Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI BAHAN

JENIS-JENIS POLIMER DAN PENGAPLIKASIANNYA


Dosen Pengampu : Nufus Kanani, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh:
Martina Reza Putri (3335190012)
Rosmiati (3335190017)
Fadilla Azhari (3335190048)
Jalu Yoga Pratama (3335190049)
Fayola Delicia Fitri (3335190058)
Hanif Al-Fattah (3335190084)
Berliana Tristati Putri (3335190094)
Laila Kristina Hendrawan (3335190105)

KELAS B
KELOMPOK 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak pernah jauh dari produk-produk berbahan
polimer. Dari berbagai macam perlatan yang kita temui baik dalam peralatan rumah tangga,
peralatan kantor, dan lain-lain hampir didominasi oleh material berbahan polimer. Polimer
sendiri merupakan material dengan bentuk rantai molekul yang panjang dan berulang, yang
merupakan hasil dari proses polimerisasi. Material polimer ini memiliki banyak jenis serta
karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh tipe-tipe molekul
penyusunnya, kerapatan molekul, struktur rantai, proses pembuatannya dan lain-lain. Adapun
polimer-polimer yang dapat kita temui saat ini yaitu diantaranya polipropilena, polivinil chloride,
polietilena, polistirena, poliamida, policarbonat, polyester, polietilena tereftalat, Teflon dan
plastic biodegradable.
Indonesia pun sebagai negara berkembang sudah banyak melakukan pengembangan pada
berbagai sector, salah satu contohnya adalah sector industry. Dalam mengembangkan sebuah
industry dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Indonesia harus mampu
memanfaatkan semua potensi sumber daya yang ada, dikarenakan industry kimia membutuhkan
perangkat teknologi dan sumber daya alam seefesien mungkin. Polimer merupakan salah satu
komponen yang dalam produksinya memerlukan campur tangan suatu industri. Karena proses
yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang lama maka untuk mengefisienkannya
polimer pasti diproduksi dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan dan keperluan pasar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu bagaimana mengetahui pengertian,
cara pembuatan, klasifikasi, fabrikasi, dan aplikasi dari setiap jenis- jenis polimer.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu mengetahui pengertian, cara pembuatan,
klasifikasi, fabrikasi, dan aplikasi dari setiap jenis- jenis polimer.
BAB II
ISI

2.1 Polipropilena (PP)


2.1.1 Pengertian
Polipropilena adalah sebuah polimer hidrokarbon linier hasil reaksi polimerisasi
propilena. Polipropilena merupakan poliolefin atau polimer jenuh untuk bahan baku
pembuatan berbagai macam barang plastik. Polipropilena termasuk Polimer jenis polimer
termoplastik yang lunak jika dipanaskan.
Secara bahasa polipropilena berasal dari kata ―poly‖ yang artinya banyak dan
―propylene‖ yang artinya senyawa hidrokarbon yang memiliki atom karbon berjumlah
tiga dan atom hidrogen berjumlah enam serta dengan satu ikatan rangkap pada atom
karbonnya, rumus molekulnya yaitu C3H6. Sehingga polipropilena dapat juga diartikan
sebagai suatu molekul besar dengan banyak unit berulang yang mana setiap unitnya
identik dengan propilena.

Gambar 2.1 Struktur Kimia Polipropilena


Sifat-Sifat Dasar
Polipropilena memiliki sifat mekanis yang baik dengan massa jenis yang rendah,
ketahanan panas dan kelembaban, serta kestabilan dimensi yang baik. Seperti polimer
pada umumnya, Polipropilena merupakan isolator panas dan listrik yang baik, serta
mudah dibentuk. Polipropilena merupakan suatu polimer termoplastik, yaitu polimer yang
apabila dipanaskan pada temperatur tertentu dapat meleleh. Sifat termoplastik pada
Polipropilena menyebabkan dapat diproses dengan pemanasan sampai di atas temperatur
lelehnya kemudian dapat dibentuk dan setelah pemakaian dapat didaur ulang kembali
menjadi produk baru.
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Fisik Polipropilena
Sifat Nilai
Kekuatan tarik 31 - 38 Mpa
Kekuatan impak 34 - 58 J
Elongasi saat putus 100 - 600 %
Modulus fleksural 1,170 - 1,730 Mpa
Berat jenis 0.89 - 0.92 g/cm3
Heat Distorsion Temperature, 455 kPa 107 - 121 oC
Temperatur leleh 160 - 174 oC
Kejernihan Translucent
Mold shrinkage 0.015-0.025 cm/cm

2.1.2 Proses Pembuatan


1. Bahan baku
a. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi homopolimer
polipropilena adalah propilena
b. Bahan Baku Penunjang
Bahan penunjang yang diperlukan untuk pembuatan polipropilena antara
lain katalis, ko katalis, H2, N2, CO, Selectivity Control Agent ( SCA ) dan aditif.
Katalis yang digunakan untuk pembuatan polipropilena adalah SHAC (Super
High Activity Catalyst) 201. Komposisi utama katalis SHAC yaitu TiCl4 dan
MgCl2 yang terdapat dalam bentuk partikel padatan. Ko-katalis berfungsi sebagai
pembentuk kompleks katalis aktif yang mempermudah terjadinya proses
polimerisasi. Ko-katalis yang digunakan adalah TEAl (Tri Etil Alumunium dan
Al(C2H5)3). Selectivity Control Agent (SCA) digunakan untuk mengatur
kecenderungan rantai isotaktik polimer dengan cara mematikan sisi aktif katalis
dan menghasilkan resin ataktik. SCA memiliki efek racun terhadap katalis
sehingga SCA mengurangi produktivitas pada katalis. Katalis SHAC paling cocok
menggunakan SCA dengan jenis NPTMS (Normal Para Ttri Metoksi Silane).
Hidrogen digunakan untuk mengakhiri reaksi polimerisasi sehingga polimer yang
dihasilkan memiliki panjang rantai dan berat molekul yang sesuai dengan yang
diinginkan.. Nitrogen digunakan karena bersifat inert (tidak bereaksi) sehingga
tidak mengganggu reaksi polimerisasi yang terjadi dalam reaktor. Karbon
Monoksida merupakan salah satu senyawa yang dapat meracuni katalis sehingga
dapat digunakan untuk menghentikan reaksi (Kill System) bila terbentuk Chunk
(gumpalan padat) dalam reaktor. Gumpalan ini dapat terbentuk akibat temperatur
di dalam reaktor lebih tinggi daripada temperature pada pelelehan polipropilena.
Aditif berfungsi untuk memperoleh polipropilena dengan sifat tertentu dan sesuai
dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Aditif biasanya memiliki bentuk
bubuk padatan dan cairan. Aditif ditambahkan saat sebelum pembuatan pellet.
2. Mekanisme reaksi
Reaksi polimerisasi propilen dalam pembuatan polipropilena terdiri dari 3
tahapan, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Sebelum terjadi tahapan reaksi
polimerisasi, katalis TiCl4 diaktifkan oleh ko-katalis Al(C2H5)3 sehingga akan
terbentuk pusat aktif (active center).

Gambar 2.5 Reaksi Pembentukan Pusat Aktif Katalis


a. Inisiasi
Setelah katalis diaktifkan oleh ko-katalis dan membentuk radikal bebas Ti,
maka monomer propilen menyerang bagian aktif ini dan berkoordinasi dengan
logam transisi, selanjutnya menyisip antara metal dan grup alkil. Sehingga mulai
terbentuk rantai polipropilen. Reaksinya :

Gambar 2.6 Reaksi Inisiasi


b. Propagasi
Radikal propilen yang terbentuk menyerang monomer propilen lainnya
secara terus menerus dan membentuk radikal polimer yang panjang. Pada tahap
ini tidak terjadi pengakhiran dan polimerisasi terus berlangsung sampai tidak ada
lagi gugus fungsi yang tersedia untuk bereaksi. Cara penghentian reaksi yaitu
dengan penghentian ujung atau dengan menggunakan salah satu monomer secara
berlebihan. Reaksinya adalah :

Gambar 2.7 Reaksi Propagasi

c. Terminasi
Pada tahap ini diinjeksikan sejumlah hidrogen yang berperan sebagai
terminator. Hidrogen sebagai terminator bergabung dengan sisi aktif katalis
sehingga terjadi pemotongan radikal polimer yang menghentikan reaksi
polimerisasi propilene. Reaksinya

Gambar 2.8 Reaksi Terminasi

3. Tahapan proses pembuatan Polipropilena


a. Persiapan bahan baku
Bahan baku polipropena terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
penunjang.
b. Reaktor
Bahan dimasukkan ke dalam reaktor dimana pada reaktor terjadi reaksi
polimerisasi propilen menjadi resin propilena dengan menggunakan fluidized bed
reactor fasa gas, reaksi ini terjadi pada unggun resin polipropilena yang
terfluidakan dengan menggunakan unggun resin.
c. Product Discharge System
Didalam system ini resin yang terbentuk dikeluarkan dari reaktor dan
dikirim ke product receiver.
d. Product Receiver
Pada product receiver terjadi proses pemisahan antara campuran gas
hidrokarbon, hydrogen, dan nitrogen dengan resin polipropilena, pada bagian
bawah product receiver dimasukkan gas nitrogen yang berasal dari nitrogen surge
tank.
e. Product Purge Bin
Sisa katalis dan ko katalis (TEAL) dinetralisir untuk menghilangkan sisa-
sisa gas yang masih terdapat di dalam resin.
f. Pelletizing System
Terjadi proses pembuatan pellet polipropilen dari resin polipropilena. Resin
polipropilene dari product purge bin dan aditif masuk ke dalam polipropilen.
Additive dicampur dan diletakkan di dalam long continous mixer kemudian
masuk ke dalam melt pump yang berfungsi untuk menaikkan tekanan polimer
agar polimer melewati transition piece1, screen changer transition piece 2 dan die
plate.
g. Silo and bagging
Hasil dari pelletizing system dimasukkan ke dalam silo dan untuk proses
pengantongan produk
4. Diagram Alir proses pembuatan Polipropilena

2.1.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Taktisitas
Taktisitas merupakan letak alkil secara molekular pada sisi rantai utama polimer.
Pada Polipropilena yang merupakan alkil adalah gugus metil yang berada rantai
polimer tersebut. Berikut ialah klasifikasi Polipropilena berdasarkan takstisitasnya.
a. Polipropena isotaktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil seluruhnya
tersusun di salah satu sisi dari rantai utamanya.
b. Polipropena sindiotaktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil tersusun
pada kedua sisi dari rantai utama secara bergantian (alternating).
c. Polipropena ataktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil terletak tidak
beraturan (random) pada kedua sisi dari rantai utama.

Gambar 2.2 Polipropena isotaktik


Gambar 2.3 Polipropena sindiotaktik

Gambar 2.4 Polipropena ataktik

2. Klasifikasi Berdasarkan Monomer Penyusun


Berdasarkan monomer penyusunnya, Polipropena dibedakan menjadi:
a. Polypropylene-homopolymer
 Terdiri dari satu jenis monomer, yaitu propilena
 Skema: —PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP—
 Pembuatannya dilakukan di dalam sebuah reaktor.
 Sifat-sifat PP-homopolimer umumnya kuat, kaku, keras, kurang fleksibel,
getas, mudah pecah pada temperatur rendah, kejernihannya sedang
(translucent).

b. Polypropylene-random-copolymer
 Terdiri dari dua jenis monomer, yaitu propilena dan etilena. Monomer etilena
secara acak di dalam rantai molekul PP sehingga mengurangi derajat
kristalinitas.
 Skema: —PPEPPPEPPPPEPPEPPPPPEPP—
 Pembuatan PP-random-copolymer dilakukan di dalam sebuah reaktor dengan
penambahan etilena 2–8wt% dari jumlah propilena.
 Sifat-sifat PP-random-copolymer antara lain fleksibel, kekuatannya dan
kekerasannya kurang dibandingkan dengan PP-homopolymer, kejernihannya
dan seal-ability baik.
c. Polypropylene-block-copolymer
 Terdiri dari dua jenis monomer, yaitu propilena dan etilena. PP-block-
copolymer ini tersusun atas dua fasa, yaitu PP-homopolimer dan ethylene-
propylene-rubber (EPR).
 Skema: —PPP-PEEEP-PP-PEEEP-PPP-PEEEP-PP—
 Pembuatan PP-block-copolymer dilakukan dengan dua tahap, masing- masing
tahap membutuhkan sebuah reaktor. Tahap pertama adalah memproduksi PP-
homopolimer dengan berat molekul rendah, kemudian mengalirkan PP-
homopolimer ini ke reaktor kedua untuk kemudian dikopolimerisasikan
dengan etilena dengan perbandingan etilena dengan propilena 2:3, sehingga
menghasilkan PP-block- copolymer.
 Sifat-sifat PP-block-copolymer antara lain tangguh, kekuatan impaknya
tinggi, tidak mudah pecah pada temperatur tinggi, sangat fleksibel, opaque
dan berwarna putih susu. Kemudian, ciri khas lain material ini adalah akan
menghasilkan fenomena stress-whitening saat mengalami deformasi plastis.

2.1.4 Fabrikasi
Polypropylene banyak digunakan dalam rumah tangga dan industri. Sifat unik dan
kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai teknik fabrikasi membuatnya menonjol
sebagai bahan yang tak ternilai untuk berbagai penggunaan. Karakteristik lain yang tak
ternilai adalah kemampuan polypropylene berfungsi baik sebagai bahan plastik dan sebagai
serat (seperti tas, dll). Kemampuan unik Polypropylene untuk diproduksi melalui metode yang
berbeda dan ke dalam aplikasi yang berbeda berarti segera mulai menantang banyak bahan
alternatif lama, terutama dalam kemasan, serat, dan industri injection molding.
Pertumbuhannya selama bertahun-tahun dan tetap menjadi pemain utama dalam industri
plastik di seluruh dunia.
Berikut merupakan metode fabrikasi Polipropilena yang umum dilakukan:
1. Sheet / Thermoforming
Banyak digunakan untuk gelas dan wadah plastic. Sifatnya bening, kuat dan
tidak menimbulkan bau dan rasa
2. Injection molding
Digunakan untuk pengemasan botol/kotak/kaleng dan perkakas atau perabotan,
tutup botol berulir, alat-alat rumah tangga, barang industry seperti meja taman, kursi
stadion, mesin pendingin.
3. Blow molding
Digunakan untuk botol seperti botol susu dan botol minuman lain.
4. Metode Ekstruksi
Proses ekstrusi adalah proses mengubah bentuk polipropilena yang sudah jadi
menjadi gulungan-gulungan atau roll plastic. Pertama-tama bijih plastic dilelehkan
pada Ekstruder, kemudian diinjeksikan melalui cetakan, setelah keluar dari cetakan
yang sesuai dengan profil yang diinginkan dimasukkan ke dalam alat kalibrasi. Keluar
dari alat kalibrasi masuk tangki air untuk didinginkan, setelah dingin dimasukan ke
bahan penarik kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan
dengan alat potong dan disusun pada alat penyusun.

2.1.5 Contoh Aplikasi


Aplikasi Polipropilena banyak digunalan sebagai barang dari plastik untuk keperluan
medis atau laboratorium dapat dibuat dari polipropilena. Polipropilena juga sering digunakan
sebagai karung plastik, tali, maupun botol plastik.

2.2 Polivinil Klorida (PVC)


2.2.1 Pengertian
Polimer Polivinil Klorida atau yang biasa disingkat PVC termasuk kedalam kelompok
polimer termoplastik dan juga dikenal dengan resin vinyl, yang didapatkan dari polimerisasi
senyawa vinyl klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi radikal bebas. Monomer vinyl
klorida yang didapatkan dari mereaksikan gas ethylene dengan chlorine digunakan untuk
membentuk senyawa 1,2-dichloroethane. Senyawa 1,2-dichloroethane kemudian dideklorinasi
untuk menghasilkan senyawa vinil klorida.

