Disusun Oleh:
Martina Reza Putri (3335190012)
Rosmiati (3335190017)
Fadilla Azhari (3335190048)
Jalu Yoga Pratama (3335190049)
Fayola Delicia Fitri (3335190058)
Hanif Al-Fattah (3335190084)
Berliana Tristati Putri (3335190094)
Laila Kristina Hendrawan (3335190105)
KELAS B
KELOMPOK 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu mengetahui pengertian, cara pembuatan,
klasifikasi, fabrikasi, dan aplikasi dari setiap jenis- jenis polimer.
BAB II
ISI
c. Terminasi
Pada tahap ini diinjeksikan sejumlah hidrogen yang berperan sebagai
terminator. Hidrogen sebagai terminator bergabung dengan sisi aktif katalis
sehingga terjadi pemotongan radikal polimer yang menghentikan reaksi
polimerisasi propilene. Reaksinya
2.1.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Taktisitas
Taktisitas merupakan letak alkil secara molekular pada sisi rantai utama polimer.
Pada Polipropilena yang merupakan alkil adalah gugus metil yang berada rantai
polimer tersebut. Berikut ialah klasifikasi Polipropilena berdasarkan takstisitasnya.
a. Polipropena isotaktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil seluruhnya
tersusun di salah satu sisi dari rantai utamanya.
b. Polipropena sindiotaktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil tersusun
pada kedua sisi dari rantai utama secara bergantian (alternating).
c. Polipropena ataktik, yaitu Polipropena dengan gugus-gugus metil terletak tidak
beraturan (random) pada kedua sisi dari rantai utama.
b. Polypropylene-random-copolymer
Terdiri dari dua jenis monomer, yaitu propilena dan etilena. Monomer etilena
secara acak di dalam rantai molekul PP sehingga mengurangi derajat
kristalinitas.
Skema: —PPEPPPEPPPPEPPEPPPPPEPP—
Pembuatan PP-random-copolymer dilakukan di dalam sebuah reaktor dengan
penambahan etilena 2–8wt% dari jumlah propilena.
Sifat-sifat PP-random-copolymer antara lain fleksibel, kekuatannya dan
kekerasannya kurang dibandingkan dengan PP-homopolymer, kejernihannya
dan seal-ability baik.
c. Polypropylene-block-copolymer
Terdiri dari dua jenis monomer, yaitu propilena dan etilena. PP-block-
copolymer ini tersusun atas dua fasa, yaitu PP-homopolimer dan ethylene-
propylene-rubber (EPR).
Skema: —PPP-PEEEP-PP-PEEEP-PPP-PEEEP-PP—
Pembuatan PP-block-copolymer dilakukan dengan dua tahap, masing- masing
tahap membutuhkan sebuah reaktor. Tahap pertama adalah memproduksi PP-
homopolimer dengan berat molekul rendah, kemudian mengalirkan PP-
homopolimer ini ke reaktor kedua untuk kemudian dikopolimerisasikan
dengan etilena dengan perbandingan etilena dengan propilena 2:3, sehingga
menghasilkan PP-block- copolymer.
Sifat-sifat PP-block-copolymer antara lain tangguh, kekuatan impaknya
tinggi, tidak mudah pecah pada temperatur tinggi, sangat fleksibel, opaque
dan berwarna putih susu. Kemudian, ciri khas lain material ini adalah akan
menghasilkan fenomena stress-whitening saat mengalami deformasi plastis.
2.1.4 Fabrikasi
Polypropylene banyak digunakan dalam rumah tangga dan industri. Sifat unik dan
kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai teknik fabrikasi membuatnya menonjol
sebagai bahan yang tak ternilai untuk berbagai penggunaan. Karakteristik lain yang tak
ternilai adalah kemampuan polypropylene berfungsi baik sebagai bahan plastik dan sebagai
serat (seperti tas, dll). Kemampuan unik Polypropylene untuk diproduksi melalui metode yang
berbeda dan ke dalam aplikasi yang berbeda berarti segera mulai menantang banyak bahan
alternatif lama, terutama dalam kemasan, serat, dan industri injection molding.
Pertumbuhannya selama bertahun-tahun dan tetap menjadi pemain utama dalam industri
plastik di seluruh dunia.
Berikut merupakan metode fabrikasi Polipropilena yang umum dilakukan:
1. Sheet / Thermoforming
Banyak digunakan untuk gelas dan wadah plastic. Sifatnya bening, kuat dan
tidak menimbulkan bau dan rasa
2. Injection molding
Digunakan untuk pengemasan botol/kotak/kaleng dan perkakas atau perabotan,
tutup botol berulir, alat-alat rumah tangga, barang industry seperti meja taman, kursi
stadion, mesin pendingin.
3. Blow molding
Digunakan untuk botol seperti botol susu dan botol minuman lain.
4. Metode Ekstruksi
Proses ekstrusi adalah proses mengubah bentuk polipropilena yang sudah jadi
menjadi gulungan-gulungan atau roll plastic. Pertama-tama bijih plastic dilelehkan
pada Ekstruder, kemudian diinjeksikan melalui cetakan, setelah keluar dari cetakan
yang sesuai dengan profil yang diinginkan dimasukkan ke dalam alat kalibrasi. Keluar
dari alat kalibrasi masuk tangki air untuk didinginkan, setelah dingin dimasukan ke
bahan penarik kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan
dengan alat potong dan disusun pada alat penyusun.
Etilena Cl2
Cracking
Etilena diklorida
Vinyl Chloride
PVC sendiri dihasilkan dari beberapa jenis bahan yaitu, yang pertama adalah minyak
bumi yang diolah terlebih dahulu melalui proses pemecahan molekul yang disebut dengan
cracking menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena (C2H4), sementara bahan yang kedua
yaitu garam dapur atau yang biasa disebut natrium chloride (NaCl) diolah melalui proses yang
disebut dengan elektrolisa, yang nantinya akan berubah menjadi natrium hidroksida (NaOH)
dan gas klor (Cl2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor yang kemudian akan
menghasilkan senyawa etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl). Proses cracking yang sudah
dilakukan pada senyawa etilena diklorida kemudian akan menghasilkan 2 senyawa yang
berbeda yaitu gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCL). Dan pada akhirnya,
melalui proses polimerisasi dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang yaitu polimer
yang bernama polivinil klorida (PVC), yang secara fisik berupa bubuk halus yang berwarna
putih.
Pada proses pembuatan produk PVC dari Vinyl Chloride Monomer (VCM), terdapat
tiga metode umum yang biasa digunakan anatara lain:
1. Polimerisasi suspense
Pada metode ini, monomer VCM didispresikan kedalam air kemudian
ditambahkan dengan stabilizer, stabilizer yang dimaksud antara lain adalah talc atau
bentonite. Selanjutnya, Inisiator ditambahkan kedalam suspense monomer. PVC yang
dihasilkan pada metode ini akan lebih murni, lalu memiliki sifat isolasi listrik dan
ketahanan panas, serta light fastness yang baik dan lebih jernih dari PVC emulsi.
2. Polimerisasi Emulsi
Pada metode ini, monomer VCM dicampurkan dengan air dan ditambahkan
stabilizer yang berupa sabun dan inisiator. Kemudian campuran dimasukkan kedalam
reaktor sehingga monomer teremulsi masuk kedalam soap micelle. Selanjutnya pada
inisiator akan terurai menjadi radikal bebas, sehingga nantinya akan berdifusi kedalam
soap micelle untuk dapat memulai suatu reaksi polimerisasi pada PVC. Produk yang
dihasilkan akan mempunyai bentuk seperti lateks yang halus. Metode ini berlangsung
relatif lebih cepat pada temperature yang lebih rendah dibandingkan dengan pada saat
menggunakan metode lain. Produk yang dihasilkan nantinya akan mempunyai daya
tahan listrik, ketahanan panas, light fastness serta kejernihan yang rendah.
3. Polimerisasi Bulk
Pada metode ini, tidak digunakan suspending agent atau emulsifier sehingga
produk yang dihasilkan akan mempunyai kemurnian yang tinggi serta memiliki sifat
ketahan listrik dan panas yang baik.
Berdasarkan uraiannya, proses pembuatan PVC dari VCM mencakup berapa tahap,
diantaranya:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan pelarutan Vinyl Chloride Monomer didalam air, dan
setelah itu ditambahkan dengan sebuah katalisator sehingga membentuk senyawa
homogen.
2. Tahap proses
Pada tahapan proses, reaksi polimerisasi dilakukan didalam reactor bertekanan
dan kondisi operasinya dijaga pada parameter yang diinginkan.
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, telah dicapai sebuah derajat polimerisasi yang telah
ditentukan, selanjutnya dilakukan pengambilan produk dengan penyemprotan dan
pengeringan dengan cara koagulasi atau penambahan asam.
2.2.3 Klasifikasi
Produk pada PVC itu amat beragam. Namun secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
unplastic PVC (uPVC atau PVC-U) yang bersifat rigid dan plasticised PVC yang bersifat
fleksibel.
2.2.4 Fabrikasi
Berikut merupakan proses metode fabrikasi pada PVC yang umum dilakukan:
1. Injection molding
Pada proses ini bersifat siklus, dapat menghasilkan produk dengan kepresisian
yang tinggi. Contoh hasilnya yaitu fitting (sambungan) pipa.
2. Extrusi
Pada proses ini bersifat kontinyu, massal, dan digunakan untuk produk-produk
yang tidak memerlukan presisi tingkat tinggi contohnya pipa, profil jendela
3. Calendaring
Pada proses ini menghasilkan produk berupa film atau lembaran tipis seperti
kulit imitasi dari PVC
4. Thermoforming
Pada proses ini merupakan terjadinya pencetakan suatu produk PVC dengan cara
memanaskan semacam suatu lembaran PVC, dan kemudian hasilnya akan ditekan
kepada cetakan sehingga membentuk suatu produk yang sesuai dengan cetakannya,
seperti cup ice cream, atau kotak makanan.
etilen Katalisator
Loop Reactor
Polimer + Pelarut
Unit Pelletizer
Produk (Pelet)
Dalam proses Philip ini, teknologi yang digunakan dalam pembuatan polietilena
ini termasuk ke dalam teknologi yang paling tua. Berdasarkan prinsipnya diketahui
bahwa proses Philip reaksi polimerisasi berlangsung dalam reactor loop (loop reactor).
Dimana monomer gas etilen bersama-sama dengan komonomer diinjeksikan ke dalam
reactor. Selanjutnya pelarut hidrokarbon beserta katalisatornya (berbasis chromium
oxide) dimasukkan ke dalam reactor. Dari kedua komponen tersebut kemudian
terbentuk reaksi yang menghasilkan polimer yang selanjutnya perlu dipisahkan dari
pelarutnya. Selanjutnya produk keluar dari gas phase reactor lalu diambil untuk
diproses di unit pelletizer, sehingga produk polimer yang dihasilkan nantinya dapat
berbentuk pelet. Suhu yang digunakan pada operasi tersebut yaitu sekitar 110°C
dengan tekanan sekitar 30 atm. Namun seiring berkembangnya zaman, modifikasi dari
proses ini sudah banyak berkembang misalnya saja dengan memanfaatkan kombinasi
katalisator yang dapat bervariasi.
b. Diagram Proses Polietilena (Proses Ziegler)
Berikut merupakan diagram alir proses pembuatan polietilena secara ziegler.
etilen
Reactor
Slurry polymer
Tangki Dekomposisi
Pelarut
Hidrokarbon
Filtrasi
Pengeringan
Ekstrusi
Produk (Resin
Polimer Padat)
Pada proses pembuatan polietilena dengan proses Ziegler ini, dapat diawali
dengan memasukkan pelarut hidrokarbon sebagai inert solvent ke dalam suatu reactor.
Selanjutnya TiCl4 direaksikan dengan metal alkil di suhu ± 120°C, dan tekanan dalam
reactor dijaga pada kisaran 20 atm. Kemudian menginjeksikan gas etilen ke dalam
reactor yang menyebabkan terjadinya polimerisasi dengan hasil larutan yang kental
(slurry polymer). Setelah itu polimer ditransfer ke tangki dekomposisi sehingga
katalisator sisa dapat dinonaktifkan. Kemudian pelarut hidrokarbon dipisahkan dan
dimurnikan serta didaurulang. Selanjutnya polimer dapat dikeringkan dan diberikan
proses ekstrusi sampai diperoleh hasil berupa resin polimer padat.
2.3.3 Klasifikasi
Polietilena dapat diklasifikasikan berdasarkan kepadatan dan percabangan molekulnya.
Dimana sifat mekanisnya pun bergantung pada tipe percabangan, struktur dan BM tiap
polimernya. Berikut merupakan klasifikasi dari polietilena.
a. Polietilena bermassa molekul sangat tinggi (UHMWPE / Ultra high molecular weight
polyethylene) merupakan jenis polietilena yang memiliki massa molekul sangat tinggi
sekitar 3,1 sampai 5.67 juta. Massa molekul yang tinggi itu membuat sifat dari plastic
tersebut menjadi sangat kuat namun hal itu bisa membuat pembentukan rantai panjang
menjadi struktur kristal yang tidak efisien dan juga memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari HDPE. Ketahanan terhadap sobek dan pemotongan membuat jenis polimer
ini memiliki aplikasi yang sangat luas. Jenis polimer ini umumnya dibuat dengan
teknologi katalis seperti katalis Ziegler.
2.3.4 Fabrikasi
Polietilena merupakan polimer yang tergolong ke dalam termoplastik yang saat ini
keberadaannya sudah banyak ditemukan pada berbagai barang berbahan plastic. Hal ini tak
lain karena sifat dari plastic polietilena ini yang lebih fleksibel, tahan air, tahan bahan kimia,
dan lain-lain. Adapun dalam fabrikasi polietilena banyak diterapkan pada barang-barang
kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah kantong kresek dimana bahan dasar utamanya
adalah HDPE (High Density Polyethylene) untuk produk plastic yang kuat.
Dalam pembuatan kantong kresek dari HDPE ini proses dapat diawali dari pembuatan
biji plastic berupa pellet. Dalam pembuatan biji plastic, dapat digunakan plastic yang baru
pernah mengalami satu kali didaur ulang, sehingga plastic perlu dilakukan penyortiran
terlebih dahulu dari material-material pengganggu yang tidak diperlukan dalam proses
pembuatannya. Selanjutnya yaitu dengan melakukan pemotongan plastik atau kantong kresek
yang ingin didaur ulang untuk mempermudah proses pembuatannya, kemudian melakukan
pencucian agar tidak ada material asing yang ikut masuk ke proses selanjutnya. Setelah itu
pengeringan, pemanasan, dan penyaringan dengan ukuran tertentu kemudian melakukan
pendinginan agar calon biji plastic dapat mengeras sehingga bisa dilakukan pemotongan
menjadi pellet.
Selanjutnya pada proses pembuatan kantong plastic dapat digunakan metode ekstruksi,
dimana pellet dimasukkan melalui corong, lalu didorong ke screw baja kemudian dialirkan di
sepanjang bejana barrel untuk selanjutnya dipanaskan. Kemudian pada ujung ekstruder
terdapat lelehan yang tadi dipanaskan selanjutnya melalui die untuk dapat dihasilkan ekstrudat
kemudian dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
Polistirena atau dikenal dengan nama polivinil benzene adalah sebuah polimer dengan
stirena monomer yang dibuat secara komersial dari minyak bumi dan polistirenanya
berbentuk padat. Secara struktur, polistirena merupakan rantai Panjang hidrokarbon dengan
gugus fenil yang berdekatan dengan setiap atom karbon dengan rumus kimia berupa
(C6H5CHCH2)n. polistirena juga mudah untuk dibentuk, diwarnai, serta dicetak dan tidak
menimbulkan efek beracun.
2.4.3 Klasifikasi
Klasifikasi polistirena berdasarkan jenis-jenis nya diantaranya :
a. GPPS (General Purpose Polystyrene)
2.4.4 Fabrikasi
Teknologi fabrikasi modern yang saat ini sudah memudahkan dalam memproduksi
berbagai jenis barang salah satunya sendok plastic. Material bahan baku polistirena berupa
biji plastic salah satunya digunakan untuk pembuatan sendok plastic dengan menggunakan
metode injection molding adalah metode pembentukan material termoplastik dan saat material
yang meleleh karena disebabkan pemanasan diinjeksikan oleh air sampai mengeras.
Kemudian pada proses siklus untuk injection molding terdapat dari empat tahapan sebagai
berikut:
a. Clamping sebelum injeksi bahan ke dalam cetakan dua bagian dari cetakan harus
tertutup rapat pada mesin.
b. Injection plastic cair disuntikkan ke dalam mold dan memenuhi ruanagan sesuai dengan
bentuk produk yang diinginkan.
c. Cooling merupakan proses pendinginan material plastic setelah proses penyuntikan.
d. Ejection Ketika mold dibuka mekanisme yang digunakan untuk ejection system adalah
mendorong bagian dinginan plastic dari cetakan.
2.5 Poliamida
2.5.1 Pengertian
Poliamida dapat diartikan sebagai suatu jenis polimer yang berasal dari gabungan antara
monomer-monomer amida yang saling membentuk suatu susunan ikatan peptida.
Polimerisasi
Pembentukan Poliamida
2.5.3 Klasifikasi
Poliamida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Poliamida 66
Poliamida 66 atau yang biasa disebut sebagai nilon 66 ini dapat diartikan sebagai
suatu jenis produk yang dihasilkan melalui suatu reaksi polimerisasi kondensasi yang
terjadi antara dua buah monomer yang didalamnya memiliki enam atom karbon.
b. Poliamida 11
Poliamida 11 atau yang biasa disebut sebagai nilon 11 ini dapat diartikan sebagai
suatu jenis poliamida yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dalam proses pembuatan
plastik, yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan dasarnya.
2.5.4 Fabrikasi
Salah satu fabrikasi poliamida adalah pembuatan nilon. Nilon yang terbentuk beragam
jenisnya salah satunya adalah nilon 6.6, berikut proses fabrikasi nilon 6.6 :
Pada industri tradisional sintesis nilon 6.6 melibatkan asam adipin dan hexamethylene
diamin agar dapat membentuk sutau garam yang meleleh pada suhu 180˚C. selanjutnya adipin
dan hexamethylene diamin diubah menjadi poliamida dengan pemanasan sampai suhu 280 ˚C
dibawah tekanan agar dapat menghilangkan air. asam adipin dengan menggunakan
polymerisasi ini pada umumnya diperoleh dengan oksidasi perpecahan cyclohexena dengan
asam nitrat. Proses yang paling sering digunakan dalam pembuatan nilon 6.6 adalah proses
hidrolik kontinyu.
2.6 Policarbonat
2.6.1 Pengertian
Policarbonat dapat diartikan sebagai suatu jenis plastik yang dibuat dengan
menggunakan reaksi kondensasi di dalam suatu media alkali.
Pencampuran Bahan
Pencetakan
2.6.3 Klasifikasi
Berdasarkan sifat yang dimilikinya, policarbonat dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
policarbonat transparan, policarbonat putih, dan juga policarbonat perunggu.
a. Policarbonat Transparan
Policarbonat transparan merupakan salah satu jenis policarbonat yang memiliki
sifat yaitu memiliki tingkat atau level yang paling tinggi dalam mentransmisikan
cahaya, sehingga kurang cocok jika ingin digunakan untuk mengurangi sinar dan juga
panas matahari.
b. Policarbonat Putih
Policarbonat putih merupakan salah satu jenis policarbonat dengan tingkat atau
level transmisi cahaya yang sedang (berada diantara policarbonat transparan dan
perunggu), serta memiliki keunggulan yaitu dapat memantulkan sinar matahari.
c. Policarbonat Perunggu
Policarbonat perunggu merupakan salah satu jenis policarbonat dengan tingkat
atau level transmisi cahaya yang paling rendah (jika dibandingkan dengan
policarbonat transparan dan putih). Keunggulan dari policarbonat jenis ini yaitu dapat
mengurangi sinar dan juga panas matahari.
2.6.4 Fabrikasi
Salah satu fabrikasi polikarbonat adalah pada proses pembuatan prodik kemasan
berbahan polikarbonat dengan menggunakan teknik termoplastik dengan cara injeksi,
ekstruksi, cetak tiup dan structural foam molding. Salah satu cara yang digunakan dalam
industri adalah dengan menggunakan cara extrusion blow mold yang memiliki keunggulan
sederhana yang terdiri dari 4 extruder dan blow yang bisa menghasilkan berbagai macam
variasi botol. Proses dari pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Cairan polimer dikeluarkan dari ekstruden kemudian dimasukan kedalam cetakan tiup
dengan pengarah lubang.
b. Cetakan ditutup.
c. Setelah itu udara dialirkan melalui pengarah lubang kedalam cairan plastik sehingga
menekan cairan plastik dan terbentuk sesuai dengan bentuk centakan.
d. Setelah itu cetakan dibuka dan produk sudah selesai terbentuk.
2.7 Poliester
2.7.1 Pengertian
Poliester termasuk kedalam polimer dimana di dalam poliester terdapat gugus
fungsional ester dengan rantai utama ester. Poliester terdapat 2 macam ada yang alami dan
sintesis. Poliester alami yang berasal kulit tumbuhan yaitu kitin, sedangkan poliester sintesis
berasal dari selain alam contohnya polikarbonat dan polibutirat.
2. Polikondensasi
Polikondensasi adalah penggabungan monomer.reaksi yang terjadi yaitu :
Lanjutan dari proses Esterifikasi yaitu :
Faliment poliester
2.7.3 Klasifikasi
Poliester memiliki 3 tipe dimana poliester tersebut adalah :
1. PET (Polyethylene Terephthalate)
Polyester PET digunakan untuk bahan dasar pembuatan botol air mineral, dan
botol lainnya,dan bisa juga sebagai bahan pakaian. PET di hasilkan dari ethylene
glycol dan asam terephtalic atau methyl ester dan antimony catalyst ,antimony catalyst
digunakan untuk membantu terjadi reaksi untuk menghasilkan polyester, bahan
polyester tersebut di vakum pada suhu tinggi.
2. PCDT (poly-1, 4-cyclohexylene-dimethylene)
PCDT di buat dengan zat asam salah satunya adalah poly-1, 4-cyclohexylene-
dimethylene,PCDT dibuat untuk membuat bahan pakaian , furnitur dan lainnya .
3. Benang Sintetis
Benang sintesis dibuat benang hasil filamin. Yang menghasilkan kain polyester,
baik berupa baju dan lainnya.
2.7.4 Fabrikasi
Pada pembuatan poliester memiliki beberapa tahapan seperti pencampuran bahan
minyak bumi, udara, batu baru, air dan menunggu hasil reaksi petroleum dari alkohol dan
karboxil acid atau ester dengan hasil yang di dapatkan adalah filament. Filament ini nantinya
di proses dengan mesin spinning menggunakan mesin pompa bose menajdi produk benang
yang melalui proses pendinginan dan penggulungan. Atau melalui metode tidak langsung
dengan menjadikan birttle yang di potong kecil menajdi chips, chips tersebut kemudian di
pengeringan lalu di lelehkan pada suhu tinggi 260-270°C, lalu di proses spinning yang
melalui cetakan spinneret dan ditamabhan zat kimia lainnya untuk memperkuat keawetan dan
dari cetakan tersebut akan terbentuk helaian benang. Poliester memiliki sifat cepet kering,
tahan kerut , kuat dan mempertahankan lipatan panas contohnya setrika.
2.8.3 Klasifikasi
Polimer PET memiliki klasifikasi/macam-macam produk yang dihasilkan dari polimer
Poliethylene Terephlatate (PET), yaitu sebagai berikut.
- Tekstil-Poliethylene Terephtalate (PET)
- Resin, Botol / A-Poliethylene Terephtalate (PET)
- Film-Poliethylene Terephtalate (PET)
2.8.4 Fabrikasi
Di dunia penggunaan Poliethylene Terephlatate (PET) untuk kemasan botol minuman
dapat mencapai 1,5 juta ton per tahunnya. Namun pada tahun 2010, penggunaan Poliethylene
Terephlatate (PET) mengalami peningkatan mencapai nilai hingga 56,0 juta ton.
Dengan meningkatnya penggunaan pada polimer Poliethylene Terephlatate (PET)
menyebabkan jumlah limbah polimer ini. Walau jenis polimer ini tidak menimbulkan bahaya
yang langsung terhadap lingkungan, polimer ini tidak membuat bahan-bahan yang berbahaya
yang dapat menurunkan kualitas kesehatan manusia, akan tetapai polimer ini pun sulit
terdegradasi oleh alam.
Pada umumnya Poliethylene Terephlatate (PET) memiliki keunggulan yang ada pada
sifat – sifatnya baik terhadap kuat Tarik, stabilitas thermal, kejernihan, dan ketahanan
terhadap bahan kimia lain.
PTA EG
Campuran
(Penyesuaian Hasil yang tidak
Komponen) dapat bereaksi Vacuum Pump
Exhausted Gas
WATER
PET
Flourspar
Asam Klorida Reaktor TFE
Kloroform Gas
1094 - 1652˚F
Air
2.9.3 Klasifikasi
Teflon dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. PTFE atau polytetraethylene yang biasa terdapat dipasaran yang merupakan lapisan
anti-lengket dan dapat digunakan terus menerus pada suhu 260˚C. Hanya saja teflon
jenis ini hanya dapat digunakan pada penggunaan maksimum pada suhu 290 – 300 ˚C.
Teflon jenis ini memiliki koefisien gesekan sangat rendah, ketahanan aus yang baik
serta stabilitas kimia yang sangat baik.
2. FEP atau ethylene fluoride propylene merupakan lapisan anti-lengket yang memiliki
stabilitas kimia yang sangat baik dan penggunaan maksimum pada suhu 200 ˚C.
3. PFA atau perfluoroalkylated merupakan lapisan anti-lengket dengan penggunaan yang
baik pada suhu lebih dari 260˚C secara terus menerus, memiliki kekakuan yang lebih
kuat dan ketangguhan yang baik yang mana cocok untuk aplikasi anti-adhesi dan
ketahanan kimia yang baik pada suhu tinggi.
4. ETFE merupakan unit kopolimer dari etilena dan tetrafluoroetilena yang merupakan
resin fluoropolimer terberat, dapat membentuk lapisan yang sangat tahan lama dan
memiliki ketahanan kimia yang sangat baik dan dapat bekerja secara terus menerus
pada suhu 150 ˚C.
2.9.4 Fabrikasi
Setelah gel PTFE terbentuk, gel PTFE akan melapisi bahan atau benda misalnya seperti
panci atau bahan – bahan lainnya, berikut tahap pelapisan PTFE pada bahan:
Pada tahap ini bahan yng akan dilapisi oleh PTFE haruf terbuat dari alumunium atau
paduan alumunium misalnya panci alumunium. Pertama panci dicuci untuk menghilangkan
minyak. Kemudian panci akan dicelupkan dalam air hangat asam klorida proses ini
dinamakan ETSA (Etching roughens permukaan logam). Kemudian dibilas dan direndam
dalam asam nitrat. Lalu dicuci kembali dengan air deionisasi dan dikeringkan.
Setelah itu panci akan lapisi oleh PTFE sampai beberapa lapis. Setelah lapisan pertama
panci akan dikeringkan dengan memasukan kedalam oven konveksi. Setelah semua lapisan
diterapkan panci dikeringkan dalam oven dan disinter. Sinter merupakan pemanasan lambat
denga finishing billet. Setelah itu masuk ketahap pendinginan dan panci teflon siap untuk
perakitan akhir, packging dan pemasaran.
2. Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir dari proses pembuatan plastik biodegradable.
Persiapan Alat & Bahan
Pendiaman
Pencetakan
2.10.3 Klasifikasi
Plastik biodegradable dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Hydro-biodegradable Plastic
Hydro-biodegradable plastic (HBP) merupakan salah satu jenis plastik
biodegradable yang akan mengalami suatu proses degradasi akibat dari adanya reaksi
hidrolisis.
b. Oxo-biodegradable Plastic
Oxo-biodegradable plastic (OBP) merupakan salah satu jenis plastik
biodegradable yang akan mengalami suatu proses degradasi akibat dari adanya reaksi
oksidasi.
2.10.4 Fabrikasi
Proses fabrikasi dari plastik biodegradable adalah sebagai berikut.
a. Pemanasan
Proses pemanasan yang dilakukan pada plastik biodegradable bertujuan untuk
membuat setiap bahan penyusun dari plastik tersebut dapat lebih merekat satu sama
lain.
b. Pencetakan
Proses pencetakan yang dilakukan pada plastik biodegradable bertujuan untuk
menghasilkan produk plastik biodegradable yang sesuai dengan permintaan industri
atau konsumen.
Proses fabrikasi tersebut akan menghasilkan produk plastik biodegradable dengan
karakteristik yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa polimer
merupakan material dengan bentuk rantai molekul yang panjang dan berulang, yang merupakan
hasil dari proses polimerisasi. Setiap jenis polimer memiliki suatu sifat atau karakteristik yang
berbeda-beda, tergantung pada struktur dan juga unsur pembentuk dari polimer tersebut. Hal ini
menjadikan setiap jenis polimer memiliki aplikasi dan kegunaannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Curlee, T. R. 1991. Plastic Waste Management Control, Recycling and Disposal. New Jersey:
Noyes Data Corp.
Haryono, agus. Dkk. 2014. Sintesis polistirena sulfonate sebagai koagulan polimer. Pusat
penelitian kimia. Tanggerang.
Saputri, Rika. 2017. Makalah Polimer. Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia.