Anda di halaman 1dari 63

“Kesehatan dan Lingkungan”

(Kualitas Lingkungan Kaitannya dengan Kesehatan)

Oleh:

Shasa Keishya 1514622021

Muhamad Adif Ardiansah 1514622022

DOSEN:

Dr. Ari Fadiati, M.Si

Pendidikan Vokasional Seni Kuliner

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta


2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberi rahmat serta karunia-Nya kepada kami, Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata


kuliah Kesehatan dan lingkungan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kualitas lingkungan bagi kesehatan,
bagi kami sebagai penulis serta bagi para pembaca.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Ari Fadiati, M. Si selaku
dosen pengampu mata kuliah kesehatan dan lingkungan yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


dan kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran
dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah
yang baik dan benar.

Jakarta, 9 Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
i

DAFTAR ISI
ii

DAFTAR GAMBAR
iii

DAFTAR TABEL
iv

BAB I …………
1

PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang


1

1.2 Rumusan Masalah


2

1.3 Tujuan
2

BAB II
3

PEMBAHASAN
3

2
2.1 Konsep Lingkungan Sehat
3

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan


6

2.3 Kualitas Lingkungan Kaitannya Dengan Kesehatan


25
2.4 Upaya TImbulnya Penyakit Akibat Lingkungan
49

BAB III
60

PENUTUP
60

3.1 Kesimpulan
60

3.2 Saran
61

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 water-borne disease 7 Gambar 2.2.2 water-washed

disease 8 Gambar 2.2.3 water-based disease 8 Gambar 2.2.4 vector-

borne disease 9 Gambar 2.2.5 polusi udara 10

Gambar 2.2.6 kearifan berladang suku dayak 12 Gambar 2.2.7 nyamuk

17

3
Gambar 2.2.8 lalat 17 Gambar 2.2.9 kecoa 18 Gambar 2.2.10 pinjal 18

Gambar 2.2.11 tikus 19 Gambar 2.2.12 bocornya reaktor nuklir

fukushima 20 Gambar 2.2.13 radon masuk ke rumah 21 Gambar 2.2.14

Kebutuhan manusia 24 Gambar 2.3.1 segitiga epidemiologi 25 Gambar

2.3.2 model Gordon 27 Gambar 2.3.3 teori simpul 29


DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 indeks kualitas udara 11 Tabel 2.2.2 komposisi sampah 15

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan


manusia. Kesehatan lingkungan merupakan salah satu unsur penentu
kesejahteraan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu kesehatan
merupakan hak bagi setiap manusia yang harus diwujudkan sebagaimana
yang tertera pada Undang- Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28H ayat (1)
yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperolah pelayanan kesehatan” serta Undang-Undang
nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH) dalam Pasal 65 ayat (1) menyatakan: Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai dari hak asasi manusia.

Teori klasik Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang


mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) faktor
lingkungan; 2) faktor perilaku ; 3) faktor pelayanan kesehatan; dan 4) faktor
genetik (keturunan). Faktor lingkungan berpengaruh pada derajat kesehatan
sebesar 45 persen, faktor perilaku sebanyak 30 persen, faktor pelayanan
kesehatan sebanyak 20 persen, dan faktor keturunan/genetik hanya
memengaruhi sebanyak 5 persen terhadap derajat kesehatan. Sejalan
dengan teori klasik Bloom, World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa terjadi lebih dari 13 juta kematian setiap tahunnya di dunia akibat
berbagai jenis pencemaran lingkungan. Data United Nations Children’s Fund
(UNICEF) Tahun 2014 mengindikasikan bahwa hampir 22 persen populasi
perkotaan Indonesia tinggal di wilayah kumuh. Anak yang menghuni
permukiman kumuh yang memiliki akses terbatas kepada layanan kesehatan
lebih berisiko terpapar kotoran manusia di lingkungannya. UNICEF pada

1
tahun 2015 juga melaporkan terdapat 3 juta kematian balita di dunia yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), diare, malaria, meningitis, tetanus, HIV, dan campak
(UNICEF, 2015). Di Indonesia, ISPA dan diare juga merupakan penyakit
berbasis lingkungan yang berkontribusi tinggi terhadap morbiditas dan
mortalitas balita (UNICEF, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep lingkungan sehat?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas lingkungan? 3.
Apa kaitannya Kualitas lingkungan dengan kesehatan? 4. Upaya
Pencegahan Timbulnya Penyakit Akibat Lingkungan?

1.3 Tujuan

1. Memahami Konsep lingkungan sehat.


2. Untuk mengetahui faktor apa saya yang mempengaruhi kualitas
lingkungan.
3. Untuk mengetahui kaitan kualitas lingkungan dengan kesehatan. 4.
Untuk mengetahui upaya dalam mencegah timbulnya penyait akibat
lingkungan.
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Lingkungan Sehat

A. Definisi lingkungan dan kesehatan

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan


ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Menurut
Darsono (1995), Lingkungan adalah semua benda dan kondisi. Serta manusia
beserta kegiantannya. Semua hal itu berada di dalam suatu ruangan di
tempat manusia itu tinggal. Semua unsur tersebut berpengaruh pada
kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia. Serta seluruh makhluk lain
yang hidup. Sedangkan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (UU. No 36 Tahun 2009).

Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup


merupakan suatu kesatuan dalam ruang lingkup yang ada disekitar makhluk
hidup yang dapat berpengaruh satu sama lainnya, artinya kualitas suatu
lingkungan dipengaruhi oleh kegiatan makhluk hidup, terutama manusia yang
ada pada lingkungan tersebut. Begitu pula sebaliknya. Baik buruknya kualitas
lingkungan hidup dapat berpengaruh pada makhluk hidup, lingkungan yang
bersih dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, sedangkan lingkungan
yang kotor dapat menimbulkan berbagai penyakit serta musibah.

3
B. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah keadaan lingkungan yang mendukung


keseimbangan ekologi antara lingkungan dan manusia sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan kualitas hidup manusia. Kondisi
lingkungan meliputi semua faktor-faktor eksternal yang berada di lingkungan
sekitar manusia, yaitu faktor fisik, faktor kimiawi, dan faktor bilogik serta
faktor-faktor lain yang berdampak pada kebiasaan hidup (Soedarto, 2013).

Lingkungan sehat dapat mendukung tercapainya kesejahteraan hidup


manusia sekaligus membuat manusia terhindar dari berbagai resiko cedera
dan terkena penyekait. Sebab, lingkungan yang sehat dan bersih sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang bersih dan terhindar dari berbagai
pencemaran. Penanganan Kesehatan Lingkungan harus sesuai dengan
hubungan yang terjadi antara lingkungan dan kesehatan dan harus dilakukan
secara terpadu oleh Departemen Kesehatan dengan Departemen-
departemen lainnya, dan didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat. Dengan menciptakan lingkungan yang sehat tentu akan
berpengaruh pada kualitas kesehatan dan kenyamanan hidup. Dilansir dari
Kompas.com lingkungan yang sehat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kualitas udaranya bersih. R. Sihadi Darmo Wihardjo dan Henita


Rahmayanti dalam buku Pendidikan Lingkungan Hidup (2021),
Menuliskan ciri lingkungan yang sehat memiliki kualitas udara yang
bersih, segar dan sejuk.
2. Adanya tempat pembuangan sampah. Ketersediaan tempat sampah
disuatu lingkungan dapat membantu mengurangi pencemaran
lingkungan dan mencegah penyakit.

4
3. Pengelolaan sampah (organik dan anorganik). Apabila tidak dikelola,
sampah akan menumpuk dan akhirnya membuat lingkungan menjadi
kotor dan tidak sehat
4. Saluran air yang lancar dan tidak berbau. Saluran air yang lancar
membuat masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti mandi dan
mencuci dengan baik.
5. Banyak tumbuhan hijau. Tujuan dari banyaknya tumbuhan hijau supaya
tidak gersang dan udara sekitar tetap terjaga kebersihannya. 6. Adanya
pengelolaan limbah yang baik. Pengelolaan limbah yang baik
ditujukan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan menjaga
kebersihan.

5
2.2 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan hidup merupakan kondisi dan keadaan unsur-


unsur atau komponen-komponen lingkungan hidup, baik komponen abiotik
maupun komponen biota yang sesuai dengan standar mutu lingkungan.
Faktor kualitas lingkugan hidup merupakan unsur atau komponen-komponen
lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh unsur atau
komponen-komponen lingkungan hidup itu sendiri (Reda Rizal, 2017).

1. Air

Salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi kehidupan di


bumi adalah air. Berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung jika
tanpa air. Sebab, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama
bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Menurut Arif Sumantri (2010) perlu
disadari bahwa sumber daya air untuk kelangsungan hidup, baik air
permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan dari manusia
dengan sebaik-baiknya, supaya mendapatkan manfaat yang optimum dari
keberdayaan sumber daya air dan mencegah terjadinya penurunan kuantitas
dan kualitas dari sumber daya air.

Air, sanitasi dan higiene berperan penting dalam mencegah sedikitnya


9,1% jumlah penderita penyakit dan menyelamatkan 6,3% jumlah kematian
penduduk bumi. Sekitar 1.1 miliar penduduk bumi tidak mendapatkan
pasokan air bersih, sedangkan lebih dari 35% penduduk bumi (sekitar 2,4
miliar orang) belum mendapatkan fasilitas sanitasi yang baik. Setiap tahunnya
2 juta orang meninggal dunia akibat penyakit-penyakit diare, sebagian besar
korban diare adalah penduduk negara-negara berkembang yang hidup dalam
keadaan sangat miskin di tempat-tempat pemukiman di

6
pinggiran kota atau penduduk yang hidup di daerah pedesaan (Soedarto,
2013).

Menurut WHO dan UNICEF, dengan meningkatkan sanitasi, 1.5 juta


jiwa anak dapat diselamatkan setiap tahunnya terutama dari kematian yang
disebabkan oleh penyakit-penyakit penyebab diare. Masalah utama pada
peran air dalam meningkatkan kesehatan adalah kurangnya perhatian
terhadap kesehatan lingkungan, tidak adanya sumber dana, kurangnya
pasokan air dan pemeliharaan sanitasi, cara hidup yang tidak higienis dan
sanitasi yang tidak memadai di sarana-sarana publik, termasuk di rumah
sakit, pusat-pusat kesehatan dan di sekolah-sekolah. Menurut Soesanto dan
Irianti (2001) Penyakit yang berkaitan dengan air di negara yang sedang
berkembang dikelompokkan dalam 4 kategori berdasarkan mekanisme
penulanrannya:

1. Water-borne disease, berkaitan dengan air yang tercemar kotoran


manusia dan hewan, yang bila terminum, dalam menimbulkan kolera,
tifus dan diare.

2. Water-washed diseases, terkait dengan kekurangan air atau sulitnya


menjangkau sumber air untuk memelihara kebersihan perorangan,
yang dapat menyebabkan timbulnya diare, infeksi kulit, penyakit mata
menular, water-borne disease, dan infeksi kutu atau tunggau yang juga
dapat menjadi vector demam semak (scrub thypus).

3. Water-based diseases, terkait dengan parasit yang bagian dari daur


hidupnya dalam air, seperti schistosomiasis.
4. Water-related insect vector-borne diseases, terkait dengan serangga
vektor penyakit yang habitatnya di air. Vektor ini berbeda menurut jenis
habitat. Misalnya, nyamuk yang menularkan malaria ada yang
berkembang biak di air payau, sedangkan yang menularkan filariassis
berkembang biak di lubang jamban yang kebanjiran dan airnya
tercemar.

