Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBUATAN SERAT

PEMBUATAN SERAT POLIESTER BERKEKUATAN TINGGI DAN


PENGARUH PENARIKAN TERHADAP SERAT POLIESTER

Oleh :

1. Rivanza Diel Primanda (21420044)


2. Nahdiya Firqiyani Hanifah (21420051)
3. Restu Mutiara Cahyani (21420053)
4. Invo Kafit Elmaryana (21420055)
5. Salwa Azzahra (21420056)
6. Septa Ringga Yadi Pratama (21420060)

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Pembuatan Serat Poliester Berkekuatan Tinggi Dan
Pengaruh Penarikan Terhadap Serat Poliester.”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Teknologi Pembuatan Serat yang telah memberikan
tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, besar harapan kami untuk kritik dan saran
yang membangun supaya lebih baik buat kedepannya, semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Bandung, 10 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polietilen tereftalat adalah salah satu dari senyawa poliester yang


merupakan bahan penting yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan
industri maupun rumah tangga. Sampai sekarang, penggunaan serat
poliester terus berkembang baik sebagai bahan baku tekstil sandang maupun
untuk keperluan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari makin banyaknya negara
berkembang di Asia yang melakukan ekspor serat poliester kekuatan tinggi.
Serat poliester cenderung disukai karena mempunyai sifat yang relatif baik,
dapat diproduksi secara masal dan harganya cukup sesuai dengan kantong.

Penggunaan serat poliester cenderung mendominasi serat alam maupun


serat sintetik lainnya seperti kapas, rayon, akrilik, polipropilen, dan lainnya.
Kekuatan serat poliester dan beberapa sifat lainnya relative baik, namun
untuk keperluan khusus seperti industry tekstil, militer, pelayaran, keperluan
olahraga, dan tali parasut peningkatan kekuatan, kestabilan, dan sifat-sifat
lain harus ditingkatkan.

Panjang rantai polimer dapat mempengaruhi kekuatan tarik serat. Rantai


polimer yang Panjang akan menghasilkan ikatan antar molekul yang satu
dengan lainnya lebih besar. Sebaliknya, rantai polimer yang pendek akan
menghasilkan ikatan antar molekul yang lebih kecil. Oleh karena itu untuk
mendapatkan bahan yang kuat diperlukan rantai molekul yang Panjang.
Panjang rantai polimer pada serat poliester banyak ditemukan pada saat
proses polimerisasinya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kekuatan tinggi
terjadadinya pemotongan dan kerusakan rantai polimer perlu dihindarkan.
Terputusnya rantai polimer beberapa serat sintetik biasanya disebabkan oleh
faktor luar seperti oksidator, reduktor, sinar UV, dan panas yang berlebihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian dan pembuatan serat poliester?
2. Bagaimana hasil pengaruh penarikan pada Serat Poliester?
3. Pengaplikasian Serat Poliester di bidang tekstil maupun non tekstil?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang serat poliester khususnya dalam pengaruh penarikan


dipembuatan serat poliester

1.4 Manfaat

Mengetahui apa itu serat polyester mekanisme pembuatan dan pengaplikasiaan


dalam bidang tektul maupun non tekstil

1.5 Metode Penyusunan

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dengan menjadikan


salah satu judul srkripsi dijadikan bahan pembahasan dan pendukung laiinya
melalui sumber literatur.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pembuatan Serat Poliester


2.1.1 Pengertian
Serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilen glikol dengan asam
tereptalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Hasil polimerisasi berupa chip
atapun polimer leleh, yang kemudian di lakukan proses spinning untuk
membentuk fiber. Oleh karena itu memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sifat Fisika
1. Memiliki mulur 11 – 40% dalam keadaan kering
2. Memiliki kekuatan 4,5 – 6,9 g/den dalam keadaan kering
3. Memiliki MR 0,4%
4. Elastisitasnya baik
5. Memiliki massa jenis 1,52
6. Memiliki suhu Tg 70 – 80°C
7. Memiliki suhu Tm 260°C
8. Tahan panas sampai 200°C
2. Sifat Kimia
1. Tidak tahan terhadap alkali kuat
2. Dalam larutan alkali panas terjadi pengikisan permukaan (digunakan
untuk proses pengurangan berat)
3. Tahan terhadap asam
4. Larut dalam metil salisilat dipanaskan
5. Bersifat hidrofob
6. Dapat dicelup dengan zat warna disperse
2.1.2 Pembuatan Serat Poliester
2.1.2.1 Bahan baku Serat Poliester
Serat poliester dibuat dari senyawa etilena glikol direaksikan dengan
asam tereftalat yang kemudian menghasilkan reaksi berupa ester dari
etilena tereftalat kemudian dipolimerisasikan pada suhu tinggi,
sehingga terjadi reaksi polimerisasi membentuk polietelena tereftalat.

