Anda di halaman 1dari 12

UCP 1 TEKNOLOGI PLASTIK

ANALISIS PLASTIK POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET)

Disusun Oleh :

Danur Muda Pahlevi (20140130093)

Bayu Shafar Nur Rohman (20140130098)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
BAB I
LATAR BELAKANG

Bahan polimer seperti Polyethylene terephthalate (PET) semakin banyak


digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaan bahan-bahan tersebut semakin
diminati oleh masyarakat yaitu pada aplikasi kemasan, bahan pakaian,
transportasi, otomotif dan konstruksi. Contoh penggunaan bahan polimer yang
praktis ialah plastik. Bahan ini digunakan dalam bentuk-bentuk peralatan rumah
tangga, kemasan produk makanan atau minuman, pakaian dan beberapa produk
lain.
Berkembangnya penggunaan plastik merupakan dampak positif dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan ini dirasakan cukup
menguntungkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi intensitas
penggunaan yang semakin tinggi atau banyak dalam berbagai tipe produk,
menyebabkan bahan plastik menyumbangkan masalah yang cukup serius bagi
lingkungan. Hal ini disebabkan banyak produk plastik yang digunakan belum
ramah terhadap lingkungan, dengan artian sulit untuk terurai atau terdegradasi.
Akibatnya bila penggunaan plastik yang semakin banyak, maka sampah yang
dihasilkan juga akan semakin menumpuk.
Untuk mengkaji penggunaan plastik dari bahan bekas botol air mineral
yang merupakan bahan polimer Polyethylene terephthalate (PET).
Polyethylen terephthalate (PET) mempunyai berat jenis antara 0,92-0,96
(Derucher, K.N., Heins, C.P., 1981).
BAB II
URAIAN PUSTAKA

Polyethylene terephthalate (PET) merupakan polyester termoplastik yang


diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi yang dikarakterisasi
dengan banyaknya ikatan ester yang didistribusikan sepanjang rantai utama
polimer. Poyethylene terephthalate (PET) adalah bahan dasar dari botol minuman
plastik, dengan nama IUPAC-nya polioksi etilen neooksitereftaoil.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana sifat mekanis, bahan plastik dan
karakter dari polimer polyethylene terephthalate (PET) yang dibandingkan dari
beberapa sumber yang berbeda, sumber yang dimaksud adalah jurnal nasional
maupun internasional yang telah dipublikasikan.
o
Proses pembuatan PET memerlukan suhu yang sangat tinggi di atas 100 C
untuk produk yang secara komersial memiliki kemampuan kritalisasi cepat.
Material ini memiliki sifat mekanik yang baik, ketahanan terhadap pelarut yang
bagus, dan stabilisasi hidrolitiknya baik (Ehrig, R.J.,1993).
PET dan poliester lain pada umumnya bebas darihasil pembakaran
o
berbahaya CO2. Titik leleh PET murni di atas 280 C untuk sampel yang

“annealing” secara lengkap. Sedangkan produk komersialnya meleleh pada suhu


o o
255 C-265 C, karena hasil kristalisaai berkurang dengan adanya pengotor pada
rantai utamanya. Pengotor yang ada dalam PET mengekibatkan kekuatan produk
akan berkurang, baik sebagai produk film atau serat. Titik transisi gelas bervariasi
dalam interval yang luas tergantung pada kemurnian polimernya (Young J.F.,
Mindness, S., Bentur, A).
Polyethylene terephthalate (PET) secara komersial disintesa dari etilen
glikol (EG) dan dimethyl terephthlate (DMT) melalui esterifikasi langsung dengan
asam terephthalate (TPA) dan memiliki lebih banyak gugus dietilen glikol dari
pada PET yang dibuat dengan proses trans esterifikasi. Polimerisasi terjadi
melalui 2 tahap, yaitu pertukaran ester dan tahap polimerisasi. Secara umum tahap
pembuatan PET adalah (Juwono, H., Harmani, Kurniawan, F., 1999), sebagai
berikut :
 Tahap pertama
Melibatkan reaksi pertukaran ester untuk memproduksi bis (2-hidroksietil)
terephthalate dengan jumlah kecil. Selanjutnya bereaksi secara terus menerus
antara dimethyl terephthalate (DMT) atau asam terephthalate (TPA) dengan etilen
glikol, akan menghasilkan oligomer dengan massa molekul yang relatif lebih
o o
banyak. Reaktan dipanaskan secara bertingkat dari 150 C - 210 C dan methanol
didestilasi secara terus menerus sampai hilang pada temperatur tersebut.
 Tahap kedua
o o
Merupakan tahap polimerisasi, suhu dinaikkan hingga 270 C-280 C dan
polimerisasi berlangsung untuk mengeluarkan air dengan cara mengurangi
tekana menjadi 0,5-1,0 torr (66-133 Pa). Pada tahap ini merupakan
polimerisasi lelehan karena reaksi terjadi pada titik leleh kristalin polimer.
Polyethylene terephthalate (PET) dapat larut dalam m-cresol panas, asam
trifluoro asetat, oklorofenol, memiliki titik leleh kristalin yang cukup tinggi sekitar
o
270 C dan sifat mekanik yang baik, tahan terhadap perlakuan kimia, hidrolitik dan
pelarut. PET digunakan juga dalam teknik pemlastik sebagai pengganti baja,
alumunium dalam pembuatan bahan elektronik.
BAB III
PERBANDINGAN HASIL

3.1 Polyethylene terephthalate (PET)


PET adalah polimer sintetis termoplastik semi-kristal, yang memiliki umur
panjang karena tahan terhadap biodegradasi dan sebagai hasilnya sejumlah besar
limbah PET terakumulasi. Proses daur ulang fisik, mekanik dan kimia telah
dikembangkan bahkan untuk skala industri. Daur ulang secara mekanik dan fisik
mempunyai kelemahan, karena itu daur ulang kimia merupakan daur ulang yang
menarik di dunia. Menurut Mujiarto (2005), Polyethylene perephtalate yang
sering disebut PET dengan rumus kimia (C10H8O3)n dibuat dari glikol (EG) dan
terephtalic acid (TPA) atau dimethyl ester atau asam perepthalat (DMT). PET film
bersifat jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun,
permeabilitas terhadap gas, aroma maupun air rendah. PET memiliki daya serap
uap air yang rendah, demikian juga daya serap terhadap air.

Gambar 1.struktur kimia plastic PET

3.2 Penggunaan
Penggunaan PET sangat luas antara lain untuk botol-botol untuk air
mineral, soft drink, kemasan sirup, saus, selai, minyak makan. Botol minuman
plastik yang beredar di Indonesia terbuat dari PET (Polyethilene Perepthalate),
dapat dikenali dengan symbol angka 1 pada bagian dasar botol. PET memiliki
berat jenis 1,38 g/cm3 (200C), titik leleh 2500 C, titik didih 3500C
(terdekomposisi), modulus elastisitas 2800-3100 MPa, dan kuat tarik 55-75 MPa.
Gambar 2.beberapa bentuk aplikasi plastik PET

3.3 Sifat –sifat plastik PET

PET merupakan keluarga polyester seperti halnya PC. Polymer PET dapat
diberi penguat fiber glass, atau filler mineral. PET film bersifat jernih, kuat, liat,
dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas,
aroma maupun air rendah. PET engineer resin mempunyai kombinasi sifat-sifat:
kekuatan (strength)-nya tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan
kimia dan panas, serta mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya
serap uap air yang rendah, demikian juga daya serap terhadap air. PET dapat
diproses dengan proses ekstrusi pada suhu tinggi 518- 608oF, selain itu juga dapat
diproses dengan teknik cetak injeksi maupun cetak tiup. Sebelum dicetak
sebaiknya resin PET dikeringkan lebih dahulu (maksimum kandungan uap air
0,02%) untuk mencegah terjadinya proses hidrolisa selama pencetakan.
Penggunaan PET sangat luas antara lain : botol-botol untuk air mineral, soft drink,
kemasan sirup, saus, selai, minyak makan. (Iman Mujiarto, 2005)