2.2.2 Proses Pembuatan


Proses reaksi polimerisasi dalam proses pembentukan PVC dari monomer VCM adalah
sebagai berikut,
Minyak bumi NaCl + H2O

Cracking NaOH + Cl2

Etilena Cl2

Cracking

Etilena diklorida

Vinyl Chloride

PVC sendiri dihasilkan dari beberapa jenis bahan yaitu, yang pertama adalah minyak
bumi yang diolah terlebih dahulu melalui proses pemecahan molekul yang disebut dengan
cracking menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena (C2H4), sementara bahan yang kedua
yaitu garam dapur atau yang biasa disebut natrium chloride (NaCl) diolah melalui proses yang
disebut dengan elektrolisa, yang nantinya akan berubah menjadi natrium hidroksida (NaOH)
dan gas klor (Cl2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor yang kemudian akan
menghasilkan senyawa etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl). Proses cracking yang sudah
dilakukan pada senyawa etilena diklorida kemudian akan menghasilkan 2 senyawa yang
berbeda yaitu gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCL). Dan pada akhirnya,
melalui proses polimerisasi dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang yaitu polimer
yang bernama polivinil klorida (PVC), yang secara fisik berupa bubuk halus yang berwarna
putih.
Pada proses pembuatan produk PVC dari Vinyl Chloride Monomer (VCM), terdapat
tiga metode umum yang biasa digunakan anatara lain:
1. Polimerisasi suspense
Pada metode ini, monomer VCM didispresikan kedalam air kemudian
ditambahkan dengan stabilizer, stabilizer yang dimaksud antara lain adalah talc atau
bentonite. Selanjutnya, Inisiator ditambahkan kedalam suspense monomer. PVC yang
dihasilkan pada metode ini akan lebih murni, lalu memiliki sifat isolasi listrik dan
ketahanan panas, serta light fastness yang baik dan lebih jernih dari PVC emulsi.
2. Polimerisasi Emulsi
Pada metode ini, monomer VCM dicampurkan dengan air dan ditambahkan
stabilizer yang berupa sabun dan inisiator. Kemudian campuran dimasukkan kedalam
reaktor sehingga monomer teremulsi masuk kedalam soap micelle. Selanjutnya pada
inisiator akan terurai menjadi radikal bebas, sehingga nantinya akan berdifusi kedalam
soap micelle untuk dapat memulai suatu reaksi polimerisasi pada PVC. Produk yang
dihasilkan akan mempunyai bentuk seperti lateks yang halus. Metode ini berlangsung
relatif lebih cepat pada temperature yang lebih rendah dibandingkan dengan pada saat
menggunakan metode lain. Produk yang dihasilkan nantinya akan mempunyai daya
tahan listrik, ketahanan panas, light fastness serta kejernihan yang rendah.
3. Polimerisasi Bulk
Pada metode ini, tidak digunakan suspending agent atau emulsifier sehingga
produk yang dihasilkan akan mempunyai kemurnian yang tinggi serta memiliki sifat
ketahan listrik dan panas yang baik.

Berdasarkan uraiannya, proses pembuatan PVC dari VCM mencakup berapa tahap,
diantaranya:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan pelarutan Vinyl Chloride Monomer didalam air, dan
setelah itu ditambahkan dengan sebuah katalisator sehingga membentuk senyawa
homogen.
2. Tahap proses
Pada tahapan proses, reaksi polimerisasi dilakukan didalam reactor bertekanan
dan kondisi operasinya dijaga pada parameter yang diinginkan.
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, telah dicapai sebuah derajat polimerisasi yang telah
ditentukan, selanjutnya dilakukan pengambilan produk dengan penyemprotan dan
pengeringan dengan cara koagulasi atau penambahan asam.

2.2.3 Klasifikasi
Produk pada PVC itu amat beragam. Namun secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
unplastic PVC (uPVC atau PVC-U) yang bersifat rigid dan plasticised PVC yang bersifat
fleksibel.
2.2.4 Fabrikasi
Berikut merupakan proses metode fabrikasi pada PVC yang umum dilakukan:
1. Injection molding
Pada proses ini bersifat siklus, dapat menghasilkan produk dengan kepresisian
yang tinggi. Contoh hasilnya yaitu fitting (sambungan) pipa.
2. Extrusi
Pada proses ini bersifat kontinyu, massal, dan digunakan untuk produk-produk
yang tidak memerlukan presisi tingkat tinggi contohnya pipa, profil jendela
3. Calendaring
Pada proses ini menghasilkan produk berupa film atau lembaran tipis seperti
kulit imitasi dari PVC
4. Thermoforming
Pada proses ini merupakan terjadinya pencetakan suatu produk PVC dengan cara
memanaskan semacam suatu lembaran PVC, dan kemudian hasilnya akan ditekan
kepada cetakan sehingga membentuk suatu produk yang sesuai dengan cetakannya,
seperti cup ice cream, atau kotak makanan.

2.2.5 Contoh Aplikasi


Berikut ini adalah pengaplikasian PVC rigid, yaitu pada:
1. Bangunan/konstruksi: frame jendela, pipa air, lantai, frame pintu, genteng
2. Electrical engineering: pipa insulasi, dan rumah telepon
3. Mechanical engineering: pipa bertekanan, pipa sambungan
4. Packaging: casing pulpen, botol oli
Berikut ini adalah pengaplikasian PVC fleksibel , yaitu pada:
1. Electrical Engineering: insulasi kabel dan kawat
2. Mechanical Engineering: pipa, komponen computer
3. Konstruksi: Pintu
4. Medis: Tas penyimpanan darah
2.3 Polyethylene (PE)
Awal mulanya polietilena ini disintesis pada tahun 1898 oleh Hans Von Pechman, seorang
ahli kimia asal Jerman. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak ditemukan bahan utama
untuk pembentuk suatu benda yang dialihkan ke bahan plastic ketimbang logam, kertas, kayu,
dan lain-lain. Pemilihan dari bahan plastic itu umumnya bertujuan untuk menjadikan produk
lebih efisien untuk digunakan, karena sifatnya yang tahan air, tidak mudah rusak, ringan, ataupun
dalam operasionalnya yang tidak perlu memerlukan cost terlalu besar.
2.3.1 Pengertian
Polietilena merupakan polimer yang susunannya terdiri dari rantai panjang monomer
etilena (IUPAC : etena). Struktur rantai dan kerapatannya inilah yang membuat polietilena
memiliki jenis dan sifat yang berbeda-beda. Adapun polietilena ini adalah sebuah bahan
termoplastik yang memiliki sifat umum yaitu transparan, fleksibel, berwarna putih dengan
titik leleh yang bervariasi antara 110-137°C. Jenis polimer ini resisten terhadap aliran listrik,
paparan kimia dan ketahanan pakai yang kuat. Polietilena ini termasuk golongan polyolefin
yang memiliki BM rata-rata (Mw) 50.000-30.000. Pada industri polimer polietilena ini
biasanya dikenal dengan singkatan PE.

2.3.2 Proses Pembuatan


Dalam proses pembentukan suatu polimer umumnya pasti melaui proses polimerisasi,
dan begitu juga dengan polietilena yang merupakan hasil polimerisasi dari etena. Reaksi
polimer yang terjadi adalah reaksi polimer adisi yang mana terdiri dari 3 tahapan yaitu inisiasi
merupakan tahap pertama yang diawali dengan penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Kemudian tahap propagasi yang
merupakan tahap adisi molekul monomer pada radikal monomer yang sebelumnya sudah
terbentuk dalam tahap inisiasi. Selanjutnya yang terakhir adalah tahap terminasi yang
merupakan reaksi antara radikal polimer yang sedang terbentuk dengan radikal yang mula-
mula terbentuk atau dengan polimer lainnya, sehingga dapat membentuk polimer dengan BM
tinggi.
Adapun selain dalam pembentukan polimerisasinya, polietilena juga memiliki proses
pembuatannya sehingga produknya nanti dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lainnya.
Berikut ini merupakan diagram beserta proses pembuatan polietilena.
a. Diagram Proses Polietilena (Proses Philip)
Berikut merupakan diagram alir proses pembuatan polietilena secara philip.
komonomer Pelarut Hidrokarbon

etilen Katalisator

Loop Reactor

Polimer + Pelarut

Flash (alat pemisah)

Gas Phase Reactor

Unit Pelletizer

Produk (Pelet)

Gambar Diagram Proses Polietilena (Proses Philip)

Dalam proses Philip ini, teknologi yang digunakan dalam pembuatan polietilena
ini termasuk ke dalam teknologi yang paling tua. Berdasarkan prinsipnya diketahui
bahwa proses Philip reaksi polimerisasi berlangsung dalam reactor loop (loop reactor).
Dimana monomer gas etilen bersama-sama dengan komonomer diinjeksikan ke dalam
reactor. Selanjutnya pelarut hidrokarbon beserta katalisatornya (berbasis chromium
oxide) dimasukkan ke dalam reactor. Dari kedua komponen tersebut kemudian
terbentuk reaksi yang menghasilkan polimer yang selanjutnya perlu dipisahkan dari
pelarutnya. Selanjutnya produk keluar dari gas phase reactor lalu diambil untuk
diproses di unit pelletizer, sehingga produk polimer yang dihasilkan nantinya dapat
berbentuk pelet. Suhu yang digunakan pada operasi tersebut yaitu sekitar 110°C
dengan tekanan sekitar 30 atm. Namun seiring berkembangnya zaman, modifikasi dari
proses ini sudah banyak berkembang misalnya saja dengan memanfaatkan kombinasi
katalisator yang dapat bervariasi.
b. Diagram Proses Polietilena (Proses Ziegler)
Berikut merupakan diagram alir proses pembuatan polietilena secara ziegler.

120°C TiCl4 + Metal alkil Pelarut Hidrokarbon

etilen

Reactor

Slurry polymer

Tangki Dekomposisi

Pelarut

Hidrokarbon
Filtrasi

Pengeringan

Ekstrusi

Produk (Resin
Polimer Padat)

Gambar Diagram Proses Polietilena (Proses Ziegler)

Pada proses pembuatan polietilena dengan proses Ziegler ini, dapat diawali
dengan memasukkan pelarut hidrokarbon sebagai inert solvent ke dalam suatu reactor.
Selanjutnya TiCl4 direaksikan dengan metal alkil di suhu ± 120°C, dan tekanan dalam
reactor dijaga pada kisaran 20 atm. Kemudian menginjeksikan gas etilen ke dalam
reactor yang menyebabkan terjadinya polimerisasi dengan hasil larutan yang kental
(slurry polymer). Setelah itu polimer ditransfer ke tangki dekomposisi sehingga
katalisator sisa dapat dinonaktifkan. Kemudian pelarut hidrokarbon dipisahkan dan
dimurnikan serta didaurulang. Selanjutnya polimer dapat dikeringkan dan diberikan
proses ekstrusi sampai diperoleh hasil berupa resin polimer padat.

2.3.3 Klasifikasi
Polietilena dapat diklasifikasikan berdasarkan kepadatan dan percabangan molekulnya.
Dimana sifat mekanisnya pun bergantung pada tipe percabangan, struktur dan BM tiap
polimernya. Berikut merupakan klasifikasi dari polietilena.
a. Polietilena bermassa molekul sangat tinggi (UHMWPE / Ultra high molecular weight
polyethylene) merupakan jenis polietilena yang memiliki massa molekul sangat tinggi
sekitar 3,1 sampai 5.67 juta. Massa molekul yang tinggi itu membuat sifat dari plastic
tersebut menjadi sangat kuat namun hal itu bisa membuat pembentukan rantai panjang
menjadi struktur kristal yang tidak efisien dan juga memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari HDPE. Ketahanan terhadap sobek dan pemotongan membuat jenis polimer
ini memiliki aplikasi yang sangat luas. Jenis polimer ini umumnya dibuat dengan
teknologi katalis seperti katalis Ziegler.

b. Polietilena berdensitas tinggi (HDPE / High density polyethylene) merupakan jenis


polietilena yang memiliki densitas yang melebihi atau sama dengan 0,941 g/cm3,
memiliki kekuatan tensil, memiliki derajat yang rendah dalam percabangannya serta
memiliki kekuatan antar molekul yang sangat tinggi. Jenis polimer ini umumnya
dibuat dengan katalis kromium/silica, katalis metallocene, atau katalis Ziegler-Natta.

c. Polietilena ―cross-linked‖ (PEX atau XLPE / Cross-linked polyethylene) merupakan


jenis polietilena yang memiliki kepadatan menengah hingga tinggi yang memiliki
sambungan cross-link di struktur polimernya. Jenis polimer ini memiliki ketahanan
terhadap temperature tinggi dan ketahanan terhadap bahan kimia.

d. Polietilena berdensitas menengah (MDPE / Medium density polyethylene) merupakan


jenis polietilena yang memiliki densitas antara 0,926-0,940 g/cm3. Polimer ini
memiliki ketahanan terhadap tekanan dan kejatuhan. Jenis polimer ini dapat dibuat
dengan katalis kromium/silica, katalis metallocene, atau katalis Ziegler-Natta.
e. Polietilena berdensitas rendah (LDPE / Low density polyethylene) merupakan jenis
polietilena yang memiliki densitas antara 0,910-0,940 g/cm3, memiliki derajat yang
tinggi terhadap percabangan rantai panjang ataupun pendek sehingga tidak akan
berubah menjadi struktur kristal. Jenis polimer ini memiliki kekuatan tensil yang
rendah, yang berarti bahwa LDPE memiliki kekuatan antar molekul yang rendah pula.
Adapun produksi dari LDPE ini dapat dibuat dengan polimerisasi radikal bebas.

f. Polietilena linear berdensitas rendah (LLDPE / Linear low density polyethylene)


merupakan jenis polietilena yang memiliki densitas antara 0,915-0,925 g/cm3. Polimer
ini tergolong polimer linear yang memiliki percabangan rantai pendek dengan
jumahnya yang cukup signifikan. Jenis polimer ini memiliki kekuatan tensil yang lebih
tinggi dari LDPE, dan juga memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap suatu
tekanan. Dalam pembuatannya polimer ini dapat dibuat dengan kopolimerisasi etilena
yaitu dengan rantai pendek alfa-olefin (1-heksena, 1-butena, 1-oktena, dll.).

g. Polietilena berdensitas sangat rendah (VLDPE / Very low density polyethylene)


merupakan jenis polietilena yang memiliki densitas antara 0,880-0,915 g/cm3. Polimer
ini tergolong ke dalam polimer linear yang memiliki tingkat percabangan rantai
pendek yang sangat tinggi. Dalam pembuatannya polimer ini dapat dibuat dengan
kopolimerisasi etilena yaitu dengan rantai pendek alfa-olefin.

2.3.4 Fabrikasi
Polietilena merupakan polimer yang tergolong ke dalam termoplastik yang saat ini
keberadaannya sudah banyak ditemukan pada berbagai barang berbahan plastic. Hal ini tak
lain karena sifat dari plastic polietilena ini yang lebih fleksibel, tahan air, tahan bahan kimia,
dan lain-lain. Adapun dalam fabrikasi polietilena banyak diterapkan pada barang-barang
kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah kantong kresek dimana bahan dasar utamanya
adalah HDPE (High Density Polyethylene) untuk produk plastic yang kuat.
Dalam pembuatan kantong kresek dari HDPE ini proses dapat diawali dari pembuatan
biji plastic berupa pellet. Dalam pembuatan biji plastic, dapat digunakan plastic yang baru
pernah mengalami satu kali didaur ulang, sehingga plastic perlu dilakukan penyortiran
terlebih dahulu dari material-material pengganggu yang tidak diperlukan dalam proses
pembuatannya. Selanjutnya yaitu dengan melakukan pemotongan plastik atau kantong kresek
yang ingin didaur ulang untuk mempermudah proses pembuatannya, kemudian melakukan
pencucian agar tidak ada material asing yang ikut masuk ke proses selanjutnya. Setelah itu
pengeringan, pemanasan, dan penyaringan dengan ukuran tertentu kemudian melakukan
pendinginan agar calon biji plastic dapat mengeras sehingga bisa dilakukan pemotongan
menjadi pellet.
Selanjutnya pada proses pembuatan kantong plastic dapat digunakan metode ekstruksi,
dimana pellet dimasukkan melalui corong, lalu didorong ke screw baja kemudian dialirkan di
sepanjang bejana barrel untuk selanjutnya dipanaskan. Kemudian pada ujung ekstruder
terdapat lelehan yang tadi dipanaskan selanjutnya melalui die untuk dapat dihasilkan ekstrudat
kemudian dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

2.3.5 Contoh Aplikasi


Adapun aplikasi dari polimer polietilena ini berdasarkan klasifikasinya yaitu seperti
UHMWPE untuk onderdil mesin pembawa kaleng dan botol, bahan anti peluru, implant
pengganti bagian pinggang atau lutut dalam operasi, HDPE untuk bahan pembuat botol susu,
kemasan deterjen dan margarin, pipa air, MDPE untuk pipa gas, dan LLDPE yang sebagian
besar digunakan untuk kantong plastic.

2.4 Polistirena (PS)


2.4.1 Pengertian

Polistirena atau dikenal dengan nama polivinil benzene adalah sebuah polimer dengan
stirena monomer yang dibuat secara komersial dari minyak bumi dan polistirenanya
berbentuk padat. Secara struktur, polistirena merupakan rantai Panjang hidrokarbon dengan
gugus fenil yang berdekatan dengan setiap atom karbon dengan rumus kimia berupa
(C6H5CHCH2)n. polistirena juga mudah untuk dibentuk, diwarnai, serta dicetak dan tidak
menimbulkan efek beracun.

2.4.2 Proses Pembuatan


Pada proses pembuatan polistirena terdapat 3 jenis proses untuk membuat polistirena :
a. Polimerisasi bulk (larutan)
Dalam industri umumnya, polimerisasi bulk disebut dengan polimerisasi massa.
Dan proses ini banyak digunakan pada industry sekarang dimana memakai beberapa
solvent seperti monomer stirena ataupun etil benzene. Ada 2 jenis polimerisasi bulk
yakni polimerisasi bulk batch dan polimerisasi bulk continuous.
b. Polimerisasi suspense
Polimerisasi suspense adalah system batch yang sangat popular untuk tahapan
khusus pembuatan polistirena. Dengan menggunakan bulk polymerized serta melalui
fase inverse. Dengan disuspensikan menggunakan sabun didalam air untuk memperoleh
suspense air dan minyak. Lalu butiran di polimerisasi lagi sampai selesai.
c. Polimerisasi emulsi
Polimerisasi ini digunakan pada proses kopolimerissi stirena dengan monomer
atau polimer lainnya. Proses ini adalah metode yang jarang digunakan. Dan untuk jenis
proses produksi pembuatan polistirena ini memiliki persamaan dengan proses
polimerisasi suspense, tetapi tidak sama pada butirannya dimana proses polimerisasi
emulsi ini butiran monomer nya dalam ukuran mikrokopis.

2.4.3 Klasifikasi
Klasifikasi polistirena berdasarkan jenis-jenis nya diantaranya :
a. GPPS (General Purpose Polystyrene)

GPPS atau polistirena bening merupakan jenis polistirena memiliki karakter


transparan yang memiliki tingkat ketahanan bentur yang moderat. Kemudian jenis
polistirena ini umunya biji plastic yang masuk kedalam proses produksi dengan
menggnakan Teknik suntik, ekstrusi, serta hembusan. Prodduk GPPS antara lain berupa
toples kue, gelas, kartu nama, sendok dan garpu, kotak mainan dan lain-lain.
b. EPS (Expandable Polystyrene)
EPS merupakan polistirena yang berbentuk busa dan kadar udara nya 9,5 %.
Dimana polistirena jenis ini memiliki sifat isolator termal yang cukup baik dan dapat
meredam benturan keras. Polistirena jenis ini biasa digunakan untuk wadah makanan,
bahan pengemas, bahan pelapis helm, lembaran cetakan untuk insulasi bangunan.
c. HIPS (High Impact Polystyrene)

HIPS merupakan jenis polistirena yang mempunyai ketahanan bentur dan


stabilitas dimensi yang cukup baik. HPPS memiliki warna putih, HIPS mengandung 5-
15 % karet atau butadiena dan biasanya di aplikasikan untuk penggunaan kemasan
pangan dan non pangan seperti kotak kaset, alat elektronik seperti housing TV serta
peralatan medis.

2.4.4 Fabrikasi
Teknologi fabrikasi modern yang saat ini sudah memudahkan dalam memproduksi
berbagai jenis barang salah satunya sendok plastic. Material bahan baku polistirena berupa
biji plastic salah satunya digunakan untuk pembuatan sendok plastic dengan menggunakan
metode injection molding adalah metode pembentukan material termoplastik dan saat material
yang meleleh karena disebabkan pemanasan diinjeksikan oleh air sampai mengeras.
Kemudian pada proses siklus untuk injection molding terdapat dari empat tahapan sebagai
berikut:
a. Clamping sebelum injeksi bahan ke dalam cetakan dua bagian dari cetakan harus
tertutup rapat pada mesin.
b. Injection plastic cair disuntikkan ke dalam mold dan memenuhi ruanagan sesuai dengan
bentuk produk yang diinginkan.
c. Cooling merupakan proses pendinginan material plastic setelah proses penyuntikan.
d. Ejection Ketika mold dibuka mekanisme yang digunakan untuk ejection system adalah
mendorong bagian dinginan plastic dari cetakan.

2.4.5 Contoh Aplikasi


Contoh pengaplikasian polistirena antara lain :
a. Kerajinan
Polistirena banyak digunakan dalam bentuk kerajinan seperti ornamen pohon natal dan
tatakan lilin.
b. Peralatan medis
Banyak digunakan sebagai cawan petri dan gelas medis.
c. Kontruksi bangunan
Pada kontruksi bangunan di aplikasikan pada dinding kedap suara.
d. Manufaktur
Pada proses manufaktur beberapa peralatan berkebun serta rumah tanga, seperti sendok
& garpu, oven, blender, kulkas dan lain-lain. Polistirena memiliki harga yang murah
sehingga banyak dimanfaatkan juga untuk memproduksi mainan anak-anak.

2.5 Poliamida
2.5.1 Pengertian
Poliamida dapat diartikan sebagai suatu jenis polimer yang berasal dari gabungan antara
monomer-monomer amida yang saling membentuk suatu susunan ikatan peptida.

2.5.2 Proses Pembuatan


1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan poliamida adalah
sebagai berikut.
a. Asam Adipat
Bahan asam adipat merupakan bahan yang terbuat dari fenol yang
sebelumnya telah melalui proses reaksi pembentukan sikloheksanol dan juga
sikloheksanon.
b. Heksa Metilena
Bahan heksa metilena merupakan bahan yang terbuat dari asam adipat yang
sebelumnya telah melalui proses reaksi pembentukan amida dan nitril.
2. Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir dari proses pembuatan poliamida.
Persiapan Alat & Bahan

Pembuatan Bahan Baku

Polimerisasi

Penghentian Rantai Polimer

Proses Pengendapan Campuran

Pembentukan Poliamida

2.5.3 Klasifikasi
Poliamida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Poliamida 66
Poliamida 66 atau yang biasa disebut sebagai nilon 66 ini dapat diartikan sebagai
suatu jenis produk yang dihasilkan melalui suatu reaksi polimerisasi kondensasi yang
terjadi antara dua buah monomer yang didalamnya memiliki enam atom karbon.
b. Poliamida 11
Poliamida 11 atau yang biasa disebut sebagai nilon 11 ini dapat diartikan sebagai
suatu jenis poliamida yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dalam proses pembuatan
plastik, yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan dasarnya.

2.5.4 Fabrikasi
Salah satu fabrikasi poliamida adalah pembuatan nilon. Nilon yang terbentuk beragam
jenisnya salah satunya adalah nilon 6.6, berikut proses fabrikasi nilon 6.6 :
Pada industri tradisional sintesis nilon 6.6 melibatkan asam adipin dan hexamethylene
diamin agar dapat membentuk sutau garam yang meleleh pada suhu 180˚C. selanjutnya adipin
dan hexamethylene diamin diubah menjadi poliamida dengan pemanasan sampai suhu 280 ˚C
dibawah tekanan agar dapat menghilangkan air. asam adipin dengan menggunakan
polymerisasi ini pada umumnya diperoleh dengan oksidasi perpecahan cyclohexena dengan
asam nitrat. Proses yang paling sering digunakan dalam pembuatan nilon 6.6 adalah proses
hidrolik kontinyu.

2.5.5 Contoh Aplikasi


Poliamida dapat digunakan dan ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti :
c. Bidang industri tekstil
Contohnya : Sebagai bahan pembuatan perkakas tenun.
d. Bidang industri makanan
Contohnya : Sebagai bahan pada kemasan produk makanan.
e. Bidang otomotif
Contohnya : Sebagai bahan pembuat speedometer, penutup stir pada mobil, penutup
tangki bahan bakar, dan juga sebagai bahan kerangka pada kaca mobil.
f. Peralatan rumah tangga
Contohnya : Sebagai bahan pembuatan peralatan dapur, seperti pada gagang atau
pegangan pisau.

2.6 Policarbonat
2.6.1 Pengertian
Policarbonat dapat diartikan sebagai suatu jenis plastik yang dibuat dengan
menggunakan reaksi kondensasi di dalam suatu media alkali.

2.6.2 Proses Pembuatan


1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan policarbonat adalah
sebagai berikut.
a. Bisfenol A
b. Fosgen
c. Natrium Hidroksida
2. Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir dari proses pembuatan policarbonat.

Persiapan Alat & Bahan

Proses Deprotonasi pada Salah Satu Bahan

Pencampuran Bahan

Pemanasan Campuran Bahan

Pencetakan

2.6.3 Klasifikasi
Berdasarkan sifat yang dimilikinya, policarbonat dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
policarbonat transparan, policarbonat putih, dan juga policarbonat perunggu.
a. Policarbonat Transparan
Policarbonat transparan merupakan salah satu jenis policarbonat yang memiliki
sifat yaitu memiliki tingkat atau level yang paling tinggi dalam mentransmisikan
cahaya, sehingga kurang cocok jika ingin digunakan untuk mengurangi sinar dan juga
panas matahari.
b. Policarbonat Putih
Policarbonat putih merupakan salah satu jenis policarbonat dengan tingkat atau
level transmisi cahaya yang sedang (berada diantara policarbonat transparan dan
perunggu), serta memiliki keunggulan yaitu dapat memantulkan sinar matahari.
c. Policarbonat Perunggu
Policarbonat perunggu merupakan salah satu jenis policarbonat dengan tingkat
atau level transmisi cahaya yang paling rendah (jika dibandingkan dengan
policarbonat transparan dan putih). Keunggulan dari policarbonat jenis ini yaitu dapat
mengurangi sinar dan juga panas matahari.

2.6.4 Fabrikasi
Salah satu fabrikasi polikarbonat adalah pada proses pembuatan prodik kemasan
berbahan polikarbonat dengan menggunakan teknik termoplastik dengan cara injeksi,
ekstruksi, cetak tiup dan structural foam molding. Salah satu cara yang digunakan dalam
industri adalah dengan menggunakan cara extrusion blow mold yang memiliki keunggulan
sederhana yang terdiri dari 4 extruder dan blow yang bisa menghasilkan berbagai macam
variasi botol. Proses dari pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Cairan polimer dikeluarkan dari ekstruden kemudian dimasukan kedalam cetakan tiup
dengan pengarah lubang.
b. Cetakan ditutup.
c. Setelah itu udara dialirkan melalui pengarah lubang kedalam cairan plastik sehingga
menekan cairan plastik dan terbentuk sesuai dengan bentuk centakan.
d. Setelah itu cetakan dibuka dan produk sudah selesai terbentuk.

2.6.5 Contoh Aplikasi


Policarbonat dapat digunakan dan ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti :
a. Bidang kesehatan
Contohnya : Sebagai bahan pembuatan alat-alat operasi dan juga tubing connector.
b. Bidang industri makanan
Contohnya : Sebagai bahan pembuat tempat minuman, alat makan, dan juga sebagai
salah satu dari bahan pembuat microwave.
c. Bidang otomotif
Contohnya : Sebagai bahan pembuat rumah lampu kendaraan.
d. Alat-alat bisnis
Contohnya : Sebagai bahan pembuat mesin fotokopi dan juga sebagai konektor dari
telepon.

2.7 Poliester
2.7.1 Pengertian
Poliester termasuk kedalam polimer dimana di dalam poliester terdapat gugus
fungsional ester dengan rantai utama ester. Poliester terdapat 2 macam ada yang alami dan
sintesis. Poliester alami yang berasal kulit tumbuhan yaitu kitin, sedangkan poliester sintesis
berasal dari selain alam contohnya polikarbonat dan polibutirat.

2.7.2 Proses Pembuatan


Proses pembuatan poliester yaitu sebagai berikut :
1. Esterifikasi
Proses terjadi secara langsung dimana gugus karboksil (-COOH-) berasal dari
asam tereftalat yang bereaksi dengan etilena glikol.

pemompaan larutan homogen yang mengandung asam tereftalat


murni ( etilena glikol, kobalt asetat, asam fosfit,
diantimontrioksida, dan titaniumoksida )

Reaktor , selama ±45 menit pada


reaktor bersuhu proses 10-20°C H2O

Destilasi ,produk yang di


hasilkan bishidroksi etlena
tereftalat

2. Polikondensasi
Polikondensasi adalah penggabungan monomer.reaksi yang terjadi yaitu :
Lanjutan dari proses Esterifikasi yaitu :

bishidroksi etlena tereftalat masukan


dalam reaktor polikondensasi bersuhu
260°C

Faliment poliester

Produk ( benang untuk kain)

2.7.3 Klasifikasi
Poliester memiliki 3 tipe dimana poliester tersebut adalah :
1. PET (Polyethylene Terephthalate)
Polyester PET digunakan untuk bahan dasar pembuatan botol air mineral, dan
botol lainnya,dan bisa juga sebagai bahan pakaian. PET di hasilkan dari ethylene
glycol dan asam terephtalic atau methyl ester dan antimony catalyst ,antimony catalyst
digunakan untuk membantu terjadi reaksi untuk menghasilkan polyester, bahan
polyester tersebut di vakum pada suhu tinggi.
2. PCDT (poly-1, 4-cyclohexylene-dimethylene)
PCDT di buat dengan zat asam salah satunya adalah poly-1, 4-cyclohexylene-
dimethylene,PCDT dibuat untuk membuat bahan pakaian , furnitur dan lainnya .
3. Benang Sintetis
Benang sintesis dibuat benang hasil filamin. Yang menghasilkan kain polyester,
baik berupa baju dan lainnya.

2.7.4 Fabrikasi
Pada pembuatan poliester memiliki beberapa tahapan seperti pencampuran bahan
minyak bumi, udara, batu baru, air dan menunggu hasil reaksi petroleum dari alkohol dan
karboxil acid atau ester dengan hasil yang di dapatkan adalah filament. Filament ini nantinya
di proses dengan mesin spinning menggunakan mesin pompa bose menajdi produk benang
yang melalui proses pendinginan dan penggulungan. Atau melalui metode tidak langsung
dengan menjadikan birttle yang di potong kecil menajdi chips, chips tersebut kemudian di
pengeringan lalu di lelehkan pada suhu tinggi 260-270°C, lalu di proses spinning yang
melalui cetakan spinneret dan ditamabhan zat kimia lainnya untuk memperkuat keawetan dan
dari cetakan tersebut akan terbentuk helaian benang. Poliester memiliki sifat cepet kering,
tahan kerut , kuat dan mempertahankan lipatan panas contohnya setrika.

2.7.5 Contoh Aplikasi


Aplikasi Poliester digunakan untuk membuat botol( botol soda, air mineral), benang
digubakan untuk membuat : baju , kain tirai, seprei, ban,tali,konveyor.

2.8 Polietilena Tereftalat (PET)


2.8.1 Pengertian
Polietilena tereftalat (PET) adalah polimer plastik termoplastik dari kelompok poliester.
Pada industry kimia, PET banyak diproduksi dan digunakan untuk botol minuman, serat
sintetis, dan wadah makanan, digunakan untuk aplikasi thermoforming, dan dapat
dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik. PET adalah salah satu bahan mentah
penting dalam industry kerajinan tekstil.
Polietilena tereftalat (PET) bisa berwujud padatan yang amorf (transparan) maupun bisa
menjadi bahan semi-kristal berwarna putih, bergantung pada proses pembuatannya dan
riwayat termalnya. Monomer polietilena tereftalat terbuat dengan proses esterifikasi, dimana
asam tereftalat bereaksi dengan etilen glikol dan air sebagai produk sampingnya. Monomer
Polietilena tereftalat (PET) juga dapat terbuat melalui reaksi transesterifikasi etilen glikol
yang bereaksi dengan dimetil tereftalat dan methanol sebagai hasil samping pada reaksi
tersebut. Polietilena tereftalat (PET) diproduksi melalui reaksi polimerasi kondensasi dari
monomernya. Produk samping pada setelah reaksi esterifikasi/transesterifikasi adalah etilen
glikol, dan etilen glikol tersebut dapat didaur ulang kembali.

2.8.2 Proses Pembuatan


Polimer Poliethylene Terephlatate (PET) dapat terbentuk dengan 2 proses pembuatan,
yaitu reaksi esterifikasi langsung senyawa terephlatate acid (TPA) dan etilen glikol (EG) dan
reaksi transesterifikasi senyawa dimethyl terephlatate (DMT) dengan senyawa etilen glikol
(EG)
1. Proses pembuatan dengan reaksi esterifikasi langsung
- Tahap persiapan bahan baku
Terepthalate acid (TPA) berwujud bubuk diangkut dari tangki penyimpanan
dengan menggunakan bucket elevator dan kemudian diangkut ke dalam tangki
pencampuran. Saat waktu yang sama, etilen glikol (EG) diangkut dari tangkin
penyimpanan dan kemudian dialirkan dengan pompa dan etilen glikol (EG) hasil
daur ulang dari reaksi esterifikasi/transesterifikasi.
- Tahap reaksi
a. Reaksi pembentukan
Bishydroxyethyl Terepthalate (BHET) Slurry (TPA + EG) dari tangki
pencampuran yang merupakan hasil dari reaksi Terepthalate acid dan etilen
glikol dialikan ke reactor esterifikasi dengan menggunakan pompa.
Selanjutnya katalis antimony trioxide (Sb2O3) yang berasal dari tangka
penyimpanan antimony trioxide dicampurkan ke dalam reactor
esterifikasi. Pada reaktor esterifikasi dengan pengaduk, terjadinya proses
esterifikasi langsung yang dimana proses ini membentuk gugus isomer dari
reaksi antara Terepthalate acid dan etilen glikol dengan terepthalate acid
terkonversi sebesar 90 %. Hasil dari reaksi pembentukan ini adalah
bishydroxyethyl terephthalate, air, dan terephthalate acid yang tidak dapat
bereaksi.
b. Reaksi prepolimerisasi
Proses prepolimerisasi dilakukan didalam reaktor prepolimerisasi
dengan pengaduk pada temperature 270 ℃ dengan tekanan 1 atm dan
bishydroxyethyl terephthalate (BHET) sebesar terkonversi 95 %. Pada
proses ini dihasilkan monomer dengan derajat polimerisasi 20 (prepolimer),
etilen glikol, dan bishydroxyethyl terepthalate yang tidak dapat bereaksi.
c. Reaksi polikodensasi
Dalam proses polikondensasi ikatan monomer terbentuk menjadi
polimer yang panjang dengan derajat polimerisasinya bertambah besar.
Reaksi polikondensasi ini terjadi pada temperatur 290℃ dan tekanan
0,00197 atm (200 Pa) dengan prepolimer terkonversi sebesar 99% dalam
reactor polikondensasi. Dalam memvakumkan tekanan dari 1 atm menjadi
0,00197 atm dapat menggunakan alat yaitu steam ejector.
- Tahap pemisahan produk
Cairan kental polyethylene terephthalate (PET) yang dihasilkan dari
reactor polikondensasi dialirkan ke filter press untuk dipisahkan dari katalis
Sb2O3. Kemudian cairan kental polyethylene terepthalate (PET) dipompa dan
diturunkan temperaturnya dari 290℃ sampai 60℃ dengan menggunakan alat
cooler. Apabila sudah didinginkan, cairan kental polyethylene terepthalate
dikristalkan dengan menggunakan kristaliser. Apabila sudah keluar dari
kristaliser, kemudian mengalirkan PET Kristal dan mother liquor ke centrifuge
menggunakan pompa agar memisahkan PET kristal dengan motherliquornya.
Setelah mother liquor dengan PET Kristal telah terpisah, kemudian mother liquor
dialirkan ke mother liquor tank, sedangkan PET Kristal dimasukkan ke Pelletizer
untuk membuat PET Kristal menjadi pellet dengan ukuran 3mm. Setelah pellet
PET sudah terbentuk, kemudian pellet tersebut diangkut ke tangki penyimpanan
menggunakan alat belt conveyor. Pada produk yang dihasilkan, kadar prepolimer
dan PET non Kristal yang boleh tercampur hanya sebesar 1% produk yg
dihasilkan.
2. Proses pembuatan Poliethylene Terephlatate (PET) dengan Reaksi transesterifikasi
Pada dasarnya proses pembuatan Poliethylene Terephtalate (PET) dengan reaksi
transesterifikasi antara dimethyl terephlatate (DMT) dengan etilen glikol (EG)
dibandingkan dengan reaksi esterifikasi langsung antara terephlatate acid (TPA) dan
etilen glikol (EG), prinsip kerjanya sama saja. Yang berbeda adalah produk samping
yang dihasilkan. Perbedaannya jika pada reaksi esterifikasi langsung yang memiliki
produk samping air, sedangkan pada reaksi transesterifikasi memiliki produk samping
methanol.

2.8.3 Klasifikasi
Polimer PET memiliki klasifikasi/macam-macam produk yang dihasilkan dari polimer
Poliethylene Terephlatate (PET), yaitu sebagai berikut.
- Tekstil-Poliethylene Terephtalate (PET)
- Resin, Botol / A-Poliethylene Terephtalate (PET)
- Film-Poliethylene Terephtalate (PET)

2.8.4 Fabrikasi
Di dunia penggunaan Poliethylene Terephlatate (PET) untuk kemasan botol minuman
dapat mencapai 1,5 juta ton per tahunnya. Namun pada tahun 2010, penggunaan Poliethylene
Terephlatate (PET) mengalami peningkatan mencapai nilai hingga 56,0 juta ton.
Dengan meningkatnya penggunaan pada polimer Poliethylene Terephlatate (PET)
menyebabkan jumlah limbah polimer ini. Walau jenis polimer ini tidak menimbulkan bahaya
yang langsung terhadap lingkungan, polimer ini tidak membuat bahan-bahan yang berbahaya
yang dapat menurunkan kualitas kesehatan manusia, akan tetapai polimer ini pun sulit
terdegradasi oleh alam.
Pada umumnya Poliethylene Terephlatate (PET) memiliki keunggulan yang ada pada
sifat – sifatnya baik terhadap kuat Tarik, stabilitas thermal, kejernihan, dan ketahanan
terhadap bahan kimia lain.
PTA EG

Campuran
(Penyesuaian Hasil yang tidak
Komponen) dapat bereaksi Vacuum Pump
Exhausted Gas
WATER

Proses Esterifikasi Proses Prepolimerisasi Proses Polimerisasi

PET

Gambar Diagram Alir pembuatan PET pada proses esterifikasi langsung

2.8.5 Contoh Aplikasi


Poliethylene Terephtalate (PET) banyak diproduksi dalam industry kimia dan
digunakan untuk botol minuman, serat sintetis, dan wadah makanan, digunakan untuk
aplikasi thermoforming, dan dapat dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik.
PET adalah salah satu bahan mentah penting dalam industry kerajinan tekstil. Poliethylene
Terephtalate (PET) merupakan bahan mentah penting yang ada dalam kerajinan tekstil dalam
pembuatan kain. Tidak hanya itu Poliethylene Terephtalate (PET) juga dapat digunakan untuk
meembuat film fotografi dan pembuatan kaset audio ataupun kaset video. Dalam penggunaan
Poliethylene Terephtalate (PET) yaitu pembuatan botol yang berkode ―1‖ hanya
direkomendasikan digunakan sekali pakai, tidak boleh digunakan berulang kali dan tidak
boleh dipakai untuk menyimpan air hangat/air panas.
2.9 Teflon
2.9.1 Pengertian
Politetrafluoroetilena atau lebih dikenal dengan teflon merupakan sintesis dari turunan
fluoropolimer tetrafluoroetilena. Sebenarnya teflon adalah sebuah merk dagang yang
diciptakan oleh Roy J. Plunkett pada tahun 1938 dan dikomersialkan pada tahun 1946 di
DuPont. Teflon terdaftar sebagai merk dagang bahan plastik Poly Tetra Fluoro Ethylene
(PTFE) yang termasuk dalam kelas fluoropolymers. Biasa digunakan dalam pelapisan wajan
agar wajan tidak lengket saat digunakan.

2.9.2 Proses Pembuatan


Tahapan proses pembentukan Teflon melalui reaksi polimerisasi adisi. Berikut tahapan
proses pembentukan Teflon:
1. Tahapan sintesis TFE

Flourspar
Asam Klorida Reaktor TFE
Kloroform Gas
1094 - 1652˚F

2. Tahapan polimerisasi TFE


Pelarut
aseton
Air murni
Inisiator

Serabut Mesin Butiran


Reaktor Dryer Oven
TFE PTFE Penggiling PTFE gel PTFE
680˚F

Air
2.9.3 Klasifikasi
Teflon dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. PTFE atau polytetraethylene yang biasa terdapat dipasaran yang merupakan lapisan
anti-lengket dan dapat digunakan terus menerus pada suhu 260˚C. Hanya saja teflon
jenis ini hanya dapat digunakan pada penggunaan maksimum pada suhu 290 – 300 ˚C.
Teflon jenis ini memiliki koefisien gesekan sangat rendah, ketahanan aus yang baik
serta stabilitas kimia yang sangat baik.
2. FEP atau ethylene fluoride propylene merupakan lapisan anti-lengket yang memiliki
stabilitas kimia yang sangat baik dan penggunaan maksimum pada suhu 200 ˚C.
3. PFA atau perfluoroalkylated merupakan lapisan anti-lengket dengan penggunaan yang
baik pada suhu lebih dari 260˚C secara terus menerus, memiliki kekakuan yang lebih
kuat dan ketangguhan yang baik yang mana cocok untuk aplikasi anti-adhesi dan
ketahanan kimia yang baik pada suhu tinggi.
4. ETFE merupakan unit kopolimer dari etilena dan tetrafluoroetilena yang merupakan
resin fluoropolimer terberat, dapat membentuk lapisan yang sangat tahan lama dan
memiliki ketahanan kimia yang sangat baik dan dapat bekerja secara terus menerus
pada suhu 150 ˚C.

2.9.4 Fabrikasi
Setelah gel PTFE terbentuk, gel PTFE akan melapisi bahan atau benda misalnya seperti
panci atau bahan – bahan lainnya, berikut tahap pelapisan PTFE pada bahan:
Pada tahap ini bahan yng akan dilapisi oleh PTFE haruf terbuat dari alumunium atau
paduan alumunium misalnya panci alumunium. Pertama panci dicuci untuk menghilangkan
minyak. Kemudian panci akan dicelupkan dalam air hangat asam klorida proses ini
dinamakan ETSA (Etching roughens permukaan logam). Kemudian dibilas dan direndam
dalam asam nitrat. Lalu dicuci kembali dengan air deionisasi dan dikeringkan.
Setelah itu panci akan lapisi oleh PTFE sampai beberapa lapis. Setelah lapisan pertama
panci akan dikeringkan dengan memasukan kedalam oven konveksi. Setelah semua lapisan
diterapkan panci dikeringkan dalam oven dan disinter. Sinter merupakan pemanasan lambat
denga finishing billet. Setelah itu masuk ketahap pendinginan dan panci teflon siap untuk
perakitan akhir, packging dan pemasaran.

2.9.5 Contoh Aplikasi


PTFE banyak diaplikasikan sebagai pelapis anti-lengket untuk peralatan masak seperti
wajan, sering digunakan dalam wadah dan pipa untuk bahan – bahan kimia reaktif dan
bersifat korosif, dapat digunakan sebagai pelumas yang mengurangi gesekan, keausan dan
konsumsi energi pada mesin. Biasa digunakan sebagai bahan cangkok dalam intervensi bedah
dan digunakan sebagai pelapis pada kateter karena dapat mengganggu kemampuan bakteri
dan agen infeksius lainnya untuk melekat pada kateter dan dapat pula digunakan pada shower
tangan.

2.10 Plastik Biodegradable


2.10.1 Pengertian
Plastik biodegradable dapat diartikan sebagai suatu jenis plastik yang dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan organik (bahan yang dapat diperbaharui), seperti protein,
chitosan, selulosa, dan juga kolagen. Bahan-bahan pembuatan tersebut dapat ditemukan pada
beberapa jenis tepung, diantaranya adalah tepung beras dan tepung singkong.
Plastik biodegradable memiliki keunggulan, yaitu :
 Lebih ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan penggunaan jenis plastik
lainnya, karena terbuat dari bahan organik yang mudah terurai.
 Dapat mengurangi angka permintaan bahan bakar fosil yang keberadaannya di alam
sudah mulai berkurang.

2.10.2 Proses Pembuatan


1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan plastik biodegradable
adalah sebagai berikut
a. Zat pati
b. Gliserol
c. Aquades

2. Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir dari proses pembuatan plastik biodegradable.
Persiapan Alat & Bahan

Pencampuran Bahan Baku

Pemanasan dan Pengadukan Hasil Campuran

Pendiaman

Pencetakan

Pemanasan Hasil Cetakan

Pendinginan Hasil Cetakan

Pelepasan dari Cetakan

2.10.3 Klasifikasi
Plastik biodegradable dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Hydro-biodegradable Plastic
Hydro-biodegradable plastic (HBP) merupakan salah satu jenis plastik
biodegradable yang akan mengalami suatu proses degradasi akibat dari adanya reaksi
hidrolisis.
b. Oxo-biodegradable Plastic
Oxo-biodegradable plastic (OBP) merupakan salah satu jenis plastik
biodegradable yang akan mengalami suatu proses degradasi akibat dari adanya reaksi
oksidasi.

2.10.4 Fabrikasi
Proses fabrikasi dari plastik biodegradable adalah sebagai berikut.
a. Pemanasan
Proses pemanasan yang dilakukan pada plastik biodegradable bertujuan untuk
membuat setiap bahan penyusun dari plastik tersebut dapat lebih merekat satu sama
lain.
b. Pencetakan
Proses pencetakan yang dilakukan pada plastik biodegradable bertujuan untuk
menghasilkan produk plastik biodegradable yang sesuai dengan permintaan industri
atau konsumen.
Proses fabrikasi tersebut akan menghasilkan produk plastik biodegradable dengan
karakteristik yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

2.10.5 Contoh Aplikasi


Plastik Biodegradable dapat digunakan dan ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti :
a. Bidang industri makanan
Contohnya : Sebagai bahan pembuat peralatan makan sekali pakai.
b. Dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik tempat sampah yang ramah
lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa polimer
merupakan material dengan bentuk rantai molekul yang panjang dan berulang, yang merupakan
hasil dari proses polimerisasi. Setiap jenis polimer memiliki suatu sifat atau karakteristik yang
berbeda-beda, tergantung pada struktur dan juga unsur pembentuk dari polimer tersebut. Hal ini
menjadikan setiap jenis polimer memiliki aplikasi dan kegunaannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Curlee, T. R. 1991. Plastic Waste Management Control, Recycling and Disposal. New Jersey:
Noyes Data Corp.

Haryono, agus. Dkk. 2014. Sintesis polistirena sulfonate sebagai koagulan polimer. Pusat
penelitian kimia. Tanggerang.

http:www/firdaus ali POLIPROPILENA (polypropylene).html

http:www/Polimer Polipropilena (Pp), Acrylonitrile Butadiene Styrene (Abs) , Dan


Poliuretan_tommy putra simeulue.html

Huizhou Besteflon Industries Co., Ltd. 2018. Klasifikasi Teflon.

Kinasih, P.,L.2009. FORMULASI POLIPROPILENAUNTUK APLIKASI PRODUK RINGAN


THERMOFORMING KECEPATAN TINGGI. Tesis. Fakultas Teknik. Program Sstudi
Metalurgi dan Material. Universitas Indonesia: Depok.

Nurhayati. 2016. PRARANCANGAN PABRIK POLISTIRENA DENGAN PROSES


POLIMERISASI LARUTAN KAPASITAS 75.000 TON/TAHUN. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah.

PT. Indomakmur Inti Lestari. 2020. Polyethylene (PE). Yogyakarta.

Saputri, Rika. 2017. Makalah Polimer. Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai