POLIMER/KARET/PLASTIK
Disusun Oleh :
Amran Fadila (18208020)
Iyohana Maria Uli Hasibuan (18208016)
Sartika Pakpahan (18208021)
Sertawati Sihotang (18208015)
Dosen Pembimbing :
Aja Avriana. ST.,MT
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Proses Pembuatan Polimer/karet/plastik” ini dengan baik tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing kami Ibu Aja Avriana. ST.,MT yang telah memberikan banyak
bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan karya ilmiah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah
yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah
ini bisa memberikan banyak manfaat bagi setiap pembacanya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan penelitian 5
BAB IV KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian polimer?
2. Berapa jenis- jenis dari polimer?
3. Bagaimana proses pembuatan polimer?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Kata ’polimer’ berasal dari kata Yunani kuno ’poli’ yang berarti ’banyak’
dan ’mere’ yang berarti ‘bagian’. Dengan demikian maka definisi dari polimer
adalah: sebuah molekul rantai panjang yang terdiri atas sejumlah besar ’repeating
unit’ (unit terulang) dengan struktur yang identik, yang disebut monomer. Pada
umumnya polimer terdiri atas paling sedikit 100 monomer. Gabungan dua
monomer disebut ’dimer’, 3 monomer disebut ’trimer’, empat monomer disebut
’tetramer’, dan seterusnya.
Beberapa polimer terdapat di alam bebas, dalam perkembangannya
kemudian manusia dengan proses sintesa berhasil menciptakan polimer. Dengan
demikian maka dikenal polimer alam dan polimer sintetik. Contoh polimer alam
adalah : selulosa (komponen utama pembentuk dinding sel tumbuh-tumbuhan),
protein (komponen utama pembentuk sel makhluk hidup), serat alam (sutera,
wol), karet (dihasilkan oleh makhluk hidup atau tumbuh-tumbuhan), DNA, dan
lain-lain. Contoh polimer sintetik/buatan (menurut sifatnya) adalah plastik (bahan
yang mudah dibentuk/dicetak menjadi bentuk tertentu), serat/fiber (bahan serat
seperti nilon), elastomer (bahan dengan sifat elastik seperti karet, mudah
dideformasi dan diregang secara reversibel). Modifikasi struktur pada kondisi
tertentu dapat menghasilkan sifat-sifat yang dikehendaki, contoh : Poly Vinyl
Chloride, Poly Urethane, Poly Propylene, Poly Amides.
6
penggunaanya amat terbatas. Contoh sederhana polimer alam seperti ; Amilum
dalam beras, jagung dan kentang , pati , selulosa dalam kayu , protein terdapat
dalam daging dan karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet, protein,
DNA, kitin pada kerangka luar serangga, wool, jaring laba-laba, sutera dan
kepompong ngengat, adalah polimer-polimer yang disintesis secara alami. Serat-
serat selulosa yang kuat menyebabkan batang pohon menjadi kuat dan tegar untuk
tumbuh dengan tinggi seratus kaki dibentuk dari monomer-monomer glukosa,
yang berupa padatan kristalin yang berasa manis.
7
dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,
sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang
berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk
polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini tidak
memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur
molekul linear atau bercabang.
b. Plastik Termosetting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap
panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak
dapat dibentuk ulang kembali.Susunan polimer ini bersifat permanen pada
bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah,
maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting
memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan.
Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan
silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya
ikatan silang antar rantai polimer.
8
2. Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi adalah proses pembentukan polimer melalui
penggabungan molekul-molekul kecil lewat reaksi yang melibatkan gugus fungsi,
dengan atau tanpa diikuti lepasnya molekul kecil.
Dengan kata lain, polimerisasi kondensasi hanya dilangsungkan oleh
monomer yang mempunyai gugus fungsional. Molekul kecil yang dilepaskan
biasanya adalah air. Selain itu, metanol juga sering dihasilkan sebagai efek
samping polimerisasi kondensasi.