Bahan baku pemintalan serat poliester adalah polimer berbentuk


butiran kecil yang disebut chips. Dalam pembuatan chips umumnya
terdiri dari :
1. Senyawa kimia berbentuk monomer : untuk polimer kondensasi
senyawa harus memiliki minimal dua gugus fungsi
2. Katalis : zat/senyawa yang dapat menaikkan laju proses
polimerisasi
3. Zat pembantu/ aditif
Zat stabilisator: umumnya zat yang digunakan untuk penstabil
proses polimerisasi salah satunya adalah senyawa fosfor, suhu
yang terlalu tinggi pada proses polimerisasi dapat menyebabkan
degradasi pada monomer-monomer pembentuk polimer, suhu
polimerisasi harus dijaga konstan (tetap) untuk mendapatkan
chips yang seragam dan berkualitas

Zat pemburam : penambahan zat pemburam yang umumnya


adalah senyawa Titanium oksida (TiO2) zat yang ditambahkan
pada larutan polimer agar memberikan Efek suram dari serat,
serat polyester tanpa pemburaman akan memiliki sifat transparan

Zat pewarna atau pemutih

2.1.2.2 Mekanisme Pembuatan Serat Poliester


Reaksi Pembuatan
Mekanisme pembuatan Serat Poliester adalah dengan mereaksikan
asam terftalat dengan etilena glikol dimana dari reaksi tersebut
menghasilkan chips yang dijadikan bahan baku proses pemintalan
leleh. Selain itu bahan baku juga dapat berupa monomer.
1. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap pembentukan monomer. Proses ini
disebut langsung karena gugus karboksil (-COOH-) dari asam
tereftalat mudah bereaksi dengan etilena glikol. Proses esterifikasi
diawali dengan pemompaan larutan homogen yang mengandung
asam tereftalat murni, etilena glikol, kobalt asetat, asam fosfit,
diantimontrioksida, dan titanium oksida ke dalam reaktor. Proses
ini berlangsung selama kurang lebih 45 menit pada reaktor
bersuhu proses 10- 20 °C. Dalam proses ini akan dihasilkan
produk sampingan berupa air yang dapat menghambat
kesetimbangan reaksi dan menghambat hasil, untuk itu air perlu
dihilangkan dari proses dengan dipompa agar dihasilkan berat
molekul monomer yang besar, selain itu juga jumlah pereaksi
(etilena glikol) yang ditambahkan harus berlebih 10-20% karena
etilena glikol akan mengalami banyak kehilangan akibat destilasi
kontinyu selama tahap reaksi.
Proses ini berakhir ketika seluruh air sebagai produk samping
dapat di destilasi seluruhnya dan produk reaksi berupa BHET
(bishidroksi etilena tereftalat) yang kemudian akan dipindahkan ke
dalam reaktor 9 polikondensasi bersuhu 260°C dengan cara
didorong menggunakan tekanan gas nitrogen 2,3 kg/cm3 melalui
suatu filter untuk menyaring kotoran. Selain air, hasil samping
yang harus dihindari adalah terbentuknya asetaldehida yang
terbentuk akibat terdegradasi suhu yang tinggi, akibatnya akan
berpengaruh pada sifat akhir polimer poliester yang terbentuk.

2. Poliesterifikasi

3. Prosedur Pembuatan Poliester


Untuk prosesnya adalah: Pertama, polimer padat (chips)
dimasukkan kemudian chips akan dilelehkan, lelehan chips akan
didorong dengan gear pump menuju spinneret, serat akan keluar
melalui lubang spinneret, ketika keluar serat akan mengalami
proses pendinginan dengan menggunakan udara dingin sehingga
serat akan memadat (pada proses pendinginan tidak
menggunakan oksigen karena mudah terbakar, sehingga
menggunakan gas nitrogen). Serat yang telah memadat kemudian
akan melalui rol peregang, setelah melalui rol peregang kemudian
serat akan melalui rol take up, rol ini berfingsi untuk mengatur
diameter serat dan menaikan derajat orientasi (kekuatan tinggi,
mulur cukup), kemudian serat digulung.

Gambar 2. Skema pemintalan leleh.


2.2 Pengaruh Penarikan pada serat polyester

Take up merupakan suatu istilah yang digunakan dalam proses pembuatan


serat, berfungsi untuk menarik dan menggulung filamen benang dalam bentuk
cheese dengan menggunakan rol-rol. Proses take up merupakan tahap
penarikan filamen yang keluar dari setiap lubang spinneret pada suatu posisi
digabung menjadi yarn dan dilewatkan pada nozzle oil tempat diberikannya spin
finish oil untuk mengurangi sifat elektrostatik akibat gesekan yang terjadi pada
saat penarikan dan sekaligus mendinginkan filamen. Penarikan dan
penggulungan dilakukan dengan menggunakan rol dengan kecepatan putar rol
sesuai dengan tipe serat yang diinginkan. Benang yang dihasilkan disebut
benang POY (Partially Oriented Yarn).

Pada saat proses take up, dilakukan pengaturan antara kecepatan lelehan
polimer yang keluar dari spinneret dengan kecepatan penggulungan. Tinggi
rendahnya tekanan yang diberikan terhadap laju air lelehan diatur sesuai nomor
benang (denier) yang ingin dihasilkan dan telah diperhitungkan perbandingan
kecepatan rol godet pada proses take up dan kecepatan lelehan yang keluar dari
lubang spinneret.

2.2.1 Pengaruh rasio penarikan dan suhu godet roll 2 terhadap nomor benang,
kekuatan tarik, dan mulur benang pada proses pembuatan benang polyester tipe
fdy 50 denier/36

Kami mengambil studi kasus skripsi dengan judul “Pengaruh rasio penarikan dan
suhu godet roll 2 terhadap nomor benang, kekuatan tarik, dan mulur benang
pada proses pembuatan benang polyester tipe fdy 50 denier/36”. Filamen Serat
poliester merupakan serat sintetik yang memiliki suhu transisi gelas antara
melunak pada suhu 220°C -230°C dan meleleh pada suhu 250°C - 265°C. Pada
suhu transisi gelas serat akan mudah dibentuk, dimana pada suhu struktur
polimer yang berada di dalam serat akan mudah bergerak sehingga mudah
berorientasi apabila mengalami penarikan.

Pada saat terjadi penarikan, filamen harus disertai dengan pemanasan karena
struktur molekul polimer terdiri atas 2 fasa yaitu fasa amorf dan fasa
kristalin,dimana pemanasan akan meningkatkan suhu serat sehingga akan
menaikan kecepatan pengkristalan. Selain itu pemberian suhu pada godet roll 2
di atas suhu transisi gelas akan membantu dalam proses penarikan, karena suhu
transisi gelas merupakan suhu dimana polimer yang semula bersifat gelas
berubah menjadi plastis. Oleh karena itu, bila filament ditarik pada suhu transisi
gelasnya maka struktur molekulnya akan terorientasi dan dapat meningkatkan
derajat kristalinitas, sehingga terjadi perubahan derajat orientasi dan kristalinitas
dalam struktur serat

Secara umum kenaikan suhu pemanasan akan mengakibatkan molekul-molekul


semakin bebas bergerak dan kemungkinan terjadinya kristalisasi sekunder, yaitu
tumbuhnya kristal baru di sekitar inti kristal semakin banyak dan penyusunan
molekul-molekul pun menjadi lebih rapat karena selama pemanasan terjadi
penghancuran/pengurangan kristal-kristal kecil, kemudian bergabung menjadi
satu kristal yang lebih besar dan lebih sempuma sehingga derajat kristalinitasnya
meningkat. Dengan semakin banyaknya struktur kristal dan semakin rapatnya
susunan molekul, maka akan mengakibatkan kekuatan tarik benang poliester
menjadi semakin tinggi dan mulurnya semakin rendah.

