Anda di halaman 1dari 6

Perhitungan neraca massa dan panas pada reaktor

polimerisasi; studi kasus pabrik pengolahan bijih plastik


Budi Santoso*, Nyimas Annisa R Lindy, Siti Aisyah Shanaz VR

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
*e-mail: budibatistutasantoso@yahoo.com

Abstrak

Polipropilen merupakan polimer yang berasal dari monomer propilen. Produksi polipropilen terdiri
dari beberapa unit termasuk sistem reaksi polimerisasi. Sistem reaksi polimerisasi berlangsung pada sebuah
fluidized bed reactor. Alat-alat pendukung reaktor terdiri atas cycle gas cooler, cycle gas compressor, dan
cycle water pump. Panas reaksi akan dipindahkan dari reaktor menggunakan cycle gas cooler, lalu gas yang
tidak bereaksi keluar dari bagian atas reaktor dan masuk ke cycle gas compressor. Pada kondisi ideal reaktor
bekerja pada tekanan 30 kg/cm2G dan temperatur 65oC, namun kenyataan yang terjadi di pabrik kondisi
tersebut terkadang keluar rentan yang ditentukan, karena adanya faktor penghambat. Untuk mengatasi
masalah tersebut dapat dilakukan dengan mengkalkulasi secara rutin neraca massa dan neraca panas pada
reaktor. Berdasarkan perhitungan neraca panas secara keseluruhan, panas yang hilang sebesar 1,7053x10-
13 Mcal/jam. Artinya terdapat panas yang hilang selama proses polimerisasi berlangsung dalam jumlah
yang kecil.

Kata kunci: polipropilen, polimerisasi, fluidized bed reactor, neraca massa, neraca panas.

Abstract

Polypropylene is composed of propylene monomers. The production of polypropylene is divided into


several units, include the polymerization system. This system is using fluidized bed reactor and other
equipments, such as cycle gas cooler, cycle gas compressor, and cycle water pump. The heat reaction will
be removed by cycle gas cooler, while residual gas flow to cycle gas compressor. At temperature 65oC and
30 kg/cm2G, reactor works ideal, but the fact is sometimes comes out problems. Problems can be done by
calculated the mass and heat balance. The result for overall is the heat between input and output, heat
losses as much as 1,7053x10-13 Mcal/h. It means heat losses as long as polymerization process in the small
amount.

Keywords: polypropylene, polimerization, fluidized bed reactor, mass balance, heat balance.

I. PENDAHULUAN konversi bahan baku menjadi produk. Sistem


Produksi poliolefin khususnya reaksi polimerisasi Pabrik bijih plastik
polypropylene menggunakan bahan baku utama menggunakan reaktor tipe fluidized bed reactor
yaitu propilen dan etilen. Bahan baku utama yang dilengkapi dengan sistem kompresi dan
berasal dari olefin plant. Pabrik bijih plastik yang pendinginan guna mengoptimalkan proses reaksi.
diperoleh dari perengkahan napta. Selain itu Proses yang diharapkan adalah berjalan
penggunaan bahan baku penunjang seperti stabil, namun tidak selamanya proses reaksi
hidrogen diperoleh sebagai side product dari berjalan ideal khususnya reaksi polimerisasi yang
olefin plant dan nitrogen berasal dari utility plant. cukup kompleks, ada faktor yang menghambat
Proses produksi polypropylene di Pabrik bijih seperti heat losses, pembentukan chunk, ataupun
plastic meliputi feed treating unit, unit purifikasi, fouling dan scaling. Perhitungan neraca massa
sistem reaksi polimerisasi, product discharge maupun panas menjadi hal yang harus dikontrol
system, resin degassing system, vent recovery agar selalu tercapai target dan menghindari faktor
system, pelleting system, dan bagging penghambat tersebut. Untuk memahami
polypropylene, serta laboratorium. bagaimana perhitungan neraca reaktor dengan
Hal paling penting pada setiap pabrik adalah baik, maka tugas khusus yang akan dibuat yakni
sistem reaksi sebagai tempat berlangsungnya

