan cacing.
A. Remediasi
Ada 2 jenis remediasi tanah yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site).
pembersihan On-site adalah pembersihan di lokasi. sedangkan Off-site
meliputi penggalian tanah yang kemudian dipindahkan ke daerah yang aman
13
setelah itu dibersihkan dari zat pencemar. pembersihan Off-site ini jauh lebih
rumit dibandingkan pembersihan On-site.
B. Bioremediasi
4. Sampah (Limbah)
3 Kawasan 15,9
4 Lainnya 14,6
5 Perniagaan 7,3
7 Perkantoran 3,3
Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah, adalah dengan
mengeluarkan peraturan daerah. Salah satu contohnya adalah pemerintah
DKI Jakarta yang mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 77 tahun 2020
tentang Pengelolaan Sampah Lingkungan Rukun Warga. Adanya Pergub ini
untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat terhadap pengelolaan
sampah untuk mencapai target pengurangan dan penanganan sampah
rumah tangga.
15
menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan adanya
pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, diharapkan Jakarta dapat
menekan angka penumpukan sampah di Indonesia khususnya Ibu kota DKI
Jakarta.
5. Vektor
1. Nyamuk
16
Nyamuk dapat menghisap darah manusia perilakunya tersebut dapat
menyebabkan berbagai penularan penyakit seperti malaria, demam
berdarah, filariasis dan lain lain.
2. Lalat
Lalat merupakan kelompok serangga pengganggu sekaligus sebagai
penular penyakit. Lalat dapat menularkan penyakit dengan
menghinggapi makanan, minuman dll. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh lalat
melalui makanan seperti disentri, diare, tipes, kolera, infeksi mata, dan
infeksi kulit.
3. Kecoa
17
Kecoa berperan dalam penyebaran beberapa penyakit seperti Disentri,
diare, kolera, virus hepatitis A, dan polio pada anak-anak. Sebagai
vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai
inang perantara bagi beberapa species cacing. Penyakit yang
ditularkan oleh kecoa dapat menyebabkan reaksi alergi seperti
dermatitis dan Salmonella serta reaksi alergi lainnya.
4. Pinjal (kutu)
5. Tikus
18
Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar dimalam hari untuk
mencari makanan. Tikus juga dikenal sebagai binatang yang
menempati hampir di semua habitat. Beberapa penyakit yang
ditularkan oleh tikus antara lain; Hantavirus pulmonary syndrome,
hemorrhagic fever with renal syndrome, penyakit Pes atau sampar dan
lain lain.
6. Radiasi
19
dikelompokan menjadi 2 berdasarkan muatan listriknya yaitu, radiasi pengion.
energi yang mampu mengionisasi media lainnya contohnya sinar-x dan
lainnya dan radiasi non pengion, radiasi yang apabila melewati jaringan
biologi tidak akan mengionisasi bahan atau jaringan tersebut contohnya sinar
yang terlihat, panas, ultra-violet, dan gelombang radio. Radiasi pengion
adalah jenis radiasi yang berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan.
Radiasi nuklir bisa terpapar misalnya melalui CT-scan dan Rontgen atau
melalui ledakan bom nuklir dan kebocoran reaktor nuklir. Dilansir dari
Alodokter.com dampak buruk radiasi nuklir terhadap kesehatan yaitu:
Fukushima merupakan salah satu contoh kota dengan tingkat radiasi nuklir
tinggi. Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi pada tahun 2011 yang lalu,
menyebabkan hancurnya reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di
Fukushima, jepang. Sehari sesudah terjadi bencana, tepatnya pada tanggal
12 maret, elemen-elemen telah menyebar sejauh 200 km dari pusat bencana,
dalam waktu setengah bulan hemisfer Utara bumi telah tercemar. Menurut
Studi Stanford University, pada bulan Juni 2012, Radiasi yang terjadi dapat
20
menyebabkan 180 orang menderita kanker dan 130 orang meninggal dunia
akibat kanker, sebagian besar terjadi di Jepang.
Selain itu, ada juga radiasi yang muncul pada lingkungan rumah, misalnya
radiasi dari gas radioaktif yang muncul dari bebatuan dan tanah (radon) serta
menyebar ke udara dalam rumah maupun tempat pertambangan bawah
tanah. Radiasi radon dalam bentuk partikel dapat masuk ke dalam media
udara atau menempel pada debu sehingga dapat terhirup oleh manusia, dan
juga dapat masuk ke air tanah dan tanaman sehingga dapat tertelan oleh
manusia.
Apabila masuk kedalam tubuh manusia gas radon akan mengalami proses
ionisasi dalam tubuh khususnya paru-paru. Kebiasaan merokok dapat
meningkatkan potensi gas radon yang mengakibatkan kanker pada sistem
pernapasan (Astrid, 2017).
Kiat hidup sehat untuk menghindari paparan radiasi menurut Kemenkes RI:
21
4. Tidak tidur di lantai tanpa alas.
5. Tidak merokok di dalam rumah.
6. Tidak menggunakan bahan bangunan dengan radioaktivitas tinggi pada
bangunan.
7. Bila memperbaiki rumah, disarankan agar dibawah lantai perlu diberi
bambu yang sudah dihilangkan buku-bukunya sehingga gas radon
dapat mengalir melalui bambu.
8. Bila membangun rumah baru, disarankan untuk membangun jenis
rumah panggung dan terbuat dari bahan-bahan yang kadar
radionuklida alamnya rendah.
7. Iklim
1. Meningkatkan risiko sakit dan mati akibat cuaca panas yang tinggi dan
terjadinya gelombang panas, atau cuaca yang sangat dingin. 2. Cuaca
yang ekstrim dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental.
3. Meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan dari makanan, air dan
serangga.
22
4. Naiknya suhu udara dan konsentrasi karbon dioksida meningkatkan
produksi tepungsari alergenik yang menimbulkan gangguan
kesehatan.
5. Anak-anak, orang lanjut usia dan kelompok miskin merupakan
kelompok yang peka kesehatannya terhadap perubahan iklim.
8. Manusia
23
Seiring bertambahnya waktu, kebutuhan manusia semakin bertambah karena
pertambahan penduduk yang terus meningkat. Hal itu, dapat menyebabkan
timbulnya permasalahan lingkungan karena meningkatnya kuantitas limbah
yang dapat mencemari udara, tanah, dan air, penggunaan bahan bakar yang
meningkat yang dapat menghasilkan emisi, penggunaan kendaraan dan AC
berlebih yang dapat mencemari udara, penebangan hutan yang membuat
hutan tak mampu menyerap karbon dioksida lebih banyak, dan lain-lain.
Disisi lain, manusia juga dapat menjaga dan bertanggung jawab dalam
hal meningkatkan kualitas lingkungannya dengan membuat aturan dalam
berbagai macam bentuk norma seperti Undang-undang, tata tertib, peraturan.
Misalnya peraturan dalam pembangunan pariwisata atau industri yang
memerlukan izin apakah pembangunan tersebut berdampak buruk terhadap
lingkungan. Selain itu manusia juga dapat mengelola setiap faktor yang
mempengaruhi kualitas seperti air, tanah, limbah, dan lain lain. Artinya
Perilaku dan kegiatan manusia menjadi penentu bagi kualitas lingkungannya.
24
Segitiga Epidemiologi atau trias epidemiologi merupakan konsep dasar
yang menggambarkan hubungan antara faktor-faktor yang berperan dalam
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Teori ini dikemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950, karena itu segitiga
ini terkadang disebut juga sebagai model Gordon, sesuai dengan nama
pencetusnya. Model Gordon ini menggambarkan terjadi penyakit sebagai
adanya pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengahnya, yaitu
Lingkungan atau Environment dan pada pengungkit tersebut memiliki
pemberat yakni, Pejamu atau Host dan Agen penyakit atau Agent.
1. Agent (Faktor Penyebab)
Agent dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energi, dan lain
sebagainya, yang dalam jumlah berlebih atau kurang merupakan
sebab utama dalam terjadinya penyakit. Agen dapat berupa agen
biologis seperti, bakteri, virus, jamur, dan lain lain. Agen juga dapat
25
berupa agen kimiawi seperti zat kimia, polusi, debu, gas, dan lain lain.
Lalu ada agen fisika yaitu, panas, radiasi, dingin, cahaya, kebisingan,
tekanan dan lain lain.
26
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini bersifat kultur, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan,
sikap, gaya hidup, pekerjaan, kehidupan di masyarakat, dan lain lain. Bila
manusiaterdi tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan ini maka
dapat menimbulkan terjadinya konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik, seperti stress, depresi, dan gangguan kejiwaan lainnya.
.
a. Model 1
Kondisi ketika agen penyakit berkembang biak sehingga berat ke kiri. Hal
ini menunjukkan pertumbuhan jumlah agen penyebab penyakit yang dapat
membuat manusia menimbulkan gejala-gejala penyakit.
b. Model 2
Kondisi ketika host memiliki kerentanan sehingga lebih berat ke kanan.
Pada kondisi ini timbulnya penyakit disebabkan oleh pejamu yang memiliki
daya tahan tubuh yang kurang atau memiliki penyakit komorbid seperti
hipertensi, diabetes, dan lain lain.
27
c. Model 3
Kondisi ini dimana interaksi antara pejamu, agen penyebab penyakit, dan
lingkungan seimbang sehingga menimbulkan keadaan sehat. d. Model 4
Kondisi ini disebabkan oleh perubahan kualitas lingkungan yang dapat
memicu pertambahan jumlah agen penyebab penyakit dan memudahkan
agen untuk masuk ke tubuh pejamu.
e. Model 5
Kondisi ini disebabkan oleh perubahan kualitas lingkungan yang dapat
meningkatkan kerentanan pejamu. Kondisi ini dimana pejamu secara
langsung dipengaruhi oleh lingkungan, tanpa adanya bantuan agen.
Contohnya adalah ketika individu kehujanan atau kehujanan karena faktor
cuaca, hal tersebut akan menyebabkan flu hingga demam.
2. Patogenesis Penyakit
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga
saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Patogenesis penyakit terjadi erat kaitannya dengan media lingkungan.
Hubungan interaktif manusia dan perilakunya dengan komponen lingkungan
yang berpotensi menimbulkan penyakit disebut proses terjadinya penyakit
atau patogenesis penyakit.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti bawah ini:
28
Berdasarkan dengan gambaran skematik di atas, maka patogenesis penyakit
dapat diuraikan kedalam 4 (empat) simpul, yaitu:
1. Simpul 1 (Sumber Penyakit)
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan
atau mengemisi agent penyakit. Agent penyakit adalah suatu komponen yang
dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung
maupun melalui media perantara. Sumber penyakit adalah titik yang secara
konstan maupun sewaktu- waktu dapat mengeluarkan satu atau lebih
berbagai agen penyakit.
Beberapa contoh agent penyakit:
● Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dan lain lain.
● Agent Kimia: Pestisida, Polusi, Deterjen, dan lain lain
● Agent Fisika: Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain lain
29
Penduduk dimanifestasikan dengan perilaku, kebiasaan, atau pola
hidup sehari-hari. Keterkaitan antara komponen lingkungan dengan penduduk
beserta perilakunya, dapat diukur dengan konsep yang disebut perilaku
pemajanan. Perilaku pemajanan yaitu jumlah kontak antara manusia dengan
komponen lingkungan sebagai media transmisi yang mengandung potensi
bahaya penyakit. Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis
penyakit antara lain: (1) Perilaku; (2) Status Gizi; (3) Pengetahuan; (4)
Ekonomi; (5) Kepadatan penduduk.
A. Agen Kimia
30
● Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan adalah sumber utama bagi
karbon monoksida di berbagai wilayah. Karbon
monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna.
Karbon monoksida sebagian besar berasal dari
pembakaran di udara berupa gas yang dibuang. Dikota
besar yang memiliki lalu lintas padat akan menghasilkan
gas karbon monoksida sehingga kadarnya akan relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Karbon monoksida juga dapat terbentuk melalui proses
industri. Karbon monoksida sangatlah beracun karena
berikatan 200 kali lebih kuat dengan hemoglobin daripada
oksigen, hal itu yang dapat membuat penghambatan
proses masuknya oksigen yang digunakan tubuh yang
dapat membuat ketersediaan oksigen dalam tubuh
menurun sehingga dapat mengganggu kinerja organ yang
mengonsumsi oksigen dalam jumlah besar seperti otak
dan jantung. Hal ini dapat membuat tubuh merasa pusing,
rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual,
muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada,
sulit bernafas, kelemahan otot-otot sadar, hingga dapat
meninggal dunia.
31
adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti
batu bara dan minyak dan letusan dari gunung berapi.
Sulfur dioksida dapat masuk kedalam kulit melalui hidung
dan mulut. Hal ini dapat cepat menyebabkan iritasi pada
kulit dan selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, paru-
paru. Menghirup sulfur dioksida dalam jumlah yang tinggi
dapat mengganggu pernapasan, yakni mempengaruhi
fungsi paru-paru, memperburuk kondisi penderita
penyakit bronkitis dan emfisema, dan juga memperburuk
kondisi jantung pada orang-orang yang berisiko terkena
penyakit jantung.
● Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan salah satu logam berat yang
bersifat racun terhadap manusia, tumbuhan dan hewan.
Cadmium biasanya diperolah sebagai hasil dari
penambangan timbal dan seng. Cadmium dapat masuk
kedalam tubuh melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan melalui logam yang terbawa oleh makanan.
Peningkatan cadmium dalam tubuh dapat menyebabkan
mual, muntah, dan perut perih. Namun bila terpapar
cadmium dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan timbulnya rasa sakit pada ginjal, luka pada
paru-paru, dan kerapuhan pada tulang.
B. Agen Biologis
32
Udara pada dasarnya buka tempat alamiah bagi
pertumbuhan dan reproduksi bakteri, hal itu dikarenakan
komposisi udara yang tidak sesuai. Bakteri pada udara biasanya
kemungkinan terjadi karena terbawa oleh debu, uap air, angin
dan penghuni ruangan lalu menempel pada permukaan tanah,
lantai, perabot rumah, dan lain lain. Mikroorganisme yang
terdapat dalam udara dikenal dengan istilah bioaerosol.
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi
dalam gas atau organisme hidup yang terdapat dalam udara.
Bioaerosol di udara berbentuk bakteri (Legionella,
Actinomycetes), jamur (Histoplasma, Alternaria, Penicillium,
Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa (Naegleria,
Acanthamoeba). Virus (Influenza). Pada kondisi terbatas
keberadaan bioaerosol tidak menimbulkan efek, tetapi dalam
jumlah tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi
pernafasan seperti alergi dan asma serta kanker.
2. Air
33
Mikrobiologis (air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga harus bebas
dari bakteri patogen penyebab penyakit).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
(Permenkes RI No.492, 2010). World Health Organization juga menjelaskan
bahwa air yang aman untuk diminum adalah air yang tidak akan menimbulkan
resiko kesehatan apabila dikonsumsi.
Berikut ini adalah agen pencemaran air dan dampaknya terhadap
kesehatan:
A. Mikroorganisme
● Bakteri Escheria Colli
Air merupakan media yang baik bagi kehidupan bakteri
ini. Bakteri E. Colli banyak terdapat didalam usus yang
membantu dalam proses penguraian makanan. Namun
bila bakteri ini dikonsumsi bersamaan dengan air minum
akan menimbulkan gangguan pada kesehatan. Menurut
informasi dari Kepala Seksi Pemantauan Kualitas
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup pada 22 Maret- 25
Maret 208 dilakukan pengambilan 267 sampel air tanah
di lima wilayah Ibu Kota. Hasil ujinya menunjukkan
bahwa air tanah di Penjaringan, Jakarta Utara memiliki
kandungan bakteri E. Colli yang mencapai 700 miliar
colony forming unit (CFU) per 100 milliliter. Sedangkan,
ambang batas baku mutu E.Colli adalah 0 CFU per 100
milliliter. Hal ini disebabkan karena sempitnya lahan
sehingga septictank yang seharusnya berfungsi untuk
penyimpanan kotoran padat (tinja) dibuat berdekatan
dengan sumber air tanah (sumur) yang kemudian apabila
34
air itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti
masak, minum, dan lain lain tanpa proses pemasakan,
dimungkinkan air tersebut sudah terkontaminasi bakteri
E. Colli dan dapat menyebabkan penyakit diare.
Diketahui ada 5 tipe diare yang diakibatkan oleh strain E.
Colli, yaitu:
1. Shiga Toxin Producing E. Colli (STEC) yaitu diare
yang ditandai dengan nyeri perut yang hebat lalu
dapat berlanjut dengan adanya pendarahan pada
usus, demam, dan infeksi pada saluran kencing.
Shiga Toxin Producing E.Colli ini adalah tipe paling
jahat diantara yang lain.
2. Enterophatogenik E.Colli (EPEC) adalah diare yang
ditandai dengan kotoran berair sehingga dapat
menimbulkan penderitanya kekurangan cairan
yang berakibat dengan kematian. Diare ini paling
sering menyerang anak-anak dibawah 2 tahun dan
bayi.
3. Enterotoxigenic E.Colli adalah diare yang ditandai
dengan kotoran berair dan kejang perut dan
biasanya berlangsung selama 1- 5 hari dan dapat
sembuh secara sendirinya.
4. Enteroinvasive E.Colli (EIEC) adalah diare yang
ditandai dengan kotoran berair, nyeri atau kram
perut bagian tengah, serta demam.
5. Enteroaggregative E.Colli (EAEC) yaitu diare yang
ditandai dengan kotoran berair tetapi tidak memiliki
gejala yang khas, biasanya menyerang anak- anak
di negara miskin.
● Bakteri Koliform
35
Kontaminasi bakteri koliform pada air biasanya berasal
dari berbagai sumber yaitu air yang tercemar, pendistribusian air
yang kurang baik, serta tempat air yang tidak bersih. Bakteri ini
adalah salah satu bakteri yang dijadikan indikator kualitas air
minum, semakin banyak kandungan bakteri ini, semakin air
dinyatakan semakin tercemar. Lokasi pemukiman yang padat
penduduk, kepadatan penduduk yang tinggi, jarak antara satu
rumah dengan rumah lain yang berdekatan, jarak antara
pembuangan limbah rumah tangga dan septic tank dan sumber
air berdekatan serta kebiasaan penduduk di pinggiran sungai
yang membuat kotoran (urin dan feses) secara langsung ke
sungai menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat bakteri
Koliform. Bakteri ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan penyakit kanker.
● Dysentery Bacillus
Dysentery Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang
yang dapat menyebabkan penyakit disentri. Gejala disentri
biasanya muncul 1-3 hari setelah terinfeksi, gejala yang muncul
bisa seperti kram perut, diare, demam, mual dan muntah, serta
darah pada diare. Diare dan muntah yang sering dapat
menyebabkan dehidrasi yang dapat mengancam jiwa terutama
pada bayi dan anak-anak. Disentri itu sendiri biasanya timbul
karena benda yang sudah terkontaminasi bakteri masuk
kedalam mulut, air yang sudah terkontaminasi dengan kotoran,
dan daerah yang memiliki sumber air bersih yang terbatas.
● Salmonella Thyphosa
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit demam tifoid
atau dalam masyarakat umum lebih dikenal dengan tipes atau
thypus, yaitu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, ruam ruam, dan disertai
36
dengan gangguan pada pencernaan. Bakteri Salmonella
Typhosa dapat hidup dengan baik dan bertahan lama didalam
air yang kurang baik, bakteri ini memiliki daya tahan yang
berbeda-beda sesuai dengan habitatnya. Misalnya pada feses
akan bertahan selama 8 hari sampai 5 bulan, pada air saluran 5
sampai 7 hari, pada air sungai 1 sampai 4 hari, dan pada air
selokan 2 hari. Menurut data dari World Health Organization
diperkirakan 11- 20 juta orang terserang demam tifoid setiap
tahunnya. Dari jumlah itu, 128.000 sampai 161.000 meninggal
akibat penyakit ini. Sedangkan, di Indonesia diperkirakan
terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun
terserang penyakit demam tifoid.
● Vibrio Cholerae
Bakteri Vibrio Cholerae pertama kali ditemukan oleh
seorang ahli anatomi pada tahun 1854. Ia mengungkapkan
tentang bakteri ini sebagai penyebab utama penyakit kolera.
Vibrio Cholerae merupakan salah satu bakteri yang paling
banyak ditemukan pada permukaan air yang terkontaminasi
oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga, makanan
yang sudah terkontaminasi, serta melalui serangga seperti lalat
yang menjadi sumber pembawa penyakit kolera. Akan muncul
gejala setelah 1-4 hari masa inkubasi terlampaui. Gejala yang
paling khas timbul bila terinfeksi bakteri ini adalah munculnya
diare encer yang berlimpah tanpa adanya rasa mulas. Diare
yang semula berwarna dan berbau akan berubah menjadi cairan
putih keruh yang berwarna seperti air cucian beras, perubahan
ini muncul dalam waktu singkat. Setelah diare, akan timbul rasa
mual diikuti dengan mudah hingga kejang otot betis dan kram
perut.
● Virus Hepatitis A
37
Virus Hepatitis A adalah virus yang menyebabkan
penyakit hepatitis A yang menyerang sel-sel hati manusia.
Penyakit hepatitis A memiliki kaitan yang erat dengan kurangnya
air bersih, sanitasi yang kurang memadai, dan personal hygiene
yang buruk. Infeksi virus hepatitis A dapat masuk ke dalam
saluran pencernaan melalui makanan ataupun minum yang
telah terkontaminasi tinja penderita, atau disebut dengan
mekanisme fecal-oral (tinja ke mulut). Orang yang menghuni
rumah yang sama dengan penderita, memiliki kemungkinan
yang besar untuk juga tertular virus ini melalui kontak erat
dengan penderita, menyentuh benda yang sebelumnya disentuh
oleh penderita, mengonsumsi makanan atau minuman dari
wadah yang sama dengan penderita setelah penderita buang air
besar dengan air yang tidak bersih. Gejala yang ditimbul bisa
bervariasi, diantaranya berupa demam, sakit kepala, kelelahan,
tanda kuning pada mata dan kuning, dan kencing yang
berwarna coklat seperti teh.
● Virus Polio
Poliovirus adalah virus yang menyebabkan penyakit
polio. Virus ini masuk kedalam tubuh melalui mulut dan
menginfeksi saluran usus. Virus ini memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat yang menyebabkan melemahnya
otot hingga bahkan kelumpuhan. Penularan virus ini dapat
terjadi melalui kontak langsung atau mengonsumsi air dan
makanan yang sudah terkontaminasi feses yang mengandung
virus polio. Polio sangat mudah menyerang orang-orang yang
belum mendapat vaksin polio dan terlebih lagi pada orang yang
tinggal di daerah yang memiliki sanitasi buruk dan tidak memiliki
akses air bersih, imunitas tubuh yang rendah, tinggal serumah
dengan orang yang terinfeksi virus
38
polio, dan lain lain. Polio non paralisis adalah polio yang bersifat
ringan dan tidak menyebabkan kelumpuhan dengan gejala yang
meliputi demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah,
nyeri di bagian lengan. Sedangkan polio paralisis adalah polio
berbahaya yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf tulang
belakang dan otak secara permanen dengan gejala yang
meliputi hilangnya refleks tubuh, otot terasa nyeri dan lemah.
B. Agen Kimia
● Benzena
Benzena dihasilkan secara alami dan dapat ditemukan di
udara, air, dan tanah yang bersumber dari kegiatan industri.
Industri yang menggunakan benzena untuk membuat produk
kimia seperti industri plastik, karet, pelumas, cat, sabun, dan
obat pestisida. Benzena juga dapat ditemukan pada proses
gunung berapi dan kebakaran hutan. Pemaparan benzena dapat
terjadi di tempat kerja (industri) dan lingkungan luar. Sumber
utama benzena adalah bengkel kendaraan, asap rokok, emisi
kendaraan bermotor dan emisi dari kegiatan industri. Orang
yang tinggal di perkotaan atau lingkungan industri dapat
terpapar benzena dalam kadar yang lebih besar. Kebocoran
tempat pembuangan benzena atau sampah berbahaya yang
mengandung benzena dapat mencemari air. Paparan benzena
juga bisa terjadi karena aliran air dari keran, sehingga air untuk
rumah tangga dapat terkontaminasi benzena. Benzena dapat
menyebabkan tumor pada tikus dan leukimia pada manusia.
Dalam jangka waktu yang pendek benzena dapat merusak
sistem imun, saraf, dan sistem peredaran darah pada manusia.
● Arsen
39
Arsen adalah salah satu logam berat yang menjadi bahan
pencemar yang masuk ke dalam aliran sungai. Secara alamiah
arsen dapat mengkontaminasi lingkungan melalui debu vulkanik
dari letusan gunung berapi, pelapukan batuan, dan mineral yang
mengandung arsen yang masuk kedalam air tanah. Arsen juga
dapat mencemari air karena produksi dan penggunaan arsen
pada kegiatan industri seperti pengolahan biji logam, industri
pestisida dan pertambangan serta berasal dari aktivitas
pertanian yaitu penggunaan pestisida. Departemen Teknik
Kesehatan Masyarakat Bangladesh mendeteksi sumur yang
tercemar arsen pada tahun 1993. Menurut data penggunaan air
minum yang berasal dari sumur pompa yang sudah tercemar ini
mencapai 95% dari populasi Bangladesh. Penduduk negara ini
mulai menderita penyakit kanker. Beberapa laporan
menyatakan 3000 jiwa kematian dan 125000 korban terkena
kanker kulit akibat dari air sumur yang terkontaminasi arsen ini.
Bahkan sampai dengan 2016, menurut laporan dari Lembaga
Pemerhati HAM, 20 juta warga miskin Bangladesh masing
mengonsumsi air yang terkontaminasi arsen. Hal itu
menyebabkan 43000 warga tewas setiap tahunnya.
● Merkuri
Merkuri atau air raksa merupakan salah satu logam berat
yang memiliki efek toksik paling berbahaya bersamaan dengan
timbal dan kadmium. Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Cadmium
(Cd) dikenal sebagai the big three heavy metal atau tiga logam
berat paling berbahaya dengan toksisitas tertinggi pada
kesehatan manusia. Faktor pencemaran merkuri di perairan
lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibandingkan
faktor alami, yaitu seperti kegiatan pertambangan, pembakaran
40
bahan bakar fosil, pabrik pengolahan kertas, dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan pertambangan pada saat proses
pemisahan emas digunakan merkuri untuk memisahkan emas
dari material lain. Endapan merkuri kemudian disaring dan air
sisa tersebut dibiarkan mengalir ke sungai yang dapat
memengaruhi kerusakan struktur komunitas atau populasi ikan.
Manusia dapat terpapar merkuri melalui penghirupan uang
merkuri secara langsung atau melalui konsumsi ikan atau biota
air yang sudah terkontaminasi merkuri. Keracunan merkuri
dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal, merusak janin pada
wanita yang sedang hamil, mengganggi saluran darah ke otak
hingga menyebabkan kerusakan otak.
Kasus pencemaran oleh merkuri paling besar terjadi di
Teluk Minamata, Jepang. Dimana suatu industri membuang
limbah cairnya yang berupa merkuri dalam konsentrasi tinggi ke
Teluk Minamata. Teluk itu merupakan daerah yang memiliki
banyak sumber daya ikan dan kerang. Selama bertahun- tahun
tidak ada yang menyadari bahwa sumber daya laut seperti ikan
dan kerang telah terkontaminasi oleh merkuri. Setidaknya,
50000 orang terkena dampak kasus tersebut seperti terserang
penyakit saraf, kehilangan indra perasa, hingga banyak kasus
kematian. Kasus pencemaran Merkuri di Indonesia pernah
terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara pada 2004. Suatu
perusahaan membuang limbahnya ke Teluk Buyat sehingga
menyebabkan sejumlah ikan mati secara mendadak. Ditemukan
juga ikan yang memiliki benjolan seperti tumor yang
mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir kuning
keemasan. Sejumlah penduduk Buyat juga memiliki benjolan
yang sama yang terdapat di leher, payudara, betis, pergelangan,
pantat, dan kepala.
41
3. Vektor
Menurut, International Health Regulation pada 2005 menyebutkan
vektor adalah serangga atau hewan lain yang dapat membawa kuman
penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat. Vektor
membawa dampak buruk untuk kesehatan manusia karena membawa
penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit, seperti
lalat, nyamuk, tikus, kutu, dan hewan pengerat lainnya. Vektor menyebarkan
agen dari manusia atau hewan yang sudah terinfeksi ke manusia atau hewan
lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan dalam tubuhnya, serta
dapat melalui kontaminasi di makanan. Berikut ini adalah beberapa vektor
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan:
a. Nyamuk
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor nyamuk:
● Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue merupakan salah satu
masalah kesehatan utama yang ada di Indonesia. DBD
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus
berkelamin betina. Penyakit ini banyak ditemukan di
daerah tropis dan subtropis seperti negara-negara di
Asia Tenggara. Diperkirakan saat ini sekitar 2,3 miliar
orang atau sekitar 40% dari populasi dunia, tinggal di
daerah yang beresiko terhadap transmisi virus dengue.
World Health Organization memperkirakan 50-100 juta
infeksi terjadi setiap tahunnya, termasuk 500.000 kasus
DBD dan 22.000 kematian, sebagian besar terjadi pada
anak-anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia hingga minggu
ke-22 di tahun 2022 mencapai 45.387 kasus, dengan
42
jumlah kematian 432 kasus. Nyamuk aedes aegypti
bersarang dan bertelur di genangan air yang jernih
didalam atau disekitar rumah. Gejala yang dialami bagi
penderita DBD adalah demam yang naik turun biasanya
terjadi 2-7 hari, nyeri sendi, nyeri otot, muncul bintik
merah, feses berwarna hitam, hingga kesulitan bernafas.
● Malaria
Penderita Malaria di Indonesia mencapai 1 sampai
2 juta orang per tahun, dengan angka kematian sebanyak
100.000 jiwa. Di Indonesia sampai saat ini penyakit
malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat, utamanya di kawasan timur Indonesia,
seperti di wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah
Kalimantan dan Sumatra. Malaria dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,
anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Malaria merupakan penyakit yang
disebabkan oleh parasit Plasomodium, parasit tersebut
menginfeksi nyamuk Anopheles betina dan menularkan
ke manusia melalui gigitannya. Gejala Malaria akan
muncul dalam kurun waktu 10 sampai 15 hari setelah
tergigit nyamuk, gejala yang akan muncul adalah demam,
menggigil, sakit kepala, keringat yang berlebihan, pegal
linu, anemia, dan mual atau muntah. Malaria juga dapat
menyebar melalui donor organ, transfusi darah,
pemakaian jarum suntik yang sama, dan janin yang
tertular dari ibunya. Lingkungan tempat tinggal
43
manusia adalah salah satu faktor yang dapat
memengaruhi perkembangbiakan nyamuk Anopheles,
misalnya seperti, keadaan lingkungan sekitar penduduk
dengan adanya tumbuhan bakau, lumut, ganggang juga
dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk, karena ia dapat
menghalangi sinar matahari yang dapat membuat suhu
menjadi lembab, selain itu dinding rumah yang terbuat
dari kayu atau anyaman bambu memungkinkan lebih
banyaknya lubang untuk nyamuk masuk kedalam rumah,
dinding dari kayu juga tempat yang paling serta tempat
tempat yang lembab adalah tempat disenangi nyamuk
Anopheles untuk berkembang biak.
● Kaki Gajah (Filariasis)
Filariasis atau biasanya dikenal dengan Kaki
Gajah merupakan salah satu penyakit yang endemis di
Indonesia yang disebabkan oleh parasit berupa cacing
filaria yang terdiri dari tiga spesies cacing yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timoridan
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Vektor utama Cacing
filarial adalah nyamuk Culex, Anopheles, dan Aedes.
Seseorang bisa tertular penyakit ini jika digigit oleh
semua jenis nyamuk yang membawa larva cacing filarial.
Jenis parasit Wuchereria Bancrofti tipe perkotaan
biasanya ditularkan oleh nyamuk Culex yang ada di
tempat perindukannya di air got dan air limbah rumah
tangga yang keruh dan kotor, ditemukan di Jakarta,
Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan dan
sekitarnya, sedangkan tipe pedesaan biasanya dapat
disebarkan oleh jenis nyamuk Anopheles dan Aedes
yang biasanya terdapat di tumbuhan air, ditemukan di
44
daerah pedesaan yang ada di luar jawa terutama Nusa
Tenggara Timur. Cacing filarial dapat hidup di kelenjar
getah bening dan dapat mengakibatkan kecacatan
seumur hidup berupa pembesaran di kaki, lengan,
payudara, dan alat kelamin wanita sehingga dapat
menyebabkan penderita tidak produktif sehingga
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
b. Lalat
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor lalat:
● Leishmaniasis atau Kala Azar
Leishmaniasis adalah penyakit infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh parasit Leishmania yang
berkembang biak didalam Lalat pasir. Leishmaniasis
sering terjadi di daerah dengan tingkat sosial rendah dan
miskin, seperti India, Sudan, Nepal, Bangladesh, dan
Brazil. Secara umum, gejala yang terjadi dapat berupa
timbulnya luka pada kulit, penurunan sistem imun tubuh
secara drastis, pembengkakan organ dalam yang
menyerang saluran napas sehingga menyebabkan
penyempitan saluran napas yang dapat berisiko
kematian. Lalat Pasir hidup di tepi sungai berpasir yang
bebas dari pepohonan yang rindang dan tanah yang
lembab.
● Entamoeba Dysenteriae
Penyakit ini disebabkan oleh vektor musca
domestica atau biasanya disebut dengan lalat rumah dan
kecoa. Lalat rumah mudah sekali berkembang biak di
tempat perindukannya yaitu, ditempat sampah dan tinja
manusia. Lalat rumah adalah pemakan makanan yang
mudah dan berbau busuk, seperti buah-buahan,
45
sayur-sayuran, susu, sirup, dan kotoran. Gejala yang
ditimbulkan apabila mengonsumsi makanan yang sudah
terkontaminasi lalat rumah adalah diare, feses berdarah,
kram perut, dan demam. Lalat rumah juga dapat
menularkan lebih dari 100 patogen yang menyebabkan
kolera, salmonellosis, tipus, TBC, poliomielitis, virus
hepatitis A & E, dan lain lain.
c. Tikus
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor
Tikus: ● Penyakit Pes
Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis,
bakteri ini dibawa oleh kutu yang hidup pada tubuh tikus.
Wabah pes dikenal dengan black death karena
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Bahkan pada
abad ke-14, wabah pes membunuh 50 juta orang di
Eropa yang menyebabkan berkurangnya 60% populasi
manusia di Eropa. Tiga jenis pes dapat digolongkan
berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi, seperti: (1)
Pneumonic Plague, yaitu jenis pes yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menyebar hingga paru-paru dan
disebarkan melalui udara dari batuk atau bersin. Gejala
yang ditimbulkan pada tipe ini adalah batuk berdahak,
sakit dada, sesak napas dan tubuh terasa lemas; (2)
Septicemic Plague, yaitu jenis pes yang terjadi karena
bakteri berkembangbiak didalam darah pengidap pes
yang disebabkan oleh masuknya bakteri kedalam darah
secara langsung. Gejala yang ditimbulkan pada pes tipe
ini adalah demam, gemetar, mual, diare, pendarahan dari
mulut, hidup dan anus, serta warna kulit yang menghitam
akibat tidak berfungsinya jaringan pada tubuh; (3)
46
Bubonic Plague, yaitu jenis pes yang menimbulkan gejala
pembesaran kelenjar getah bening yang disebabkan oleh
gigitan secara langsung dari vektor. Gejala yang
ditimbulkan pada pes tipe ini adalah pembengkakan di
area leher, ketiak, pangkal paha dan are yang tergigit.
Pes juga dapat menyebabkan meningitis hingga
kematian. Penyakit pes paling sering terjadi di daerah
yang dengan kepadatan penduduk dan kawasan yang
memiliki sanitasi yang buruk.
● Rat Bite Fever (RBF)
Rat Bite Fever adalah penyakit yang disebabkan
oleh gigitan tikus yang mengandung bakteri
Streptobacillus Moniliformis. Penyakit ini dapat langsung
ditularkan akibat kontak antara tikus dan manusia dan
secara kontak tidak langsung melalui urin atau kotoran
tikus serta mengonsumsi makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Gejala yang disebabkan oleh
demam gigitan tikus adalah demam, sakit kepala,
muntah, nyeri di punggung dan sendi, serta
pembengkakan pada sendi. Apabila tidak diobati,
penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan tulang,
radang jantung, hingga kematian.
● Leptospirosis
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri
genus leptospira yang ditularkan secara langsung dan
tidak langsung melalui urin tikus yang mengandung
bakteri Leptospira. Leptospirosis banyak terjadi di daerah
tropis dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,
kejadian leptospirosis juga dipengaruhi oleh faktor
geografi, cuaca, kehadiran tikus, gaya hidup masyarakat,
47
dan kepadatan penduduk. Kontak dengan air, lumpur,
tanah maupun rumput yang tercemari urin tikus
terinfeksi, saat latihan militer, rekreasi seperti berenang,
hiking, kamping, berburu, memancing, berkebun dan
penggunaan air tanah hujan, serta berjalan disekitar
rumah tanpa alas kaki mempunyai risiko tinggi untuk
terkena penyakit Leptospirosis. Kejadian Luar Biasa
(KLB) leptospirosis di Indonesia umumnya muncul
setelah terjadinya bencana seperti pasca banjir besar di
Jakarta tahun 2007, pasca letusan Gunung Merapi di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2013, dan di
Sampang Madura tahun 2013. Bakteri Leptospira dapat
masuk ke dalam tubuh menuju peredaran darah dan
beredar ke seluruh tubuh manusia sehingga dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan organ tubuh.
Gejala yang timbul apabila terkena penyakit ini adalah
demam tinggi hingga menggigil, sakit kepala, nyeri otot,
diare, gangguan fungsi pada ginjal dan hati,
pembengkakan jantung, serta gagal jantung yang dapat
menyebabkan kematian secara mendadak.
2.4 Upaya Pencegahan Timbulnya Penyakit Akibat Lingkungan
48
Air sebagai sumber daya alam mempunyai arti dan fungsi sangat vital bagi
umat manusia, karena sebagai salah satu sumber daya alam air
mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sehingga harus
dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya, serta dijamin mutunya melalui
pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran air merupakan
salah satu upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
49
menstabilisasikan zat organik dalam limbah, dan menghilangkan
material-material pada air limbah yang berukuran kecil melalui
penyaringan dengan menggunakan cara biologis, yaitu dengan
penggunaan mikroba. Tertiary treatment merupakan lanjutan dari
pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, serta
penggunaan cara kimia untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.
Semakin banyak proses yang dilakukan dalam pengolahan limbah,
biasanya akan membuat limbah menjadi lebih bersih saat masuk ke
sungai. Namun, semakin banyak proses yang dilakukan maka semakin
besar biaya yang harus dilakukan.
50
Cara ini dengan mudah bisa dilakukan dirumah, yaitu
mengurangi pemakaian listrik dirumah, mematikan lampu di siang hari,
mencabut colokan yang sedang tidak digunakan, penggunaan
pendingin ruangan. seperlunya.
3. Menanam pohon
Menanam pohon di sekitar rumah merupakan langkah kecil
yang dapat mengurangi polusi udara secara signifikan.
51
kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian
vektor, yaitu:
1. Pengendalian Habitat Vektor
Mengurangi daerah dimana vektor dapat berkembang biak
dengan mudah, sehingga dapat menurunkan populasi vektor serendah
mungkin hingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya
penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau.
2. Mengurangi Kontak
Membatasi paparan serangga atau hewan yang diketahui vektor
penyakit dapat mengurangi risiko infeksi secara signifikan. Contohnya
yaitu memasang kelambu, memasang kawat kasa pada lubang
ventilasi di rumah, dan sebagainya.
52
Dalam mengatasi atau mencegah permasalahan kesehatan yang
terjadi akibat lingkungan pemerintah melakukan kegiatan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di puskesmas. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas,
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Kegiatan
yang dilakukan pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah:
1. Penyehatan Sarana Air Bersih (SAB), yang dilakukan melalui
kegiatan Inspeksi sanitasi air bersih, pemeriksaan kualitas air,
dan pembinaan pada kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan
pemantauan terhadap jamban keluarga (JAGA), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), serta penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
diantaranya.
3. Pembinaan tempat-tempat umum (TTU), yaitu dengan
melakukan monitoring dan pembinaan terhadap penanggung
jawab dan petugas dari institusi Rumah Sakit dan sarana
kesehatan lain, sarana pendidikan, perkantoran, pasar, kolam
renang umum, tempat penginapan, sarana angkutan umum,
perkantoran, serta sarana pendidikan dan tempat-tempat umum
lainnya.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM), yang dilakukan
dengan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiapsiagaan dan
53
penanggulangan kejadian keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk, dengan kegiatan yang dilakukan
oleh seluruh pemilik rumah dengan bantuan juru pengamatan
jentik (JUMANTIK) atau petugas sanitasi Puskesmas yang
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin
menjadi perindukkan nyamuk dan tumbuhnya jentik.
Dalam kegiatan ini masyarakat tidak ada lagi yang buang air besar pada
tempat terbuka dan sembarangan (seperti kebun, sungai, semak-semak,
54
pantai dan lain sebagainya). Pengelolaan kamar mandi yang difasilitasi
dengan adanya jamban yang sesuai dapat memutuskan siklus penularan
penyakit. Salah satu perubahan yang diterapkan pada pilar ini adalah
penyediaan jamban sehat dengan dilengkapi dengan adanya septic tank
sebagai tempat penampungan tinja. Jamban sehat harus digunakan serta
dipelihara dengan penempatan jamban yang benar guna memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jamban. Pilar ini dapat dikatakan
Open Defecation Free atau bebas dari buang air besar sembarangan apabila
setiap individu sudah buang air besar di jamban yang sehat, tidak ada lagi
ditemukan dan terlihat tinja manusia di sembarang tempat, penerapan sanksi
bagi pelanggar yang masih buang air besar di sembarang tempat, adanya
pengawasan berkelanjutan untuk mencapai 100% kepala keluarga
mempunyai jamban yang sehat.
Pembuatan jamban sehat merupakan salah satu upaya pengendalian
penyakit berbasis lingkungan dalam pengendalian salah satu vektor, jamban
dapat berfungsi untuk mengurangi kontaminasi tinja ke badan air, mencegah
kontak langsung dan tidak langsung antara manusia dan tinja, tidak
mengundang vektor pada tinja/kotoran dan binatang lain seperti tikus dan lain
yang dapat menyebarkan penyakit, menghindari penciuman yang kurang
sedap (bau) dan memutuskan siklus penyebaran penyakit yang terkait tinja
atau kotoran yang berhubungan dengan sanitasi kesehatan lingkungan.
55
yang tersedia yang harus ada pada tempat penyediaan cuci tangan
dan gosokan terlebih dahulu sabun pada kedua telapak tangan kiri dan
kanan hingga berbusa sesudah itu gosokan kedua punggung tangan
bergantian, kedua jari kiri dan kanan, kedua jempol kiri dan kanan,
sampai semua permukaan tangan sudah sempurna berbusa dan setiap
perlakuan bergantian kedua tangan kiri dan kanan; (3) Setiap bagian
dari pada jari dapat dibersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah
kuku; (4) Pembilasan dilakukan dengan air bersih sambil menggosok-
gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang dan terasa bagian
seluruh tangan menjadi bersih dari sisa sabun; (5) Seluruh bagian
tangan dapat dikeringkan dengan menggunakan kain yang bersih,
handuk yang bersih atau kertas tisu dan bisa juga dengan cara
mengibas-ibaskan tangan kiri dan kanan sampai kering.
Cuci Tangan Pakai Sabun dapat dilakukan oleh semua orang
sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah dan menghidangkan
makanan, sebelum menyusui, sesudah buang air kecil maupun besar,
dan sesudah memegang hewan.
56
yang dapat membawa penyakit. Penyimpanan bahan makanan juga harus
dikemas dengan baik agar tidak terjadi kontak dengan makanan lainnya agar
menghindari kontaminasi dengan binatang pengerat yang dapat menurunkan
kualitas dari makanan tersebut. Dapur sebagai tempat pengolahan makanan
juga harus memiliki sanitasi yang bersih agar mencegah masuknya binatang
pengerat yang dapat masuk ke dapur.
57
saluran pembuangan air limbah dibutuhkan untuk menyalurkan limbah cair
rumah tangga. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit sesuai
dengan prinsip limbah cair rumah tangga, yaitu: (1) Tempat pengolahan
limbah tidak menjadi perkembang biakan dari vektor atau serangga; (2) Tidak
tercium bau tidak sedap yang ditimbulkan dari pengolahan air limbah disekitar
lingkungan rumah; (3) Proses pengolahan air limbah tidak menimbulkan suatu
genangan yang dapat menyebabkan jalanan licin; (4) Setiap air limbah yang
disalurkan dengan limbah umum atau sumur resapan yang dikelola sendiri
harus tetap baik dan aman dan bersih.
58
59
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
60
Vektor, vektor juga berpengaruh pada timbulnya masalah kesehatan akibat
lingkungan karena vektor adalah serangga yang dapat membawa kuman
penyakit melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung. Vektor
nyamuk dapat menyebabkan DBD, malaria, dan kaki gajah, vektor lalat dapat
menyebabkan Leishmaniasis dan entamoeba dysentriae, dan vektor tikus
dapat menyebabkan penyakit pes, rat bite fever, dan leptospirosis. Masalah
kesehatan ini apabila tidak ditanggapi secara serius akan berujung kepada
kematian.
Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk pencegahan dan
pengendalian pencemaran lingkungan. Kita sebagai manusia yang
menempati lingkungan dapat memulainya dari diri sendiri terlebih dahulu
dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi, menanam pohon, mengurangi tempat
perkembang biakan vektor dan lain sebagainya. Selain itu kita dapat
berkontribusi pada Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
dijalankan oleh pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat
dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menjalankan
perilaku yang sehat demi menurunnya angka masalah kesehatan dan
kematian yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
3.2 Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
Astrid. (2017, Maret 17). Radiasi dan Kesehatan. Dipetik November 26, 2022,
dari Kesmas.kemkes.go.id:
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/031717-radiasi-dan-kesehat
an
Hulu, V. T., Tasnim, S. S., L. P., M. C., R. P., et al. (2020). Dalam
KESEHATAN LINGKUNGAN (hal. 46-47). Yayasan Kita
Menulis.
62
Putri, V. K. (2021). Ciri-ciri Lingkungan Sehat. Kompas.com.
SMP, A. (2022, September 27). Prinsip Pengolahan Limbah yang Baik Bagi
Lingkungan. Dipetik November 27, 2022, dari ditsmp.kemdikbud.go.id:
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/prinsip-pengolahan-limbah-yang-baik-b
agi-lingkungan/#:~:text=Salah%20satu%20cara%20yang%20paling,Ba
hraini%2C%20Amanda%2C%202019
Absolute Media.
Istarani, F., & Pandebesie, E. (2014). Studi Dampak Arsen dan Kadmium
terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik
Lingkungan.
63
Keracunan Massal Terbesar dalam Sejarah, 20 Juta Warga Minum
Air Tercemar Arsenik. (2016). Retrieved from National
Geographic Indonesia:
https://nationalgeographic.grid.id/read/13304744/keracunan-massal-ter
besar-dalam-sejarah-20-juta-warga-minum-air-tercemar-arsenik?page
=all
64
Wahyuda, I. (2020). Gambaran Pengaruh Paparan Karbon Monoksida (CO)
dari Emisi Kendaraan Terhadap Kadar CO dalam Darah (HbCO) pada
Masyarakat. Diploma Thesis.