Anda di halaman 1dari 25

POLYETHYLENE

TEREPTHALATE
Kelompok 7:
Andan Risma
Heri Paski
Syaidah
Saepuloh
Yayan Surahman

SEJARAH
Pada tahun 1942, John Rex
Whinfield dan James Tennant
Dickson yang bekerja pada
perusahaan Calico Printers
Association
di
Inggris
menemukan sintetis polimer
linier yang dapat diproduksi melalui Ester Exchange antara
Ethylene Glycol (EG) dan Dimethyl terephalate (DMT) yang
menghasilkan polyetylene terephtalate.

Pada perkembangan selanjutnya produksi PET untuk serat-serat


sintetis menggunakan bahan baku Terephtalate Acid (TPA) dan
Ethylene Glycol (EG).

Produksi serat polyester (PET) secara komersil di mulai pada


tahun 1944 di Inggris dengan nama dagang Terylene dan pada
tahun 1953 di Amerika Serikat (Dupont) dengan nama dagang
Darcon.

PENGERTIAN POLYETHYLENE
TEREPTHALAT
Polyethylene Terepthalate (PET/PETE) sering dikenal sebagai
poliester yang memiliki rumus molekul sebai berikut:

PET merupakan suatu resin polimer termolastik dari kelompok


polyester.

PET terdiri dari polimerisasi unit unit monomer etilen tereptalat


dengan pengulangan unit C10H8O4.

PET dimanfaatkan untuk serat sintetis, wadah makanan, botol


minum, teknologi termoforming dan resin teknik yang sering di
kombinasikan dengan serat kaca.
PET merupakan salah satu bahan mentah terpenting dalam
tekstil. Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia
digunakan dalam serat sintetis dan produksi botol mencapai 30%.
Dalam penggunaannya dibidang tekstil, PET biasanya disebut
dengan poliester.

PET umumnya di daur ulang dan


diberi angka 1, simbol yang
menandakan dapat di daur ulang.
Angka 1 berarti PET ini
direkomendasikan hanya untuk
sekali pakai. Bila terlalu sering
dipakai apalagi di gunakan untuk
menyimpan air hangat atau
panas,
akan
mengakibatkan
lapisan polimer pada botol akan
meleleh dan mengeluarkan zat
berbahaya yang buruk untuk
kesehatan, khususnya zat-zat
karsinogenik.

Sifat Fisika
PET dapat berwujud padatan amorf (transparan) atau sebagai
bahan yang putih dan tidak transparan, tergantung pada
proses dan riwayat termalnya.
1. Densitas: 1.4 g/cm3
1.37 g/cm3 (amorf)
1.45 g/cm3 (kristal)
2. Modulus Young: 2800-3100 Mpa
3. Tensile Strength: 55-75 Mpa
4. Temperature Glass: 75 C
5. Titik Leleh: 260 C
6. Konduktivitas Termal: 0.24 W/m.K
7. Kapasitas panas spesifik: 1.0 kJ/kg.K
8. Batas Elastisitas: 50-150%

Sifat Kimia
1. Mudah larut dalam asam sulfat, asam nitrat, trifluoro
asetat, fenol, meta kresol dan tetrakloroetan.
2. Akan terhidrolisis bila dipanaskan pada suhu tinggi
dengan air.

KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN PET
Kelebihan
1.
2.
3.

Titik leleh yang relatif tinggi


Kestabilan dimensi baik
Memiliki kekakuan, kekuatan mekanik dan ketahanan
impact yang tinggi
4. Serapan air koefisien ekspansi termal yang rendah
5. Harganya murah

Kekurangan
1.
2.
3.

Hanya dapat digunakan dalam 1 atau 2 kali pemakaian


Mudah terhidrolisis dengan suhu yang relatif tinggi
Jika limbah PET tidak ditangani dengan baik, akan
merusak lingkungan dan ekosistem.

PROSES PRODUKSI

Polietilen tereptalat dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu


melalui reaksi ester exchange antara dimetiltereptalat (DMT)
dengan etilen glikol (EG) dan melalui reaksi esterifikasi
langsung antara asam tereptalat (TPA) dan etilen glikol (EG)