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 55


dengan topik perhitungan neraca panas pada Sintesis polipropilen dikelompokkan
sistem reaktor train II. menjadi proses fasa cair dan proses fasa gas.
Proses dengan fasa gas disebut proses UNIPOL.
II. TINJAUAN PUSTAKA Proses UNIPOL menggunakan jenis reaktor
Polimerisasi adalah suatu proses fluidized bed yang disusun secara seri. Kondisi
pembentukan polimer dari monomer- operasi berlangsung pada 60-70oC dan tekanan
monomernya. Polimerisasi dikelompokkan 20-30 bar, reaksi bersifat eksotermis dengan
menjadi dua, yaitu polimerisasi adisi dan panas reaksi 1000-1100 btu/lb. Panas reaksi
polimerisasi kondensasi. Reaksi polimerisasi dipindahkan dengan mendinginkan gas recycle
pembentukan polipropilen merupakan reaksi dengan alat penukar panas, dikompresi,
polimerisasi pertumbuhan rantai atau didinginkan, dan diumpankan kembali bersama
polimeridasi adisi, dimana pertumbuhan rantai dengan fresh feed. Proses UNIPOL lebih dipilih
hanya disebabkan oleh penambahan monomer karena tidak menggunakan pelarut dan tidak
yang terus menerus terhadap radikal bebasnya. menghasilkan produk samping.
Kegunaan polipropilen di antaranya untuk Prinsip kerja fluidized bed reactor
bahan pengemas, tekstil, alat tulis, perlengkapan menggunakan prinsip fluidisasi, dimana resin
laboratorium, komponen otomotif, dan difluidisasikan oleh cycle gas dan terbentuk
sebagainya. Polimer ini berasal dari monomer gelembung] di antara resin disebabkan karena
propilen dengan rumus molekul C3H6 dan dapat adanya gas yang melewati resin, peristiwa ini
didaur ulang dengan simbol angka 5. sama halnya dengan cairan yang dialirkan oleh
Berdasarkan struktur dan penggunaan bahan gas sehingga terbentuk gelembung di antara
aditif dalam produksi, polimer terbagi menjadi 3 cairan itu. Fluidisasi terjadi dimana kecepatan
jenis yaitu homopolimer, kopolimer acak superficial gas atau cycle gas lebih besar daripada
(random copolymer), dan kopolimer impak kecepatan minimum fluidisasi (Umf).
(impact copolymer). Berdasarkan letak gugus Komponen yang terdapat di dalam reaktor di
metil dibedakan menjadi isotaktik dan ataktik. antaranya bed, distributor plate, annular disk, tee
Secara umum, mekanisme reaksi pee. Komponen ini berfungsi untuk
polimerisasi adisi terdiri atas 3 tahap yaitu inisiasi, pendistribusian gas yang lebih merata, serta
propagasi, dan terminasi. Namun sebelum terjadi mencegah carry over. Berikut adalah spesifikasi
tahapan tersebut, katalis diaktifkan terlebih fluidized bed reactor yang digunakan.
dahulu oleh ko-katalis. Katalis yang biasa
digunakan adalah Titanium Klorida (TiCl4) Tabel 2.1. Spesifikasi Reaktor Polimerisasi di
dengan ko-katalis berupa Trietil Aluminium atau pabrik bijih plastic
TEAL [Al(C2H5)3], sehingga akan terbentuk pusat
aktif (active center). Keterangan
Setelah katalis diaktifkan kemudian Kode R
terbentuk radikal bebas Titanium (Ti). Tinggi Reaktor 21,18 m
Selanjutnya monomer propilen akan menyerang Diameter Dalam 3,40 m
bagian aktif dan berkoordinasi dengan logam Diameter Luar 3,76 m
transisi untuk menyisip di antara logam dan alkil, Plate Area 8,42 m2
sehingga mulai terbentuk rantai polipropilen. Straight Side Height 14,6 m
Tahap ini disebut dengan reaksi inisiasi. Straight Side
4172 ft2
Tahap berikutnya dilanjutkan dengan reaksi Volume
propagasi, yaitu saat radikal propilen terbentuk, Straight Side
37848 kg
lalu menyerang monomer propilen lainnya secara Weight
terus menerus dan membentuk radikal polimer Normal Bed 14 m
yang panjang. Pada tahap ini tidak terjadi Normal Bed Volume 118 m3
pengakhiran, sehingga polimerisasi terus Tinggi Pondasi 13,50 meter
berlangsung sampai tidak ada lagi gugus fungsi T = 65oC
Kondisi Operasi
yang tersedia. P = 30 kg/cm2G
Reaksi polimerisasi dihentikan dengan (Sumber: Sumartono, 1999)
adanya penambahan monomer secara berlebihan.
Pada tahap ini diinjeksikan sejumlah hidrogen
sebagai terminator. Hidrogen akan bergabung
dengan sisi aktif katalis sehingga terjadi
pemotongan radikal polimer yang akan
menghentikan reaksi polimerisasi propilen. Tahap
ini disebut reaksi terminasi

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 56


III. METODOLOGI

Pengumpulan data didapatkan dari data


harian kondisi reaktor train II polypropylene plant
pada bulan Oktober 2018. Berdasarkan data yang
terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan
melakukan perhitungan neraca massa dan panas
melalui persamaan berikut.
Neraca Massa
Massa Masuk = Massa Keluar
Neraca Panas
Heat Transfer Feed Streams
Gambar 2.1. Fluidized Bed Reactor di Pabrik
bijih plastik Qfeed = n × Cp × ∆T
(Sumber: Sumartono, 1999)
Heat Transfer Output Streams
Umpan dan gas inert dialirkan secara Qoutput = n × Cp × ∆T
kontinyu ke dalam reaktor dan disirkulasikan
dengan bantuan kompresor. Umpan yang masuk Heat Transfer to Cooling Water
ke reaktor berada pada suhu 40oC dan tekanan 40
kg/cm2G. Seluruh umpan dimasukkan melalui Qcw = Fcw × Cpcw × ∆T
bagian bawah reaktor dalam fasa cair dan gas,
Heat Transfer to Fluidized Bed
kecuali katalis dimasukkan melalui bagian atas
reaktor dalam bentuk slurry karena disuspensikan 60
Qbed = Cppp × ∆Tbed × Wbed × ( )
ke dalam mineral white oil. freq
Alat-alat pendukung reaktor terdiri atas
cycle gas cooler, cycle gas compressor, dan cycle Heat of Compression
water pump. Reaksi polimerisasi bersifat
Wcomp = Pcomp × effcomp
eksotermik, sehingga panas akan dipindahkan
dari reaktor menggunakan cycle gas cooler, lalu Heat of Reaction
gas yang tidak bereaksi keluar dari bagian atas
reaktor dan masuk ke cycle gas compressor. Qrx = PR inst × ∆Hrx
Produk utama yang diinginkan berupa resin
polipropilen keluar secara bertahap menuju Ambient Heat Loss
product discharge system. Resin tersebut masih
mengandung pengotor sehingga akan dialirkan ke Qamb = Qrx - Qcw - Qbed + Wcomp + Qfeed - Qoutput
resin degassing system, kemudian dibentuk
menjadi pelet menggunakan pelleting system.
Hal yang harus diperhatikan agar tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengganggu kinerja reaktor adalah menghindari
adanya bagian yang tidak terfluidisasi yang akan
menyebabkan titik-titik panas (hotspot). Jika
Heat
hotspot ini terjadi, maka resin akan menggumpal
Exchanger
membentuk chunk, akibatnya tekanan dan Reaktor
temperatur di reaktor akan terus meningkat
sehingga harus dilakukan shutdown.
Reaksi polimerisasi polypropylene Kompresor
dipengaruhi beberapa faktor yaitu laju alir katalis,
tekanan parsial propilen, temperatur reaktor, dew
point cycle gas, rasio molar ko-katalis dan katalis, Gambar 4.1. Sistem Reaksi pada reaktor
rasio molar ko-katalis dan Selectivity Control Polypropylene
Agent (SCA), rasio hidrogen dan propilen, serta Sistem reaktor untuk polimerisasi polipropilen
rasio etilen dan propilen. terdiri atas fluidized bed reactor, cooler, dan
kompresor. Reaktor tidak dapat berdiri sendiri,
perlu alat penunjang untuk menjaga kondisi
operasi tetap stabil. Kondisi reaktor harus dijaga

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 57


agar produk yang dihasilkan sesuai dengan yang mengkalkulasi secara rutin neraca massa dan
diinginkan. Penambahan cooler dan kompresor neraca panas pada reaktor.
bertujuan untuk menjaga tekanan dan temperatu
reaktor dengan cara gas cycle. Gas-gas yang tidak Tabel 4.2. Neraca Massa Reaktor (Basis 1 Jam)
bereaksi di dalam reaktor akan dialirkan keluar ke
bagian atas reaktor menuju kompresor. Massa Massa
Nama Rumus
Kompresor menaikkan tekanan gas, sehingga Masuk Keluar
Senyawa Senyawa
terjadi kenaikan temperatur, oleh karena itu (kg/jam) (kg/jam)
cooler akan mengambil panas hasil reaksi dari
reaktor yang bekerja secara eksotermis, sehingga Propilen C 3H 6 23641,7406 544,518
temperatur reaktor tetap stabil pada temperatur Propan C 3H 8 402,594 56,0628
60-65oC.
Nitrogen N2 40 39,9528
Tabel 4.1. Data Awal Perhitungan
Hidrogen H2 1,88 1,9332
Data Nilai
Etilen C 2H 4 89,94 1,9332
Temperatur reaktor 64,38oC
Tekanan reaktor 30,22 kg/cm2G Katalis TiCl4 1,8 0
Perbedaan temperatur pada 7,83oC TEAL Al(C2H5)3 6,35 0
bed
Berat bed 15,41 ton Polipropilen (C3H6)n 0 23539,9046
Daya cycle gas compressor 451,94 kW Total 24184,3046 24184,3046
Efisiensi cycle gas 85%
compressor Perhitungan neraca panas atau neraca energi
Panas reaksi polypropylene 2277 kJ/kg reaktor merupakan salah satu cara yang dapat
Laju reaksi produksi 22,03 ton/jam dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak
Total laju reaksi produksi 510,046 ton/hari energi yang harus dilepas atau ditambahkan, agar
reaksi berjalan sesuai kondisi operasi per satuan
Pemilihan fluidized bed reactor ditentukan waktu. Perhitungan neraca panas tidak lepas dari
berdasarkan fasa bahan baku yang digunakan neraca massa, karena keduanya saling
yaitu berupa gas, lalu dicampurkan dengan katalis berhubungan. Hasil perhitungan neraca massa
dalam bentuk slurry. Dengan tipe reaktor ini akan digunakan untuk perhitungan neraca energi,
energi yang dibutuhkan lebih sedikit seperti pada Tabel 4.2. Hasil perhitungan neraca
dibandingkan dengan tipe lainnya seperti reaktor energi dapat digunakan untuk pemilihan jenis alat
berpengaduk, karena bahan baku harus dilakukan dan ukuran yang sesuai, serta penyediaan energi
treatment lagi ke dalam fasa cair. Untuk tipe untuk proses.
cooler yang digunakan adalah shell and tube heat Data-data yang diperlukan untuk
exchanger dengan air pendingin berada dibagian perhitungan neraca panas adalah kondisi operasi
shell, sementara gas pada bagian tube. Sementara reaktor seperti massa bahan baku dan produk,
kompresor yang digunakan adalah single stage temperatur masuk dan keluar alat, serta kapasitas
centrifugal compressor. panas per komponen. Massa bahan baku dan
Pada kondisi ideal reaktor bekerja pada produk dihitung terlebih dahulu berdasarkan laju
tekanan 30 kg/cm2G dan temperatur 65oC, namun alir masuk dan keluar reaktor.
kenyataan yang terjadi di pabrik kondisi tersebut Polimerisasi polipropilen termasuk neraca
terkadang keluar rentan yang ditentukan. Hal ini energi sistem terbuka dan steady state karena
bisa saja terjadi misalnya karena flowrate bahan proses produksi dilakukan secara kontinyu.
baku yang terlalu tinggi, terjadinya hotspot, Sistem terbuka mengabaikan energi kinetik dan
sehingga menyebabkan pembentukan chunk yang energi potensial, sehingga neraca energi ini
dapat meningkatkan tekanan reaktor sangat didasarkan pada nilai kalor, kerja, dan entalpi.
tinggi. Selain itu hal yang belum bisa dihindari Perhitungan neraca energi diawali dengan
pada proses ini adalah pembentukan fines atau mencari kapasitas panas per komponen. Kapasitas
resin yang berukuran sangat halus sekitar kurang panas dihitung berdasarkan ilmu termodinamika
dari 125 mikron yang dapat menghambat yaitu polinomial empirik yang menghubungkan
perpindahan panas pada reaktor. Fines dapat kapasitas panas (Cp) sebagai fungsi temperatur.
terikut keluar reaktor, seperti menempel pada Perhitungan neraca panas dilanjutkan
bagian tube heat exchanger. Untuk mengatasi dengan mengkalkulasi panas yang masuk dan
masalah tersebut dapat dilakukan dengan keluar reaktor. Panas masuk terdiri atas heat in
feed streams, heat of reaction, heat of

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 58


compression , dan panas keluar di antaranya menyebabkan cycle gas keluaran reaktor memiliki
ambient heat loss, heat transfer to fluidized bed, suhu lebih tinggi sehingga perlu didinginkan
serta heat transfer to cooling water. menggunakan cooling water yang berasal dari
Heat in feed streams adalah total nilai kalor cycle gas cooler. Hal ini memungkinkan untuk
dari setiap komponen atau bahan baku yang panas berpindah suhu tinggi ke rendah yaitu suhu
masuk ke dalam reaktor, di antaranya propilen, cooling water sesuai dengan Hukum
etilen, propan, hidrogen, nitrogen, katalis, dan Termodinamika I.
TEAL. Nilai kalor (Q) menyatakan panas yang
masuk ke dalam reaktor dengan menghubungkan Tabel 4.3. Neraca Panas Reaktor (Basis 1 Jam)
laju alir, kapasitas panas, dan perbedaan Panas Panas
Jenis
temperatur. Begitu pula dengan heat transfer to Masuk Keluar
Panas
fluidized bed dan heat of reaction merupakan (Mcal/jam) (Mcal/jam)
panas yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi Qfeed 804,1028776 0
polipropilen yang bersifat eksotermis, dimana Wcomp 330,3086737
perhitungan menggunakan entalpi pembentukan. Qrx 11988,79209 0
Ambient heat loss adalah panas yang hilang Qbed 0 123,0413299
karena adanya perbedaan temperatur ambien atau Qcw 0 9959,719661
temperatur lingkungan dengan temperatur Qamb 0 2580,398963
operasi. Ambient heat loss terjadi di sistem Qoutput 0 460,0436875
perpipaan saat gas mengalir keluar reaktor menuju
Adapun perpindahan panas yang terjadi
alat berikutnya seperti kompresor dan cooler.
dalam sistem reaktor di antaranya adalah
Panas hilang karena temperatur operasi yang lebih
konduksi, konveksi, dan radiasi. Secara konveksi,
tinggi daripada temperatur lingkungan, sehingga
perpindahan panas terjadi melalui aliran disertai
menyebabkan terjadinya natural cooling.
dengan perpindahan zat perantaranya. Konveksi
Heat of compression adalah panas yang
terjadi saat proses fluidisasi, dimana katalis
hilang akibat kompresi yang terjadi pada
menyisip pada gelembung-gelembung gas, selain
kompresor. Semua energi tekanan diubah menjadi
juga terjadi di shell and tube heat exchanger yaitu
panas saat gas disirkulasikan di sistem. Dengan
pertukaran panas antara gas dengan air pendingin.
demikian, semua energi yang dikeluarkan oleh
Konduksi terjadi saat panas mengalir dari bagian
kompresor pada akhirnya harus dihilangkan
bawah reaktor menuju atas dengan perantara
sebagai panas oleh cooler. Berdasarkan hukum
dinding-dinding reaktor. Untuk radiasi panas
termodinamika, heat transfer to cooling water
mengalir tanpa perantara, terjadi saat seseorang
terjadi karena temperatur air pendingin yang
berada pada jarak yang dekat di sekitar kompresor
rendah, sehingga terjadi pelepasan panas dari gas
maka akan terasa panas.
ke air pendingin. Jumlah panas yang hilang dari
gas berhubungan dengan kenaikan temperatur air
V. KESIMPULAN
pendingin, laju alir, dan kapasitas panas air
Dari kajian ini dapat dirumuskan beberapa
pendingin.
sebagai kesimpulan sebagai erikut;
Berdasarkan perhitungan neraca panas
1. Perhitungan neraca panas reaktor
secara keseluruhan, diperoleh banyaknya panas
polyproylene menghasilkan heat losses
yang hilang sebesar 1,7053x10-13 Mcal/jam,
sebesar 1,7053x10-13 MCal/jam.
artinya terjadi heat loss reactor dalam jumlah
2. Perpindahan panas yang terjadi diantaranya
yang kecil. Jika ada perbedaan antara panas yang
konduksi saat panas berpindah dari bagian
masuk dengan panas yang keluar, maka disebut
bawah reaktor menuju atas dengan perantara
dengan heat loss reactor. Jika selisih antara panas
dinding reaktor, konveksi saat fluidisasi
yang masuk dan panas yang keluar bernilai 0,
antara gas reaktan dan katalis serta radiasi
maka berada pada kesetimbangan (balance),
yaitu saat mendekati kompresor maka akan
artinya tidak ada panas yang terbuang. Dari hasil
terasa panas akibat pengaruh panas yang
tersebut, kondisi operasi reaktor di polypropylene
dihasilkan.
plant train II dipengaruhi oleh ambient heat loss
atau suhu lingkungan yang memiliki suhu lebih
DAFTAR PUSTAKA
rendah dibandingkan suhu pada reaktor dan
perpipaan cycle gas. Sehingga memungkinkan Fitriani, H. V., Harpeni, L., Oktaviani, R.,
panas yang dihasilkan reaktor atau perpipaan Maulana, S., dan Rahayu, S. Y. 2012.
cycle gas berpindah ke lingkungan akibat adanya Makalah Industri Polipropilen. Bogor:
natural cooling. Universitas Nusa Bangsa.
Selain itu, reaksi polimerisasi pembentukan
polipropilen berlangsung secara eksotermis yang

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 59


Kocian, H. G. 1979. UNIPOL Operations Pabrik bijih plastik. Laporan on the Job Training
Training Manuak Book. Texas: Houston Polypropylene Process Department. 2017.
Bookbinding. Cilegon: Pabrik bijih plastik.
Praxair. 2016. Propylene Safety Data Sheet. Sofiani, F. dan Hapsari, W. V. 2011.
(Online). https://www.praxair.com/- Prarancangan Pabrik Polipropilen dari
/media/corporate/praxairus/documents/sds/ Propilen dengan Proses Spheripol
propylene-c3h6-safety-data-sheet-sds- Kapasitas 200.000 Ton/Tahun. Surakarta:
p4648.pdf?la=en. (Diakses pada tanggal 22 Universitas Sebelas Maret.
Oktober 2018) Sumartono. 1999. Process Highlight. Cilegon: PT
Tri Polyta Indonesia Tbk.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page | 60

Anda mungkin juga menyukai