Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI KERUSAKAN SERAT

PENGUJIAN KEDEWASAAN SERAT, ANGKA AKTIVITAS BARIUM,


ANALISA KUANTITATIF SECARA MIKROSKOP DAN PELARUTAN,
DAN BILANGAN TEMBAGA

Nama : Rivanza Diel Primanda

NPM 21420044

Group : 2K3

Dosen : Luciana, S.Teks, M.Pd

: Mia K., S.ST

: Mia E., S.ST

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
KEDEWASAAN SERAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk


mengidentifikasi tingkat kedewasaan serat selulosa yaitu serat kapas, dan
untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara pengujian kedewasaan
serat. Pengujian ini penting untuk dilakukan dan dipahami karena
kedewasaan serat mempengaruhi hasil akhir serat tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari tanaman


Gossypium yang berjenis perdu. Kapas sangat baika di kawasan yang
lembab dan banyak disinari matahari. Serat kapas diketahui memiliki
kandungan selulosa paling banyak, selain selulosa ada juga zat lainnya.
Berikut tabel komposisi serat kapas :
Komposisi % pada serat % pada dinding primer
Selulosa 88 – 9,6 52
Pektin 0,7 – 1,2 12
Lilin 0,4 – 1 7,0
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 10 14

Serat kapas mempunyai sifat fisika dan kimia sebagai berikut :

Sifat Fisika Sifat Kimia

Tahan terhadap
Warna tidak putih tetapi kecoklat-
penyimpanan,pengolahan dan
coklatan.
pemakaian yang normal.
Kekuatan menurun oleh zat
pengoksidasi, karena terjadi oksi
selulosa, biasanya dalam pemutihan Kekuatan serat kapas dipengaruhi
berlebihan, penyinaran dalam oleh kadar selulosa dalam serat.
keadaan lembab atau pemanasan
yang lama pada suhu diatas 140°C
Kekuatan menurun oleh zat
Kekuatan dalam keadaan basah
penghidrolisa, asam dapat
lebih kuat dari pada dalam keadaan
menyebabkan terjadinya hidro-
kering.
selulosa
Alkali berpengaruh sedikit terhadap
serat, kecuali alkali kuat dengan
Kekuatan mulur serat kapas 13-
konsentrasi yang tinggi dapat
14% rata-rata 7%.
menyebabkan penggelembungan
serat.
Kapas mudah diserang jamur dan
Keliatan serat kapas relatif tinggi
bakteri dalam keadaan lembab dan
dibandingkan serat wol dan sutera.
pada suhu hangat.
Mempunyai moisture regain 7-8%.
Berat jenis 1.5-1.56.
Indeks bias 1.58 dalam keadaan
sejajar sumbu serat dan 1.53
melintang pada sumbu

Jika dilihat dari segi penampang melintang dan membujurnya serat


kapas memiliki penampang yang khas, yaitu pada penampang membujur
serat kapas mempunyai pilinan atau puntiran dan pada penampang
melintangnya berbentuk seperti ginjal karena serat kapas mempunyai
lumen.

2.2 Analisa Kedewasaan Serat

Kedewasaan serat menunjukkan tua-mudanya (mature) serat-serat.


Yang dewasa atau masak/tua berarti serat tersebut telah berkembang
dengan sempurna. Serat muda atau immature berarti perkembangannya
tidak sempurna, terhenti dan sebagainya.

Didalam setiap buah kapas yang telah masak, terbuka dan kering
selalu terdapat dua jenis serat kapas, serat dewasa dan serat muda. Serat
dewasa mempunyal ciri-ciri khas, lalah mempunyal dinding sekondair
yang berkembang sempurna, makin tebal dinding sekondair dari selulusa
ini makin dewasa seratnya. Makin tipis dinding tersebut, makin muda
seratnya. Apabila persentase serat, muda atau kurang dewasa ini
melampaui batas tertentu, maka akibatnya kita akan memperoleh
kesukaran dalam proses pemintalan dan proses pencelupannya dan jumlah
nep dalam benang dan kain jadinya akan meningkat.

Gambar diatas menunjukkan dari penampang serat kapas normal.


Nep adalah kelompok-kelompok kecil serat yang kusut satu dengan
lainnya. Serat yang lebih halus dan tipis dinding selulosanya dengan
sendirinya akan lebih mudah kusut dibandingkan dengan serat- serat yang
lebih kasar dan tebal dindingnya. Serat muda dengan demikian mudah
membentuk nep. Serat dewasa adalah serat yang jumlah lebar dindingnya
sama atau lebih besar dari pada lumennya apabila telah diberi larutan
NaOH. Apabila dilihat dibawah mikroskop polarisasi yang menggunakan
plat selenit biru, nampak berwarna kuning, kuning kehijauan, atau hijau.

