Oleh:
Pokok Bahasan
SURVEI SAMPAH
(PENGANTAR PRAKTIKUM)
DISUSUN OLEH :
I. DESKRIPSI
Ruang lingkup praktek meliputi : pendataan penduduk yang menghasilkan
sampah, sosial ekonomi penduduk, kegiatan-kegiatan di masyarakat yang
mengakibatkan fluktuasi timbulan sampah, cara sampling, waktu sampling dan
cara pengiriman sampelnya.
Praktikum ini merupakan langkah awal sebelum praktikum analisis fisik
sampah. Bila langkah-langkah yang diambil dalam tahapan ini teliti, maka akan
merupakan informasi yang sangat berharga dalam proses perencanaan
pengelolaan sampah lebih lanjut.
1. Meminta izin dan memberi penjelasan maksud dan tujuan kegiatan kepada
pemilik/petugas sumber sampah;
2. Lakukan prosedur sampling (10% / 15% / 25% dll) dan ingat prinsip homogenitas;
3. Masukkan ke tempat / alat pengangkut sampah;
4. Beri label yang memuat : tanggal pengambilan, jam, sumber, petugas pengambil,
parameter (yang ingin diketahui);
5. Kirim segera ke laboratorium.
VII. HASIL
1. Mutiara Try Astuti
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : 25, Februari 2020
b. Jam : 07.00 WIB
c. Petugas pengambil : Mutiara Tryastuti
d. Sumber : Sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Pak Sumarso
f. Jumlah penghasil sampah : 4
2. Dwiyana Nurul Ulfani
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : 25 Februari 2020
b. Jam : 06.45 WIB
c. Petugas pengambil : Dwiyana Nurul Ulfani
d. Sumber : Sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Pak Marno
f. Jumlah penghasil sampah : 4
3. Riska Wafiq Azizah
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : 25 Februari 2020
b. Jam : 06.00 WIB
c. Petugas pengambil : Riska Wafiq Azizah
d. Sumber : sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Bu Sri Widiyanti
f. Jumlah penghasil sampah : 6
4. Miski Durrotul Jannah
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : Rabu, 25 Februari 2020
b. Jam : 06.30 WIB
c. Petugas pengambil : Miski Durrotul Jannah
d. Sumber : sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Pak Liwon
f. Jumlah penghasil sampah : 2
5. Mei Hana Peratiwi
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : 25 Februari 2020
b. Jam : 06.57 WIB
c. Petugas pengambil : Mei Hana Pertiwi
d. Sumber : Sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Pak Rudy Martin
f. Jumlah penghasil sampah : 7
6. Melinda Syahriyatul M
Label sampah:
a. Tanggal pengambilan : rabu, 25 Februari 2020
b. Jam : 06.25 WIB
c. Petugas pengambil : Melinda Syahriyatul M
d. Sumber : sampah rumah tangga
e. Nama kepala keluarga : Ibu Hartini
f. Jumlah penghasil sampah : 2
Sampah yang kami ambil berasal dari sampah rumah tangga. Sampah ini
dihasilkan dari kegiatan manusia.
VIII. PEMBAHASAN
Sampah yang diambil berasal dari rumah tangga yang berada di Desa
Karangmangu Kecamatan Baturaden. Setiap rumah memiliki jumlah penghasil
sampah yang berbeda-beda. Sampah diambil dari rumah tangga ini berasal dari
berbagai macam sampah,baik yang organik maupun yang anorganik. Hambatan
ditemui salah satunya adalah sampah di rumah yang tidak dibedakan antara
sampah anorganik dan organik atau sisa makanan yang menimbulkan bau tidak
sedap. Selain itu, masih banyak yang menggunakan tempat sampah tidak sesuai
standar yang tidak ada tutupnya, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap
dan mengundang vektor atau binatang pengganggu. Solusi dari permasalahan ini
seharusnya setiap rumah membiasakan membedakan pembuangan sampah
organik dan anorganik sehingga mempermudah para petugas sampah dan juga
mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, bisa juga mengolah sampah
rumah tangga yang bisa didaur ulang lagi seperti sampah organic menjadi pupuk
kompos, sampah anorgnik dijadikan kerajinan. Dan juga untuk tempat sampah
sebaiknya diberi penutup agar mengurangi bau tidak sedap dari sampah dan
mengurangi vektor atau binatang pengganggu yang mendekati tempat sampah.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey sampah rumah tangga yang kelompok kami lakukan
yang memiliki sumber penghasil sampah sebanyak 4 orang rata-rata dalam
pembuangan sampah rumah tangga rumah masih mencampur antara sampah
organik dan anorganik. Selain itu, diketahui masih banyak masyarakat yang tidak
membedakan pembuangan sampah rumah tangga padahal dengan kebiasaan
seperti itu dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan serta berdampak
positif juga terhadap masyarakat di sekitarnya.
X. SARAN
Untuk tempat sampah sebaiknya dilakukan secara terpisah antara organic
maupun anorganik dan menggunakan tempat sampah yang sesuai dengan
jumlah penghasil sampah yang ada
Pengolahan sampah organic yang paling mudah adalah dengan membuat
pupuk kompos yang dapat digunakan untuk berkebun. Sedangkan untuk
sampah anorganik dapat didaur ulang yang masih memiliki nilai ekonomis
yang bermanfaat.
XI. KEPUSTAKAAN
https://kalimantan.bisnis.com/read/20170222/220/630699/tips-mengelola-
sampah-skala-rumah-tangga
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190911112043-284-
429492/cara-mengelola-sampah-rumah-tangga-dengan-mudah
XII. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA PRAKTEK
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA SAMPAH
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
I. DESKRIPSI
Ruang lingkup praktek meliputi menghitung berat jenis dan
menentukan penggolongan sampah berdasarkan komponen-
komponennya yang dilakukan dengan metoda demonstrasi dan
melakukan praktikum.
Praktikum ini mendasari dalam menentukan macam bahan yang akan
dipakai untuk membuat kontainer, berapa banyak kontainer yang harus
sesuai dengan jenis sampah (bila dilakukan pemisahan sampah) dan lebih
jauh pada alat angkut, pengolahan, dan pemanfaatan akhirnya. Bila
dikaitkan dengan cara pengambilan sampel yang benar, maka hal ini akan
mendasari pada perhitungan volume kontainer, alat angkut serta TPA
yang harus disediakan serta perencanaan pengelolaan sampah pada
umumnya.
BJ =
VII. HASIL
Tabel Hasil Pengukuran Sampah
Berat awal : 6 kg
Komposisi %
No Komponen Volume Berat (kg) Volume Berat
(liter)
I Kasar :
- Organik 11,25 1 21,42 % 16,7
- Anorganik 16,25 1,8 30,95% 30
II Medium :
- Plastik 5,625 0,5 10,7% 8,3
- Organik 19,375 2,4 36,9% 40
- Baterai - 0,1 - 1,7
III Halus :
- Organik - 0,2 - 3,3
Total :
- Plastik 5,625 0,5 10,7% 8,3
- Organik 30,625 3,6 58,3% 60
- Anorganik 16,25 1,8 30,9% 30
- Baterai - 0,1 - 1,7
VIII. PEMBAHASAN
Sampah domestik, yang biasa dihasilkan rumah tangga terdiri dari
sampah organik dan sampah anorganik. Karakteristik dari sampah organik
yaitu dapat diuraikan oleh mikroba , dapat membusuk dengan suhu dan
tekanan tertentu , dan memiliki kandungan gas metan. Sedangkan
karakteristik sampah anorganik yaitu sulit diurai membutuhkan waktu yang
lama, tidak dapat membusuk dan ada beberapa limbah anorganik yang
berbahaya.
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum ini , sampah yang digunakan yaitu sampah domestik
dari rumah tangga. Sampah tersebut diperoleh dari 6 rumah dengan 25
anggota keluarga dengan berat 6 kg dan volume 52,813 liter.
Komponen sampah terdiri dari komponen kasar ( organik & anorganik )
, medium ( plastik, organik, dan baterai ) , dan halus ( organik ).
X. SARAN
Sebaiknya pemilihan sampah dilakukan dari sumbernya, sehingga
lebih efektif dalam melakukan pengelolaan sampah.
XI. KEPUSTAKAAN
Tuliskan kepustakaan-kepustakaan yang dipakai dalam perhitungan
ataupun teori yang berkaitan dengan praktek tersebut.
undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
https://www.astalog.com/10557/kelebihan-dan-kekurangan-dari-metode-
pengelolaan-sampah.htm
XII. LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
DESAIN TEMPAT
SAMPAH
KRITERIA TEMPAT SAMPAH
1. Volume sampah
2. Jenis sampah
3. Penempatan
4. Jadwal pengumpulan
• Mudah dibersihkan
• Harga terjangkau
• Mudah diperoleh
= 5,1 liter
Pengangkutan@2xWeek = 5,1x3
= 25x25x26
= 16.250 cm3
= 16, 25 liter
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN
BIOAKTIVATOR
PRAKTEK
Pembuatan Bioaktivator
Waktu:
1. Menyesuaikan dengan jadwal praktek
Ketentuan:
Kelas dibagi menjadi 4 kelompok
Tugas umum:
Masing masing kelompook menyiapkan bahan dan alat sbb
Bahan:
1. Buah yang sudah ada tanda-tanda pembusukan
2. Gula pasir/ jawa
3. Air
Alat:
1. Blender/pisau (+telenan)
2. Tabung digester anerob (botol air mineral)
3. Slang plastic
4. Botol isolator (botol air mineral 600 ml)
Cara Kerja:
1. Buah dicacah/dicincang (daging, kulit dan bijinya)
2. Material dicampur dan diaduk secara merata antara buah, gula dan air
secukupnya
3. Masukkan ke dalam digester dan tutup rapt, selang penghawaan dipasang
dan salurkan ke tabung /botol isolator
4. Ditunggu lebih kurang 1-2 minggu bioaktivator siap dipanen. Atau dengan
mencium bau cairan dan selang. Bila baunya menyerupai aroma tape maka
bioktivator sudah dapat dipanen
5. Pisahkan antara padatan dan cairannya
6. Bioaktivator siap diaplikasikan dengan cara disemprotkan atau disiramkan (2
tutup botol air mineral: 1 ltr air bebas kaporit)
Hasil :
Praktikum pembuatan bioaktivator dilakukan pada Selasa,10 Maret 2020.
Pengamatan bioaktivator dilakukan setiap hari untuk mengetahui perubahan bau.
Untuk menghasilkan bioaktivator yang siap digunakan kelompok kami memerlukan
waktu selama 4 hari , yaitu pada Sabtu, 14 Maret 2020. Berdasarkan hasil
pengamatan langsung setelah dilakukan fermentasi didapat larutan yang berwarna
kuning kecoklatan dengan aroma khas seperti fermentasi tape.
Pembahasan :
Bioaktivator dikenal dengan istilah lain Effective Microorganism (EM)
merupakan kumpulan ragam mikroba fermentatif, yang berfungsi dalam fermentasi
material organik. Dikenal lima kelompok mikroba fermentatif utama meliputi: Bakteri
fotosintetik, Lactobacillus, Streptomyces, ragi (yeast), dan Actinomycetes.
Kesimpulan :
Pembuatan bioaktivator menggunakan sampah buah-buahan seperti pepaya,
melon dan jambu kristal memerluhkan waktu sekitar 4 hari yaitu Selasa, 10 Maret
2020 sampai Sabtu,14 Maret 2020. Hasil dari pembuatan bioaktivator berupa larutan
fermentasi berwarna kunung kecokelatan dengan aroma khas seperti fermentasi
tape.
Apabila sampah organik yang bersumber dari limbah buah-buahan bisa
dimanfaatkan untuk bioaktivator, maka akan bermanfaat ganda yaitu
mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus berguna untuk proses
mempercepat pengomposan.
Saran :
Bagi Mahasiswa
Masih diperlukan upaya penelitian lebih lanjut untuk mengindentifikasi
jenis jenis mikroorganisme yang terdapat dalam bioaktivator yang dihasilkan.
Bagi Masyarakat
Hendaknya memperhatikan lingkungan dengan turut mengolah limbah
organiknya menjadi kompos. Untuk mempercepat proses pengomposan
gunakan bioaktivator dari limbah-buah-buahan yang mudah dibuat.
Bagi Petani
Hendaknya teknologi pembuatan bioaktivator ini dapat dilakukan untuk
mendapatkan pupuk kompos dalam jumlah yang banyak dan waktu yang
singkat untuk memenuhi kebutuhan petani sehingga bisa menjaga kualitas
tanah dan terbebas dari ketergantungan pada pupuk kimia.
Referensi
Wiryanti, I., & SPd, M. (2014). PEMANFAATAN LIMBAH BUAH-BUAHAN DALAM
PEMBUATAN BIOAKTIVATOR SEDERHANA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES
PENGOMPOSAN (STUDI PENDAHULUAN). In Seminar Nasional Riset
Inovatif (Vol. 2).
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN
KOMPOS PADAT
PRAKTEK
Pembuatan Kompos (Padat)
Waktu :
1. Menyesuaikan dengan jadwal praktek
Ketentuan :
1. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok
Tugas Umum:
Masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan
Bahan :
1. Sampah organik setelah dicacah sebanyak 200 liter
2. Kotoran hewan 50 liter
3. Bioaktivator (secukupnya)
Alat :
1. Mesin pencacah sampah
2. Sekop
3. Sapu lidi
4. Sampling box
5. Thermometer alkohol
6. pH stik
Cara Kerja :
1. Sampah organik dicacah
2. Sampah dihamparkan
3. Kotoran hewan dihamparkan di atas hamparan sampah
4. Disemprotkan bioaktivator
5. Diulangi seperti poin 2 s/d 4 sampai habis
6. Ditutup agar tidak terkena sinar matahari langsung maupun hujan
7. Diukur dengan pH dan temperaturnya minimal 5 titik setiap hari dengan
kedalaman ukur 15 cm
8. Dicatat pH dan temperaturnya
9. Dilakukan pembalikan pertama setelah 3 hari mencapai suhu puncak
10. Secara periodic dilakukan pembalikan, sesuai dengan hasil point 9
11. Bila suhu sudah tidak naik turun, maka pengomposan dapat diakhiri
Hasil :
Dari praktikum Pembuatan Kompos (Padat) di Kampus 7 Poltekkes
Semarang mendapatkan hasil sebagai berikut :
7,2 7,4
7,4
6,9 52 51,4
48,2 7,3
7,1 7
45
7,2 7
42
40,2 39,6 40,6
0
36,4 37,4
0
35,2
KAMIS,12 JUMAT, 13 SABTU, 14 MINGGU, SENIN, 16 SELASA, 17 RABU, 18 KAMIS, 19 JUMAT, 20 SABTU, 21 MINGGU,
MARET MARET MARET 15 MARET MARET MARET MARET MARET MARET MARET 22 MARET
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
Suhu Ph
Pembahasan :
Pengomposan dilakukan pada tanggal 12 Maret 2020, pengomposan
dilakukan di kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang. Pada hari pertama (Kamis,
12 Maret 2020) dilakukan pengukuran suhu dan Ph , dan didapatkan rata-rata hasil suhu
sebesar 35,2°C dan Ph sebesar 7,2. Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan setiap hari.
Pada hari kedua ( Jumat, 13 Maret 2020 ) dilakukan pengukuran suhu dan ph dengan hasil rata-
rata suhu sebesar 45 °C dah ph sebesar 6,9 . Pada hari ketiga ( Sabtu, 14 Maret 2020 ) hasil rata-
rata pengukuran suhu sebesar 52°C dan ph sebesar 7,2. Hari keempat ( Minggu, 15 Maret 2020 )
hasil rata-rata pengukuran suhu sebesar 51,4°C dan ph sebesar 7,4. Pada hari keempat ini, suhu
sebesar 51,4°C merupakan suhu puncak, dan perkiraan pembalikan adalah 3 hari setelah suhu
puncak yaitu tanggal 18 Maret 2020 dan suhu harus mengalami penurunan/lebih rendah dari
suhu puncak, namun apalabila pada tanggal 16 Maret 2020 sampai 18 Maret 2020 suhu masih
ada yang lebih tinggi dari suhu puncak maka dilihat lagi 3 hari berikutnya, karena jika hal itu terjadi
maka dapat dikatakan yang tanggal 15 Maret 2020 tadi bukanlah suhu puncak. Selanjutnya, Hari
kelima ( Senin, 16 Maret 2020 ) hasil rata-rata pengukuran suhu sebesar 48,2°C dan 7,4 . Hari
keenam ( Selasa, 17 Maret 2020 ) hasil rata-rata pengukuran suhu sebesar 42°C dan ph sebesar
7,2. Karena pada pengukuran suhu dan ph dari tanggal 15 Maret 2020 ( Suhu Puncak ) maka
pembalikan bisa dilakukan pada hari Rabu, 18 Maret 2020. Sebelum pembalikan, diukur suhu
dan ph terlebih dahulu, hasil rata-rata suhu sebesar 40,2°C dan ph sebesar 7,1. Pembalikan
dilakukan agar kompos tidak kekurangan udara dan mempercepat proses penguraian. Proses
penguraian akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara. Selain itu pembalikan juga
dilakukan untuk mengembalikan keadaan kompos agar aktivitas mikroorganisme tetap berjalan
normal dan untuk mengatur kadar air agar kompos tidak lembab. Setelah pembalikan, keesokan
harinya harus dilakukan pengukuran secara rutin kembali untuk mengetahui suhu dan ph kompos
tersebut, pengukuran pertama setelah pembalikan dilakukan pada Kamis, 19 Maret 2020 dengan
hasil rata-rata suhu sebesar 39,6 dan ph sebesar 7. Pada hari Jumat, 20 Maret 2020 hasil rata-
rata pengukuran suhu sebesar 36,4°C dan ph tidak diketahui karena alat untuk mengukur ph
terjadi kerusakan. Pada hari Sabtu, 21 Maret 2020 hasil rata-rata pengukuran suhu sebesar
40,6°C , Pada hari Minggu, 22 Maret 2020 hasil rata-rata pengukuran suhu sebesar 37,4°C
setelah proses pembalikan seharusnya dilakukan pengukuran setiap hari sampai suhu benar-
benar stabil, jika suhu belum stabil maka lakukan proses pembalikan lagi.
Kesimpulan :
Dari praktikum pembuatan kompos yang kami lakukan di kampus 7 poltekkes
kemenkes semarang , kami menggunakan sampah organik ( rumput ) , kotoran
hewan , dan larutan EM 4. Pengukuran suhu dan ph dilakukan setiap hari, untuk
mengetahui kapan terjadinya suhu puncak dan kapan dilakukan pembalikan. Suhu
puncak terjadi pada tanggal 15 Maret 2020 dengan suhu sebesar 51,4°C sehingga
dilakukan pembalikan pada tanggal 18 Maret 2020 setelah suhu turun 3 hari setelah suhu puncak.
Saran :
Perlunya memperhatikan lokasi penyimpanan kompos agar tidak
mengganggu lingkungan sekitar. Pembuatan kompos harus terlindung dari hujan
dan sinar matahari secara langsung, diberi peneduhan atau ditempatkan di suatu
tempat yang ada peneduhnya agar proses penguraian berlangsung sempurna.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN
KOMPOS CAIR
PRAKTEK
Pembuatan Kompos (Cair)
Waktu :
1. Menyesuaikan jadwal praktek
Ketentuan :
1. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok
Bahan :
1. Sampah organik setelah dicacah sebanyak 4 bagian
5. Bioaktivator (secukupnya)
Alat :
1. Mesin pencacah sampah
3. Slang plastik
4. Botol isolator
Cara Kerja :
1. Sampah organik dicacah/dicincang
5. Ditunggu kurag lebih 2 minggu kompos cair siap digunakan. Atau dengan
mencium bau cairan dari selang. Bila baunya menyerupai aroma tape maka kompos
cair sudah siap digunakan.
6. Pisahkan antara padatan dan cairannya. Padatan diberlakukan sebagai kompos
padat bila sudah dikeringkan
2. Masker hidung
3. Sepatu boot
4. Penutup kepala
5. Google
Hasil :
Hasil praktikum pembuatan kompos cair dilakukan pada jumat, 13 Maret 2020
di kampus 7 poltekkes kemenkes semarang, untuk mengetahui kompos cair sudah
jadi atau siap digunakan maka dilakukan pengamatan setiap hari dengan indicator
perubahan bau seperti aroma tape yang dapat tercium dari selang yang
menghubungkan botol komposter dengan botol isolator . Untuk menghasilkan
kompos cair yang sudah siap digunakan kelompok kami memerlukan waktu selama
2 minggu, yaitu pada jumat, 27 Maret 2020.
Pembahasan :
Pupuk organik cair atau kompos cair adalah pupuk yang berfase cair yang
dibuat dari bahan bahan organic melalui proses pengomposan.Pada pembuatan
kompos cair ini, kelompok kami menggunakan sampah organic yaitu rumput yang
masih basah.
Praktikum pembuatan compos cair ini bertujuan untuk membuat sekaligus
mengetahui proses yang efektif dalam pembuatan compos cair dengan
memanfaatkan sampah berupa dedaunan atau rumput sebagai bahan bakunya
dengan menambahkan larutan EM4, kotoran hewan, dedak/cucian beras, dan
larutan gula merah. Karena berasal dari bahan organic, kompos cair ini memiliki
unsur hara yang baik untuk tanah dan bebas dari bahan kimia berbahaya sehingga
makanan yang berasal dari hasil pertanian dapat dikonsumsi tanpa efek samping.
Jadi selain pupuk ini ramah lingkungan pupuk ini juga relatif murah untuk dijangkau
oleh petani – petani bahkan bisa dibuat sendiri karena mudah dalam pembuatannya
serta bahan yang digunakan tidak sulit didapatkan, bersumber dari bahan yang
hendak dibuang/limbah/ sampah. Disisi lain petani juga nantinya akan membutuhkan
pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan
berkurang. Pengaplikasian pupuk organic cair ini bisa langsung digunakan dengan
disiramkan ketanah atau disemprotkan kedaun tanaman.
Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum pembuatan kompos cair yang kami lakukan dengan
menggunakan bahan sampah organic berupa rumput membutuhkan waktu kurang
lebih 2 minggu yaitu dimulai pada jumat 13 Maret 2020 sampai jumat, 27 Maret
2020.
Kompos cair yang telah terbentuk melewati tahapan proses pengomposan yang
sesuai dengan prosedur selanjutnya dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
Saran :
Pada saat praktikum pembuatan kompos cair sebaiknya dilakukan sesuai
dengan prosedur kerja yang benar , gunakan perbandingan bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pengomposan dengan tepat, agar proses penguraian dari
bahan-bahan yang digunakan lebih cepat , serta untuk menghindari kegagalan
dalam praktikum.
LAMPIRAN
TERIMAKASIH