Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan
Dosen pengampu : Denni Kartika, S.T., M.Eng.
Disusun oleh :
Kelas : B
Semester III
Baja St 42 tergolong baja karbon rendah, dimana baja karbon rendah merupakan
jenis baja yang banyak digunakan sebagai bahan konstruksi dalam berbagai bidang industri
sebagai rangka konstruksi. Baja ST 42 dengan kandungan karbon dibawah 0,25%
teemasuk kedalam kelompok baja rendah (Low-Carbon Steel). Kelompok baja ini msih
mungkin untuk ditambah kandungan karbonnya, agar meningkat kemampuannya untuk
bisa dikeraskan.
Makna dari penamaan ST 42 sendiri adalah dari ST memiliki arti baja (STahl),
angka 42 dalam baja ini menunjukkan bahwa maksimum ketangguhan putus – tarik adalah
42 Kg/mm²[1].
Tensile Strength
490
(Mpa)
Yield Strength
290
(Mpa)
Hardness Brinell 123
Elongation (%) 20
Adapun aplikasi dari baja ST 42 yang terdapat pada bidang keilmuan Teknik antara
lain adalah sebagai berikut :
Korosi adalah reaksi dari suatu logam dengan senyawa lain yang berada di
sekitarnya yang menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi
mengakibatkan degradasi atau penurunan mutu material, sehingga logam menjadi material
yang kurang bermanfaat. Proses terjadinya korosi pada besi diawali dari karat besi
merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna
coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Pada korosi terdapat dua reaksi
elektrokimia yang dikenal sebagai reaksi anodik dan katodik. Korosi bisa tidak terjadi jika
dalam beton tidak ada air pori.
Dalam proses terjadinya korosi pada baja tulangan beton ST 42, beton yang
direndam pada larutan induk media korosif garam dengan salinitas 3,5 % tersebut akan
mengalami penetrasi atau difusi dari larutan induk media korosif garam. Hal ini dapat
mempengaruhi nilai dari resistensi yang dimiliki oleh beton tersebut ketika dialiri arus dan
kadar O2 yang ada pada larutan memiliki peranan dalam proses oksidasi terhadap baja
tulangan sehingga terjadi korosi. Proses pengujian ini mengacu pada ASTM C 876. Uji laju
korosi dihitung menggunakan metode weight loss. Dilakukan juga pengamatan struktur
mikro menggunakan mikroskop.
Gambar 1 Foto Struktur Mikro Baja Tulangan Beton ST 42 pada Beton Bertulang
Menggunakan Inhibitor Sodium Nitrit Konsentrasi 300 ppm Setelah Uji Korosi.
Dapat dilihat bahwa terdapat celah pada permukaan baja tulangan beton ST 42, hal
tersebut memperlihatkan bahwa telah terjadi korosi. Jika dilihat kasat mata, korosi ini
hanya terlihat seperti bintik hitam. Korosi tersebut sangat berbahaya karena dapat merusak
struktur logam dan merupakan awal mula dari keretakan suatu logam.
Temperatur juga dapat mempengaruhi perubahan mikro struktur serta juga dapat
menyebabkan terjadinya korosi. Didalam jurnal disebutkan pengaruh inhibitor sodium
nitrit terhadap laju korosi baja tulangan beton ST 42 di kondisi lingkungan media korosif
garam dengan metode weight loss menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
inhibitornya maka semakin rendah laju korosinya.
Kondisi optimal pengaruh inhibitor terhadap laju korosi pada baja tulangan ST 42
di kondisi lingkungan laut yang efisiensi inhibisinya tertinggi adalah baja tulangan beton
ST 42 pada beton bertulang menggunakan inhibitor sodium nitrit dengan konsentrasi 300
ppm, yaitu sebesar 0,37665 % Atau 612,62 mpy. Sedangkan baja tulangan beton ST 42
tanpa inhibitor laju korosinya sebesar 982,79 mpy.
Fraktur secara singkat diartikan sebagai patah. Patah adalah pemisahan sebuah
kesatuan menjadi dua bagian atau lebih yang diakibatkan oleh gaya statis (yang bersifat
konstan atau berubah secara perlahan). Penyebab fraktur disebabkan oleh adanya gaya
berupa tarikan,tekanan,geseran dan torsional. Dalam patah, dikenal dua patah yaitu patah
ulet dan patah getas. Ini berdasarkan pada kemampuan material untuk berdeformasi secara
plastis.
Metode yang digunakan adalah pengaruh pengelasan listrik terhadap kekuatan tarik
Sampel yang digunakan adalah baja ST 42 dan diuji sebanyak 3 kali dengan besar
Ampere yang berbeda yaitu 65A, 75A, 85A.
Baja st 42 memiliki kekuatan tarik sebesar 43,802 Kg/mm 2, Regangan patah sebesar
4,833 % Kekerasan rockwall sebesar 132,424 dan memiliki karakter patahan getas
Daftar Pustaka
Pradolin, M., Budiarto, U., & Jokosisworo, S. 2018. Analisa Kekuatan Tarik, Tekuk, dan
Mikrografi Baja St 42 Akibat Pengelasan FCAW (Flux-Cored Arc Welding) dengan
Variasi Posisi Pengelasan. Jurnal Teknik Perkapalan, 6(4).
Shaifudin, Adi dkk. 2018. Optimalisasi Difusi Karbon Dengan Metode Pack Carburizing Pada
Baja ST 42. Jurnal Mesin Nusantara, Vol. 1, No. 1.
Suarsana, K dkk. 2018. Pengaruh Perlakuan Temperature dan Waktu Penahan Pack Carburizing
Terhadap Umur Lelah Baja St 42. Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 11, No. 1.
Mahardika, Bayu dkk. 2016. Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Inhibitor dan Konsentrasi
Inhibitor terhadap Laju Korosi dan Penentuan Efisiensi Inhibisi pada Baja Tulangan
Beton ST 42 di Kondisi Lingkungan Laut. Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2. Program studi
Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.
Saripuddin M, Dedi Umar Lauw. 2013 . Pengaruh Hasil Pengelasan Terhadap Kekuatan,
Kekerasan dan Struktur Mikro Baja ST 42.