Serat muda adalah serat yang jumlah lebar dinding kurang dari
lebar lumennya, apabila serat telah diberi larutan NaOH. Dilihat dibawah
mikroskop polarisasi yang menggunakan plat selenit biru akan nampak
berwarna biru atau biru purple. Gambar diatas memperlihatkan serat
dewasa dengan serat muda.
BAB III

PERCOBAAN

3.1 Analisa Kedewasaan Serat cara Mikroskop

 Alat : Pipet
: Gelas Piala
: Kaca Objek
: Kaca Penutup / Cover Glass
: Silet
: Jarum Jahit
: Oven
: Mikroskop
 Bahan : Contoh Uji Serat Kapas
: Pereaksi NaOH 18%
: Gabus
: Lak Merah
: Benang Astra
 Prosedur
Penampang membujur
 Serat kapas diambil kemudian diratakan sejajar diatas kaca
objek dengan menggunakan jarum sehingga serat menjadi
terbuka, lalu ditutup dengan cover glass dan ditetesi dengan
larutan NaOH 18 %;
 Amati penampang serat tersebut perbesaran sampai 400 kali
Hitung serat dewasa dan muda dengan jumlah minimal 100.
Penampang Melintang
 Serat kapas diambil kemudian diratakan lalu diberi lak
merah biarkan sampai kering
 Siapkan jarum kemudian beri benang
 Siapkan gabus dan masukkan jarum ke dalam gabus, tarik
jarum sebagian sampai terdapat lengkungan dan
masukkan
sekelompok serat yang sudah diberi lak merah
tarik perlahan-lahan;
 Irislah serat yang terdapat digabus setipis mungkin dengan
menggunakan cutter / silet simpan diatas kaca objek dan
tutup dengan kaca penutup tetesi dengan NaOH 18 %
 Amati penampang serat secara melintang, perbesaran
sampai 400 kali Hitung jumlah serat yang dewasa dan
muda dengan jumlah minimal 100.
 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan perhitungan :
Jumlah minimal serat : 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒w𝑎𝑠𝑎
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒w𝑎𝑠𝑎+𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 × 100%
𝑀𝑢𝑑𝑎

Bila jumlah serat dewasa :


 >70% = kapas dewasa / kapas baik
 68-70% = kapas cukup
 <68 % = kapas kurang / kapas muda
 Data Percobaan
Sampel Serat Kapas :
B
 Penampang Membujur
No Kapas Dewasa Kapas Muda
1 7 2
2 6 3
3 7 1
4 5 0
5 8 3
6 3 4
7 6 3
8 7 2
9 5 2
10 3 2
11 4 2
12 6 2
13 5 2
14 3 2
15 4 2
16 5 3
Jumlah 85 36
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 + 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝑀𝑢𝑑𝑎
× 100%
85
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 =
85 + 36 × 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 = 70,24%
 Penampang Melintang
No Kapas Dewasa Kapas Muda
1 60 10
2 26 16
3 28 15
4 32 14
5 41 20
6 31 15
7 20 10
Jumlah 238 100
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 + 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝑀𝑢𝑑𝑎
× 100%
238
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 =
238 + × 100%
100
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 = 70,41%
BAB IV
DISKUSI

Pada pengujian kedewasaan serat dengan cara mikroskop dilakukan pada


penampang melintang maupun penampang membujur serat kapas. Pereaksi yang
digunakan pada pengujian ini adalah NaOH 18%, tujuan digunakannya pereaksi
NaOH adalah agar seratnya menggelembung. Pengamatan dilakukan pada
perbesaran 400 kali. Namun, dikarenakan jumlah minimal seratnya adalah 100
dapat juga digunakan perbesaran 100 kali agar satu kali preparasi dapat
mendapatkan beberapa serat. Pada saat dilakukan pengamatan dapat terlihat jika
kapas yang belum dewasa memiliki penampang melintang berbentuk ginjal
dengan lumen yang cukup besar, dan penampang membujur yang banyak
pilinannya. Sedangkan kapas yang sudah dewasa penampang melintangnya
cenderung lebih bulat, dan penampang membujurnya jarak antara pilinan satu ke
pilinan selanjutnya jauh atau jarang-jarang.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapat hasil pada


penampang membujur sebesar 70,24% kapas dewasa dan pada penampang
melintang sebesar 70,41%. Dapat diperoleh kesimpulan sampel serat kapas B
merupakan kapas cukup (68-70%).
PENGUJIAN MERSERISASI SERAT KAPAS DENGAN
ANGKA AKTIVITAS BARIUM (BAN)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan
Tujuan

Maksud dan tujuan dilakukannya pengujian Angka Aktivitas Barium


(Barium Activity Number / BAN) adalah untuk mengetahui derajat
merserisasi pada serat kapas dan agar dapat mengetahui dan memahami
cara pengujian Angka Aktivitas Barium.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Merserisasi

Serat kapas akan menggembung secara lateral dan mengkeret ke


arah panjangnya bila direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan
dimensi ini diikuti oleh perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat
benang maupun kain yang terbuat dari serat tersebut, seperti
meningkatnya :
 Kekuatan tarik,
 Higroskopisitas (moisture regain)
 Daya serap terhadap zat warna dan
 Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia.
Pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses
menimbulkan efek kilau yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa
tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar yang sesuai untuk
produk-produk stretch.
Proses ini disebut merserisasi yang ditemukan pertama kali oleh
John Mercer pada tahun 1844 (patennya baru terdaftar kemudian pada
tahun 1850) di tengah penelitiannya mengenai kemungkinan pemisahan
berbagai macam hidrat dengan cara penyaringan fraksional perlahan. Pada
saat itu Mercer mengamati adanya perubahan-perubahan seperti tersebut di
atas, kecuali kilau, pada kain kapas yang digunakannya untuk menyaring
larutan natrium hidroksida. Mercer juga mendapati adanya penurunan
konsentrasi larutan diakhir proses yang disebabkan oleh absorpsi
preferensial alkali oleh selulosa. Efek kilau baru ditemukan sekitar lima
puluh tahun kemudian (1889) oleh Horace Lowe secara tidak sengaja
ketika mencoba mencegah mengkeret benang yang dimerser dengan cara
memberikan tegangan selama proses.
Penampang Melintang Serat Kapas Pada Proses Merserisasi
Gambar memperlihatkan perubahan penampang lintang serat kapas
selama merserisasi yang berlangsung secara bertahap mulai dari bentuknya
yang pipih hingga mencapai penggembungan maksimum pada tahap 5,
tahap 6 dan 7 masing-masing memperlihatkan kontraksi yang terjadi pada
saat pencucian dan pengeringan.

2.2 Angka Aktivitas Barium (SNI 08-0300-1989)


2.2.1 Tujuan
Cara pengujian ini dipergunakan untuk identifikasi benang
dan kain dari kapas yang telah dimerser baik yang telah maupun
tidak dicelup, secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengujian ini
untuk menunjukkan adanya reaksi yang sempurna antara kapas dan
larutan merserisasi. Car apengujian ini tidak dapat memberikan
hasil yang memuaskan apabila terdapat serat-serat bukan kapas dan
bahan penyempurnaan permanen pada bahan yang diuji.
2.2.2 Prinsip pengujian

Contoh uji diuji secara kualitatif dengan mikroskopik dan


pewarnaan. Apabila menunjukkan uji positif contoh uji dan benang
kapas yang tidak dimerser yang telah dimasak dengan baik,
dimasukkan kedalam larutan barium hidroksida pda tempat yang
terpisah dalam waktu tertentu. Sejumlah tertentu dari masing-
masing larutan barium hidroksida tersebut dari larutan barium
hidroksida semula (blanko) dititrasi dengan asam klorida.
Perbandingan antara jumlah barium hidroksida yang diserap oleh
contoh uji dengan jumlah barium hidroksida yang diserap oleh
kapas standar dikalikan dengan 100 akan menghasilkan angka
aktifitas barium.
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Angka Aktivitas Barium
 Alat : Pipet Ukur
: Pipet Gondok
: Gelas Piala
: Erlenmeyer Tutup Asah
: Shaker
: Gunting
: Neraca Analitik
: Batang Pengaduk
 Bahan : Contoh Uji Serat Kapas
: Kapas Pembanding
: Barium Hidroksida 0,25 N
: Asam Klorida 0,1 N
: Indikator Fenolftalein
 Prosedur
 Dari tiap-tiap contoh uji dan bahan pembanding yang telah
dilakukan pengerjaan pendahuluan ditimbang seberat 2
gram dan masukkan ke dalam erlenmeyer tutup asah 250 ml
 Ke dalam masing-masing erlenmeyer dimasukkan 30 ml
Barium Hidroksida 0,25 N dan juga ke dalam 2 buah
erlenmeyer kosong untuk pengujian blanko dengan
menggunakan pipet gondok 30 ml
 Setelah penambahan Barium Hidroksida segera erlenmeyer
tersebut ditutup dan diletakkan diatas penanggas air (shaker)
pada suhu kamar (0-25°C) selama paling sedikit 2 jam dan
sering dikocok-kocok
 Setelah 2 jam dari masing-masing larutan tersebut termasuk
juga larutan blanko diambil 10 ml dan dititrasi dengan HCl
0,1 N dengan indikator fenolftalein
 Dari hasil titrasi tersebut dapat dihitung perbandingan
antara jumlah Barium Hidroksida yang diserap oleh contoh
uji dengan yang diserap oleh bahan pembanding. Hasil
perbandingan ini dikalikan dengan 100 didapatkan Angka
Aktivitas Barium.
 Evaluasi
Evaluasi Angka Aktivitas Barium dilakukan berdasarkan
perhitungan :
𝑎−𝑏
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑘𝑡i𝑣i𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑟i𝑢𝑚 = × 100
𝑎−𝑐
Keterangan :
a = titrasi blanko
b = titrasi contoh uji
c = titrasi pembanding
Bila Angka Aktivitas Barium diperoleh :
 Benang
100-105 menunjukkan contoh uji tidak dimerser
106-120 menunjukkan contoh uji dimerser lemah
>120 menunjukkan contoh uji dimerser
 Kain
100-105 menunjukkan contoh uji tidak dimerser
106-115 menunjukkan contoh uji dimerser lemah
>116 menunjukkan contoh uji dimerser
 Data Percobaan
Nomor Sampel : B 16
Berat Contoh Uji : 1,10 g
Kapas Standar (c) : 15,5 ml
Titrasi Blanko (a) : 26,3 ml
Titrasi Contoh Uji (b) : 14,2 ml
: 15 ml
14,2 + 15 29,2
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇i𝑡𝑟𝑎𝑠i 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑈ji = = = 14,6 𝑚𝑙
2 2
𝑎−𝑏
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑘𝑡i𝑣i𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑟i𝑢𝑚 = × 100
𝑎−𝑐
26,3 − 14,6
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑘𝑡i𝑣i𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑟i𝑢𝑚 = × 100
26,3 − 15,5
11,7
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑘𝑡i𝑣i𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑟i𝑢𝑚 = × 100 = 108,3
10,8
BAB IV
DISKUSI

Pada pengujian Angka Aktivitas Barium ditandai dengan penyerapan kain


kapas. Jumlah Barium Hidroksida yang diserap menunjukkan apakah kain
tersebut sudah dimerser, dimerser lemah, atau belum dimerser. Karena proses
merserisasi penampang melintang serat berubah menjadi bulat karena
menggelembung yang membuat penyerapan lebih tinggi. Pada pengujian Angka
Aktivitas Barium diperoleh hasil 108,3 yang menunjukkan contoh uji dimerser
lemah.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil Angka