Gambar 3.simbol plastik PET

Sifat – sifat fisik dari Polyethylene terephthalate (PET) (Derucher, K.N., Heins,
C.P., 1981), sebagai berikut :
a. Specific gravity : 0.92
-4 3 o
b. Konduktivitas Thermal : 8×10 cal / (sec) (cm ) ( C)
-5 o
c. Ekspansi thermal : (16-18) × 10 in./in. C
d. Water absorption : < 0.01
e. Terdiri atas beberapa warna
f. Umum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan : botol, kabel listrik.
Sifat – sifat mekanik dari Poyethylene terephthalate (PET) (Derucher, K.N.,
Heins, C.P., 1981), sebagai berikut :
3
a. Kuat tarik (tensile strength) : (1.5-1.8) ×10 psi
b. Kuat tekan (compressive strength) :-
5
c. Modulus elastisitas (modulus of elasticity) : 0,19 × 10 psi
d. Kuat tumbuk (Impacts strength) : < 16 ft-lb/in.s

3.4 Daur ulang limbah plastik PET

Daur ulang limbah plastik polietilen tereftalat (PET) telah dilakukan


dengan metode reaksi hidrolisis dengan proses refluks pada suhu 120°C,
menggunakan katalis asam sulfat 7,4 M dan variasi waktu refluks selama 4 sampai
dengan 12 jam dengan interval 2 jam. Rendemen terbanyak didapatkan pada
variasi waktu refluks 12 jam sebesar 81,97%. Hasil rendemen kemudian dianalisis
menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR), Thermogravimetric Analyzis
(TGA), dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Analisis FTIR
menunjukkan adanya gugus fungsi karbonil (C=O stretch) pada sekitar bilangan
-1
gelombang 1680 cm , gugus fungsi hidroksil (-OH stretch) pada sekitar bilangan
-1 -1
gelombang 2550 cm – 3100 cm dan gugus fungsi aromatik (C-H stretch
-1
aromatik) pada sekitar bilangan gelombang 3000 cm .

Hasil analisis termal TGA menyatakan dekomposisi rendemen hasil reaksi


hidrolisis terjadi pada rentang suhu 41,67°C - 296°C dengan penurunan massa
yang hilang sebesar 0,031 %. Hasil analisis termal DSC menyatakan rendemen
hasil reaksi hidrolisis memiliki titik leleh sebesar 296,17°C. Dari hasil analisis-
analisis yang telah dilakukan dan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
dapat disimpulkan bahwa rendemen hasil reaksi hidrolisis adalah monomer asam
tereftalat.
Penelitian yang lain dilakukan dengan menambahkan potongan PET pada
campuran aspal menggunakan cara kering. Sebelum menambahkan PET pada
campuran aspal, terlebih dahulu membuat benda uji dari gradasi batas tengah dan
gradasi batas atas. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh pada kedua
kelompok benda uji yaitu sebesar 6,44 %. Selanjutnya dilakukan penambahan
PET pada campuran aspal pada nilaiKAO tersebut. Kadar PET yang ditambahkan
pada campuran yaitu 2%, 4%, 6%,8%, dan 10% dari berat aspal. Dari hasil
pengujian dan analisis Marshall, penambahan PET pada campuran aspal beton
lapis pengikat dapat meningkatkan nilai stabilitas. Nilai stabilitas terbesar yaitu
pada penambahan PET 2 %. Nilai stabilitas akibat penambahan PET pada
campuran aspal meningkat dibandingkan campuran aspal tanpa PET. Kadar
penambahan PET yang baik untuk campuran aspal yaitu 2 % karena selain nilai
stabilitasnya tinggi, parameter Marshall seperti VIM, VFA, VMA, MQ dan Flow
juga telah memenuhi syarat Spesifikasi Bina Marga 2010.

Dalam salah satu penelitian tentang daur ulang PET, pirolisis yang
dilakukan tidak menghasilkan gas yang terkondensasi karena PET memiliki sifat
dasar mudah menyublim. Produk char hasil pirolisis PET mengandung karbon
sekitar 84,9%. Penelitian ini dengan massa 500 g menghasilkan gas 45,40%; wax
36,42%; dan char 18,18%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pirolisis dengan
plastik PET menghasilkan gas 49,1%; wax 39,4%; dan char 12,8%. Pirolisis
dengan bahan PET didominasi hasil gas karena sifat dasar kimia PET yang mudah
menyublim.
Penelitian lain dilakukan dengan pengujian untuk mengetahui proses dan
karakteristik bahan bakar minyak yang dihasilkan dari plastik jenis PP, PET dan
PE. Dari pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:

Jenis Kebutuhan LPG BBM yang Waktu yang diperlukan


plastik (gram) dihasilkan (ml) (menit)
PP 446 450 35
PET 659 - 75
PE 927 350 82

Dari data di atas diketahui bahwa ditinjau dari jumlah energi yang dibutuhkan dan
jumlah minyak yang dihasilkan, plastik jenis PP adalah jenis plastik yang paling
bagus bila diolah menjadi bahan bakar. Dapat dilihat pada pengolahan plastik PP,
LPG yang dipakai adalah paling sedikit sedangkan jumlah minyak yang
dihasilkan lebih banyak dari plastik jenis PE. Sedangkan dari penelitian ini
diketahui bahwa plastik jenis PET tidak menghasilkan minyak sama sekali.
Material yang keluar dari kondenser semacam serbuk berwarna kekuning-
kuningan. Bahkan serbuk ini menempel di sepanjang saluran pipa. Dari hasil ini
diketahui bahwa plastik tipe PET tidak potensial untuk diolah menjadi bahan
bakar minyak.
SARAN
Dari beberapa kutipan tentang penelitian plastik PET yang telah disebutkan diatas
dapat diketahui bahwa pemanfaatan limbah daur ulang PET masih kurang
maksimal, salah satu pemanfaatannya yaitu dengan menjadikannya sebagai
campuran aspal jalan dan yang lain hanya sebatas daur ulang menjadi produk baru
lagi. Sementara semakin banyak produksi dan penggunaan plastik PET namun
pemanfaatan limbah daur ulangnya belum bias mengimbangi jumlah produksi hal
ini terbukti dengan masih banyaknya sampah plastik PET yang hanya berupa
sampah tanpa memiliki nilai guna atau nilai fungsi. Seharusnya limbah plastik
PET dapat digunakan dengan lebih luas lagi yang berarti masih diperlukan
penelitian tentang penggunaan dan pengelolaan sampah plastik PET terutama di
lingkungan yang menggunakan banyak produk plastik PET.
DAFTAR PUSTAKA

Derucher, K.N., Heins, C.P., “Material for Civil and Highways Engineers”, New
Jersey : Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, 1981.

Ehrig, R.J (editor), “Plastik Recycling”, New York: Oxford University Press,
1993.

Juwono, H., Arman, Kurniawan, F., “Studi Pengkajian Limbah Botol Minuman
Atau Polietilen Terephtalate (PET) Sebagai Bahan Campur Tambah (Admixture)
Dalam Pembuatan Polimer”, Laporan Penelitian, Surabaya: 1990.

Young J.F, Mindness, S., Bentur, A. (editor), “The Science and Technology of
Civil Engineerial Material”, Prentice Hall, 1993.

Anda mungkin juga menyukai