Polimer hasil dari proses polimerisasi kondensasi antara lain poliester,
poliamida poliuretana, dan polisiloksan. Polimer yang dihasilkan dari proses
polimerisasi kondensasi cenderung lebih biodegradable jika dibandingkan dengan
hasil polimerisasi adisi. Peptida yang berada di antara monomer pada polimer
kondensasi dapat terhidrolisis, terlebih dengan kehadiran enzim bakteri.
9
(kemampuan menghantar) panas dari monomer organik dan polimer pada
umumnya rendah. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan
polimerisasi yang menghasilkan panas tambahan, panas tambahan ini perlu
dihilangkan. Penghilangan panas menjadi sulit ketika mendekati akhir
polimerisasi karena tingginya viskositas (kekentalan). Viskositas tinggi akan
susah diaduk dan menghalangi difusi (penyebaran) radikal rantai panjang yang
diperlukan untuk mengakhiri reaksi. Hal ini berarti bahwa konsentrasi radikal
akan meningkat dan sebagai akibatnya kecepatan polimerisasi juga akan
meningkat. Difusi dari molekul monomer kecil ke sisi propagasi menjadi lebih
tidak terhambat, sehingga kecepatan terminasi akan menurun dengan cepat
dibandingkan dengan kecepatan propagasi, dan secara keseluruhan kecepatan
polimerisasi meningkat yang diiringi dengan penambahan panas. Proses auto
akselerasi ini disebut efek ’Norrish-Smith, Trommsdorff atau efek jel. Pada
prakteknya, penghilangan panas selama polimerisasi massa dapat ditingkatkan
dengan menyediakan saluran untuk memindahkan panas yang dihasilkan atau
dengan melakukan polimerisasi massa dalam tahapan terpisah dari konversi
rendah sampai sedang. Polimerisasi massa dapat digunakan untuk beberapa
polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi pertumbuhan bertahap (kondensasi).
Contoh polimer yang dibuat melalui teknik polimerisasi massa adalah polistiren
dan poli(metil metakrilat).
10
racun. Contoh pelarut organik yang sesuai adalah alifatik dan aromatik
hidrokarbon (ester, eter, dan alkohol). Reaktor tempat polimerisasi dilakukan
biasanya terbuat dari stainless steal atau kaca. Kendala nyata dari polimerisasi
larutan ini adalah persentase hasil yang rendah dan perlunya tahapan terpisah
dalam pengambilan kembali larutan. Beberapa polimerisasi radikal bebas dan
ionik dilakukan dalam larutan. Contoh polimer yang dibuat dengan teknik ini
diantaranya poli(asam akrilat), poliakrilamida, poli(vinil alkohol), dan poli(N-
vinilpirolidinon). Sedangkan polimer yang dapat dibuat dalam pelarut organik
adalah poli(metil metakrilat), polistiren, polibutadien, poli(vinil klorida), dan poli
(vinilidin fluorida).
11
polimerisasi emulsi. Selain air dan monomer, digunakan juga reagen pemula yang
larut dalam air, reagen pengubah rantai, dan surfaktan. Molekul monomer yang
tidak larut dalam air membentuk tetesan besar dan distabilkan oleh molekul
surfaktan. Besarnya tetesan monomer tergantung pada temperatur polimerisasi
dan kecepatan pengadukan. Pada konsentrasi surfaktan tertentu molekul surfaktan
membentuk ‘misel’, tergantung dari surfaktannya misel dapat bulat atau oval
dengan panjang 50 Ǻ yang terdiri atas 50 – 100 molekul surfaktan. Perbedaan
utama antara polimerisasi suspensi dan polimerisasi emulsi adalah bahwa pada
polimerisasi emulsi, reagen pemula harus larut dalam air. Contoh dari reagen
pemula yang larut dalam air adalah K2SO4. Selama proses polimerisasi emulsi,
molekul monomer yang larut dalam air dapat berpindah dari tetesan monomer
melalui media air ke pusat misel. Polimerisasi dimulai ketika reagen radikal
pemula memasuki misel yang terdiri atas monomer. Karena konsentrasi yang
sangat tinggi dari misel, 1018 per mL, dibandingkan dengan tetesan monomer (1010
sampai 1011 per mL), maka secara statistik reagen pemula lebih memiliki peluang
untuk memasuki misel dibandingkan tetesan monomer. Selama polimerisasi,
molekul monomer berubah dari tetesan menjadi misel yang berkembang. Pada
saat 50% - 80% monomer telah berubah, tetesan monomer menghilang dan misel
yang membesar berubah menjadi partikel polimer yang relatif besar, dengan
diameter berukuran antara 0,05 sampai 0,2 µm. Suspensi dari partikel polimer
dalam air disebut lateks yang sangat stabil, dan polimer dapat dipisahkan dengan
proses koagulasi dari lateks dengan asam atau garam.
12
BAB III
SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
13
.
C. Peralatan Pada Proses Pembuatan PVC
Reaktor Polimerisasi : berfungsi untuk terjadinya reaksi polimerisasi.
Screening : berfungsi untuk memisahkan suatu material yang bebeda
ukuran.
Drying : berfungsi untuk mengering PVC.
Stripper : berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen-
14
komponen, sehingga bisa memperbaiki mutu suatu
produk
dengan memisahkan fraksi ringan yang tidak dibutuhkan.
Dearator column : digunakan untuk mengurangi kandungan gas terutama
untuk membatasi kandungan oksigen dalam air selama
proses.
Mixed Bed Deionizer : untuk meningkatkan kemurnian air.
Decanter : untuk menyatukan dan memisahkan fase terdispersi dari
fase kontinu.
Kondensor : digunakan sebagai pendingin uap panas, biasanya
digunakan pada proses destilasi.
Reboiler : digunakan untuk memanaskan dan menguapkan cairan dan
15
Agitator terletak di bagian bawah vessel menggunakan beberapa baffle
dan/atau poros multiable untuk memberikan agitasi seragam, yang penting untuk
kedua tranfer panas yang efisien dan kontrol ukuran partikel polimer.
Suhu reaksi adalah salah satu variabel kontrol utama dalam polimerisasi
suspensi. Suhu mempengaruhi berat molekul, distribusi berat molekul,
crystallicity produk, ukuran partikel polimer dan solubility dan adsorpsi dari
suspending agent. Master-slave kaskade instrumen sistem digunakan untuk
kontrol suhu. Steam, cold water, dan refrigenerated water atau air garam
diedarkan melalui jaket reaktor sesuai kebutuhan. Suhu polimerisasi dapat
dikontrol dengan 30oC air hingga konversi 70% kemudian, laju reaksi meningkat
lebih cepat karena autoacceleration. Pada titik ini, air didinginkan pada 16 oC yang
diperlukan untuk mengendalikan suhu.
Polimerisasi berlangsung pada tekanan 517-690 kPa. Reaktor dilindungi
dari overpressure dengan katup pelepas dan cakram. Penyelesaian reaksi
ditunjukkan oleh penurunan tekanan. Prologanation siklus ini diciptakan pada
konversi 88% (276 kPa) dengan meniup slurry ke stripper batch.
VCM yang tidak bereaksi dikirm oleh vakum untuk sistem pemulihan dan
daur ulang. Gas noncondensable diakumulasi dalam sistem dan harus dibuang.
Monomer Recovery dan Slurry Blending
Dalam banyak pabrik, slurry dari reaktor ditransfer ke stripper untuk
menghilangkan vinil klorida yang tidak bereaksi dengan penerapan panas dan/atau
vakum. Stripping juga dapat diselesaikan secara efektif dalam reaktor, tetapi
kebanyakan produsen tidak menggunakan reaktor karena memakan waktu pada
stripping operation. Ventilasi gas dari stripper tersebut dipindahkan ke sistem
vapor recovery untuk di daur ulang.
Slurry monomer bebas polimer ditransfer ke tangki campuran slurry. Di
mana berbagai batch dicampur bersama untuk membentuk produk yang seragam.
Tangki pencampuran slurry juga berfungsi sebagai volume penyangga antara
polimerisasi batch dalam reaktor dan peralatan yang dioperasikan terus menerus.
Ini tangki yang terbuka dan melepaskan sisa VCM ke atmosfer.
Polymer Dewatering dan Pengeringan
16
Slurry dari tangki campuran dipompa ke centrifuge untuk pemisahan
polimer dan air. Centrifuge berbentuk kerucut; mangkuk berputar pada 500 rpm
sementara plow machanism berputar ke arah yang sama tetapi dengan kecepatan
berkurang. Padatan yang mengandung kelembaban sekitar 30% diangkut ke ujung
mangkuk kecil, dan air dibuang dari ujung yang lebih besar. Penyaringan dapat
digunakan untuk memisahkan suspensi bukan centrifuging.
Cake PVC yang basah dari centrifuge dijatuhkan ke mesin pengering.
Teknik pengeringan digunakan meliputi pengeringan semprot, pengeringan flash-
putar, pengeringan putar, dan dua-tahap flash pengeringan. Ukuran partikel
polimer mengatur pilihan pengeringan teknik. Polimer dikeringkan untuk 0,25%
berat hingga 0,4% berat konten kelembaban. Suhu produk maksimum yang
diijinkan adalah 55oC, karena degradasi polimer terjadi di atas 65oC.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan batch polimer dalam tangki
campuran berkisar antara 5-8 jam. Akhir pengeluaran dari pengering adalah
constricted untuk meningkatkan kecepatan udara cukup tinggi untuk menaikkan
entrain PVC partikel kering. Pemisah siklon menghilangkan partikel kasar
(99,93%) dan fines (99,48%). Bangunan filter disediakan untuk membersihkan
udara ke luar. PVC padat dipisahkan dari siklon dan baghouses berdasarkan
ukuran melalui pengayakan dan partikel yang lebih besar di daur ulang.
Penanganan Polimer Massal
Polimer kering disaring untuk memisahkan partikel yang lebih besar
ukurannya. Partikel PVC yang telah diayak kemudian secara pneumatis
dipindahkan ke penyimpanan atau silo. Produk dapat dikirimkan, dikantongkan,
atau dikirim ke pabrim fabrikasi.
Recycle Purification
Recovered monomer dikumpulkan dalam tangki daur ulang dan secara terus
menerus diumpankan ke bagian pemurnian. Monomer dimurnikan didaur ulang ke
pabrik monomer.
Katalis
17
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses polimerisasi di
dalam reaktor. Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu Di-(2 -
Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate dan Cumyl Peroxy Neodecanoate.
1) Suspending agent
SA merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengontrol ukuran
dan porositas partikel yang berupa Poly (vinyl alkohol).
2) Terminator
Terminator merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk menghentikan
reaksi dalam proses polimerisasi. Contoh terminator yang digubakan adalah
Methyl Phenol (C15H24O). selain itu juga dapat digunakan Tert Buthyl Catechol
(TBC) yang berfungsi sama seperti Methyl Phenol namun bedanya TBC hanya
digunakan pada saat – saat tertentu saja (emergency only).
BAB IV
KESIMPULAN
18
Secara umum ada 4 teknik pembuatan polimer: bulk polymerization
(polimerisasi massa), solution polymerization (polimerisasi larutan), suspension
polymerization (polimerisasi suspensi), dan emulsion polymerization
(polimerisasi emulsi).
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ari Marlina, 2010, Uji Kualitas Polyvinyl Chlorida (PVC). Bandung: Politeknik
Negeri Bandung
Riskon A.F. Siburian, 2017, Polimer Ilmu Material. Medan: USU Press
https://www.scribd.com/document/248174662/Makalah-Pembuatan-Pvc
19