Anda di halaman 1dari 5

TEORI KEDAULATAN

Kedaulatan, sovereignity merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara.


Seperti diketahui bahwa salah satu syarat berdirinya negara adalah adanya pemeritahan
yang berdaulat. Dengan demikian, pemerintah dalam suatu negara harus memiliki
kewibawaan (authority) yang tertinggi (supreme) dan tak terbatas (unlimited).
Arti kenegaraan sebagai kewibawaan atau kekuasaan tertinggi dan tak terbatas dari
negara disebut dengan sovereignity (kedaulatan). Dengan demikian, kedaulatan adalah
kekuasaan penuh dan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wilayahnya
tanpa adanya campur tangan dari negara lain.
Jean Bodin (1500 1596) seorang ahli Prancis, memandang kedaulatan sebagai
kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu negara. Ia memandang pada
hakikatnya kedaulatan memiliki 4 (empat) sifat pokok sebagai berikut:

Asli, artinya kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
Permanen, artinya kekuasaan tetap ada selama negara berdiri, sekalipun pemegang

kedaulatan sudah berganti.


Tunggal (bulat), artinya kekuasaan merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi

dalam negara yang tidak diserahkan atau dibagi-bagikan kepada badan lain.
Tidak Terbatas (absolut), artinya kekuasaan tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila
ada kekuasaan lain yang membatasinya, tentu kekuasaaan tertinggi yang
dimilikinya itu akan lenyap.
Pada dasarnya kekuasaan yang dimiliki pemerintah mempunyai kekuatan yang

berlaku ke dalam (interne souvereiniteit) dan ke luar (externe souvereinoteit), yaitu sebagai
berikut:

Kedaulatan Ke Dalam : Pemerintah memiliki wewenang tertinggi dalam


mengatur dan menjalankan organisasi negara sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


Kedaulatan Ke Luar : Pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan tidak tunduk
kepada kekuasaan lain, selain ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Demikian
juga halnya dengan negara lain, harus pula menghormati kekuasaan negara yang
bersangkutan dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

MACAM-MACAM TEORI KEDAULATAN

1. Teori Kedaulatan Tuhan


Teori ini merupakan teori kedaulatan yang pertama dalam sejarah, mengajarkan
bahwa negara dan pemerintah mendapatkan kekuasaan tertinggi dari Tuhan sebagai asal
segala sesuatu (Causa Prima). Menurut teori ini, kekuasaan yang berasal dari Tuhan itu
diberikan kepada tokoh-tokoh negara terpilih, yang secara kodrati ditetapkan-Nya menjadi
pemimpin negara dan berperan selaku wakil Tuhan di dunia. Teori ini umumnya dianut
oleh raja-raja yang mengaku sebagai keturunan dewa, misalnya para raja Mesir Kuno,
Kaisar Jepang, Kaisar China, Raja Belanda (Bidde Gratec Gods, kehendak Tuhan), Raja
Ethiopia (Haile Selasi, Singa penakluk dari suku Yuda pilihan Tuhan).
Pelopor teori kedaulatan Tuhan antara lain:
1. Augustinus (354-430),
Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M sebagai
putra seorang ibu yang saleh yaitu Momika
(Heukem,

1991:

61).

Ayahnya

bernama

Patricius, seorang tuan tanah kecil dan anggota


dewan kota yang kurang taat beragama hingga
menjelang akhir hayatnya. Augustinus dididik
dan dibesarkan secara Kristen kendatipun karena
adat istiadat yang berlaku pada masa itu, ia tidak dibaptiskan ketika masih bayi.
Ajaran filsafat Augustinus adalah sebagai berikut :
Akui manusia dengan kepercayaan dan agama tidak boleh dipisahkan.
Tanpa kepercayaan dari agama, manusia akan sesak, dan tanpa akal, orang
tak akan memperoleh pengertian yang jelas tentang kepercayaan dan agama

itu.
Kehendak manusia berpangkal diatas asakl, dan cinta kasih sayang
mempunyai arti kesucian diatas ilmu pengetahuan. Juga berlaku terhadap

Tuhan, sedang Tuhan terutama berarti cinta kasih sayang.


Roh/jiwa agak bebas terhadap raga dan jiwa mengenal dirinya secara

langsung dan intuistif, yang terdiri atas kebendaan dan bentuk.


Spiritualisme yang antropologis (jiwa itu tak lain dari manusia itu sendiri)

berjalan berdampingan dengan spiritualisme yang bersifat teori mengenal.


Kebendaan itu pada hakikatnya cahaya. Bahwa jiwa menghendaki tubuh
dan tubuh menghendaki jiwa merupakan pandangan yang dualistis.

2. Thomas Aquino (1215-1274),

Thomas Aquinas kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia:
Tommaso dAquino) adalah seorang filsuf dan ahli
teologi

ternama

dari

Italia.

Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat


sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja
Kristen.

Sintesisnya

ini

termuat

dalam

karya

utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut


sebagai "Ahli teologi utama orang Kristen." Bahkan ia
dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Katholik dan
memiliki gelar santo.
Ajaran Thomas Aquinas
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse
subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang
paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh
filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas
dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat
bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati
ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh
hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan
disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas.
3. Friedrich Julius Stahl (1802-1861).
Karena berasal dari Tuhan, maka kedaulatan negara
bersifat mutlak dan suci.Seluruh rakyat harus setia dan
patuh kepada raja yang melaksanakan kekuasaan atas
nama

dan untuk

kemuliaan Tuhan.

Raja adalah

manifestasi keberadaan Tuhan. Maka, raja/ pemerintah


selalu benar, tidak mungkin salah.

2. Teori Kedaulatan Raja


Dalam Abad Pertengahan Teori Kedaulatan Tuhan berkembang menjadi Teori
Kedaulatan Raja, yang menganggap bahwa raja bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
Kekuasaan raja berada di atas konstitusi. Ia bahkan tak perlu menaati hukum moral agama,
justru karena status-nya sebagai representasi/ wakil Tuhan di dunia. Maka, pada masa itu

kekuasaan raja berupa tirani bagi rakyatnya. Peletak dasar utama teori ini adalah Niccolo
Machiavelli (1467-1527) melalui karyanya, Il Principe. Ia mengajarkan bahwa negara
harus dipimpin oleh seorang raja yang berkekuasaan mutlak.
Sedangkan

Jean Bodin

menyatakan

bahwa

kedaulatan

negara

memang

dipersonifikasikan dalam pribadi raja, namun raja tetap harus menghormati hukum kodrat,
hukum antarbangsa, dan konstitusi kerajaan (leges imperii). Di Inggris, teori ini
dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengajarkan bahwa kekuasaan
mutlak seorang raja justru diperlukan untuk mengatur negara dan menghindari homo
homini lupus.

Niccolo Machiavelli

Jean Bodin

Thomas Hobbes

3. Teori Kedaulatan Negara


Menurut teori ini, kekuasaan tertinggi terletak pada negara. Sumber kedaulatan
adalah negara, yang merupakan lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa. Kedaulatan
timbul bersamaan dengan berdirinya suatu negara. Hukum dan konstitusi lahir menurut
kehendak negara, diperlukan negara, dan diabdikan kepada kepentingan negara.
Demikianlah F. Hegel mengajarkan bahwa terjadinya negara adalah kodrat alam,
menurut hukum alam dan hukum Tuhan. Maka kebijakan dan tindakan negara tidak dapat
dibatasi hukum. Ajaran Hegel ini dianggap yang paling absolut sepanjang sejarah. Para
penganut teori ini melaksanakan pemerintahan tiran, teristimewa melalui kepala negara
yang bertindak sebagai diktator. Pengembangan teori Hegel menyebar di negara-negara
komunis. Peletak dasar teori ini antara lain: Jean Bodin (1530-1596), F. Hegel (17701831), G.Jellinek (1851-1911), Paul Laband (1879-1958).
4. Teori Kedaulatan Hukum
Berdasarkan pemikiran teori ini, kekuasaan pemerintah berasal dari hukum yang
berlaku. Hukumlah (tertulis maupun tidak tertulis) yang membimbing kekuasaan

pemerintahan. Etika normatif negara yang menjadikan hukum sebagai panglima


mewajibkan penegakan hukum dan penyelenggara negara dibatasi oleh hukum. Pelopor
teori Kedaulatan Hukum antara lain: Hugo de Groot, Krabbe, Immanuel Kant dan Leon
Duguit.
5. Teori Kedaulatan Rakyat (Teori Demokrasi)
Teori ini menyatakan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Pemerintah
harus menjalankan kehendak rakyat. Ciri-cirinya adalah: kedaulatan tertinggi berada di
tangan rakyat (teori ajaran demokrasi) dan konstitusi harus menjamin hak azasi manusia.
Beberapa pandangan pelopor teori kedaulatan rakyat:
1. J.J. Rousseau
menyatakan bahwa kedaulatan itu perwujudan dari
kehendak umum dari suatu bangsa merdeka yang
mengadakan perjanjian masyarakat (social contract).

2.

Johanes Althuisiss menyatakan bahwa setiap susunan


pergaulan hidup manusia terjadi dari perjanjian masyarakat yang tunduk kepada
kekuasaan, dan pemegang kekuasaan itu dipilih oleh rakyat.

3. John Locke
menyatakan bahwa kekuasaan negara berasal dari
rakyat, bukan dari raja. Menurut dia, perjanjian
masyarakat menghasilkan penyerahan hak-hak rakyat
kepada pemerintah dan pemerintah mengembalikan
hak dan kewajiban azasi
kepada rakyat melalui peraturan perundang-undangan.
4. Montesquieu
yang membagi kekuasaan negara menjadi: kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif (Trias Politica).

Anda mungkin juga menyukai