Apabila penarikan yang diberikan besar, maka orientasi molekul serat akan
bertambah besar. Pada saat proses penarikan, molekul-molekul serat akan
tertarik, sehingga terjadi pergeseran unit struktur molekul ke arah yang relatif
sejajar dengan sumbu serat atau disebut orientasi molekul serat. Molekul-
molekul serat yang terorientasi akan menaikkan derajat orientasi dan derajat
kristalinitas serat, serta mempunyai fasa amorf yang sedikit sekali dibandingkan
fasa kristalinnya.

Dengan adanya reorientasi molekul serat yang menyebabkan derajat orientasi


dan derajat kristalinitas bertambah besar, maka akan memberikan sifat kekuatan
serat yang tinggi dengan mulur yang rendah, juga mempengaruhi diameter
filamen sehingga akan mengecil sesuai dengan kehalusan benang yang
diinginkan.

a. Metodologi Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada proses pembuatan benang poliester FDY 50


denier/36 filamen tepatnya pada proses take up/penarikan panas menggunakan
mesin Teijin Seiki, dengan memvariasikan rasio penarikan yang terjadi antara
godet roll 1 dan godet roll 2 sebesar 1,81; 1,85 dan 1,88 serta memvariasikan
suhu pemanasan pada godet roll 2 yaitu 125°C, 130°C, 135°C, 140°C dan
145°C.

Percobaan pertama dilakukan pada rasio penarikan sebesar 1,81 dengan variasi
suhu godet roll 2 sebesar 125°C, 130°C, 135°C, 140°C dan 145°C, kemudian
dilanjutkan pada rasio penarikan 1.85 dengan variasi suhu godet roll 2 sama
seperti pada rasio penarikan 1,61 dan seterusnya sampai rasio penarikan 1,68.
Pengaturan perubahan rasio penarikan dengan mengatur kecepatan godet roll 1
dan suhu pada godet roll 2, keduanya diatur melalui Direct Control System (DCS)
pada mesin. Untuk mengetahui pengaruh perubahan rasio penarikan dan
perubahan suhu godet roll 2, maka benang hasil proses dilakukan pengujian
nomor benang, kekuatan tarik dan mulur benang. Diagram alir percobaan yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini:” Diagram Alir percobaan:
b. Penarikan Panas

Filamen yang ditarik biasanya diberi pengerjaan panas sebelum digunakan untuk
menaikkan stabilitas dimensi, dan perlakuan inilah yang dinamakan dengan
penarikan panas. Penarikan panas terjadi di godet roll 2 yang bekerja sebagai
pusat penarikan terakhir dan bertujuan membentuk sifat-sifat serat yang akan
dibentuk seperti nomor benang, kekuatan tarik, mulur benang, mengkeret, dan
daya serap benang terhadap zat warna.

 Pengaruh Suhu Pemanasan

Dengan suhu penarikan yang tinggi pada godet roll 2 akan terjadi kristalisasi
lebih lanjut yang memperkuat struktur filamen sehingga tidak dapat mulur lagi
atau susunan molekulnya tetap stabil dalam keadaan relatif sejajar satu sama
lain.

Secara umum derajat kristalinitas poliester akan meningkat dengan kenaikan


suhu pemanasan, tetapi pada suhu pemanasan yang tinggi mendekati titilk leleh,
kristalinitas akan turun.
Meningkatnya kristalinitas dengan kenaikan suhu pemanasan disebabkan karena
terjadi penyusunan ulang struktur kristal selama pertumbuhan kristal di sekitar inti
(kristalisasi sekunder) atau selama pemanasan terjadi
penghancuran/pengurangan kristal-kristal kecil, kemudian bergabung menjadi
satu kristal yang lebih besar dan lebih sempurna. Penurunan kristalinitas pada
suhu pemanasan yang tinggi mendekati titik leleh disebabkan karena melelehnya
atau terurainya daerah kristalin.

 Pengaruh Rasio Penarikan

Faktor rasio penarikan merupakan faktor utama yang sangat berpengaruh pada
perubahan struktur fisik serat. Rasio penarikan yang dimaksud di sini adalah
perbedaan kecepatan yang terjadi antara godet roll 1 dan godet roll 2 yang
diberikan pada filamen waktu proses peregangan, sehingga apabila penarikan
yang diberikan cukup besar akan mengakibatkan perbandingan fasa amorf dan
fasa kristalin semakin besar pula. Kecepatan godet roll 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan godet roll 1, selain itu godet roll 1 dan godet roll
2 berfungsi juga sebagai rol pemanas.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai