Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Pembuatan Serat Poliester Berkekuatan Tinggi Dan
Pengaruh Penarikan Terhadap Serat Poliester.”
Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, besar harapan kami untuk kritik dan saran
yang membangun supaya lebih baik buat kedepannya, semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
1. Sifat Fisika
1. Memiliki mulur 11 – 40% dalam keadaan kering
2. Memiliki kekuatan 4,5 – 6,9 g/den dalam keadaan kering
3. Memiliki MR 0,4%
4. Elastisitasnya baik
5. Memiliki massa jenis 1,52
6. Memiliki suhu Tg 70 – 80°C
7. Memiliki suhu Tm 260°C
8. Tahan panas sampai 200°C
2. Sifat Kimia
1. Tidak tahan terhadap alkali kuat
2. Dalam larutan alkali panas terjadi pengikisan permukaan (digunakan
untuk proses pengurangan berat)
3. Tahan terhadap asam
4. Larut dalam metil salisilat dipanaskan
5. Bersifat hidrofob
6. Dapat dicelup dengan zat warna disperse
2.1.2 Pembuatan Serat Poliester
2.1.2.1 Bahan baku Serat Poliester
Serat poliester dibuat dari senyawa etilena glikol direaksikan dengan
asam tereftalat yang kemudian menghasilkan reaksi berupa ester dari
etilena tereftalat kemudian dipolimerisasikan pada suhu tinggi,
sehingga terjadi reaksi polimerisasi membentuk polietelena tereftalat.
2. Poliesterifikasi
Pada saat proses take up, dilakukan pengaturan antara kecepatan lelehan
polimer yang keluar dari spinneret dengan kecepatan penggulungan. Tinggi
rendahnya tekanan yang diberikan terhadap laju air lelehan diatur sesuai nomor
benang (denier) yang ingin dihasilkan dan telah diperhitungkan perbandingan
kecepatan rol godet pada proses take up dan kecepatan lelehan yang keluar dari
lubang spinneret.
2.2.1 Pengaruh rasio penarikan dan suhu godet roll 2 terhadap nomor benang,
kekuatan tarik, dan mulur benang pada proses pembuatan benang polyester tipe
fdy 50 denier/36
Kami mengambil studi kasus skripsi dengan judul “Pengaruh rasio penarikan dan
suhu godet roll 2 terhadap nomor benang, kekuatan tarik, dan mulur benang
pada proses pembuatan benang polyester tipe fdy 50 denier/36”. Filamen Serat
poliester merupakan serat sintetik yang memiliki suhu transisi gelas antara
melunak pada suhu 220°C -230°C dan meleleh pada suhu 250°C - 265°C. Pada
suhu transisi gelas serat akan mudah dibentuk, dimana pada suhu struktur
polimer yang berada di dalam serat akan mudah bergerak sehingga mudah
berorientasi apabila mengalami penarikan.
Pada saat terjadi penarikan, filamen harus disertai dengan pemanasan karena
struktur molekul polimer terdiri atas 2 fasa yaitu fasa amorf dan fasa
kristalin,dimana pemanasan akan meningkatkan suhu serat sehingga akan
menaikan kecepatan pengkristalan. Selain itu pemberian suhu pada godet roll 2
di atas suhu transisi gelas akan membantu dalam proses penarikan, karena suhu
transisi gelas merupakan suhu dimana polimer yang semula bersifat gelas
berubah menjadi plastis. Oleh karena itu, bila filament ditarik pada suhu transisi
gelasnya maka struktur molekulnya akan terorientasi dan dapat meningkatkan
derajat kristalinitas, sehingga terjadi perubahan derajat orientasi dan kristalinitas
dalam struktur serat
Apabila penarikan yang diberikan besar, maka orientasi molekul serat akan
bertambah besar. Pada saat proses penarikan, molekul-molekul serat akan
tertarik, sehingga terjadi pergeseran unit struktur molekul ke arah yang relatif
sejajar dengan sumbu serat atau disebut orientasi molekul serat. Molekul-
molekul serat yang terorientasi akan menaikkan derajat orientasi dan derajat
kristalinitas serat, serta mempunyai fasa amorf yang sedikit sekali dibandingkan
fasa kristalinnya.
a. Metodologi Percobaan
Percobaan pertama dilakukan pada rasio penarikan sebesar 1,81 dengan variasi
suhu godet roll 2 sebesar 125°C, 130°C, 135°C, 140°C dan 145°C, kemudian
dilanjutkan pada rasio penarikan 1.85 dengan variasi suhu godet roll 2 sama
seperti pada rasio penarikan 1,61 dan seterusnya sampai rasio penarikan 1,68.
Pengaturan perubahan rasio penarikan dengan mengatur kecepatan godet roll 1
dan suhu pada godet roll 2, keduanya diatur melalui Direct Control System (DCS)
pada mesin. Untuk mengetahui pengaruh perubahan rasio penarikan dan
perubahan suhu godet roll 2, maka benang hasil proses dilakukan pengujian
nomor benang, kekuatan tarik dan mulur benang. Diagram alir percobaan yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini:” Diagram Alir percobaan:
b. Penarikan Panas
Filamen yang ditarik biasanya diberi pengerjaan panas sebelum digunakan untuk
menaikkan stabilitas dimensi, dan perlakuan inilah yang dinamakan dengan
penarikan panas. Penarikan panas terjadi di godet roll 2 yang bekerja sebagai
pusat penarikan terakhir dan bertujuan membentuk sifat-sifat serat yang akan
dibentuk seperti nomor benang, kekuatan tarik, mulur benang, mengkeret, dan
daya serap benang terhadap zat warna.
Dengan suhu penarikan yang tinggi pada godet roll 2 akan terjadi kristalisasi
lebih lanjut yang memperkuat struktur filamen sehingga tidak dapat mulur lagi
atau susunan molekulnya tetap stabil dalam keadaan relatif sejajar satu sama
lain.
Faktor rasio penarikan merupakan faktor utama yang sangat berpengaruh pada
perubahan struktur fisik serat. Rasio penarikan yang dimaksud di sini adalah
perbedaan kecepatan yang terjadi antara godet roll 1 dan godet roll 2 yang
diberikan pada filamen waktu proses peregangan, sehingga apabila penarikan
yang diberikan cukup besar akan mengakibatkan perbandingan fasa amorf dan
fasa kristalin semakin besar pula. Kecepatan godet roll 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan godet roll 1, selain itu godet roll 1 dan godet roll
2 berfungsi juga sebagai rol pemanas.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA