Anda di halaman 1dari 16

CHAPTER 2

POLIESTER DAN POLIAMIDA

Indonesia pada saat ini sedang dalam mengalami masa pembangunan, termasuk
pembangunan dalam bidang industri yang salah satunya adalah industri polyester.
Terephthalic Acid merupakan salah satu bahan baku utama pada industri polyester,
sehingga dengan bertambahnya pabrik pabrik polyester tersebut maka kebutuhan akan
Terepthalic Acid juga meningkat. Produksi Terepthalic Acid di Indonesia masih belum
dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga masih dilakukan impor dari luar
negeri.

Benang adalah salah satu bahan baku industri tekstil, baik itu berasal dari serat
alam maupun serat sintetis. Namun demikian, serat alam semakin terbatas, maka untuk
memenuhi keterbatasan itu, kebutuhan bahan baku tekstil benang harus dipenuhi dengan
serat sintetik yang sebagian besar terbuat dari polyester. Konsumsi serat polyester ini terus
mengalami peningkatan dan telah mengalahkan kapas. Kecenderungan ini akan terus
berkembang di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan produksi polyester lebih
cepat, aman, ringan, dantidak menunggu panen kapas.

Polyester ini diperoleh dari pengolahan serat benang sintetis (synthetic fibre) dari
hasil proses Ethylene Glycol (EG) terephthalic acid. Terepthalic Acid sendiri berasal
dari paraxylene (Px) yang merupakan produk aromatik dengan bahan baku heavy
naphtha yang berasal dari minyak bumi.

Mengantisipasi sangat tingginya petumbuhan kebutuhan serat polyester dan bahan


bakunya maka beberapa negara sedang membangun industri bahan baku industri TPT
(tekstil dan produk tekstil) yang terdiri dari MEG, Paraxylene dan Terepthalic Acid.

A. PENGERTIAN POLIESTER
Poliester merupakan bahan baku produksi plastik jenis termoset. Poliester memiliki
berat molekul yang tinggi dan titik lebur yang tinggi. Poliester sering digabungkan
dengan polimer lain untuk menambah kualitasnya, seperti pada poliester resin yang
digabungkan dengan gelas fiber, dapat diperoleh polimer plastik yang kuat, kokoh,
tahan terhadap suhu atau tidak mudah meleleh. Contoh pada perahu boat, alat-alat
olah raga, dan alat-alat listrik (Bhatnagar, 2004). Salah satu jenis poliester adalah
polifenil ester. Polimer ini di proses melalui metode polimerisasi kondensasi
dengan reaksi sebagai berikut:
HOOROH + R’(COCl)2 → H [OROCOR’CO]nCl +HCl
Dengan R’ merupakan aril radikal.

B. TIGA RUTE KONDENSASI PADA POLIESTER


Tidak seperti polimerisasi adisi, pada reaksi polimerisasi ini, tidak terjadi tahap
inisiasi dan terminasi. Rantai polimer yang bertumbuh ketika reaksi terjadi
merupakan reaksi random antara dua grup reaktif dengan menghasilkan senyawa
sederhana sebagai hasil samping.

Jenis reaksi ini termasuk dalam step-growth polymerization dan polimer yang dihasilkan
melalui reaksi ini disebut dengan step-growth polymer.
Sebagian besar reaksi dalam polimerisasi kondensasi melibatkan reaksi
kondensasi seperti esterifikasi, pertukaran ester, atau amidasi. Pada proses pembentukan
poliester aromatik seperti poly(ethylene terephthalate) atau PET, terdapat dua rute reaksi
yaitu poliesterifikasi antara terephthalic acid dan ethylene glycol atau reaksi poli-inter-
esterifikasi antara dimethyl terephthalate dengan ethylene glycol. Kedua jenis reaksi
tersebut terjadi dengan melibatkan monomer yang bersifat bifungsional dan memiliki
gugus fungsi yang sama di setiap ujungnya. Oleh karena itu terdapat istilah A-A/B-B
step-growth condensation- polymerization.
1.

2.

Jenis reaksi yang lain, misalnya reaksi pembentukan polyester alifatik seperti
polycaprolactone, terjadi melalui self-condensation dari ω-hydrocaproic acid. Pada reaksi
ini, monomer yang digunakan hanya satu jenis yang memiliki gugus fungsi berbeda di
kedua ujungnya. Sehingga untuk reaksi ini kadang disebut juga dengan A-B step-growth
condensation-polymerization.
3.

C. JENIS-C.
JENIS POLIESTER
Adapun jenis-jenis polyester, yaitu:
1. Polietilena Tereftalat (PET)
Polietilena tereftalat (disingkat PET, PETE atau dulu PETP, PET-P)
adalah suatu resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester. PET
banyak diproduksi dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis,
botol minuman dan wadah makanan, aplikasi thermoforming, dan
dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik. PET merupakan salah
satu bahan mentah terpenting dalam kerajinan tekstil.

Struktur kimia polietilrns tereftalat

PET dapat berupa padatan amorf (transparan) atau sebagai bahan semi kristal
yang putih dan tidak transparan, tergantung kepada proses dan kondisi
termalnya. Monomer nya dapat diproduksi melalui esterifikasi asam tereftalat
dengan etilen glikol dan air sebagai hasil sampingnya. Monomer PET juga
dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi etilen glikol dengan dimetil
tereftalat dengan metanol sebagai hasil samping. Polimer PET dihasilkan
melalui reaksi polimerasi kondensasi dari monomernya. Reaksi ini terjadi
sesaat setelah esterifikasi/transesterifikasinya dengan etilen glikol sebagai
produk samping (dan etilen glikol ini biasanya didaur ulang).
Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam serat
sintetis, dan produksi botol mencapai 30% dari permintaan dunia. Dalam
penggunaannya di bidang tekstil, PET biasanya disebut dengan poliester saja.
 Densitas : + 1,4 g/cm3: 1,370 g/cm3 (amorf): 1,455 g/cm3 (kristal)
 Modulus young (E) : 2800-3100 Mpa
 Tensile strength (σt) : 55-75 Mpa
 Temperatur glass (Tg) : 75 oC
 Titik leleh : 260 oC
 Konduktivitas thermal : 0,24 W /(m.K)
 Kapasitas panas spesifik : 1,0 kJ / (kg.K)
 Penyerapan air (ASTM) : 0,16
 Viscositas intrinsik : 0,629 dl/g
 Index rerfraksi (nD) : 1,57 – 1,58
 Batas elastisitas : 50 – 150 %
 PET mudah larut dalam asam sulfat, asam nitrat, trifluoro asetat,
fenol, meta kresol, dan tetrakloroetan.
 Bila dipanaskan pada suhu tinggi dengan adanya air, PET akan
terhidrolisa. PET unggul karena titik leleh yang relatif tinggi,
kesetabilan dimensi baik, kekakuan-kekuatan mekanik-ketahanan
impact tinggi, serapan air-koefisien ekspansi termal rendah.

2. Polytrimethylene terephthalate (PTT)


Sebagai berputar polimer baru, Serat PTT adalah singkatan polytrimethylene
terephthalate), dikembangkan oleh Shell Chemical di 1995. Serat PTT, Serat
PET (etilena tereftalat) dan PBT serat (tetrametilena terephthalate) milik
polyester, berputar dengan jenis yang sama polimer. Serat PTT
menggabungkan dengan karakteristik poliester dan nilon. Selain resistensi
regangan yang baik, Serat PTT memiliki pencelupan yang baik, perasaan
lembut dan elastisitas yang sangat baik. Diperpanjang serat PTT adalah sama
dengan spandex. Dibandingkan dengan spandex, Serat PTT lebih mudah untuk
pengolahan dan lebih cocok untuk pakaian. Sebaliknya, Serat PTT memiliki
kering, kaku dan halus. Untuk itu, Serat PTT akan menggantikan polyester
dan nylon, banyak digunakan dalam abad ke-21.
Karakteristik serat PTT:
 Serat PTT memiliki kelembutan baik.
 Serat PTT memiliki elastisitas yang nyaman (lebih baik dari serat
PET, Serat PBT dan serat PP, setara dengan nilon 6 atau nilon 66).
 Serat PTT memiliki diperpanjang baik (panjang dapat dipulihkan
ketika serat diperpanjang oleh 20%).
 Serat PTT memiliki pencelupan yang baik, properti pencetakan tekstil
(110℃~120℃, membubarkan pewarna dapat digunakan untuk
pencelupan), tahan luntur warna yang superior, tahan luntur cahaya dan
tahan polusi.
 Serat PET memiliki berbagai warna dan non-setrika. Serat PTT
memiliki penggunaan yang luas. Digabungkan dengan serat selulosa,
serat alami dan serat sintetis, Serat PTT adalah bahan baku yang ideal
untuk karpet, berpakaian preman, mode, pakaian dalam, olahraga
setelan, baju renang dan kaus kaki.

3. Polibutilen Tereftalat (PBT)


Polibutilen Tereftalat (PBT) adalah suatu termoplastik semi kristalin yang
termasuk ke dalam keluarga poliester. PBT banyak dipakai sebagai plastik
teknik (engineering plastic) misalnya sebagai komponen sistem elektrik,
konektor, soket elektrik, bobbin, serta komponen insulasi.
Dalam industri tekstil, PBT dibuat menjadi serat dalam bentuk filamen.
Keunggulan serat PBT dibanding serat poliester salah satunya adalah dapat
dicelup di bawah 100°C tanpa perlu penambahan carrier sehingga disebut juga
easy dyeable atau carrier free dyeable polyester fibre. Tentunya ini adalah nilai
tambah yang sangat baik karena dapat meminimalkan penggunaan energi, zat
kimia (dalam hal ini carrier) dan polusi bila dibandingkan dengan serat
poliester yang biasanya membutuhkan penambahan carrier bila ingin dicelup
pada suhu sekitar 100°C.
Serat PBT memiliki stabilitas dimensi yang sangat baik, low moisture
absorption, dan resistansi insulasi yang tinggi. Selain itu sifat elektrik dan sifat
mekaniknya pun baik termasuk kekuatan dan rigiditas yang tinggi serta
memiliki sifat ketahanan terhadap beberapa zat kimia, pelarut, dan minyak.
Serat PBT dibuat melalui proses pemintalan leleh dengan mereaksikan
dimetilen tereftalat (DMT) dengan 1,4-butanediol (Gambar 1) atau asam
tereftalat (TPA) dengan 1,4-butanediol (Gambar 2). Seperti halnya poliester,
proses pembuatan PBT juga terjadi dalam dua tahap yaitu proses trans-
esterifikasi dan polikondensasi. Kekuatan dan stabilitas dimensinya yang baik
terutama dalam keadaan basah serta ketahanan terhadap klor membuat serat
PBT sangat cocok diaplikasikan sebagai pakaian renang. Aplikasi lainnya yaitu
sebagai bahan kaos kaki, pakaian dalam dan karpet.

D. INDUSTRI POLYETHYLENE TEREPTHALATE (PET)


Polyethylene Terepthalate (PET) ini sering dikenal dengan nama polyester
memiliki rumus struktur sebagai berikut :

Adalah suatu resin polimer termoplastik dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi
dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman, wadah
makanan, aplikasi thermoforming, dan resin teknik yang sering dikombinasikan dengan
serat kaca. PET merupakan salah satu bahan mentah terpenting dalam industri tekstil.
Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam serat sintetis, dan
produksi botol mencapai 30% dari permintaa dunia. Dalam penggunaannya di bidang
tekstil, PET biasanya disebut dengan poliester saja. PET terdiri dari polimerisasi unit –
unit monomer etilen tereptalat, dengan pengulangan unit C10H8O4. PET umumnya
didaur ulang, dan diberi angka “1”, yang menandakan simbol dapat didaur ulang.

Berdasarkan data impor statistic tahun 2002-2004, kebutuhan polyethylene


terephthalate (PET) di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data statistik impor polyethylene terephthalate (PET)
Tahun Kebutuhan Polietilen Tereptalat
(Kg/Tahun)
2002 23.634.708
2003 24.834.183
2004 74.437.170
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002-2004.

E. PROSES PRODUKSI
Polyethylene Terepthalate (PET) dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu melalui
reaksi ester exchange antara dimethylterepthalate (DMT) dengan ethylene glycol
(EG) dan melalui reaksi esterifikasi langsung antara terepthalate acid (TPA) dan
ethylene glycol (EG).
a. Persiapan monomer Bis-Hydroxyethyl Terephthalate
1) DMT dengan EG

2) TPA dengan EG
b. Reaksi prepolimerisasi

c. Reaksi polikondensasi

Reaksi samping:

Dari reaksi yang telah dijelaskan maka akan dibahas lebih lanjut Industri
Pembuatan Polietilen Tereptalat dengan proses/reaksi esterifikasi langsung, dengan
pertimbanagan sebagai berikut :
Parameter Proses
Ester exchange Esterifikasi langsung
Bahan baku DMT dan EG TPA dan EG
Konversi 90—95% 95-99%
Waktu reaksi 4-6 jam 4-8 jam
Deskripsi Pembuatan PET cara Batch dengan Sistem Slurry:
 Tranportasi TPA
TPA yang berasal dari kontainer bulk dengan bantuan N2 bertekanan
dikirim ke storage tank, kemudian menuju scale tank untuk ditimbang,
kemudian masuk ke Cyclone untuk dipisahkan TPA dan N2 pembawa. TPA
turun ke bawah masuk ke dalam TPA Hoper, sedangkan N2 masuk ke Bag
Filter dan sebagian TPA yang terbawa disaring dengan Filter Clothes.
 Distribusi EG
EG ditransfer dengan menggunakan pompa menuju EG measuring, setelah
ditimbang EG turun dan masuk ke dalam mixing vessel agar bercampur
dengan TPA dan membentu slurry.
 Persiapan Katalis Sb2O3
Sb2O3 mempunyai bentuk berupa serbuk kristal yang mudah larut dalam
EG panas, berfungsi untuk mempertahankan stabilitas thermal dari reaksi
pada proses polikondensasi.
 Persiapan Zat Pemburam (Dulling Agent)
Persiapan TiO2 dibuat mencapai konsentrasi tertentu sesuai yang
diinginkan.
 Proses Mixing
Semua bahan baku dari TPA hoper dan EG measuring dicampur sedikit
demi sedikit dalam Tangki Pencampuran dengan Anchor Agitator
dilengkapi Pemecah aliran secara konstan dengan kecepatan 50-60 rpm.
Kemudian slurry dimasukan kedalam slurry tank yang dilengkapi jacket
pendingin.
 Reaksi Esterifikasi
Semua bahan baku yang sudah berbentuk slurry dimasukan ke dalam reaktor
esterifikasi (reaktor jenis CSTR yang dilengkapi dengan pengaduk, jacket, dan
isolasi. Dengan kondisi Tempratur 250 oC, Tekanan 1 Kg/cm2G , Waktu
tinggal 4 jam, Fase Cair, Konversi 97,5 %. Reaksi yang terjadi antara TPA dan
EG membentuk BHET dan Air. Reaksi dikatakan selesai apabila H 2O pada
splitter box mencapai 97,5%. Hasil reaksi berupa uap air dan EG berlebih naik
menuju kolom distilasi yang tersambung di bagian atas reaktor. Uap air keluar
dari bagian atas kolom dan menuju kondenser, sedangkan EG yang
terkondensasi dalam kolom dikembalikan kedalam reaktor. BHET dari
bangian bawah reaktor esterifikasi dikeluarkan secara grafitasi dengan
bantuan gas N2 sebagai pendorong.
 Reaksi Polymerisasi
Merupakan tahap penggabungan molekul-molekul BHET menjadi PET
dengan bantuan katalis. Proses polymerisasi berlangsung pada tekanan vakum
dan perbedaan tempatur dengan menggunakan reaktor CSTR yang dilengkapi
jacket, pengaduk, isolasi. Tempratur awal reaktor 260 oC, dengan adanya
panas dari dowtherm dan pengadukan 44 rpm sehingga tempratur menjadi 300
o
C. BHET dalam reaktor sedikit demi sedikit berpolimerisasi membentuk PET
sedangkan uap EG yang dihasilkan akan terhisap oleh steam ejector dengan
tekanan MPS (Medium Pressure Steam) dan LPS (Low Pressure Steam),
sedangkan air yang terbentuk di tampung di hot well. Steam ejector
menghisap uap EG juga berfungsi memvakumkan reaktor polykondensasi. EG
yang sudah divakumkan dipisahkan dengan condensor (pendingin air) dan
eliminator sehingga EG yang telah dipisahkan turun kembali dengan gaya
grafitasi menuju primary EG receiver dan secondary EG receiver lalu masuk
ke dalam tangki R-EG untuk di recovery dan dipakai kembali sebagai bahan
baku bersama EG murni pada R-Esterifikasi. Pengambilan EG dengan
memvakumkan, mengakibatkan pembentukan rantai molekul, semakin
panjang rantai molekul maka berat molekul semakin tinggi, sehingga nilai
viskositas intrisik akan naik sesuai dengan angka yang diinginkan.
 Hasil samping
Diethylene Glycol (DEG) merupakan hasil reaksi samping dari EG berlebih
dalam suasana asam. Pembentukan DEG sangat sulit dihilangkan , namun
jumlahnya dapat diperkecil dengan mongontrol tempratur atau
menambahkan katalis Tetra Ethylene Amonium Hidroksida (TEAH). Proses
polimerisasi berlangsung 2-3 jam diakhiri dengan kondisi suhu 300 oC. PET
yang dihasilkan selanjutnya dialiri ke tahap extrusi.
 Tahap Ektrusi
PET dalam bentuk lelehan yang dihasilkan dari reaktor polimerisasi
dimasukan ke dalam die head. Disini terjadi proses perubahan fisik dari
lelehan menjadi strand (serat dengan ukuran cukup besar). Dengan batuan N2
bertekanan tinggi lelehan PET ditekan melalui celah spineret yang ada dalam
die head pada tempratur 291 oC. Strand keluar dari die head (lubang spineret)
setelah mengalami pendinginan secara tiba-tiba dengan air pada suhu 17oC.
Selanjutnya strand masuk USG (Under Strand Granulator) Cutter untuk
dipotong kecil-kecil dengan ukuran 3 x 3 x 5 mm. untuk mengurangi kadar air
chips PET diseprotkan dengan udara bertekanan 3 kg/cm2G.

F. APLIKASI POLIESTER
Poliester dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat serat kain, jaket, baju, botol,
dan lain sebagainya.

G. PENGERTIAN POLIAMIDA
Polyamide (Poliamida) adalah polimer yang terdiri dari monomer amida yang
tergabung dengan ikatan peptida. Poliamida dapat terbentuk secara alami ataupun
buatan. Salah satu bentuk poliamida alami yaitu protein, seperti wol dan sutra.
Poliamida dapat dibuat secara artifisial melalui polimerisasi atau sintesis (fase padat).
Contoh poliamida buatan diantaranya nilon, aramid dan sodium poly(aspartat).
Poliamida biasanya digunakan dalam industri tekstil, otomotif, karpet dan pakaian
olahraga karena memiliki sifat kuat dan daya tahan yang ekstrim. (Dewi,A 2012).
H. PEMBENTUKAN DARI MONOMER
Ikatan amida dihasilkan dari reaksi kondensasi gugus amino dan asam karboksilat
atau gugus asam klorida. Suatu molekul kecil, biasanya air atau hidrogen klorida
dieliminasi. Kelompok amino dan kelompok asam karboksilat bisa berada pada
monomer yang sama, atau polimer dapat dibentuk dari dua monomer bifungsional
yang berbeda. Satu dengan dua gugus amino, dan yang lain dengan dua asam
karboksilat atau gugus asam klorida. Asam amino dapat diambil dari monomer
tunggal (jika perbedaan antara kelompok R diabaikan) bereaksi dengan molekul
identik untuk membentuk poliamida. Persamaan reaksinya dapat terlihat pada gambar
berikut :

Reaksi Pembentukan Poliamida


Pembentukan poliamida dari gugus monomer juga dapat terlihat pada pembuatan
aramid (aromatic polyamide) sebagai berikut :

Rea
ksi Pembentukan Aramid (aromatic polyamide)

I. TENTANG POLIAMIDA
1) Sifat poliamida
Sifat poliamida tergantung dari senyawa penyusunnya. Secara umum, serat poliamida
mempunyai penampang membujur berbentuk silinder dan penampang melintang
bulat. Serat nylon dibuat untuk berbagai tujuan, seperti untuk keperluan industri
dibuat serat dengan kekuatan tinggi dan mulur kecil, sedangkan untuk tekstil pakaian
dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu tinggi dan mulur yang agak tinggi.
Serat poliamida tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Serat ini juga
sangat tahan basa, rusak dalam asam kuat.dandapat dicelup dengan zat warna dispersi
asam dan basa. (Dewi,A 2012)
2) Morfologi Serat Poliamida
Serat poliamida dipintal dengan pemintalan leleh, seperti halnya serat buatan lainnya.
Poliamida mempunyai penampang melintang yang bermacam-macam, tetapi yang
paling umum bentuk trilobal dan bulat.

3) Penggunaan serat poliamida


Serat poliamida memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan ketahanan kimia yang
cukup baik, oleh karena itu penggunaanya cukup luas. Dapat digunakan untuk tekstil
pakaian misalnya kaos kaki, pakaian dalam, baju olah raga sampai pada penggunaan
teknik seperti benang penguat ban, terpal, belt penarik dan lain sebagainya.

4) Contoh Senyawa Poliamida


Poliamida pertama kali dibuat oleh W.Carothers pada tahun 1928 dengan nama
dagang nylon. Poliamida dibuat dari hasil reaksi senyawa diamina dan
dikarboksilat. Poliamida yang pertama dibuat dari heksametilendiamina dan asam
adipat. Serat yang dihasilkannya disebut nylon 66, dimana persamaan reaksinya
sebagai berikut :

NH2(CH2)6NH2+COOH(CH2)4COOH →
NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH+H2O

Menurut Muslimah 2013, Angka dibelakang nama nylon menunjukkan jumlah


atom karbon penyusun dari senyawa amina dan senyawa karboksilatnya. Serat
nylon lain yang dibuat adalah dari asam sebasat dan heksametilendiamina yang
hasil reaksinya dinamakan nylon 6.10. Pembuatan serat nylon dilakukan dengan
membuat garam nylon yang merupakan hasil reaksi dari asam karboksilat dengan
senyawa amina. Kemudian garam nylon dipolimerisasikan pada suhu tinggi
sehingga terjadi polimerisasi dan dihasilkan poliamida sebagai bahan baku serat
nylon. Selanjutnya poliamida yang dihasilkan (pada umumnya dalam bentuk
chips) dilelehkan pada suhu titik leburnya kemudian dipintal. Menurut jumlah
pengulangan unitnya, poliamida dapat dibedakan menjadi:
a) Homopolimer:
 PA 6: [NH−(CH2)5-CO]n terbentuk dari ε-Caprolactam.
 PA 66: [NH−(CH2)6−NH−CO−(CH2)4-CO]n
terbentuk dari hexamethylenediamine dan asam adipic.

b) Kopolimer:
 PA6/66: [NH(CH2)6−NH−CO−(CH2)4−CO]n−[NH−(CH2)5−CO]m
terbentuk dari caprolactam, hexamethylenediamine dan asam adipic.
 PA66/610: [NH−(CH2)6−NH−CO−(CH2)4−CO]n−[NH−(CH2)6−NH−CO−
(CH2) −CO]m
terbentuk dari hexamethylenediamine, asam adipic dan asam sebacic.
Berdasarkan kristalinitasnya, poliamida dibedakan menjadi :
1) Semi-kristalin:
 kristalinitas tinggi: PA46, PA 66.
 Kristalinitas rendah: PA mXD6 terbentuk dari m-xylylenediamine dan
asam adipic.
2) Amorf: PA 6I terbentuk dari hexamethylenediamine dan asam isophthalic.

J. PEMBUATAN SERAT NILON


Bahan baku pembuatan serat nilon 66 adalah asam adipat dan heksametilena diamina
yang keduanya dapat dibuat dengan beberapa cara,misalnya dengan pengolahan dari
biji bijian ,butadiena atau dari fenol. Menurut Ibnawati dkk 2007, Pembuatan nylon
dari fenol sebagai salah satu cara tersebut dapat digambarkan melalui proses proses
sebagai berikut:
COOH (CH2)4COOH + 2NH3 → H2NOC (CH2)4CONH2 + 2H2O
(asam adipat) (amoniak) (adipamide)

P
H2NOC(CH2)4CONH2 2 O3 NC(CH2)4CN + 2H2O
dehidratas (adiponitril)

katalis
NC(CH2)4CN + 4H2 H2NCH2(CH2)4CH2NH2
(heksametilena diamina)

Heksametilena diamina dan asam adipat masing masing dilarutkan secara terpisah
dalam methanol untuk membentuk garam nilon pada saat dicampurkan. Garam nilon
itu dilelehkan dalam atmosfir nitrogen pada suhu 285–2900C kemudian disemprotkan
membentuk suatu pita dan didinginkan dengan air dingin untuk mengurangi ukuran
kristal.Pita pita nilon tadi dipotong potong menjadi serpih serpihan nilon yang
kemudian dipintal dengan cara pemintalan leleh.

K. SIFAT FISIK SERAT NILON 66


Stuktur fisika serat nilon secara umum terdiri atas dua bagian besar ,yaitu amorf dan
kristalin. Pada serat nilon ini komposisi kristalin sekitar 85 % sedangkan bagian
amorfnya 15 % .Sifat sifat fisik yang dimiliki serat nilon ini antara lain :
1) Kekuatan dan mulur
Kekuaatan nilon berkisar antara 4,3 – 8,8 g/denier sedangkan mulurnya 18 – 45%
kekuatan basahnya sekitar 80 – 90% kekuatan kering.
2) Elastisitas
Elastisitas nilon termasuk tinggi.Pada penarik 8% elastisitasnya masih 100 %
sedangkan pada penarikan 16 % elastisitasnya 91%
3) Moisture Regain
Moisture regain pada kondisi standar adalah 4,2 %
4) Kilau
Sebelum penarikan nilon tampak suram ,tetapi setelah penarikan seratnya menjadi
berkilau dan cerah.Untuk mendapatkan serat yang suram ,kedalam polimernya
perlu ditambahkan T1O2.
5) Titik leleh
Pada atmosfir nitrogen nilon meleleh pada suhu 2630C,sedangkan diudara dapat
meleleh pada suhu 2500C.Pada pemanasan 1500C diudara selama 5 jam ,nilon
dapat berubah menjadi kekuning kuningan ,sehubungan dengan itu ,pada
pembakaran nilon tidak meneruskan api .
6) Berat jenis nilon adalah 1,14

L. SIFAT KIMIA SERA NILON 66


Stuktur kimia serat nilon merupakan rantai panjang senyawa poliamida yang
mempunyai gugus gugus amida (-CONH-) ,amino(-NH2) dan karboksilat (-COOH).
Nilon tahan terhadap pengerjaan asam asam lemah atau asam encer .Asam asam kuat
seperti HCl pekat pada suhu mendidih dapat menguraikan nilon menjadi asam adipat
dan heksametilena diamonium hidroklorida. Nilon sangat tahan terhadap
basa,pengerjaan dengan NaOH 10 % pada suhu 850C selama 10 jam hanya
mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5%. Nilon tahan terhadap pelarut pelarut yang
digunakan pada pencucian kering . Pelarut yang biasa dipakai untuk melarutkan nilon
adalah asam formiat ,fenol dan kresol.

M. MEKANISME PENCELUPAN NYLON DENGAN ZAT WARNA ASAM


Nylon dapat dicelup dengna zat warna asam karena adanya gugus amina dan amida
pada struktur kimianya terutama pada gugusan aminanya akan menyerap ion ion
hydrogen dari larutan celup asamnya sehingga akan bersifat positif dari muatan
gugus tersebut ,yang selanjutnya akan berikatan dengan ion ion zat warna.
Dengan adanya penambahan asam dari larutan celupnya serat nilon akan memiliki ion
ammonium bebas yang mamungkinkan terjadinya ikatan dengan zat warna
asam.Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Serat nilon

H2N – CONH – COOH


+
H3N - CONH – COO - +
H3N - CONH – COOH +
H3N – CONH2+ – COOH

Serat nylon akan menyerrap (mengikat) ion ion hydrogen (HT)dari larutan yang
mengandung asam ,dimana ion ion hydrogen tersebut akan diikat oleh gugus
amida ,amina atau gugus gugus karboksilat dengan membentuk ikatan garam yang
dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen.

Reaksinya sebagai berikut:

+
H3N - CONH – COOH + ZW- ZW- + H3N- CONH – COOH

+
H3N – CONH2+ – COOH + 2ZW- ZW +H3N – CONH2+ - COOH

Pemberian elektrolit yang menghambat penyerapan zat warna asam pada serat nilon
disebabkan karena anion elektrolitmemiliki stuktur yang lebih sederhana sehingga
lebih mudah bergerak dan berikatan dengan serat.Akan tetapi karena ikatan tersebut
lemah ,padaakhirnya ikatan tersebut digantikan dengan ikatan antara zat warna
dengan seratnya.

N. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCELUPAN


Faktor factor yang mempengaruhi pencelupan nylon dengan zat warna asam:
1) Pengaruh Waktu Pencelupan
Faktor waktu pencelupan merupakan suatu variable yang turut menentukan dalam
pencelupan.Apabila suatu zat dipergunakan dalam mencelup serat nylon dengn
suatu interval temperature 100C maka keseimbangan pencelupan akan dapat
dicapai dalam waktu 60 menit.Jadi jelas disini bahwa factor waktu pencelupan
akan merupakan suatu variable yang turut menentukan dalam melakukan
pencelupan.Untuk mengimbangi kecepatan celup yang bertambah pada suhu yang
lebih tinggi ,maka diperlukan waktu yang cukup untuk memperoleh keseimbangan
celup.
2) Pengaruh Asam (pH larutan pencelupan)
Padaumumnya zat warna asam tidak akan mencelup atau hanya memberi noda
pada serat nylon dalam suasana netral .Tetapi bila ditambahkan asam pada larutan
celup ,maka penyerapan akan bertambah baik.

Anda mungkin juga menyukai