Aktivitas Barium sebesar 108,3 yang menunjukkan contoh uji dimerser lemah.
ANALISA KUANTITATIF SECARA MIKROSKOP DAN KIMIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dilakukannya analisa kuantitatif secara mikroskop dan
kimia adalah untuk mengetahui komposisi serat campuran dan agar
praktikan dapat mengetahui dan memahami cara pengujian analisa
kuantitatif mikroskop dan kimia.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Analisa Kuantitatif Secara Mikroskop


Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama kepada
perhitungan jumlah serat. Disamping itu diperlukan pula pengukuran
diameter serat dan berat jenis serat. Untuk analisa ini diperlukan
mikroskop dengan perbesaran 400 kali, dengan tempat kaca obyek yang
dapat digeser okuler dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil
benang lusi dan benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal lusi
dan pakan, kemudian dipotong-potong kecil-kecil. Untuk campuran serat
tumbuh-tumbuhan benang dipotong-potong dengan ukuran 0,5 - 1 mm.

2.2 Analisa Kuantitatif Secara Kimia


Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan
setiap jenis serat satu persatu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian
setelah selesai pelarutan pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan
sisa seratnya.
Pelarut yang digunakan pada cara ini harus betul-betul dipilih dan
memenuhi syarat, karena kalau seratnya tidak larut maka hasilnya akan
salah. Kadang-kadang serat yang akan dilarut - kan larut kurang sempurna,
sedangkan serat yang seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit, sehingga
dalam hal ini perlu diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil analisa
yang teliti, sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar.
Cara yang digunakan ada 9 cara berdasarkan serat yang larut dalam
pereaksi tersebut, meliputi :
1. Aseton 80% dingin (asetat) 6. Natrium Hipoklorit (wol)
2. Aseton 100% hangat (dynel) 7. Natrium Hidroksida 5% (wol)
3. Asam Klorida 28% (nilon) 8. Asam Formiat 90% (nilon)
4. Asam Sulfat 59,5% (rayon) 9. Kalium Hidroksida 10% (wol)
5. Asam Sulfat 70% (kapas atau rayon)
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Analisa Kuantitatif secara Mikroskop


 Alat : Pipet
: Gelas Piala
: Kaca Objek
: Kaca Penutup / Cover Glass
: Silet
: Jarum Jahit
: Oven
: Mikroskop
: Gunting
 Bahan : Contoh Uji
: Air Suling
: Gabus
: Lak Merah
: Benang Astra
 Prosedur
 Serat kapas diambil kemudian diratakan lalu diberi lak
merah biarkan sampai kering
 Siapkan jarum kemudian beri benang
 Siapkan gabus dan masukkan jarum ke dalam gabus, tarik
jarum sebagian sampai terdapat lengkungan dan masukkan
sekelompok serat yang sudah diberi lak merah tarik
perlahan-lahan;
 Irislah serat yang terdapat digabus setipis mungkin dengan
menggunakan cutter / silet simpan diatas kaca objek dan
tutup dengan kaca penutup tetesi dengan air suling
 Amati penampang serat secara melintang, perbesaran
sampai 400 kali Hitung jumlah serat campuran
dengan jumlah minimal 100.
 Data Percobaan
Contoh Uji : Serat Campuran Poliester-Rayon
 Data Panjang dan Diameter Serat Poliester

no area mean min max angle length


1 5.345 91.157 62.000 105.058 -30.466 30.992
2 5.211 105.476 55.566 140.134 -121.218 30.948
3 5.145 106.736 82.667 125.645 133.939 30.743
4 4.877 111.060 70.773 137.936 129.908 31.533
5 5.412 111.946 89.667 142.821 -54.713 30.583
6 5.423 91.044 54.333 110.556 88.586 30.836
7 5.885 97.284 74.562 119.620 39.472 35.953
8 6.811 114.194 86.451 138.856 158.199 30.992
9 6.018 87.865 64.333 109.743 57.189 32.912
10 4.563 93.884 65.529 128.321 104.444 29.926
11 5.356 72.733 54.792 134.042 42.466 30.968
12 7.142 130.544 88.333 178.123 9.111 30.607
13 4.960 96.290 70.970 122.099 113.806 30.113
14 6.877 123.591 83.820 166.340 34.765 30.008
15 7.406 99.940 58.241 179.704 52.716 30.142
16 7.142 143.214 105.333 177.251 -27.759 30.007
17 6.481 145.486 113.943 174.801 -22.348 30.023
18 5.290 110.391 72.000 150.506 84.218 27.019
19 5.621 90.848 63.667 118.583 112.306 30.111
20 4.563 104.086 65.494 120.601 34.160 29.016
21 6.348 98.240 52.463 126.175 -6.072 30.012
22 6.348 94.851 66.886 117.494 -28.996 31.022
23 3.968 91.837 73.667 107.989 175.156 30.011
24 6.150 98.954 61.333 122.774 -171.870 33.639
25 5.026 78.465 54.000 94.667 -90.000 30.287
26 5.092 76.779 58.667 86.000 -86.030 30.544
27 5.423 76.674 65.778 88.667 -83.660 30.432
28 6.414 94.625 71.833 108.979 -1.790 32.699
29 5.290 102.412 83.328 119.454 162.255 33.950
30 4.894 66.937 60.041 73.870 51.710 30.975
31 5.555 94.761 74.105 112.503 154.359 30.393
32 4.100 111.402 86.556 131.865 147.095 30.621
33 5.687 82.180 58.667 105.363 79.875 31.943
34 3.042 91.504 54.573 128.280 -126.870 30.572
35 3.174 68.437 58.744 81.591 -104.931 30.067
36 3.571 103.240 59.667 133.160 132.709 28.049
37 5.819 121.572 98.609 164.977 5.906 32.009
38 7.935 131.806 86.333 173.458 10.176 29.021
39 4.695 84.289 67.667 101.897 160.017 30.916
40 8.068 129.018 92.417 177.893 39.987 32.680
41 4.365 175.369 151.655 194.440 123.690 30.902
42 6.216 155.285 119.333 177.607 -45.000 31.302
43 5.290 53.519 49.122 58.135 83.418 30.091
44 5.819 52.188 40.667 68.150 172.057 30.330
45 4.827 56.969 51.648 61.416 -46.123 30.051
46 5.026 53.023 46.533 61.787 85.426 30.048
47 4.298 54.202 49.283 59.172 138.145 32.572
48 5.489 52.148 47.179 60.208 168.690 30.901
49 4.894 57.953 49.667 65.572 52.815 30.721
50 4.497 57.419 54.333 60.199 30.379 30.289
51 5.026 44.219 38.667 52.000 90.000 30.287
52 5.819 45.451 39.908 48.851 176.055 28.026
53 4.298 52.038 46.736 59.167 100.784 32.492
54 5.489 46.985 42.029 50.758 -151.557 31.957
55 7.605 51.755 47.694 62.240 153.435 30.905
56 4.431 53.325 48.545 57.167 87.397 27.990
57 8.068 74.770 60.842 85.303 174.289 31.013
58 4.298 48.855 42.333 57.598 142.595 28.510
59 6.018 52.264 48.133 57.911 119.982 32.157
60 5.026 53.713 49.147 59.360 126.870 30.287
61 4.761 46.324 41.558 53.928 126.384 30.107
62 6.679 47.586 42.333 55.533 57.265 30.086
63 6.348 53.995 41.282 59.372 151.821 30.901
64 6.084 44.090 38.238 53.766 -133.668 28.463
65 4.761 56.578 53.173 62.125 -126.384 28.207
66 5.819 32.385 26.869 40.717 157.834 30.492
67 5.290 34.509 31.152 41.667 173.418 31.891
68 5.687 36.293 30.506 47.039 117.474 32.001
69 7.671 45.240 33.750 61.381 123.275 31.902
70 6.018 30.652 25.213 37.600 105.422 31.502
71 5.224 32.991 27.742 39.659 117.553 33.914
72 4.894 59.987 51.333 65.200 170.538 30.171
73 4.629 58.148 54.667 64.000 180.000 33.144
74 6.481 57.588 49.580 65.028 -158.199 30.927
75 8.597 56.948 47.244 66.186 -167.905 32.937
RATA - RATA 30.810
 Data Panjang dan Diameter Serat Rayon

no area mean min max angle length


1 4.629 58.148 54.667 64.000 180.000 10.744
2 6.481 57.588 49.580 65.028 -158.199 10.027
3 6.613 52.558 46.013 57.596 -165.964 10.447
4 5.819 47.715 43.292 53.392 -165.964 10.166
5 5.753 51.770 47.284 56.252 -143.531 10.064
6 4.960 96.290 70.970 122.099 113.806 10.213
7 4.960 96.290 70.970 122.099 113.806 10.113
8 3.571 55.561 48.759 68.396 -42.709 11.049
9 3.637 49.105 45.922 53.951 -63.435 10.140
10 2.910 55.822 51.000 59.171 129.289 10.105
11 3.505 49.344 46.333 52.682 -59.036 10.205
12 3.439 49.574 44.770 54.649 45.000 10.092
13 3.042 52.354 47.556 65.333 7.595 11.074
14 3.373 47.665 42.833 54.333 57.265 10.143
15 4.298 56.810 48.757 75.089 19.290 10.247
16 3.042 46.981 43.000 53.452 -137.726 10.069
17 3.637 60.715 49.222 78.852 -33.690 10.008
18 4.431 103.677 83.333 129.000 134.100 10.072
19 3.835 55.844 50.333 62.263 93.013 10.078
20 4.034 46.418 40.000 51.604 -49.086 10.013
21 4.298 61.571 55.818 68.766 -48.814 10.402
22 3.637 47.712 39.815 57.056 -176.820 10.008
23 4.100 50.675 47.311 55.366 20.225 10.621
24 4.166 51.827 48.000 55.505 43.025 10.089
25 4.166 50.049 46.333 54.830 -39.094 10.104
RATA - RATA 10.252

 Perhitungan

𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = 𝑁 × 𝐷2 × 𝐵
Keterangan :
N : Jumlah serat
D : Diameter
serat B : Berat
jenis
 Poliester
Jumlah : 65
Diameter : 31.811
Berat Jenis : 1,40
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = 𝑁 × 𝐷2 × 𝐵
= 65 × 31.811 2 × 1,40
= 92086,5146 (𝐴)
 Rayon
Jumlah : 60
Diameter : 69,347
Berat Jenis : 1,53
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = 𝑁 × 𝐷2 × 𝐵
= 60 × 69,347 2 × 1,53
= 445294,6 (𝐵)
𝐴
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠i𝑠i 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑡 =
𝐴 + 𝐵 × 100%
996718,905
% 𝑃𝑜𝑙i𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 =
996718,905 + × 100%
402020,902
= 71,25%
402020,902
% 𝑅𝑎𝑦𝑜𝑛 = × 100%
996718,905 + 402020,902
= 28,74%

3.2 Analisa Kuantitatif secara Kimia


 Alat : Pipet Ukur
: Gelas Piala
: Erlenmeyer Tutup Asah
: Shaker
: Batang Pengaduk
: Neraca Analitik
: Oven
: Bunsen
: Pinset
 Bahan : Contoh Uji Kain Serat Campuran
: Asam Sulfat 59,5%
: Asam Sulfat 70%
: Kalium Hidroksida 10%
: Natrium Hipoklorit
 Prosedur
 Tentukan jenis serat contoh uji dengan cara analisa
kualitatif serat, bisa dengan uji pembakaran
 Potong contoh uji 10 x 10 cm
 Urai atau tiras contoh uji sampai habis
 Contoh uji yang telah ditiras, ditimbang menggunakan
neraca analitik
 Pelarut dituang ke dalam erlenmeyer tutup asah kurang
lebih 100 ml sesuai dengan campuran seratnya
 Larutkan contoh uji ke dalam pelarut tersebut
 Shaker selama 1 jam
 Contoh uji dicuci dengan air suling, lalu dinetralkan dengan
amonium hidroksida
 Cuci kembali contoh uji dengan air bersih sampai tidak
licin
 Contoh uji dikeringkan dalam oven
 Sebelum ditimbang contoh uji dimasukkan ke dalam
eksikator
 Contoh uji ditimbang kembali
 Hitung presentase masing-masing serat
 Data Pengamatan
Hasil Uji Kualitatif : Berbau plastik dan kertas terbakar
Hasil Uji Mikroskop : Serat Campuran Poliester-Rayon
Pereaksi : Asam Sulfat 59,5%
Berat Awal : 1,7068 g
Berat Akhir : 1,2154 g
 Perhitungan
𝑆𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎi𝑟
𝑆𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 1,7068 𝑔 − 1,2154 𝑔 = 0,4914 𝑔
1,2154
% 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠i𝑠i 𝑃𝑜𝑙i𝑒𝑟𝑠𝑡𝑒𝑟 = × 100% = 71,02%
1,7068
0,4914
% 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠i𝑠i 𝑅𝑎𝑦𝑜𝑛 = × 100% = 28,79%
1,7068
BAB IV
DISKUSI

Pada pengujian analisa kuantitatif secara mikroskop dan kimia dilakukan


pengujian pada contoh uji serat campuran poliester dan serat kapas. Untuk
menentukan pelarut yang tepat untuk analisa kuantitatif secara kimia dilakukan
terlebih dahulu dilakukan analisa kuantitatif secara mikroskop pada penampang
melintang contoh uji, diperoleh serat campuran poliester dan rayon. Oleh karena
itu, pelarut yang dipilih adalah Asam Sulfat 59,5% untuk melarutkan serat rayon.
Untuk mendapatkan presentase serat campuran pada analisa kuantitatif
perlu diambil jumlah serat minimal 100, lalu diukur rata-rata diameter seratnya
menggunakan aplikasi dan dikalikan dengan berat jenis serat tersebut. Pada
analisa kuantitatif secara mikroskop diperoleh presentase serat poliester adalah
71,25% dan presentase serat rayon adalah 28,74%.
Pada analisa kuantitatif secara kimia dengan metode pelarutan
menggunakan asam sulfat 59,5% dan di shaker selama 1 jam. Diperoleh
presentase serat poliester 71,02% dan presentase serat rayon 28,79%. Selisih
antara analisa kuantitatif secara mikroskop dan kimia tidak terlalu jauh, hal ini
disebabkan oleh faktor kurang telitinya pengambilan data mikroskop.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh presentase serat


campuran Poliester-Rayon adalah :
Analisa Kuantitatif secara Mikroskop Analisa Kuantitatif secara Kimia
Poliester Rayon Poliester Rayon
71,25% 28,74% 71,02% 28,79%
ANALISA KERUSAKAN SERAT DENGAN PENGUJIAN BILANGAN
TEMBAGA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Pengujian Bilangan Tembaga dilakukan untuk mengetahui kerusakan
serat selulosa secara kuantitatif. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah
agar praktikan dapat menetapkan kerusakan serat selulosa menggunakan
pengujian Bilangan Tembaga.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Bilangan Tembaga


Bilangan tembaga adalah jumlah tembaga yang direduksi dari
kupri (Cu2+) menjadi kupro (Cu+) oleh 100 g selulosa apabila dikerjakan
dalam larutan fehling atau larutan sejanisnya. Pengujian dapat dilakukan
dengan cara Trotman atau cara Clieben dan Geake. Cara Trotman
menggunakan alkali kuat sehingga apabila pengerjaannya kurang hati-hati,
alkali kuat dapat mengubah gugus pereduksi menjadi non-pereduksi, hal
ini dapat mengakibatkan nilai bilangan tembaga menjadi lebih kecil dari
seharusnya. Contoh uji hidrolisa dengan asam sulfat encer kemudian
ditentukan angka tembaganya (coper number) yaitu jumlah tembaga yang
diendapkan oleh 100 gram contoh uji apabila dididihkan didalam larutan
fehling. Angka tembaga kapas merser akan lebih tinggi dari kapas tidak
dimerser. Mula-mula angka tembaga contoh uji sebelum dihidrolisa
ditentukan (a). kemudian ditentukan angka tembaga contoh uji yang telah
dihidrolisa dengan larutan 200 ml asam sulfat 5% selama 15 menit pada
suhu didih (b). angka hidrolisa yang betul setelah dikoreksi adalah (b – a).
Angka tembaga ditentukan menurut cara analisa kuantitatif fehling
yang telah dimodifikasi, dan untuk mendapatkan hasil yang dapat
diandingkan, maka cara pengujian yang digunakan harus sama. Cara
pengujiannya adalah sebagai berikut :
 Larutan A = 100 gram CuSO4 5 H2O perliter.
 Larutan B = 50 gram NaHCO 3 dan 350 gram Na2CO3 10 H2O
perliter.
 Larutan C = 100 gram ferric alum (besi kalium aluminium sulfat)
dan 140 ml H2SO4 pekat perliter.
Jika larutan segera akan digunakan, maka 5 ml larutan A
ditambahkan pada 95 ml laruan B dan dididihkan. Kemudian larutan
tersebut dimasukan kedalam gelas erlenmeyer 100 ml yang berisi 2,5 gram
kapas, diaduk dengan batang pengaduk supaya kapas merata dan udaranya
hilang. Tabung ditutup, dan dimasukan hampir seluruhnya kedalam
penangas air dan dididihkan selama 3 jam. Kemudian disaring pada
penyaring kaca pasir, dicuci dengan larutan NaHCO3 encer, kemudian
dengan air panas. Larutan C dimasukan kedalam penyaring tiga sampai
empat kali, dan sisa kapas dicuci dengan larutan asam sulfat 2 N dan
filtratnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,04 N. Titrasi juga dilakukan
terhadap larutan C asli dengan volume yang sama dengan larutan C yang
digunakan untuk pencucian sampai 0,1 ml. Angka Tembaga = (ml KMnO4
untuk titrasi contoh uji) – (ml titrasi blanko) 0,25 2,5 Perbedaan suhu
1,5°C, dapat memberikan hasil angka tembaga yang bervariasi antara 5 –
10%.
Apabila angka tembaga lebih besar dari 4, pengujian harus diulangi
dengan hanya menggunakan kapas 1 gram, karena jumlah tembaga dalam
larutan uji tersebut tidak cukup untuk mereduksi.
Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Trotman adalah :

Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Clieber and Geake adalah :
2.2 Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan
kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi
ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium
permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari
100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan
indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat
bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi
+2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami
reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O E° = 1,51 Volt
Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi
mangan dioksida seperti reaksi berikut :
MnO4- + 4H++ 3e- MnO2 + 2H2O E° = 1,70 Volt
Dan dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan
mengalami reduksi sebagai berikut: (Svehla, 1995)
MnO4- + e- MnO42- E° = 0,56 Volt
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi
terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada
kemungkinan terjadi reaksi:
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Reaksi Ferric Alumunium Sulfat dengan serat yang rusak
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Analisa Kuantitatif Pengujian Bilangan Tembaga Metode Trotman


 Alat : Erlenmeyer 250 ml
: Hot plate / Refluks
: Pipet Ukur
: Corong Kaca
: Saringan
: Piala Gelas 100 ml
: Buret dan Statif
: Neraca Analitik
 Bahan : Larutan Fehling A1
: Larutan Fehling B1
: Larutan Ferric Alumunium Sulfat Pekat
: Larutan H2SO4 2N
: KMnO4 0,1 N
: Contoh Uji (Sampel T8)
 Prosedur
 Potong contoh uji ukuran 1 x 1 cm, timbang sebesar 1 g
 Contoh uji dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
 Masukkan 25 ml larutan Fehling A1 dan 25 ml Fehling B1
dan 50 ml air ke dalam erlenmeyer tambahkan batu didih
 Didihkan menggunakan pendingin tegak atau refluks
selama 15 menit
 Contoh uji disaring, kemudian dibilas menggunakan air
mendidih sampai tidak licin
 Pindahkan contoh uji ke dalam piala gelas dan tambahkan
10 ml larutan ferric alumunium sulfat
 Pastikan warna merah pada contoh uji hilang, apabila masih
berwarna tambahkan kembali ferric alumunium sulfat
sampai 25 ml
 Saring contoh uji dan tampung filtratnya
 Cuci kembali contoh uji dengan 10 ml H2SO4 2N
 Bilas dengan air suling sampai bersih
 Saring dan tampung filtratnya
 Titrasi filtrat dengan KMnO4 0,1 N sampai warnanya merah
muda (filtrat dalam keadaan panas)
 Lakukan titrasi blanko untuk larutan ferric alumunium
sulfat sesuai dengan volume yang digunakan
 Data Pengamatan
Nomor Sampel : T8
Berat Contoh Uji : 1,0173 g  1017,3 mg
Titrasi Blanko (b) : 0,2 ml
Titrasi Contoh Uji (a) : 2,4 ml
𝐵i𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
(𝑎 − 𝑏) × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐴 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑈ji
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑈ji × 100%
𝐵i𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
(2,4 − 0,2) × 0,1 × 63,5
= 1017,3 × 100%
= 1,373%
 Evaluasi
Kerusakan Oleh Zat Fluiditas Larutan
Bilangan Tembaga
Kimia 0,5%
Asam 10% 0,3 10
Asam 30% 0,8 18
Asam 50% 1,4 27
Oksidasi 10% 0,5 10
Oksidasi 30% 2,0 20
Oksidasi 50% 4,2 27
Alkali 10% 0,2 10
Alkali 30% 0,5 20
Alkali 50% 1,8 27

3.2 Analisa Kuantitatif Pengujian Bilangan Tembaga Metode Clieben &


Geake
 Alat : Erlenmeyer 250 ml
: Hot plate / Refluks
: Pipet Ukur
: Corong Kaca
: Saringan
: Piala Gelas 100 ml
: Buret dan Statif
: Neraca Analitik
 Bahan : Larutan Fehling A2
: Larutan Fehling B2
: Larutan Ferric Alumunium Sulfat Pekat
: Larutan H2SO4 2N
: KMnO4 0,1 N
: Larutan NaHCO3 20 g/l
: Contoh Uji (Sampel T8)
 Prosedur
 Potong contoh uji ukuran 1 x 1 cm, timbang sebesar 1 g
 Contoh uji dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
 Masukkan 5 ml larutan Fehling A2 dan 95 ml Fehling B2
ke dalam erlenmeyer tambahkan batu didih
 Didihkan menggunakan pendingin tegak atau refluks
selama 1 jam
 Contoh uji disaring, kemudian dibilas dengan NaHCO3,
kemudian dibilas menggunakan air mendidih sampai tidak
licin
 Pindahkan contoh uji ke dalam piala gelas dan tambahkan
10 ml larutan ferric alumunium sulfat
 Pastikan warna merah pada contoh uji hilang, apabila masih
berwarna tambahkan kembali ferric alumunium sulfat
sampai 25 ml
 Saring contoh uji dan tampung filtratnya
 Cuci kembali contoh uji dengan 10 ml H2SO4 2N
 Bilas dengan air suling sampai bersih
 Saring dan tampung filtratnya
 Titrasi filtrat dengan KMnO4 0,1 N sampai warnanya merah
muda (filtrat dalam keadaan panas)
 Lakukan titrasi blanko untuk larutan ferric alumunium
sulfat sesuai dengan volume yang digunakan
 Data Pengamatan
Nomor Sampel : T8
Berat Contoh Uji : 1,0001 g  1000,1 mg
Titrasi Blanko (b) : 0,2 ml
Titrasi Contoh Uji (a) : 1,2 ml
𝐵i𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
(𝑎 − 𝑏) × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐴 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑈ji
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑈ji × 100%
𝐵i𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
(1,2 − 0,2) × 0,1 × 63,5
= 1000,1 × 100%
= 0,635%
Rata-Rata Bilangan Tembaga Metode Trotman dan Clieben &
Geake
0,635% + 1,373%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 = = 1,004%
2
BAB IV
DISKUSI

Bilangan tembaga adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya gugus


pereduksi pada bahan. Untuk menguji bilangan tembaga ini dilakukan dengan dua
cara yaitu cara Trotman dan cara Clieben & Geake. Pada kedua cara ini sama-
sama menggunakan prinsip titrasi Permanganometri. Titrasi Permanganometri
digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer
dengan menggunakan kalium permanganat sebagai penitar. Namun perbedaan dari
kedua cara ini adalah pada larutan Fehling B. Yaitu cara Trotman menggunakan
alkali kuat (NaOH) dan cara Clieben & Geake menggunakan alkali lemah
(NaHCO3). Karena pada cara Trotman menggunakan alkali kuat, maka proses
titrasi yang dilakukan harus cepat, untuk mencegah gugus pereduksi (aldehid)
berubah menjadi gugus non-pereduksi (karboksilat). Apabila hal ini terjadi, maka
nilai bilangan tembaga akan lebih kecil, karena gugus pereduksi yang tertitar lebih
sedikit pula.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam penetapan bilangan tembaga ini
adalah proses titrasi harus dilakukan pada suhu kurang lebih 60°C. Apabila suhu
titrasi lebih tinggi akan membentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu.
Sedangkan apabila suhu titrasi lebih rendah atau dingin, maka reaksi yang
berlangsung kan lama. Titik akhir dari titrasi adalah pada saat larutan berubah jadi
warna merah muda.

Hasil yang diperoleh dari pengujian Bilangan Tembaga metode Trotman


adalah 1,373% dan metode Clieben & Geake 0,635% diambil rata-rata dari kedua
metode adalah 1,004%. Diambil rata-rata karena selisih antar kedua metode cukup
jauh.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum analisa kuantitatif serat dengan Bilangan Tembaga


diperoleh hasil metode Trotman 1,373%, metode Clieben & Geake 0,635%, dan
rata-rata 1,004%. Disimpulkan kerusakan serat disebabkan oleh Asam 30%.
DAFTAR PUSTAKA

Moerdoko. Wibowo. Isminingsih. dkk. (1975). “Evaluasi Tekstil (bagian kimia)”.


Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

Moerdoko. Wibowo. Isminingsih. dkk. (1973). “Evaluasi Tekstil (bagian fisika)”.


Bandung. Institut Teknologi Tekstil.

Rahayu, Hariyanti dkk. (2005). “Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia 1 Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil”. Bandung. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.

Arisman. Adi. (2010). “BAN, BT, KDW” [Online]. Tersedia


https://123dok.com/document/yr070koy-ban-bt-kdw.html. [2022, Desember 09]

Anda mungkin juga menyukai