8
Untuk mengurangi peningkatan penyakit akibat berbagai faktor yang berisiko
ini, penyediaan air bersih yang cukup, meningkatkan fasilitas pembuangan
limbah kotoran manusia yang baik, dan pendidikan kesehatan untuk
menjalankan kebiasaan hidup yang higienis merupakan modal penting yang
harus selalu diupayakan (Soedarto, 2013).

2. Udara

Udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas


lingkungan. Setiap harinya manusia menghirup sebanyak 30 m 3 udara, lebih
kurang enam kali jumlah makanan dan minuman yang dibutuhkan dalam
hidupnya. Pencemaran udara merupakan masalah besar bagi masyarakat
modern, terutama di lingkungan perkotaan. Polutan dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia dan kerusakan pada lingkungan. Polutan bersama
dengan udara, terus menerus dihirup manusia dan masuk ke dalam tubuh.

Pabrik dan industri serta kebakaran hutan merupakan penyebab umum


terjadinya polusi udara. Polutan yang menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat antara lain adalah karbon monoksida, ozon, nitrogen dioksida dan
sulfur dioksida. Polusi udara di dalam atau luar rumah menyebabkan
terjadinya penyakit-penyakit pernapasan dan penyakit lainnya, yang dapat
menyebabkan kematian.

9
Menurut Data WHO Penyakit paru merupakan penyebab kematian
nomor tiga di Amerika Serikat, dengan jumlah terbaru yang dipublikasikan
pada tahun (2020), kematian penyakit paru-paru di Amerika Serikat mencapai
195,387 atau 7,80% dari total kematian. Sedangkan penyakit asma adalah
penyakit kronis yang paling banyak diderita oleh anak-anak, dan merupakan
penyebab utama kunjungan penderita ke rumah sakit.

Fakta kunci World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa:

● Polusi udara merupakan resiko lingkungan yang tinggi terhadap


kesehatan. Dengan mengurangi derajat polutan udara, penyakit-
penyait infeksi pernapasan, penyakit jantung, dan kanker paru dapat
diturunkan frekwensinya.
● Makin rendah tingkat polusi udara disuatu kota, makin baik kesehatan
pernapasan dan kesehatan kardiovaskuler penduduknya.
● Polusi di dalam rumah diprakirakan menjadi penyebab 2 juta kematian
premature di negara-negara sedang berkembang. Hampir separuh
kematian tersebut disebabkan oleh pneumonia pada anak berumur
dibawah lima tahun.
● polusi udara di luar rumah daerah perkotaan diduga menjadi penyebab
terjadinya 1,3 juta kematian setiap tahunnya
● paparan cemaran udara sebagian besar tidak mungkin diatasi secara
perorangan, sehingga harus ditangani secara nasional, regional
bahkan tingkat internasional

10
● Dengan mengurangi polusi particulate matter (PM10) dari 70 sampai 20
mikrogram per kubik meter, angka kematian yang terkait dengan mutu
udara dapat diturunkan sampai 15%

Indeks Mutu Udara Menurut EPA (badan perlindungan lingkugan AS)

Table 2.2.1 Indeks Mutu Udara

Indeks kualitas udara Derajat kesehatan

0-50 Baik

51-100 Sedang

101-150 Tidak sehat

151-200 Sangat tidak sehat untuk kelompok peka

201-300 Sangat sidak sehat

301-500 Berbahaya

3. Tanah

Hubungan antara makhluk hidup dan tanah sangat erat. Tanah


merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tanah menyediakan
berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup setiap
makhluk hidup. Selain itu tanah juga merupakan habitat alamiah bagi
manusia dan makhluk hidup lainnya. diperkirakan 25% spesies dunia hidup
ditanah (Arief Nugroho, 2014). Tanah merupakan tempat produksi sebagian
besar makanan makhluk hidup. selain itu, tanah dapat berfungsi untuk
menyediakan ekosistem melalui berbagai interaksi yang kompleks (saling
tergantung) antara organisme. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia
memelihara kualitas tanah agar dapat hidup sejahtera.
11

Kelangsungan hidup manusia salah satunya bergantung dari tanah misalnya


untuk keperluan bercocok tanam, dan sebaliknya tanah pun memerlukan
perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki
fungsinya. Kegiatan manusia seperti perusakan hutan, perladangan yang
berpindah-pindah, dan penggalian lahan secara besar-besaran sangat
memengaruhi kondisi tanah. Disamping itu, tanah yang terkontaminasi dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah. Bila ini tidak dibatasi dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan tanah yang pada akhirnya akan
menimbulkan bencana bagi manusia dan makhluk lainnya.

Penyebab Terjadinya Kontaminasi tanah:

1. Kontaminasi tanah oleh polutan organik dan anorganik

Pesatnya pertumbuhan industri berdampak pada pembuangan limbah industri


yang tidak terkendali. limbah ini dibuang ke tanah baik secara langsung
maupun setelah melalui pengolahan. Limbah-limbah yang dihasilkan dari
kegiatan industri, kegiatan perkotaan, kegiatan domestik, maupun kegiatan
pertambangan biasanya mengandung polutan bahan anorganik (logam berat,
nitrat sianida, fosfat, dll) dan bahan organik (pestisida, herbisida, fungisida)
dalam konsentrasi tinggi. Tanah yang menerima limbah akan menjadi
penyimpanan bahan kimia yang akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan
manusia (Ganeshamurthy, dkk, 2008).

12
2. Kontaminasi tanah oleh mikroorganisme patogen

Tanah merupakan reservoir patogen manusia dan parasit. Tanah yang


menerima semua jenis limbah, dapat mengandung mikroorganisme seperti
cacing, bakteri, virus dan jamur patogen dalam konsentrasi tinggi. Manusia
dapat bersentuhan dengan tanah secara permanen baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui makanan, air, dan udara. Menurut Weissman,
dkk (1976) berdasarkan asal agen etiologi penyakit yang berhubungan
dengan tanah dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori:

− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh patogen oportunistik atau muncul
dari mikroorganisme biota tanah seperti fungi, yaitu jamur yang umum
terdapat dalam di tanah yang dapat menginfeksi paru-paru.
− penyakit bawaan tanah yang menyebabkan keracunan akibat konsumsi makanan
yang terkontaminasi dengan neurotoksin yang dapat merusak sistem saraf.
− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh endemik patogen ke tanah
misalnya bakteri clostridium tatani yang bisa menyebabkan penyakit
tetanus.
− Penyakit bawaan tanah yang disebabkan oleh masuknya patogen ke dalam tanah
melalu ekskreta (buangan) dari hewan dan manusia termasuk bakteri, virus,
protozoa dan cacing.

Penanggulangan kontaminasi pada tanah:

A. Remediasi

Ada 2 jenis remediasi tanah yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site).
pembersihan On-site adalah pembersihan di lokasi. sedangkan Off-site
meliputi penggalian tanah yang kemudian dipindahkan ke daerah yang aman

13
setelah itu dibersihkan dari zat pencemar. pembersihan Off-site ini jauh lebih
rumit dibandingkan pembersihan On-site.

B. Bioremediasi

Pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme.


Bioremedasi bertujuan untuk mendegradasi atau memecah zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.
C. Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan suatu sistem dimana tanaman dan mikroorganisme


dalam media tanah atau air dapat mengubah zat kontaminan (pencemar)
menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan berguna. Proses dalam sistem
ini berlangsung secara alami.

4. Sampah (Limbah)

Sampah masih menjadi masalah serius dilingkungan. Kehidupan


manusia tidak lepas dari sampah. Plastik, pakaian bekas, sisa makanan, dan
sisa barang yang tidak terpakai merupakan sampah yang dihaslkan dari
kegitan manusia. Dilansir dari databoks, Indonesia menghasilkan 67,8 ton
sampah ditahun 2020. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga.
Komposisi sampah nasional berdasarkan sumber sampah berdasarkan data
dari KLHK:

Tabel 2.2.2 Komposisi sampah nasional

NO Sumber Nilai (%)

1 Rumah Tangga 37,4

2 Pasar Tradisional 16,4 14

3 Kawasan 15,9

4 Lainnya 14,6

5 Perniagaan 7,3

6 Fasilitas Publik 5,3

7 Perkantoran 3,3

Pengelolaan sampah padat terbagi dalam 3 tahapan yaitu:


1. Tahap pengumpulan, dalam hal ini sebaiknya jenis sampah kering dan
basah disimpan ditempat yang terpisah.
2. Tahap pengangkutan, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir
dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh
pemerintah setempat.
3. Tahap Pemusnahan, Tahap ini merupakan tahap akhir. contohnya
melalui Sanitary Landfill yaitu dengan cara menimbun sampah dengan
tanah yang dilakukan secara berlapis. Dengan cara itu, sampah tidak
akan menimbulkan bau dan menjadi sarang penyakit.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah, adalah dengan
mengeluarkan peraturan daerah. Salah satu contohnya adalah pemerintah
DKI Jakarta yang mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 77 tahun 2020
tentang Pengelolaan Sampah Lingkungan Rukun Warga. Adanya Pergub ini
untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat terhadap pengelolaan
sampah untuk mencapai target pengurangan dan penanganan sampah
rumah tangga.

Tujuan dari pengelolaan sampah pada lingkungan Rukun Warga ini


adalah untuk menyulap sampah yang dihasilkan dari rumah tangga menjadi
barang yang bernilai secara ekonomi maupun kegunaan dan mengubahnya

15
menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan adanya
pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, diharapkan Jakarta dapat
menekan angka penumpukan sampah di Indonesia khususnya Ibu kota DKI
Jakarta.

Pada prinsipnya pengolahan sampah yang baik bagi Lingkungan adalah


dengan cara mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan
mendaur ulang (recycle) atau biasa disebut dengan 3R. Cara mengolah
sampah yang dapat kita lakukan adalah dengan memisahkan jenis sampah
organik atau anorganik lalu kemudian didaur ulang sesuai dengan
karakteristik sampah tersebut. Selain itu, bisa dengan cara mengurangi
(reduce) penggunaan sampah plastik.

5. Vektor

Penyakit menular melalui vektor dan binatang pembawa penyakit


seperti Malaria, DBD, filariasis (kaki gajah), radang otak, rabies, pes, dan
Schistosomiasis. Hingga kini masih menjadi masalah kesehatan yang banyak
ditemukan pada lingkungan masyarakat dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan wabah serta
memberikan dampak kerugian ekonomi masyarakat. Vektor merupakan
antropoda yang dapat menularkan, memindahkan, atau menjadi sumber
penular penyakit. Contoh vektor dan binatang pembawa penyakit antara lain:

1. Nyamuk

16
Nyamuk dapat menghisap darah manusia perilakunya tersebut dapat
menyebabkan berbagai penularan penyakit seperti malaria, demam
berdarah, filariasis dan lain lain.

2. Lalat
Lalat merupakan kelompok serangga pengganggu sekaligus sebagai
penular penyakit. Lalat dapat menularkan penyakit dengan
menghinggapi makanan, minuman dll. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan oleh lalat
melalui makanan seperti disentri, diare, tipes, kolera, infeksi mata, dan
infeksi kulit.

3. Kecoa

17
Kecoa berperan dalam penyebaran beberapa penyakit seperti Disentri,
diare, kolera, virus hepatitis A, dan polio pada anak-anak. Sebagai
vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai
inang perantara bagi beberapa species cacing. Penyakit yang
ditularkan oleh kecoa dapat menyebabkan reaksi alergi seperti
dermatitis dan Salmonella serta reaksi alergi lainnya.

4. Pinjal (kutu)

Pinjal termasuk kedalam kelas Insecta. Pinjal betina meletakkan


telurnya diantara rambut maupun sarang tikus. Pinjal bisa menusuk
dan menghisap darah, Pes atau sampar adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Seseorang dapat
terkena penayakit tersebut jika digigit pinjal yang terpapar bakteri Y.
Pestis, setelah serangga tersebut menggigit hewan yang terinfeksi.

5. Tikus

18
Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar dimalam hari untuk
mencari makanan. Tikus juga dikenal sebagai binatang yang
menempati hampir di semua habitat. Beberapa penyakit yang
ditularkan oleh tikus antara lain; Hantavirus pulmonary syndrome,
hemorrhagic fever with renal syndrome, penyakit Pes atau sampar dan
lain lain.

Dilansir dari website Krakataumedika.com pengendalian vektor dan binatang


pembawa penyakit diantara lain:

1. Pengamatan dan penyelidikan bioekologi, yang meliputi kegiatan siklus


hidup, morfologi, anatomi, perilau, kepadatan, habitat
perkembangbiakan, serta musuh alami vektor dan binatang pembawa
penyakit.
2. Metode fisik, biologi, kimia dan pengelolaan lingkungan, yang meliputi
pemasangan perangkap, membasmi dengan bahan kimia,
pengelolaan lingkuhgan yang baik, dan lain lain.
3. Pengendalian terpadu terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit,
dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas
serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

6. Radiasi

Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional, Radiasi adalah energi yang


terpancar dari materi (atom) dalam bentuk partikel atau gelombang. Secara
alami, setiap hari manusia terpapar radiasi (Astrid, 2017). radiasi

19
dikelompokan menjadi 2 berdasarkan muatan listriknya yaitu, radiasi pengion.
energi yang mampu mengionisasi media lainnya contohnya sinar-x dan
lainnya dan radiasi non pengion, radiasi yang apabila melewati jaringan
biologi tidak akan mengionisasi bahan atau jaringan tersebut contohnya sinar
yang terlihat, panas, ultra-violet, dan gelombang radio. Radiasi pengion
adalah jenis radiasi yang berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan.
Radiasi nuklir bisa terpapar misalnya melalui CT-scan dan Rontgen atau
melalui ledakan bom nuklir dan kebocoran reaktor nuklir. Dilansir dari
Alodokter.com dampak buruk radiasi nuklir terhadap kesehatan yaitu:

1. Merusak sel-sel tubuh


2. Meningkatkan resiko terkena kanker
3. Mengganggu tumbuh kembang anak
4. Merusak jaringan kulit

Fukushima merupakan salah satu contoh kota dengan tingkat radiasi nuklir
tinggi. Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi pada tahun 2011 yang lalu,
menyebabkan hancurnya reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di
Fukushima, jepang. Sehari sesudah terjadi bencana, tepatnya pada tanggal
12 maret, elemen-elemen telah menyebar sejauh 200 km dari pusat bencana,
dalam waktu setengah bulan hemisfer Utara bumi telah tercemar. Menurut
Studi Stanford University, pada bulan Juni 2012, Radiasi yang terjadi dapat
20
menyebabkan 180 orang menderita kanker dan 130 orang meninggal dunia
akibat kanker, sebagian besar terjadi di Jepang.

Selain itu, ada juga radiasi yang muncul pada lingkungan rumah, misalnya
radiasi dari gas radioaktif yang muncul dari bebatuan dan tanah (radon) serta
menyebar ke udara dalam rumah maupun tempat pertambangan bawah
tanah. Radiasi radon dalam bentuk partikel dapat masuk ke dalam media
udara atau menempel pada debu sehingga dapat terhirup oleh manusia, dan
juga dapat masuk ke air tanah dan tanaman sehingga dapat tertelan oleh
manusia.

Apabila masuk kedalam tubuh manusia gas radon akan mengalami proses
ionisasi dalam tubuh khususnya paru-paru. Kebiasaan merokok dapat
meningkatkan potensi gas radon yang mengakibatkan kanker pada sistem
pernapasan (Astrid, 2017).

Kiat hidup sehat untuk menghindari paparan radiasi menurut Kemenkes RI:

1. Menambah luas ventilasi rumah, dengan memastikan minimal luas


ventilasi rumah 10% dari luas lantai.
2. Selalu membuka jendela setiap hari.
3. Memperbaiki dinding dan lantai yang sudah retak.

21
4. Tidak tidur di lantai tanpa alas.
5. Tidak merokok di dalam rumah.
6. Tidak menggunakan bahan bangunan dengan radioaktivitas tinggi pada
bangunan.
7. Bila memperbaiki rumah, disarankan agar dibawah lantai perlu diberi
bambu yang sudah dihilangkan buku-bukunya sehingga gas radon
dapat mengalir melalui bambu.
8. Bila membangun rumah baru, disarankan untuk membangun jenis
rumah panggung dan terbuat dari bahan-bahan yang kadar
radionuklida alamnya rendah.

7. Iklim

Perubahan cuaca dan iklim dapat mempengaruhi lingkungan dan


kesehatan manusia. Perubahan iklim mengakibatkan peningkatan gelombang
panas yang berulang-ulang dan perubahan cuaca yang ekstrim antara lain,
kekeringan dan naiknya permukaan laut. Banyak negara-negara miskin
mengalami akibat yang berat karena perubahan iklim. Kekeringan dapat
merusak sumber-sumber lingkungan, dan gangguan perekonomian pada
negara.

Pengaruh Iklim terhadap kesehatan menurut Soedarto (2013):

1. Meningkatkan risiko sakit dan mati akibat cuaca panas yang tinggi dan
terjadinya gelombang panas, atau cuaca yang sangat dingin. 2. Cuaca
yang ekstrim dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental.
3. Meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan dari makanan, air dan
serangga.

22
4. Naiknya suhu udara dan konsentrasi karbon dioksida meningkatkan
produksi tepungsari alergenik yang menimbulkan gangguan
kesehatan.
5. Anak-anak, orang lanjut usia dan kelompok miskin merupakan
kelompok yang peka kesehatannya terhadap perubahan iklim.

Masalah penting yang terjadi salah satunya adalah berlangsungnya


degradasi tanah. Hutan merupakan ekosistem yang mendukung kehidupan
manusia. Hutan sebagai sumber bahan bangunan dan bahan bakar untuk
memasak. Tanah hutan juga merupakan tempat tumbuhnya bahan makanan
dan tanaman obat-obatan. Jika dikelola dengan baik hutan bisa menjadi
sumber bahan kebutuhan manusia yang mudah peroleh. Tetapi penggunaan
pohon hutan yang semena-mena dapat menyebabkan penggundulan hutan
dan kerusakan pada lingkungan hidup manusia.

Penanaman kembali (reforestation) hutan dapat menjadi upaya baik


untuk mengatasi perubahan iklim, karena dapat merehabilitasi sistem
hidrologi dan cadangan air, karena dapat mencegah terjadinya banjir dan
mencegah terbuangnya air sungai yang mengalir ke laut (Soedarto, 2013).

8. Manusia

Manusia menjadi faktor utama dalam pengaruh kualitas suatu


lingkungan. Karena manusia merupakan tema sentral dalam kehidupan.
Dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya,
manusia sangat dominan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Selain
itu, manusia juga dominan dalam hal merusak sumber daya alam. Manusia
juga menciptakan teknologi sebagai alat ilmu pengetahuan dan sebagai alat
untuk mengeksploitasi sumber daya alam (Sofyan Anwar, 2012).

23
Seiring bertambahnya waktu, kebutuhan manusia semakin bertambah karena
pertambahan penduduk yang terus meningkat. Hal itu, dapat menyebabkan
timbulnya permasalahan lingkungan karena meningkatnya kuantitas limbah
yang dapat mencemari udara, tanah, dan air, penggunaan bahan bakar yang
meningkat yang dapat menghasilkan emisi, penggunaan kendaraan dan AC
berlebih yang dapat mencemari udara, penebangan hutan yang membuat
hutan tak mampu menyerap karbon dioksida lebih banyak, dan lain-lain.

Disisi lain, manusia juga dapat menjaga dan bertanggung jawab dalam
hal meningkatkan kualitas lingkungannya dengan membuat aturan dalam
berbagai macam bentuk norma seperti Undang-undang, tata tertib, peraturan.
Misalnya peraturan dalam pembangunan pariwisata atau industri yang
memerlukan izin apakah pembangunan tersebut berdampak buruk terhadap
lingkungan. Selain itu manusia juga dapat mengelola setiap faktor yang
mempengaruhi kualitas seperti air, tanah, limbah, dan lain lain. Artinya
Perilaku dan kegiatan manusia menjadi penentu bagi kualitas lingkungannya.

2.3 Kaitan Kualitas Lingkungan dengan Kesehatan

1. Konsep Terjadinya Masalah Kesehatan (Penyakit)

24
Segitiga Epidemiologi atau trias epidemiologi merupakan konsep dasar
yang menggambarkan hubungan antara faktor-faktor yang berperan dalam
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Teori ini dikemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950, karena itu segitiga
ini terkadang disebut juga sebagai model Gordon, sesuai dengan nama
pencetusnya. Model Gordon ini menggambarkan terjadi penyakit sebagai
adanya pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengahnya, yaitu
Lingkungan atau Environment dan pada pengungkit tersebut memiliki
pemberat yakni, Pejamu atau Host dan Agen penyakit atau Agent.
1. Agent (Faktor Penyebab)
Agent dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energi, dan lain
sebagainya, yang dalam jumlah berlebih atau kurang merupakan
sebab utama dalam terjadinya penyakit. Agen dapat berupa agen
biologis seperti, bakteri, virus, jamur, dan lain lain. Agen juga dapat

25
berupa agen kimiawi seperti zat kimia, polusi, debu, gas, dan lain lain.
Lalu ada agen fisika yaitu, panas, radiasi, dingin, cahaya, kebisingan,
tekanan dan lain lain.

0. Pejamu atau Host


Pejamu adalah populasi yang memiliki resiko untuk sakit.
Pejamu sangat penting untuk proses terjadinya sakit ataupun dalam
pengendaliannya. Pejamu juga sangat menentukan kualitas lingkungan
yang ada dengan cara perlakuannya yang berbeda sesuai dengan
pengetahuan, sikap, dan gaya hidupnya. Faktor pejamu sangat
kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada
karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing pejamu. Efek yang
ditimbulkan oleh penyebab penyakit terhadap pejamu juga ditentukan
oleh tingkat imunitas, genetik (keturunan), dan status kesehatan.

0. Lingkungan atau Environment


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri pejamu, baik
benda mati dan benda hidup. Lingkungan terbagi menjadi 3 komponen
yaitu:
a. Lingkungan Fisik (abiotik)
Lingkungan fisik bersifat abiotik atau mati yang meliputi air, udara, tanah,
cuaca, panas, sinar, radiasi, dan lain lain. Lingkungan abiotik berinteraksi
secara konstan dengan pejamu sepanjang waktu. Lingkungan ini memiliki
peranan penting dalam proses terjadinya masalah kesehatan pada
masyarakat.
b. Lingkungan Biologis (biotik)
Lingkungan biologis bersifat biotik atau hidup seperti, tumbuhan, hewan,
virus, bakteri, jamur, serangga, dan lain lain. Hubungan antara manusia dan
lingkungan biologis bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan
antara hubungan ini maka manusia akan mengalami sakit.

26
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini bersifat kultur, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan,
sikap, gaya hidup, pekerjaan, kehidupan di masyarakat, dan lain lain. Bila
manusiaterdi tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan ini maka
dapat menimbulkan terjadinya konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik, seperti stress, depresi, dan gangguan kejiwaan lainnya.

Model Gordon menggambarkan keadaan seimbang dan tidak seimbang


antara agen, pejamu, dan lingkungan, yaitu:

.
a. Model 1
Kondisi ketika agen penyakit berkembang biak sehingga berat ke kiri. Hal
ini menunjukkan pertumbuhan jumlah agen penyebab penyakit yang dapat
membuat manusia menimbulkan gejala-gejala penyakit.
b. Model 2
Kondisi ketika host memiliki kerentanan sehingga lebih berat ke kanan.
Pada kondisi ini timbulnya penyakit disebabkan oleh pejamu yang memiliki
daya tahan tubuh yang kurang atau memiliki penyakit komorbid seperti
hipertensi, diabetes, dan lain lain.

27
c. Model 3
Kondisi ini dimana interaksi antara pejamu, agen penyebab penyakit, dan
lingkungan seimbang sehingga menimbulkan keadaan sehat. d. Model 4
Kondisi ini disebabkan oleh perubahan kualitas lingkungan yang dapat
memicu pertambahan jumlah agen penyebab penyakit dan memudahkan
agen untuk masuk ke tubuh pejamu.
e. Model 5
Kondisi ini disebabkan oleh perubahan kualitas lingkungan yang dapat
meningkatkan kerentanan pejamu. Kondisi ini dimana pejamu secara
langsung dipengaruhi oleh lingkungan, tanpa adanya bantuan agen.
Contohnya adalah ketika individu kehujanan atau kehujanan karena faktor
cuaca, hal tersebut akan menyebabkan flu hingga demam.

2. Patogenesis Penyakit
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga
saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Patogenesis penyakit terjadi erat kaitannya dengan media lingkungan.
Hubungan interaktif manusia dan perilakunya dengan komponen lingkungan
yang berpotensi menimbulkan penyakit disebut proses terjadinya penyakit
atau patogenesis penyakit.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti bawah ini:
28
Berdasarkan dengan gambaran skematik di atas, maka patogenesis penyakit
dapat diuraikan kedalam 4 (empat) simpul, yaitu:
1. Simpul 1 (Sumber Penyakit)
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan
atau mengemisi agent penyakit. Agent penyakit adalah suatu komponen yang
dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung
maupun melalui media perantara. Sumber penyakit adalah titik yang secara
konstan maupun sewaktu- waktu dapat mengeluarkan satu atau lebih
berbagai agen penyakit.
Beberapa contoh agent penyakit:
● Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dan lain lain.
● Agent Kimia: Pestisida, Polusi, Deterjen, dan lain lain
● Agent Fisika: Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain lain

2. Simpul 2 (Komponen Lingkungan sebagai Media Transmisi) Komponen


Lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit sebagai media transmisi
karena dapat memindahkan agent penyakit yang artinya bila lingkungan
memiliki sanitasi yang bersih dan baik maka timbulnya penyakit tidak akan
terjadi. Namun perlu diketahui bahwa, media transmisi tidak akan memiliki
potensi penyakit jika didalamnya tidak mengandung agent penyakit.
Komponen lingkungan yang dikenal sebagai media transmisi adalah: (1)
Udara; (2) Air; (3) Tanah; (4) Makanan/ Pangan; (5) Vektor; (6) Binatang; (7)
Manusia.
3. Simpul 3 (Penduduk)

29
Penduduk dimanifestasikan dengan perilaku, kebiasaan, atau pola
hidup sehari-hari. Keterkaitan antara komponen lingkungan dengan penduduk
beserta perilakunya, dapat diukur dengan konsep yang disebut perilaku
pemajanan. Perilaku pemajanan yaitu jumlah kontak antara manusia dengan
komponen lingkungan sebagai media transmisi yang mengandung potensi
bahaya penyakit. Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis
penyakit antara lain: (1) Perilaku; (2) Status Gizi; (3) Pengetahuan; (4)
Ekonomi; (5) Kepadatan penduduk.

4. Simpul 4 (Sakit/ Sehat):


Sakit atau sehat merupakan outcome atau dampak akhir dari perilaku
pemajanan yang mendukung sumber penyakit bisa masuk ke dalam tubuh
manusia karena lingkungan sebagai transmisi. Bila penduduk tidak dapat
beradaptasi dengan baik pada lingkungan, maka sumber penyakit akan
mudah timbul namun sebaliknya bila perilaku pemajanan mampu beradaptasi
maka akan terciptalah keadaan yang sehat.

3. Media Lingkungan yang Berpengaruh pada Kesehatan


1. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan
yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak
selalu sama (Fardiaz, 1992). Campuran gas pada udara meliputi
Nitrogen (N2) 78%, Oksigen (O2) 20%, Argon (Ar) 0,93%, karbon
dioksida (CO2) 0,03% dan sisanya terdiri dari gas lain seperti Helium
(He), Metana (CH4), Neon (Ne, dan Hidrogen (H). Udara yang telah
terkontaminasi dengan zat pencemar disebut dengan pencemaran
udara. Agen yang dapat mencemari udara, yaitu:

A. Agen Kimia
30
● Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan adalah sumber utama bagi
karbon monoksida di berbagai wilayah. Karbon
monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna.
Karbon monoksida sebagian besar berasal dari
pembakaran di udara berupa gas yang dibuang. Dikota
besar yang memiliki lalu lintas padat akan menghasilkan
gas karbon monoksida sehingga kadarnya akan relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Karbon monoksida juga dapat terbentuk melalui proses
industri. Karbon monoksida sangatlah beracun karena
berikatan 200 kali lebih kuat dengan hemoglobin daripada
oksigen, hal itu yang dapat membuat penghambatan
proses masuknya oksigen yang digunakan tubuh yang
dapat membuat ketersediaan oksigen dalam tubuh
menurun sehingga dapat mengganggu kinerja organ yang
mengonsumsi oksigen dalam jumlah besar seperti otak
dan jantung. Hal ini dapat membuat tubuh merasa pusing,
rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual,
muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada,
sulit bernafas, kelemahan otot-otot sadar, hingga dapat
meninggal dunia.

● Sulfur Dioksida (SO2)


Sulfur Dioksida adalah gas yang tidak berwarna,
dapat larut dalam air, tidak mudah terbakar dan memiliki
bau yang menyengat. Sumber utama Sulfur dioksida

31
adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti
batu bara dan minyak dan letusan dari gunung berapi.
Sulfur dioksida dapat masuk kedalam kulit melalui hidung
dan mulut. Hal ini dapat cepat menyebabkan iritasi pada
kulit dan selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, paru-
paru. Menghirup sulfur dioksida dalam jumlah yang tinggi
dapat mengganggu pernapasan, yakni mempengaruhi
fungsi paru-paru, memperburuk kondisi penderita
penyakit bronkitis dan emfisema, dan juga memperburuk
kondisi jantung pada orang-orang yang berisiko terkena
penyakit jantung.

● Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan salah satu logam berat yang
bersifat racun terhadap manusia, tumbuhan dan hewan.
Cadmium biasanya diperolah sebagai hasil dari
penambangan timbal dan seng. Cadmium dapat masuk
kedalam tubuh melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan melalui logam yang terbawa oleh makanan.
Peningkatan cadmium dalam tubuh dapat menyebabkan
mual, muntah, dan perut perih. Namun bila terpapar
cadmium dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan timbulnya rasa sakit pada ginjal, luka pada
paru-paru, dan kerapuhan pada tulang.

B. Agen Biologis

32
Udara pada dasarnya buka tempat alamiah bagi
pertumbuhan dan reproduksi bakteri, hal itu dikarenakan
komposisi udara yang tidak sesuai. Bakteri pada udara biasanya
kemungkinan terjadi karena terbawa oleh debu, uap air, angin
dan penghuni ruangan lalu menempel pada permukaan tanah,
lantai, perabot rumah, dan lain lain. Mikroorganisme yang
terdapat dalam udara dikenal dengan istilah bioaerosol.
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi
dalam gas atau organisme hidup yang terdapat dalam udara.
Bioaerosol di udara berbentuk bakteri (Legionella,
Actinomycetes), jamur (Histoplasma, Alternaria, Penicillium,
Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa (Naegleria,
Acanthamoeba). Virus (Influenza). Pada kondisi terbatas
keberadaan bioaerosol tidak menimbulkan efek, tetapi dalam
jumlah tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi
pernafasan seperti alergi dan asma serta kanker.

2. Air

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, air bersih adalah air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dapat diminum apabila dimasak. (Kepmenkes RI No. 1405, 2002).
Persyaratan kualitas air bersih menurut permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu: (1) Syarat fisik (tidak berbau, tidak
memberi rasa, tidak berwarna, suhu sejuk); (2) Syarat kimia (kadar besi tidak
melebihi ambang batas, pH air 6,5 - 9, kadar klorida maksimum 600mg/1,
kadar maksimum seng 15mg/1); (3) Syarat

33
Mikrobiologis (air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga harus bebas
dari bakteri patogen penyebab penyakit).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
(Permenkes RI No.492, 2010). World Health Organization juga menjelaskan
bahwa air yang aman untuk diminum adalah air yang tidak akan menimbulkan
resiko kesehatan apabila dikonsumsi.
Berikut ini adalah agen pencemaran air dan dampaknya terhadap
kesehatan:
A. Mikroorganisme
● Bakteri Escheria Colli
Air merupakan media yang baik bagi kehidupan bakteri
ini. Bakteri E. Colli banyak terdapat didalam usus yang
membantu dalam proses penguraian makanan. Namun
bila bakteri ini dikonsumsi bersamaan dengan air minum
akan menimbulkan gangguan pada kesehatan. Menurut
informasi dari Kepala Seksi Pemantauan Kualitas
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup pada 22 Maret- 25
Maret 208 dilakukan pengambilan 267 sampel air tanah
di lima wilayah Ibu Kota. Hasil ujinya menunjukkan
bahwa air tanah di Penjaringan, Jakarta Utara memiliki
kandungan bakteri E. Colli yang mencapai 700 miliar
colony forming unit (CFU) per 100 milliliter. Sedangkan,
ambang batas baku mutu E.Colli adalah 0 CFU per 100
milliliter. Hal ini disebabkan karena sempitnya lahan
sehingga septictank yang seharusnya berfungsi untuk
penyimpanan kotoran padat (tinja) dibuat berdekatan
dengan sumber air tanah (sumur) yang kemudian apabila

34
air itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti
masak, minum, dan lain lain tanpa proses pemasakan,
dimungkinkan air tersebut sudah terkontaminasi bakteri
E. Colli dan dapat menyebabkan penyakit diare.
Diketahui ada 5 tipe diare yang diakibatkan oleh strain E.
Colli, yaitu:
1. Shiga Toxin Producing E. Colli (STEC) yaitu diare
yang ditandai dengan nyeri perut yang hebat lalu
dapat berlanjut dengan adanya pendarahan pada
usus, demam, dan infeksi pada saluran kencing.
Shiga Toxin Producing E.Colli ini adalah tipe paling
jahat diantara yang lain.
2. Enterophatogenik E.Colli (EPEC) adalah diare yang
ditandai dengan kotoran berair sehingga dapat
menimbulkan penderitanya kekurangan cairan
yang berakibat dengan kematian. Diare ini paling
sering menyerang anak-anak dibawah 2 tahun dan
bayi.
3. Enterotoxigenic E.Colli adalah diare yang ditandai
dengan kotoran berair dan kejang perut dan
biasanya berlangsung selama 1- 5 hari dan dapat
sembuh secara sendirinya.
4. Enteroinvasive E.Colli (EIEC) adalah diare yang
ditandai dengan kotoran berair, nyeri atau kram
perut bagian tengah, serta demam.
5. Enteroaggregative E.Colli (EAEC) yaitu diare yang
ditandai dengan kotoran berair tetapi tidak memiliki
gejala yang khas, biasanya menyerang anak- anak
di negara miskin.
● Bakteri Koliform

35
Kontaminasi bakteri koliform pada air biasanya berasal
dari berbagai sumber yaitu air yang tercemar, pendistribusian air
yang kurang baik, serta tempat air yang tidak bersih. Bakteri ini
adalah salah satu bakteri yang dijadikan indikator kualitas air
minum, semakin banyak kandungan bakteri ini, semakin air
dinyatakan semakin tercemar. Lokasi pemukiman yang padat
penduduk, kepadatan penduduk yang tinggi, jarak antara satu
rumah dengan rumah lain yang berdekatan, jarak antara
pembuangan limbah rumah tangga dan septic tank dan sumber
air berdekatan serta kebiasaan penduduk di pinggiran sungai
yang membuat kotoran (urin dan feses) secara langsung ke
sungai menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat bakteri
Koliform. Bakteri ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan penyakit kanker.
● Dysentery Bacillus
Dysentery Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang
yang dapat menyebabkan penyakit disentri. Gejala disentri
biasanya muncul 1-3 hari setelah terinfeksi, gejala yang muncul
bisa seperti kram perut, diare, demam, mual dan muntah, serta
darah pada diare. Diare dan muntah yang sering dapat
menyebabkan dehidrasi yang dapat mengancam jiwa terutama
pada bayi dan anak-anak. Disentri itu sendiri biasanya timbul
karena benda yang sudah terkontaminasi bakteri masuk
kedalam mulut, air yang sudah terkontaminasi dengan kotoran,
dan daerah yang memiliki sumber air bersih yang terbatas.
● Salmonella Thyphosa
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit demam tifoid
atau dalam masyarakat umum lebih dikenal dengan tipes atau
thypus, yaitu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, ruam ruam, dan disertai

36
dengan gangguan pada pencernaan. Bakteri Salmonella
Typhosa dapat hidup dengan baik dan bertahan lama didalam
air yang kurang baik, bakteri ini memiliki daya tahan yang
berbeda-beda sesuai dengan habitatnya. Misalnya pada feses
akan bertahan selama 8 hari sampai 5 bulan, pada air saluran 5
sampai 7 hari, pada air sungai 1 sampai 4 hari, dan pada air
selokan 2 hari. Menurut data dari World Health Organization
diperkirakan 11- 20 juta orang terserang demam tifoid setiap
tahunnya. Dari jumlah itu, 128.000 sampai 161.000 meninggal
akibat penyakit ini. Sedangkan, di Indonesia diperkirakan
terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun
terserang penyakit demam tifoid.
● Vibrio Cholerae
Bakteri Vibrio Cholerae pertama kali ditemukan oleh
seorang ahli anatomi pada tahun 1854. Ia mengungkapkan
tentang bakteri ini sebagai penyebab utama penyakit kolera.
Vibrio Cholerae merupakan salah satu bakteri yang paling
banyak ditemukan pada permukaan air yang terkontaminasi
oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga, makanan
yang sudah terkontaminasi, serta melalui serangga seperti lalat
yang menjadi sumber pembawa penyakit kolera. Akan muncul
gejala setelah 1-4 hari masa inkubasi terlampaui. Gejala yang
paling khas timbul bila terinfeksi bakteri ini adalah munculnya
diare encer yang berlimpah tanpa adanya rasa mulas. Diare
yang semula berwarna dan berbau akan berubah menjadi cairan
putih keruh yang berwarna seperti air cucian beras, perubahan
ini muncul dalam waktu singkat. Setelah diare, akan timbul rasa
mual diikuti dengan mudah hingga kejang otot betis dan kram
perut.
● Virus Hepatitis A

37
Virus Hepatitis A adalah virus yang menyebabkan
penyakit hepatitis A yang menyerang sel-sel hati manusia.
Penyakit hepatitis A memiliki kaitan yang erat dengan kurangnya
air bersih, sanitasi yang kurang memadai, dan personal hygiene
yang buruk. Infeksi virus hepatitis A dapat masuk ke dalam
saluran pencernaan melalui makanan ataupun minum yang
telah terkontaminasi tinja penderita, atau disebut dengan
mekanisme fecal-oral (tinja ke mulut). Orang yang menghuni
rumah yang sama dengan penderita, memiliki kemungkinan
yang besar untuk juga tertular virus ini melalui kontak erat
dengan penderita, menyentuh benda yang sebelumnya disentuh
oleh penderita, mengonsumsi makanan atau minuman dari
wadah yang sama dengan penderita setelah penderita buang air
besar dengan air yang tidak bersih. Gejala yang ditimbul bisa
bervariasi, diantaranya berupa demam, sakit kepala, kelelahan,
tanda kuning pada mata dan kuning, dan kencing yang
berwarna coklat seperti teh.
● Virus Polio
Poliovirus adalah virus yang menyebabkan penyakit
polio. Virus ini masuk kedalam tubuh melalui mulut dan
menginfeksi saluran usus. Virus ini memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat yang menyebabkan melemahnya
otot hingga bahkan kelumpuhan. Penularan virus ini dapat
terjadi melalui kontak langsung atau mengonsumsi air dan
makanan yang sudah terkontaminasi feses yang mengandung
virus polio. Polio sangat mudah menyerang orang-orang yang
belum mendapat vaksin polio dan terlebih lagi pada orang yang
tinggal di daerah yang memiliki sanitasi buruk dan tidak memiliki
akses air bersih, imunitas tubuh yang rendah, tinggal serumah
dengan orang yang terinfeksi virus

38
polio, dan lain lain. Polio non paralisis adalah polio yang bersifat
ringan dan tidak menyebabkan kelumpuhan dengan gejala yang
meliputi demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah,
nyeri di bagian lengan. Sedangkan polio paralisis adalah polio
berbahaya yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf tulang
belakang dan otak secara permanen dengan gejala yang
meliputi hilangnya refleks tubuh, otot terasa nyeri dan lemah.

B. Agen Kimia
● Benzena
Benzena dihasilkan secara alami dan dapat ditemukan di
udara, air, dan tanah yang bersumber dari kegiatan industri.
Industri yang menggunakan benzena untuk membuat produk
kimia seperti industri plastik, karet, pelumas, cat, sabun, dan
obat pestisida. Benzena juga dapat ditemukan pada proses
gunung berapi dan kebakaran hutan. Pemaparan benzena dapat
terjadi di tempat kerja (industri) dan lingkungan luar. Sumber
utama benzena adalah bengkel kendaraan, asap rokok, emisi
kendaraan bermotor dan emisi dari kegiatan industri. Orang
yang tinggal di perkotaan atau lingkungan industri dapat
terpapar benzena dalam kadar yang lebih besar. Kebocoran
tempat pembuangan benzena atau sampah berbahaya yang
mengandung benzena dapat mencemari air. Paparan benzena
juga bisa terjadi karena aliran air dari keran, sehingga air untuk
rumah tangga dapat terkontaminasi benzena. Benzena dapat
menyebabkan tumor pada tikus dan leukimia pada manusia.
Dalam jangka waktu yang pendek benzena dapat merusak
sistem imun, saraf, dan sistem peredaran darah pada manusia.
● Arsen

39
Arsen adalah salah satu logam berat yang menjadi bahan
pencemar yang masuk ke dalam aliran sungai. Secara alamiah
arsen dapat mengkontaminasi lingkungan melalui debu vulkanik
dari letusan gunung berapi, pelapukan batuan, dan mineral yang
mengandung arsen yang masuk kedalam air tanah. Arsen juga
dapat mencemari air karena produksi dan penggunaan arsen
pada kegiatan industri seperti pengolahan biji logam, industri
pestisida dan pertambangan serta berasal dari aktivitas
pertanian yaitu penggunaan pestisida. Departemen Teknik
Kesehatan Masyarakat Bangladesh mendeteksi sumur yang
tercemar arsen pada tahun 1993. Menurut data penggunaan air
minum yang berasal dari sumur pompa yang sudah tercemar ini
mencapai 95% dari populasi Bangladesh. Penduduk negara ini
mulai menderita penyakit kanker. Beberapa laporan
menyatakan 3000 jiwa kematian dan 125000 korban terkena
kanker kulit akibat dari air sumur yang terkontaminasi arsen ini.
Bahkan sampai dengan 2016, menurut laporan dari Lembaga
Pemerhati HAM, 20 juta warga miskin Bangladesh masing
mengonsumsi air yang terkontaminasi arsen. Hal itu
menyebabkan 43000 warga tewas setiap tahunnya.
● Merkuri
Merkuri atau air raksa merupakan salah satu logam berat
yang memiliki efek toksik paling berbahaya bersamaan dengan
timbal dan kadmium. Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Cadmium
(Cd) dikenal sebagai the big three heavy metal atau tiga logam
berat paling berbahaya dengan toksisitas tertinggi pada
kesehatan manusia. Faktor pencemaran merkuri di perairan
lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibandingkan
faktor alami, yaitu seperti kegiatan pertambangan, pembakaran

40
bahan bakar fosil, pabrik pengolahan kertas, dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan pertambangan pada saat proses
pemisahan emas digunakan merkuri untuk memisahkan emas
dari material lain. Endapan merkuri kemudian disaring dan air
sisa tersebut dibiarkan mengalir ke sungai yang dapat
memengaruhi kerusakan struktur komunitas atau populasi ikan.
Manusia dapat terpapar merkuri melalui penghirupan uang
merkuri secara langsung atau melalui konsumsi ikan atau biota
air yang sudah terkontaminasi merkuri. Keracunan merkuri
dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal, merusak janin pada
wanita yang sedang hamil, mengganggi saluran darah ke otak
hingga menyebabkan kerusakan otak.
Kasus pencemaran oleh merkuri paling besar terjadi di
Teluk Minamata, Jepang. Dimana suatu industri membuang
limbah cairnya yang berupa merkuri dalam konsentrasi tinggi ke
Teluk Minamata. Teluk itu merupakan daerah yang memiliki
banyak sumber daya ikan dan kerang. Selama bertahun- tahun
tidak ada yang menyadari bahwa sumber daya laut seperti ikan
dan kerang telah terkontaminasi oleh merkuri. Setidaknya,
50000 orang terkena dampak kasus tersebut seperti terserang
penyakit saraf, kehilangan indra perasa, hingga banyak kasus
kematian. Kasus pencemaran Merkuri di Indonesia pernah
terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara pada 2004. Suatu
perusahaan membuang limbahnya ke Teluk Buyat sehingga
menyebabkan sejumlah ikan mati secara mendadak. Ditemukan
juga ikan yang memiliki benjolan seperti tumor yang
mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir kuning
keemasan. Sejumlah penduduk Buyat juga memiliki benjolan
yang sama yang terdapat di leher, payudara, betis, pergelangan,
pantat, dan kepala.
41
3. Vektor
Menurut, International Health Regulation pada 2005 menyebutkan
vektor adalah serangga atau hewan lain yang dapat membawa kuman
penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat. Vektor
membawa dampak buruk untuk kesehatan manusia karena membawa
penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit, seperti
lalat, nyamuk, tikus, kutu, dan hewan pengerat lainnya. Vektor menyebarkan
agen dari manusia atau hewan yang sudah terinfeksi ke manusia atau hewan
lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan dalam tubuhnya, serta
dapat melalui kontaminasi di makanan. Berikut ini adalah beberapa vektor
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan:
a. Nyamuk
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor nyamuk:
● Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue merupakan salah satu
masalah kesehatan utama yang ada di Indonesia. DBD
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus
berkelamin betina. Penyakit ini banyak ditemukan di
daerah tropis dan subtropis seperti negara-negara di
Asia Tenggara. Diperkirakan saat ini sekitar 2,3 miliar
orang atau sekitar 40% dari populasi dunia, tinggal di
daerah yang beresiko terhadap transmisi virus dengue.
World Health Organization memperkirakan 50-100 juta
infeksi terjadi setiap tahunnya, termasuk 500.000 kasus
DBD dan 22.000 kematian, sebagian besar terjadi pada
anak-anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia hingga minggu
ke-22 di tahun 2022 mencapai 45.387 kasus, dengan

42
jumlah kematian 432 kasus. Nyamuk aedes aegypti
bersarang dan bertelur di genangan air yang jernih
didalam atau disekitar rumah. Gejala yang dialami bagi
penderita DBD adalah demam yang naik turun biasanya
terjadi 2-7 hari, nyeri sendi, nyeri otot, muncul bintik
merah, feses berwarna hitam, hingga kesulitan bernafas.
● Malaria
Penderita Malaria di Indonesia mencapai 1 sampai
2 juta orang per tahun, dengan angka kematian sebanyak
100.000 jiwa. Di Indonesia sampai saat ini penyakit
malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat, utamanya di kawasan timur Indonesia,
seperti di wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah
Kalimantan dan Sumatra. Malaria dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,
anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Malaria merupakan penyakit yang
disebabkan oleh parasit Plasomodium, parasit tersebut
menginfeksi nyamuk Anopheles betina dan menularkan
ke manusia melalui gigitannya. Gejala Malaria akan
muncul dalam kurun waktu 10 sampai 15 hari setelah
tergigit nyamuk, gejala yang akan muncul adalah demam,
menggigil, sakit kepala, keringat yang berlebihan, pegal
linu, anemia, dan mual atau muntah. Malaria juga dapat
menyebar melalui donor organ, transfusi darah,
pemakaian jarum suntik yang sama, dan janin yang
tertular dari ibunya. Lingkungan tempat tinggal

43
manusia adalah salah satu faktor yang dapat
memengaruhi perkembangbiakan nyamuk Anopheles,
misalnya seperti, keadaan lingkungan sekitar penduduk
dengan adanya tumbuhan bakau, lumut, ganggang juga
dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk, karena ia dapat
menghalangi sinar matahari yang dapat membuat suhu
menjadi lembab, selain itu dinding rumah yang terbuat
dari kayu atau anyaman bambu memungkinkan lebih
banyaknya lubang untuk nyamuk masuk kedalam rumah,
dinding dari kayu juga tempat yang paling serta tempat
tempat yang lembab adalah tempat disenangi nyamuk
Anopheles untuk berkembang biak.
● Kaki Gajah (Filariasis)
Filariasis atau biasanya dikenal dengan Kaki
Gajah merupakan salah satu penyakit yang endemis di
Indonesia yang disebabkan oleh parasit berupa cacing
filaria yang terdiri dari tiga spesies cacing yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timoridan
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Vektor utama Cacing
filarial adalah nyamuk Culex, Anopheles, dan Aedes.
Seseorang bisa tertular penyakit ini jika digigit oleh
semua jenis nyamuk yang membawa larva cacing filarial.
Jenis parasit Wuchereria Bancrofti tipe perkotaan
biasanya ditularkan oleh nyamuk Culex yang ada di
tempat perindukannya di air got dan air limbah rumah
tangga yang keruh dan kotor, ditemukan di Jakarta,
Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan dan
sekitarnya, sedangkan tipe pedesaan biasanya dapat
disebarkan oleh jenis nyamuk Anopheles dan Aedes
yang biasanya terdapat di tumbuhan air, ditemukan di

44
daerah pedesaan yang ada di luar jawa terutama Nusa
Tenggara Timur. Cacing filarial dapat hidup di kelenjar
getah bening dan dapat mengakibatkan kecacatan
seumur hidup berupa pembesaran di kaki, lengan,
payudara, dan alat kelamin wanita sehingga dapat
menyebabkan penderita tidak produktif sehingga
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
b. Lalat
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor lalat:
● Leishmaniasis atau Kala Azar
Leishmaniasis adalah penyakit infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh parasit Leishmania yang
berkembang biak didalam Lalat pasir. Leishmaniasis
sering terjadi di daerah dengan tingkat sosial rendah dan
miskin, seperti India, Sudan, Nepal, Bangladesh, dan
Brazil. Secara umum, gejala yang terjadi dapat berupa
timbulnya luka pada kulit, penurunan sistem imun tubuh
secara drastis, pembengkakan organ dalam yang
menyerang saluran napas sehingga menyebabkan
penyempitan saluran napas yang dapat berisiko
kematian. Lalat Pasir hidup di tepi sungai berpasir yang
bebas dari pepohonan yang rindang dan tanah yang
lembab.
● Entamoeba Dysenteriae
Penyakit ini disebabkan oleh vektor musca
domestica atau biasanya disebut dengan lalat rumah dan
kecoa. Lalat rumah mudah sekali berkembang biak di
tempat perindukannya yaitu, ditempat sampah dan tinja
manusia. Lalat rumah adalah pemakan makanan yang
mudah dan berbau busuk, seperti buah-buahan,

45
sayur-sayuran, susu, sirup, dan kotoran. Gejala yang
ditimbulkan apabila mengonsumsi makanan yang sudah
terkontaminasi lalat rumah adalah diare, feses berdarah,
kram perut, dan demam. Lalat rumah juga dapat
menularkan lebih dari 100 patogen yang menyebabkan
kolera, salmonellosis, tipus, TBC, poliomielitis, virus
hepatitis A & E, dan lain lain.
c. Tikus
Masalah kesehatan yang disebabkan oleh vektor
Tikus: ● Penyakit Pes
Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis,
bakteri ini dibawa oleh kutu yang hidup pada tubuh tikus.
Wabah pes dikenal dengan black death karena
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Bahkan pada
abad ke-14, wabah pes membunuh 50 juta orang di
Eropa yang menyebabkan berkurangnya 60% populasi
manusia di Eropa. Tiga jenis pes dapat digolongkan
berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi, seperti: (1)
Pneumonic Plague, yaitu jenis pes yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menyebar hingga paru-paru dan
disebarkan melalui udara dari batuk atau bersin. Gejala
yang ditimbulkan pada tipe ini adalah batuk berdahak,
sakit dada, sesak napas dan tubuh terasa lemas; (2)
Septicemic Plague, yaitu jenis pes yang terjadi karena
bakteri berkembangbiak didalam darah pengidap pes
yang disebabkan oleh masuknya bakteri kedalam darah
secara langsung. Gejala yang ditimbulkan pada pes tipe
ini adalah demam, gemetar, mual, diare, pendarahan dari
mulut, hidup dan anus, serta warna kulit yang menghitam
akibat tidak berfungsinya jaringan pada tubuh; (3)

46
Bubonic Plague, yaitu jenis pes yang menimbulkan gejala
pembesaran kelenjar getah bening yang disebabkan oleh
gigitan secara langsung dari vektor. Gejala yang
ditimbulkan pada pes tipe ini adalah pembengkakan di
area leher, ketiak, pangkal paha dan are yang tergigit.
Pes juga dapat menyebabkan meningitis hingga
kematian. Penyakit pes paling sering terjadi di daerah
yang dengan kepadatan penduduk dan kawasan yang
memiliki sanitasi yang buruk.
● Rat Bite Fever (RBF)
Rat Bite Fever adalah penyakit yang disebabkan
oleh gigitan tikus yang mengandung bakteri
Streptobacillus Moniliformis. Penyakit ini dapat langsung
ditularkan akibat kontak antara tikus dan manusia dan
secara kontak tidak langsung melalui urin atau kotoran
tikus serta mengonsumsi makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Gejala yang disebabkan oleh
demam gigitan tikus adalah demam, sakit kepala,
muntah, nyeri di punggung dan sendi, serta
pembengkakan pada sendi. Apabila tidak diobati,
penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan tulang,
radang jantung, hingga kematian.
● Leptospirosis
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri
genus leptospira yang ditularkan secara langsung dan
tidak langsung melalui urin tikus yang mengandung
bakteri Leptospira. Leptospirosis banyak terjadi di daerah
tropis dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,
kejadian leptospirosis juga dipengaruhi oleh faktor
geografi, cuaca, kehadiran tikus, gaya hidup masyarakat,

47
dan kepadatan penduduk. Kontak dengan air, lumpur,
tanah maupun rumput yang tercemari urin tikus
terinfeksi, saat latihan militer, rekreasi seperti berenang,
hiking, kamping, berburu, memancing, berkebun dan
penggunaan air tanah hujan, serta berjalan disekitar
rumah tanpa alas kaki mempunyai risiko tinggi untuk
terkena penyakit Leptospirosis. Kejadian Luar Biasa
(KLB) leptospirosis di Indonesia umumnya muncul
setelah terjadinya bencana seperti pasca banjir besar di
Jakarta tahun 2007, pasca letusan Gunung Merapi di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2013, dan di
Sampang Madura tahun 2013. Bakteri Leptospira dapat
masuk ke dalam tubuh menuju peredaran darah dan
beredar ke seluruh tubuh manusia sehingga dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan organ tubuh.
Gejala yang timbul apabila terkena penyakit ini adalah
demam tinggi hingga menggigil, sakit kepala, nyeri otot,
diare, gangguan fungsi pada ginjal dan hati,
pembengkakan jantung, serta gagal jantung yang dapat
menyebabkan kematian secara mendadak.
2.4 Upaya Pencegahan Timbulnya Penyakit Akibat Lingkungan

A. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Air Air


sebagai sumber daya alam mempunyai arti dan fungsi sangat vital bagi umat
manusia, karena sebagai salah satu sumber daya alam air mempengaruhi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sehingga harus dijaga dan
dipelihara kelestarian fungsinya, serta dijamin mutunya melalui pengendalian
pencemaran air. Pengendalian pencemaran air merupakan salah satu upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup2.4.1 Upaya Pengendalian
Pencemaran Air

48
Air sebagai sumber daya alam mempunyai arti dan fungsi sangat vital bagi
umat manusia, karena sebagai salah satu sumber daya alam air
mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sehingga harus
dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya, serta dijamin mutunya melalui
pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran air merupakan
salah satu upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran


air, yaitu:
1. Melakukan pencegahan pencemaran air dengan beberapa cara, yaitu:
penggunaan bahan yang ramah lingkungan, penggunaan detergen
ramah lingkungan, tidak mendirikan kawasan industri yang dekat
dengan sumber air, buang sampah pada tempatnya, tidak
menggunakan pestisida secara berlebihan, dan penanaman pohon.
2. Pembuatan Kolam Stabilisasi
Dalam kolam ini, air limbah diolah secara alami untuk
menetralisirkan zat-zat yang dapat mencemari lingkungan sebelum air
limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan
adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif pengolahan air limbah yang
tercemar bahan organik pekat, dan kolam maturasi pemusnahan
mikroorganisme patogen.
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah ini menggunakan alat-alat khusus.
Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment
atau pengolahan pertama, secondary treatment atau pengolahan
kedua, dan tertiary treatment atau pengolahan lanjutan. Primary
treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk
memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter
saringan dan bak sedimentasi. Secondary treatment merupakan
pengolahan kedua yang bertujuan untuk menghilangkan koloid, dan

49
menstabilisasikan zat organik dalam limbah, dan menghilangkan
material-material pada air limbah yang berukuran kecil melalui
penyaringan dengan menggunakan cara biologis, yaitu dengan
penggunaan mikroba. Tertiary treatment merupakan lanjutan dari
pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, serta
penggunaan cara kimia untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.
Semakin banyak proses yang dilakukan dalam pengolahan limbah,
biasanya akan membuat limbah menjadi lebih bersih saat masuk ke
sungai. Namun, semakin banyak proses yang dilakukan maka semakin
besar biaya yang harus dilakukan.

B. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Udara

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya. Pengendalian pencemaran udara adalah upaya
pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan
mutu udara. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pencemaran udara, yaitu:
1. Mengurangi Emisi
Kendaraan bermotor di jalan adalah salah satu penyebab
pencemaran udara terbesar. Asap kendaran merupakan polutan udara
yang memiliki efek buruk pada kesehatan manusia. Maka dari itu, kita
perlu untuk mengurangi kebiasaan dalam memakai kendaraan dan
bisa beralih dengan menggunakan transportasi umum.
2. Hemat Energi

50
Cara ini dengan mudah bisa dilakukan dirumah, yaitu
mengurangi pemakaian listrik dirumah, mematikan lampu di siang hari,
mencabut colokan yang sedang tidak digunakan, penggunaan
pendingin ruangan. seperlunya.

3. Menanam pohon
Menanam pohon di sekitar rumah merupakan langkah kecil
yang dapat mengurangi polusi udara secara signifikan.

4. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi


Serat makanan dapat menetralkan zat pencemar udara dan
mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita.

5. Mengadakan Car Free Day


Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Car Free Day bertujuan untuk
mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan
ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan
ini biasanya didorong oleh aktivis yang bergerak dalam bidang
lingkungan dan transportasi. Tema penting dalam hari bebas
kendaraan bermotor, adalah tinggalkan kendaraan bermotor di rumah
dan berjalan kakilah atau gunakan kendaraan tidak bermotor ataupun
menggunakan kendaraan umum untuk perjalanan panjang.

C. Upaya Pengendalian Vektor


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374
Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor. Pengendalian vektor adalah
semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi
vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk
terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari

51
kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian
vektor, yaitu:
1. Pengendalian Habitat Vektor
Mengurangi daerah dimana vektor dapat berkembang biak
dengan mudah, sehingga dapat menurunkan populasi vektor serendah
mungkin hingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya
penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau.

2. Mengurangi Kontak
Membatasi paparan serangga atau hewan yang diketahui vektor
penyakit dapat mengurangi risiko infeksi secara signifikan. Contohnya
yaitu memasang kelambu, memasang kawat kasa pada lubang
ventilasi di rumah, dan sebagainya.

3. Pengendalian secara Kimia


Pengendalian vektor secara kimiawi dapat ditempuh dengan
cara, yaitu pengasapan (fogging) dengan menggunakan senyawa
kimia malathion dan fenthion, yang berguna untuk mengurangi
penularan sampai batas waktu tertentu, dan pemberantasan larva
nyamuk dengan zat kimia (abate).

4. Pengendalian secara Biologis


Penggunaan predator vektor alami, seperti bakteri atau racun
botani senyawa, dapat membantu mengendalikan populasi vektor.
Salah satu contohnya, yaitu menggunakan ikan yang memakan
nyamuk larva.
D. Upaya yang dilakukan Pemerintah

52
Dalam mengatasi atau mencegah permasalahan kesehatan yang
terjadi akibat lingkungan pemerintah melakukan kegiatan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di puskesmas. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas,
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Kegiatan
yang dilakukan pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah:
1. Penyehatan Sarana Air Bersih (SAB), yang dilakukan melalui
kegiatan Inspeksi sanitasi air bersih, pemeriksaan kualitas air,
dan pembinaan pada kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan
pemantauan terhadap jamban keluarga (JAGA), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), serta penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
diantaranya.
3. Pembinaan tempat-tempat umum (TTU), yaitu dengan
melakukan monitoring dan pembinaan terhadap penanggung
jawab dan petugas dari institusi Rumah Sakit dan sarana
kesehatan lain, sarana pendidikan, perkantoran, pasar, kolam
renang umum, tempat penginapan, sarana angkutan umum,
perkantoran, serta sarana pendidikan dan tempat-tempat umum
lainnya.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM), yang dilakukan
dengan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiapsiagaan dan
53
penanggulangan kejadian keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk, dengan kegiatan yang dilakukan
oleh seluruh pemilik rumah dengan bantuan juru pengamatan
jentik (JUMANTIK) atau petugas sanitasi Puskesmas yang
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin
menjadi perindukkan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

Selain kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas di daerah


sekitar, terdapat juga program penyehatan dan pengendalian sanitasi
lingkungan dengan menerapkan program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat atau STBM. Berdasarkan studi Basic Human Services di
Indonesia, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah; (1)
setelah buang air besar 12%; (2) setelah membersihkan tinja bayi dan
balita 9%; (3) sebelum makan 14%; (4) sebelum memberi makan bayi
7%; dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6%. Kondisi inilah yang
menyadarkan pemerintah bahwa perlunya strategi nasional sanitasi
total berbasis masyarakat untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program STBM
dengan lima pilar perubahan akan mempermudah upaya peningkatan
hidup masyarakat dengan menjalankan perilaku sehat. Pelaksanaan
program STBM pada prinsipnya dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian dan mendorong hidup masyarakat sehat yang mandiri
dan berkeadilan.
Lima pilar perubahan STBM terdiri dari:

1. Menerapkan masyarakat Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

Dalam kegiatan ini masyarakat tidak ada lagi yang buang air besar pada
tempat terbuka dan sembarangan (seperti kebun, sungai, semak-semak,

54
pantai dan lain sebagainya). Pengelolaan kamar mandi yang difasilitasi
dengan adanya jamban yang sesuai dapat memutuskan siklus penularan
penyakit. Salah satu perubahan yang diterapkan pada pilar ini adalah
penyediaan jamban sehat dengan dilengkapi dengan adanya septic tank
sebagai tempat penampungan tinja. Jamban sehat harus digunakan serta
dipelihara dengan penempatan jamban yang benar guna memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jamban. Pilar ini dapat dikatakan
Open Defecation Free atau bebas dari buang air besar sembarangan apabila
setiap individu sudah buang air besar di jamban yang sehat, tidak ada lagi
ditemukan dan terlihat tinja manusia di sembarang tempat, penerapan sanksi
bagi pelanggar yang masih buang air besar di sembarang tempat, adanya
pengawasan berkelanjutan untuk mencapai 100% kepala keluarga
mempunyai jamban yang sehat.
Pembuatan jamban sehat merupakan salah satu upaya pengendalian
penyakit berbasis lingkungan dalam pengendalian salah satu vektor, jamban
dapat berfungsi untuk mengurangi kontaminasi tinja ke badan air, mencegah
kontak langsung dan tidak langsung antara manusia dan tinja, tidak
mengundang vektor pada tinja/kotoran dan binatang lain seperti tikus dan lain
yang dapat menyebarkan penyakit, menghindari penciuman yang kurang
sedap (bau) dan memutuskan siklus penyebaran penyakit yang terkait tinja
atau kotoran yang berhubungan dengan sanitasi kesehatan lingkungan.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku yang
bertujuan untuk mengurangi mikroorganisme dalam kehidupan sehari-
hari. Perilaku cuci tangan dapat dilakukan dengan menggunakan
sabun, air bersih yang mengalir agar kualitas dari kebersihan pada
saat mencuci tangan dapat terpenuhi. Langkah Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) yang benar adalah: (1) Terlebih dahulu basahi kedua
tangan dengan air bersih yang mengalir; (2) Ambil sabun

55
yang tersedia yang harus ada pada tempat penyediaan cuci tangan
dan gosokan terlebih dahulu sabun pada kedua telapak tangan kiri dan
kanan hingga berbusa sesudah itu gosokan kedua punggung tangan
bergantian, kedua jari kiri dan kanan, kedua jempol kiri dan kanan,
sampai semua permukaan tangan sudah sempurna berbusa dan setiap
perlakuan bergantian kedua tangan kiri dan kanan; (3) Setiap bagian
dari pada jari dapat dibersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah
kuku; (4) Pembilasan dilakukan dengan air bersih sambil menggosok-
gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang dan terasa bagian
seluruh tangan menjadi bersih dari sisa sabun; (5) Seluruh bagian
tangan dapat dikeringkan dengan menggunakan kain yang bersih,
handuk yang bersih atau kertas tisu dan bisa juga dengan cara
mengibas-ibaskan tangan kiri dan kanan sampai kering.
Cuci Tangan Pakai Sabun dapat dilakukan oleh semua orang
sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah dan menghidangkan
makanan, sebelum menyusui, sesudah buang air kecil maupun besar,
dan sesudah memegang hewan.

3. Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

PAMM-RT adalah salah satu perilaku dalam proses pengolahan bahan


makanan mentah menjadi makanan yang siap konsumsi. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahapan PAMM-RT antara lain, (1) Pengolahan Air Minum
Rumah Tangga, pengolahan air minum dilakukan apabila terdapat sumber air
minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan pengolahan dengan
melakukan penyaringan ataupun perebusan air. Wadah tempat minum harus
berupa wadah yang tertutup agar terhindar dari vektor, wadah air minum juga
harus dicuci agar tetap terjaga kebersihannya; (2) Pengolahan Pada Setiap
Makanan Rumah Tangga, makanan yang dikelola harus baik dan benar
supaya bermanfaat bagi tubuh dan tidak menyebabkan masalah kesehatan

56
yang dapat membawa penyakit. Penyimpanan bahan makanan juga harus
dikemas dengan baik agar tidak terjadi kontak dengan makanan lainnya agar
menghindari kontaminasi dengan binatang pengerat yang dapat menurunkan
kualitas dari makanan tersebut. Dapur sebagai tempat pengolahan makanan
juga harus memiliki sanitasi yang bersih agar mencegah masuknya binatang
pengerat yang dapat masuk ke dapur.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga


Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulang merupakan proses dari
pengolahan sampah. Prinsip dalam pengamanan sampah, yaitu: (1) Reduce,
yaitu menggunakan barang yang paling dibutuhkan dengan cara mengurangi
pemakaian barang yang tidak terlalu dibutuhkan, contohnya yaitu mengurai
kantong plastik pada saat belanja dengan menggantinya dengan tas yang
dapat dipakai berulang kali: (2) Reuse, yaitu menggunakan kembali produk
yang sudah terpakai, contohnya penggunaan botol plastik bekas air minum
yang dapat digunakan kembali sebagai pot tanaman kecil, menggunakan
botol sabun atau sampo dan mengisinya dengan membeli produk isi ulang; (3)
Recycle, yaitu mendaur ulang kembali barang lama agar dapat digunakan
menjadi barang baru yang dapat bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari,
contohnya yaitu mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. Proses
pada pemilahan sampah dilakukan terhadap dua jenis sampah. yaitu organik
dan anorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk
setiap jenis sampah.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan pada setiap limbah cair rumah tangga harus


terhindar dari tempat berkembang biaknya vektor. Sumur resapan dan

57
saluran pembuangan air limbah dibutuhkan untuk menyalurkan limbah cair
rumah tangga. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit sesuai
dengan prinsip limbah cair rumah tangga, yaitu: (1) Tempat pengolahan
limbah tidak menjadi perkembang biakan dari vektor atau serangga; (2) Tidak
tercium bau tidak sedap yang ditimbulkan dari pengolahan air limbah disekitar
lingkungan rumah; (3) Proses pengolahan air limbah tidak menimbulkan suatu
genangan yang dapat menyebabkan jalanan licin; (4) Setiap air limbah yang
disalurkan dengan limbah umum atau sumur resapan yang dikelola sendiri
harus tetap baik dan aman dan bersih.

E. Upaya yang dapat dilakukan pada diri sendiri dalam mencegah


timbulnya penyakit
Selain itu, kebiasaan personal hygiene yang dapat diterapkan guna
mencegah timbulnya penyakit karena lingkungan, yaitu:
1. Rajin membersihkan tubuhnya dengan cara mandi, namun
terkadang hal ini tidak dapat dilakukan bagi masyarakat yang
kekurangan air.
2. Membersihkan gigi setidaknya dua kali dalam sehari.
3. Keramas atau mencuci rambut dengan sampo.
4. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar mandi.
5. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum
makan.
6. Rajin mengganti pakaian yang sudah kotor ke pakaian yang
bersih.
7. Menggantung atau menjemur pakaian di bawah sinar matahari
sampai kering.
8. Menutupi mulut dan hidung dengan kain lap atau tisu saat batuk
atau bersin.

58
59
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan dalam ruang lingkup


yang ada disekitar makhluk hidup yang dapat berpengaruh satu sama
lainnya. Kesehatan lingkungan adalah keadaan lingkungan yang mendukung
keseimbangan ekologi antara lingkungan dan manusia sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan kualitas hidup manusia
(Soedarto, 2013).

Kualitas lingkungan hidup merupakan kondisi dan keadaan unsur-


unsur atau komponen-komponen lingkungan hidup, baik komponen abiotik
maupun komponen biota yang sesuai dengan standar mutu lingkungan.
Faktor kualitas lingkugan hidup merupakan unsur atau komponen-komponen
lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh unsur atau
komponen-komponen lingkungan hidup itu sendiri (Reda Rizal, 2017). Faktor-
faktor yang mempengaruhi lingkungan terdiri dari air, tanah, udara, sampah,
vektor, radiasi, iklim dan manusia.

Lingkungan, manusia, dan agen penyakit adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan akibat lingkungan. Media
lingkungan memiliki pengaruh besar dalam timbulnya penyakit yaitu: (1)
Udara yang tercemar mengandung banyak agen kimia dana agen biologis
yang dapat menimbulkan sakit diantaranya batuk kesulitan bernapas, sakit
paru-paru, penyakit jantung, sakit pada ginjal dan lain sebagainya; (2) Air
yang tercemar juga dapat menyebabkan masalah kesehatan karena
banyaknya bakteri yang berkembang biak pada air yang kotor, sakit yang
ditimbulkan dapat berupa diare, batuk berdarah, mual dan muntah, demam,
kram perut, kanker, hingga kematian dapat terjadi karena pencemaran air; (3)

60
Vektor, vektor juga berpengaruh pada timbulnya masalah kesehatan akibat
lingkungan karena vektor adalah serangga yang dapat membawa kuman
penyakit melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung. Vektor
nyamuk dapat menyebabkan DBD, malaria, dan kaki gajah, vektor lalat dapat
menyebabkan Leishmaniasis dan entamoeba dysentriae, dan vektor tikus
dapat menyebabkan penyakit pes, rat bite fever, dan leptospirosis. Masalah
kesehatan ini apabila tidak ditanggapi secara serius akan berujung kepada
kematian.
Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk pencegahan dan
pengendalian pencemaran lingkungan. Kita sebagai manusia yang
menempati lingkungan dapat memulainya dari diri sendiri terlebih dahulu
dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi, menanam pohon, mengurangi tempat
perkembang biakan vektor dan lain sebagainya. Selain itu kita dapat
berkontribusi pada Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
dijalankan oleh pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat
dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menjalankan
perilaku yang sehat demi menurunnya angka masalah kesehatan dan
kematian yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

3.2 Saran

Kami sadar bahwa menjaga lingkungan merupakan suatu kewajiban


bagi setiap manusia. Maka dari itu kita semua harus saling menasehati satu
sama lain dalam hal menjaga lingkungan. Karena pada dasarnya lingkungan
merupakan suatu hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan kita, selain itu
kita juga harus bisa menjaga lingkungan agar generasi penerus kita dapat
merasakan hidup dalam lingkungan yang baik.

61
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, S. (2022, Februari 2). Waspadai Bahaya Radiasi Nuklir bagi


Kesehatan. Dipetik November 23, 2022, dari Alodokter.com:
https://www.alodokter.com/begini-cara-radiasi-nuklir-merenggut-nyawa
-anda#:~:text=Jenis%20radiasi%20yang%20berisiko%20tinggi,nuklir%
20dan%20kebocoran%20reaktor%20nuklir

Andinty, N. (2022, Agustus 3). Radiasi dalam Bidang Media. Dipetik


November 23, 2022, dari yankes.kemenkes.go.id:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/991/radiasi-dalam-bidang-me
dia

Astrid. (2017, Maret 17). Radiasi dan Kesehatan. Dipetik November 26, 2022,
dari Kesmas.kemkes.go.id:
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/031717-radiasi-dan-kesehat
an

Hulu, V. T., Tasnim, S. S., L. P., M. C., R. P., et al. (2020). Dalam
KESEHATAN LINGKUNGAN (hal. 46-47). Yayasan Kita
Menulis.

Khalid, H. (2020, Desember 21). Indonesia Darurat Sampah, Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga Jadi Kewajiban . Dipetik November 20, 2022, dari
INDONESIA ENVIRONMENT & ENERGY CENTER:
https://environment-indonesia.com/indonesia-darurat-sampah-
pengelol aan-sampah-rumah-tangga-jadi-kewajiban/

KM, A. (t.thn.). Mengenal, Penyakit Tular Vektor Dan Binatang Pembawa


Penyakit. Dipetik November 26, 2022, dari krakataumedika.com:
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/mengenal-penyakit-tular
vektor-dan-binatang-pembawa-penyakit

Mufid, S. A. (2012, April 23). RESUME EKOLOGI MANUSIA. Dipetik


November 27, 2022, dari alenkainfo.blogspot.com:
https://alenkainfo.blogspot.com/2012/04/resume-ekologi-manusia-filsaf
at.html?m=1

Nugroho, A. (2014, Juni). PERAN TANAH SEBAGAI RESERVOIR


PENYAKIT. 6, 27-32.

62
Putri, V. K. (2021). Ciri-ciri Lingkungan Sehat. Kompas.com.

Rizal, R. (2017). Analisis Kualitas Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penelitian


dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Jakarta.

SMP, A. (2022, September 27). Prinsip Pengolahan Limbah yang Baik Bagi
Lingkungan. Dipetik November 27, 2022, dari ditsmp.kemdikbud.go.id:
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/prinsip-pengolahan-limbah-yang-baik-b
agi-lingkungan/#:~:text=Salah%20satu%20cara%20yang%20paling,Ba
hraini%2C%20Amanda%2C%202019

Soedarto. (2013). LINGKUNGAN DAN KESEHATAN. Surabaya:


Sagung Seto.

Sumantri, A. (2010). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: KENCANA PRENADA


MEDIA GROUP.

Abidin, Z. (2016, Juni 21). Ancaman Hepatitis A Terhadap Mahasiswa.


Retrieved from Tabloid RSUDZA LAM HABA:
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/06/21/ancaman-hepatitis-a-
t erhadap-mahasiswa/

Air Tanah di Jakarta Sudah Tercemar Detergen Dan E.coli. (2018,


Agustus 24). Retrieved from PDAM TIRTA BENTENG:
http://www.pdamtirtabenteng.co.id/berita/air-tanah-di-jakarta-sudah-
ter cemar-detergen-dan-ecoli

Drastyana, S. F. (2014). PENGARUH PAPARAN UAP BENZENA


TERHADAP IMUNOGLOBULIN G DAN KELUHAN KESEHATAN
PADA PEKERJA SPBU DI SURABAYA DIUKUR MELALUI
KADAR FENOL URINE.
Fadli, R. (2022, Maret 16). Disentri. Retrieved from Halodoc:
https://www.halodoc.com/kesehatan/disentri

Ikhtiar, M. (2017). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Makassar: CV.


Social Politic Genius.

Indonesia, U. (2020). Situasi Anak Di Indonesia. Jakarta: UNICEF

Indonesia. Irwan. (2017). Epidemologi Penyakit Menular. Yogyakarta:

Absolute Media.

Istarani, F., & Pandebesie, E. (2014). Studi Dampak Arsen dan Kadmium
terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik
Lingkungan.

63
Keracunan Massal Terbesar dalam Sejarah, 20 Juta Warga Minum
Air Tercemar Arsenik. (2016). Retrieved from National
Geographic Indonesia:
https://nationalgeographic.grid.id/read/13304744/keracunan-massal-ter
besar-dalam-sejarah-20-juta-warga-minum-air-tercemar-arsenik?page
=all

Makarim, F. R. (2022). Polio. Retrieved from Halodoc:


https://www.halodoc.com/kesehatan/polio

Manullang, C. Y. (2017). Bahaya Pencemaran Merkuri. Dipetik


dari Kumparan:
https://kumparan.com/corry-yanti-manullang/bahaya-pencemaran-mer
kuri

Meidira, S. (2017). IDENTIFIKASI Vibrio cholerae PADA KERANG HIJAU


(Perna viridis) YANG DIJUAL DI TAMBAK LOROK SEMARANG.

Muhadi. (2008). HUBUNGAN KANDUNGAN E.COLLI PADA AIR MINUM


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA KECAMATAKN
KOJA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA.

Pitriani, & Sanjaya, K. (2020). Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Nas


Media Pustaka.

Prasetyo, R., & Siagian, T. H. (2017). Determinan Penyakit


Berbasis Lingkungan Pada Anak Balita Di Indonesia. JURNAL
KEPENDUDUKAN INDONESIA.

Pratiwi, A. D., Widyorini, N., & Rahman, A. (2019). Analisis Kualitas


Perairan Berdasarkan Total Bakteri Coliform di Sungai Plumbon,
Semarang. Journal Of Maquares.

Purnama, S. G. (2017). DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN. Bali.


Septivita, D. (2018). Analisis Faktor Personal Hygiene dan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Infeksi Hepatitis A pada Mahasiswa
Universitas Jember.

Suantara, I. R., & Suiraoka, I. (2018). Epidemiologi Gizi. Ponorogo: Penerbit


Ilmiah Kesehatan.

Sudibyo, M. (1997). Dampak Pencemaran Cadmium Terhadap Kesehatan


Manusia. Jurnal Pendidikan Science.

64
Wahyuda, I. (2020). Gambaran Pengaruh Paparan Karbon Monoksida (CO)
dari Emisi Kendaraan Terhadap Kadar CO dalam Darah (HbCO) pada
Masyarakat. Diploma Thesis.

Wijayarti, K., Hanani, Y., & Yunita, N. A. (2016). ANALISIS RISIKO


KESEHATAN LINGKUNGAN PAPARAN SULFUR DIOKSIDA (SO2)
UDARA AMBIEN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL
BUS PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
65

Anda mungkin juga menyukai