A. Persiapan Monomer Bis-Hydroxyethyl Terephthalate


1. DMT dengan EG

2. TPA dengan EG

B. Reaksi Prepolimerisasi

C. Reaksi Polikondensasi

PEMBUATAN PET CARA BATCH


DENGAN SISTEM SLURRY
Transportasi
TPA

Distribusi
EG

Persiapan
Kataluis
SB2O3

Hasil
Samping

Reaksi
Polimerisasi

Reaksi
Esterifikasi

Tahap
Ekstruksi

Tahap
Ekstruksi

Dulling
Agent
Proses
Mixing

1. Transportasi TPA
TPA yang berasal dari kontainer bulk dengan bantuan
Nitrogen bertekanan dikirim ke storage tank, kemudian
menuju scale tank untuk ditimbang, kemudian masuk ke
cyclone untuk dipisahkan TPA dan nitrogen pembawa. TPA
turun ke bawah masuk ke dalam TPA Hoper, sedangkan
nitrogen masuk ke Bag Filter dan sebagian TPA yang terbawa
disaring dengan Filter Chaos.
2. Distribusi EG
EG ditransfer dengan menggunkan pompa menuju EG
measuring, setelah di timbang EG turun dan masuj menuju ke
dalam mixing vessel agar bercampur dengan TPA dan
membentuk slurry.

3. Persiapan Katalis Sb2O3


Sb2O3 mempunyai bentuk berupa serbuk kristal yang
mudah larut dalam EG panas, berfungsi untuk
mempertahankan stabilitas termal dari reaksi pada proses
polikondensasi.
4. Persiapan Zat Pemburam (Duling Agent)
Persiapan TiO2 dibuat mencapai kosentrasi tertentu sesuai
yang diinginkan.

5. Proses Mixing
Semua bahan baku dari TPA hoper dan EG measuring
dicampur sedikit demi sedikit dalam tangki pencampuran
dengan Anchor Agigator dilengkapi dengan pemecah aliran
secara konstan dengan kecepatan 50-60 rpm. Kemudian
dimasukkan ke dalam slurry tank yang dilengkapi jaket
pendingin.

6. Reaksi Esterifikasi
Semua bahan baku yang sudah terbentuk slurry
dimasukkan ke dalam reaktor esterifikasi (reaktor jenis CSTR
yang dilengkapi dengan pengaduk, jaket, dan isolasi. Dengan
kondisi temperatur 250C, tekanan 1Kg/cm2G, waktu tinggal
4 jam, fase cair, konversi 97,5%.
Reaksi yang terjadi abtara PTAdan EG membentuj BHET
dan air. Reaksi dikatakan selesai apabila H2O pada splotter
box mencapai 97,5%.
Hasil reaksi berupa uap air dan EG berlebih naik menuju
olom distilasi yag tersambung di bagian atas reaktor. Uap air
keluar dari bagian atas kolom dan menuju kondensor,
sedangkan EG yang terkondensasi dalam kolom
dikembalikan kedalam reaktor.
BHET dari bagian bawah reaktor esterifikasi dikeluarkan
secara gravitasi dengan bantuan gas N2 sebagai pendorong.

7. Reaksi polimerisasi
Merupakan tahap penggabungan molekul molekul BHET
menjadi PET dengan bantuan katalis. Proses pelimerisasi
berlangsung pada tekanan vakum dan perbedaan temperatur
dengan menggunakan reaktor CSTR yang dilengkapi jaket,
pengaduk dan isolasi.
Temperatur awal reaktor 260C, dengan adanya panas dari
downtherm dan pengadukn 44rpm sehingga temperatur
menjadi 300C. BHET dalam reaktor reaktor sedikit
demisedikit berpolimerisasi membentuk PET sedangkan uap
EG yang dihasilkan akan terhisap oleh steam ejector dengan
tekanan MPS (medium Pressure Steam) dan LPS (low
Pressure Sream) sedangkan air yang terbentuk di tampung di
hot well.

8. Hasil Samping
Diethylene Glycol (DEG) merupakan hasil reaksi
samping dari EG berlebih dalam suasana asam. Pembentukan
DEG sangat sulit dihilangkan, namun jumlahnya dapat
diperkecil dengan mengontrol temperatur atau menambahkan
katalis Tetra Ethylene Amonium Hidroksida (TEAH).
Proses polimerisasi berangsung 2-3 jam diakhiri dengan
kondisi suhu 300 C. PET yang dihasilkan selanjtnya dialiri
ke tahap ektrusi.

9. Tahap ekstruksi
PET dalam bentuk lelehan yang
dihasilkan
dari
reaktor
polimerisasi
dimasukkan ke dalam die head. Di sini tejadi
proses perubahan fisik dari lelehan menjadi
strand (serat dengan ukuran cukup besar).
Dengan bantuan N2 bertekanan tinggi lelehan PET ditekan melalui
celah spineret yang ada dalam die head pada temperatur 291 C.
Strans keluar die head (lubang spineret) setelah mengalami
pendinginan secara tiba tiba dengan air pada suhu 17 C.
Selanjutnya srans masuk USG (under strand Granulator)cutter
untuk dipotong kecil kecil dengan ukuran 3 x 3 x 5 mm. untuk
mengurangi kadar air chips PET disemprotkan dnegan udara
bertekanan 3kg/cm2G.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai